NovelToon NovelToon

Married With Arrogant Ceo

Dipaksa Menikah

Pernah tidak kalian melewati hari melelahkan setelah capek beraktivitas, ingin sekali cepat-cepat istirahat sejenak dari keadaan dunia tapi malah dihadapkan oleh situasi dua kali lipat lebih melelahkan?

Seperti sore ini, rasanya Dyra letih sekali, kerjaannya di kantor lumayan menguras tenaga dan semangatnya hari ini. Niatnya sih ingin mengistirahatkan diri dengan rebahan di kasur sambil menikmati secangkir teh dan biskuit cokelat kesukaannya, tapi baru saja membuka pintu rumah, Dyra langsung disambut oleh sebuah isakan.

Tentu langsung menjadi pertanyaan dalam benaknya, sore-sore begini siapa yang menangis? Gak mungkin mbak Kun, bulu kuduk Dyra langsung merinding.

"Keysa gak mau menikah Pa, Keysa udah punya Rangga. Tolong jangan paksa Keysa menikah dengan orang gak jelas gitu. Ada rumor yang bilang dia monster. Udah tua jelek lagi, Keysa gak mau!, Kalaupun menikah Keysa mau nikah nya sama Rangga" Itu suara Keysa.

Kening Dyra lantas mengerut. Mendengar penuturan Keysa sepertinya masalah yang sedang terjadi sekarang ini lumayan serius.

"Benar kata Keysa Pa! Gak bisa, aku gak mau ngorbanin anakku karena hutang sialanmu itu!" Giliran teriakan tante Miranda yang Dyra dengar.

Dyra mempercepat langkahnya karena penasaran, sesampainya di ruang tamu, perempuan itu melihat tante Miranda menangis sontak Dyra bertanya, "tante kenapa? Ada apa ini? Kenapa Keysa juga nangis?"

Tante Miranda lantas melihat ke sumber suara, lama dia menatap Dyra kemudian mengalihkan tatapannya kearah Om Bagaskara, wajah Om Bagas yang dari tadi kusut berubah dan senyuman terbit di masing-masing wajah mereka seolah ada sesuatu yang mereka pikirkan setelah melihat Dyra dan itu pasti tidak baik.

"Bagus sekali kamu sudah pulang Dyra. Ada yang ingin Om bicarain, kamu duduk di sini dulu." Om Bagas menuntunku duduk di sofa. Aku menurut. Kami duduk berhadapan dengan suasana mencengkam yang entah kenapa membuatku tidak nyaman, semacam ada sesuatu setelah ini yang melibatkan Dyra.

Feeling Dyra saja sih.

Dyra lihat tante Miranda dan Keysa menatapnya dengan tatapan tidak suka seperti biasanya. Ya sudahlah, aku tidak ada niatan balik menatap mereka sinis.

"Dyra saat ini Om dapat banyak masalah, Om terancam berhenti kerja dan juga hutang Om banyak pada seseorang dan saat ini Om belum bisa melunasinya, dan lebih parah nya lagi untuk menebus hutang itu mereka meminta putri kami untuk dinikahkan dengan pimpinan mereka, Om jadi bingung." Om Bagas mulai bercerita panjang lebar.

Dyra mengerutkan kening, merasa ada yang rancu dicerita tersebut. "Apa gak bisa dibayar om, Dyra bakal kerja keras untuk bantu Om bayar hutangnya." Sambil mengatakan itu, Dyra melirik kearah Keysa yang tangisnya sudah pecah kembali. Dia terisak dalam pelukan tante Miranda.

"Gak bisa Dyra, hutang Om itu banyak, gak bisa dilunasi saat ini." Suara om Bagas terdengar putus asa.

Dyra menghela napas. "Hutang Om sebanyak apa sampai membuat Keysa terpaksa menikah?"

Belum sempat om Bagas menjawab, Tante Miranda sudah lebih dulu memotong. "Siapa bilang Keysa yang akan menikah? Yang akan menikah itu kamu Dyra, menggantikan Keysa. Dengan begitu masalah beres."

Alis Dyra lantas menyatu tidak terima. "Maksud Tante? Kenapa pula jadi aku yang menikah dengan orang itu?"

"Dyra." panggil om Bagas. Dyra menatap langsung pada mata Om Bagas yang tidak terdapat kehangatan seperti biasanya lagi. Kali ini dia benar-benar serius. "Dari kecil hingga saat ini kami telah membesarkanmu. Tolong bantu Om kali ini saja, anggap saja sebagai balas budimu kepada kami."

Dyra terdiam mendengar ucapan Om Bagas yang terdengar bagaikan bom waktu menghantam nuraninya.

Keysa berpindah duduk di sebelah Dyra, meraih kedua tangannya lalu mengenggamnya dengan tatapan memohon. "Dyra kamu mau ya gantiin aku, secara aku kan udah ada Rangga, gak mungkin juga kan menikah, lagian ada rumor yang bilang kalo orang itu jelek gendut, udah gitu monster lagi. Aku gak mau, jadi pantasnya untuk kamu aja."

Dyra terdiam, menatap lurus lantai keramik yang ada di bawah kakinya. Luka hatinya kembali terbuka dengan Keysa menyebut nama Rangga- mantan pacarnya.

"Tapi kenapa harus aku? Keysa aja gak mau dan nolak, kenapa Dyra gak boleh nolak juga?"

"Kamu ini gak tau berterima kasih ya Dyra! Sudah dibesarkan seperti ini malah gak mau balas budi keterlaluan kamu!" Tante Mira marah, sangat marah, nada suaranya yang meninggi menjadi bukti amarahnya.

Dyra meremat rok yang dikenakannya.

"Benar Dyra, Om minta tolong sekali sama kamu, Keysa tidak mau Om mau minta tolong dengan siapa lagi?" Perkataan om Bagas seakan menyudutkannya.

"Tapi om ... apakah harus menikah adalah solusinya?"

"Tidak ada solusi lain, Dyra. Dengan menikah mereka akan langsung melunasi hutang-hutang Om, mereka bersedia berbaik hati karena pimpinan mereka sedang butuh pendamping."

"Tapi Om, Dyra akan bekerja keras 2 kali lipat lagi untuk melunasi hutang Om jadi coba Om minta waktu lagi sama mereka, ato Dyra yang datang menemui mereka langsung." Dyra masih berusaha untuk nyari solusi tanpa harus menikah.

"Udah deh Dyra kamu nurut aja bisa nggak sih? Kamu sudah kami besarkan dari kecil, kamu pikir membesarkan kamu gak pake biaya? Om kamu itu banyak hutang juga karena besarin kamu juga, jadi beban saja bisanya."

Ingin rasanya Dyra membalas omelan pedas tante Miranda barusan, tapi sekalinya anjing mengonggong tidak akan berhenti kalau sudah capek sendiri kan? Mending tidak usah diladeni saja sekalian. Dyra menatap Om Bagas sekali lagi tetapi terlihat tidak ada solusi lain diwajahnya selain menikah dengan pimpinan yang memberi hutang itu. Dyra tertunduk lesu.

Akhirnya Dyra hanya bisa menghela napas, dan mengangguk dengan terpaksa. "Aku pikirkan dulu Om." Dyra berlalu ke kamar dengan air mata tertahan. Dyra tidak akan menangis di sini, mengeluarkan air mata di depan mereka sama saja dirinya mengakui kekalahannya.

"Gak ada yang perlu dipikirkan, besok kamu harus bersiap-siap karena akan dijemput calon mempelai." Teriakkan tante Mira masih terdengar dari ruang tamu.

Mengunci pintu kamar, air mata yang sudah ditahan-tahannya akhirnya jatuh juga. Kalau dipikir-pikir, memang Dyra selama ini 'menumpang' hidup di keluarga ini. Om Bagas dan tante Mira sudah banyak membantunya, dan sudah seharusnya Dyra membalas kebaikan mereka. Tapi Dyra masih tidak Terima dirinya sudah berusaha untuk membalas budi dengan bekerja membanting tulang, dan hasil nya selalu dibagikan kepada Tante Mira dirinya hanya bisa menikmati sedikit uang hasil jerih payahnya sendiri. Apa perlu dengan menyerahkan dirinya kepada orang lain? Menikah dengan orang yang bahkan tidak dikenal sebagai pelunas hutang?

Dyra merebahkan tubuhnya di kasur, mengenang kembali kejadian pahit saat dirinya masih berumur 5 tahun. Kecelakaan mobil menyebabkan kedua orang tuanya meninggal, om Bagas yang merupakan adik dari mamanya, mengadopsi Dyra dan mengambil alih wali orangtuanya untuk merawat Dyra. Beginilah akhirnya Dyra dibesarkan di keluarga ini.

Tanpa bisa berbuat apa-apa, Dyra tidak bisa menolak perintah om Bagas dan tante Mira karena perempuan itu banyak berhutang budi pada mereka.

Sudah kuputuskan. Meski sulit, dengan berat hati aku menerimanya.

Pertemuan

Sinar mentari mengintip di celah jendela, membelai lembut kulit seorang perempuan yang masih tertidur lelap dengan cahaya terangnya membangunkannya dari mimpi indah. Perlahan Dyra membuka matanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku akibat terlalu capek karena kejadian semalam, dan perlahan beringsut bangun mengumpulkan nyawa.

Dengan langkah malas Dyra berjalan ke kamar mandi bersih-bersih dan bersiap untuk dijemput calon suaminya. Tapi dikamar mandi Dyra terkejut melihat wajahnya yang tidak seperti manusia, ya matanya bengkak akibat menangis mengenang nasibnya yang tragis. Tapi Dyra cuek saja dan membersihkan diri seadanya dan mencoba menutupi bengkak pada matanya.

Saat keluar dari kamar, Dyra lebih kaget lagi mendapati orang-orang yang tidak dia kenal. Sepertinya mereka dari pihak orang yang akan dinikahinya sebentar lagi.

"Sialan ni orang-orang gak sabaran banget, harus gitu pagi-pagi datangnya. " Kesal Dyra dalam hati.

"Keputusan bagus Dyra, dan terima kasih." Om Bagas datang menyambut Dyra. Senyuman lebar terpatri di wajahnya yang mulai mengeriput. "Mereka adalah pengawal pribadi yang dikirim kesini untuk menjemput kamu, kamu akan dibawa ke kediaman mereka sekarang."

"Apa, jadi si calon tidak datang langsung menjemput aku, memang dasar pria jahat gak punya hati, nyuruh bawahan nya yang menjemput langsung aku, tapi dipikir-pikir wajar sih kan cerita nya aku dipaksa menikah dengan Pimpinan mereka, ya kali dia langsung perhatian mikir apa sih aku. " Umpat Dyra menahan kekesalan nya.

Sekali lagi Dyra tatap orang-orang berjas hitam itu, berdoa dalam hati semoga semua berjalan dengan lancar. Dyra menatap Tante Mira dan Keysa yang menampakkan senyuman mengejek padanya seolah-olah mereka berkata, itu memang pantas buat kamu jadi benalu kayak kamu gak jadi beban lagi disini. Dyra sudah terbiasa dengan perlakuan seperti itu jadi dia hanya pasrah dengan keadaan nya sekarang.

•••

Mobil mewah yang membawa perempuan itu berjalan santai di jalanan lengang. Sudah hampir 1 jam Dyra di dalam mobil yang lebih mirip ruangan ini. Apa namanya, van? Mungkin itu. Kursi lebar dan luas yang bahkan bisa dipakai untuk tidur, lalu ada gorden yang menutupi setiap jendela mobil, benar-benar mobil yang mewah.

Selama perjalanan Dyra hanya diam, tidak ada niatan membuka obrolan atau apapun itu.

Dyra merasakan mobil perlahan melambat, kemudian berbelok memasuki sebuah gerbang tinggi yang terlihat kokoh. Dyra pikir dirinya sudah sampai, namun tenryata di balik gerbang itu terdapat perkarangan luar biasa luas. Dyra membuka gorden di sampingnya, lalu melihat pemandangan yang terbentang di luar sana.

"Seriously? Ini taman atau rumah? Dari gerbang ke kerumahnya aja jauh gini. Nggak bisa kubayangkan sekaya apa orang yang bakal jadi calon suamiku, tapi kalau orangnya seperti yang dirumorkan malang sekali nasibku." gumam Dyra sepelan mungkin agar tidak ada yang mendengar selain dirinya sendiri.

Mobil berhenti di depan rumah mewah- atau bisa dibilang sebuah mansion megah plus mewah yang benar-benar membuat Dyra ingin menganga. Dyra takjub melihat desainnya yang elegan namun terkesan glamour.

Ketika Dyra turun dari mobil, para pelayan banyak berbaris menyambutnya dan mempersilahkannya masuk. Dyra dituntun keruangan dimana calon suaminya berada.

Dyra memasuki ruangan itu dengan langkah pelan, mengamati setiap arsitektur dan furnitur yang ada di ruangan yang mirip ruang kerja ini. Seketika Dyra merasakan jantungnya berdegup dengan kencang dan berjalan kaku, melihat ada sosok Pria yang sepertinya orang yang akan menjadi calon suaminya duduk di kursi memunggunginya.

Dyra dipersilahkan duduk di sofa oleh pelayan yang menuntunnya tadi. Sofa ini empuk dan nyaman, katakanlah Dyra norak atau kampungan, tapi dirinya tidak bohong saat bilang sofa ini empuk. Benar-benar empuk.

Pelayan yang mengantar Dyra undur diri, sebelum meninggalkan ruangan, tak lupa dia menutup pintunya hingga hanya ada Dyra dan pria itu di dalam ruangan tertutup ini.

Suasana hening membuat Dyra tercekik. Tapi dia juga tidak ada topik basa-basi. Dyra hanya berharap sosok Pria itu tidak sepenuhnya ada dirumor entah itu umur nya yang tidak jauh berbeda dengan nya, dia hanya berharap itu saja.

Tiba-tiba pria yang duduk membelakangi Dyra membalikkan kursinya. Tatapannya terarah kearah Dyra. Refleks Dyra berbisik, "Oh my, tampannya."

Lantas Dyra mengerjap, merutuki mulutnya yang baru saja berbicara blak-blakan. Semoga dia tidak mendengarnya, bisa runtuh harga dirinya. Tidak dipungkiri, Dyra terpesona beberapa detik dengan sosoknya yang sempurna di matanya. Dengan perawakan yang tegap, alis tebal, hidung mancung, bibir seksi benar-benar wajah tipe idaman para wanita.

Berbanding terbalik dengan Dyra yang menurut nya berwajah pas-pasan. Apa kami akan terlihat cocok jika menikah nanti?

Selama mereka beradu tatap, mendadak rasa gugup yang tadi mendatanginya. Dyra lantas menunduk menghindari tatapan Pria itu. Ditatap seperti itu membuat Dyra gelisah, menelan ludah saja sulit.

Tapi ... entah kenapa wajah pria ini terlihat familiar. Seperti~ aku pernah melihatnya di suatu tempat.

"Ternyata kamu yang dikirim si tua Bagas itu? Apa hubunganmu dengannya sehingga dia mengirimmu bukan anaknya?"

Ya ampun, bahkan suaranya pun terdengar merdu.

"Saya keponakannya Om bagas, Pak." Dyra menjawab pertanyaanya dengan suara bergetar. Entah kenapa aura pria itu memberikan kesan mencekam.

"Jadi begitu kamu gak terlalu disayang ya ternyata."

Keningku lantas mengerut mendengar penuturan pria itu.

"Jaga omongan Bapak ya. Om saya tidak seperti itu."

Bukannya meminta maaf, pria itu malah tertawa. Kutarik ucapanku tadi, sifatnya tidak setampan wajahnya. "Kamu sayang sekali dengan Bagas brengsek itu, tapi nyatanya kamu dibuang, apa kamu tidak dengar rumor tentangku di luar sana?" kata pria itu dengan sinis.

Menerima fakta yang terlihat Dyra tidak tahan lagi. "Cukup hentikan."

"Kamu tau apa keuntunganmu? Bagusnya kamu yang akan menjadi istriku bukan anak pria jahat itu. Selamat!"

"Maksud Bapak?"

"Apa kamu tidak ingat saat kamu menempel padaku malam itu direstoran xxx, dan juga jangan panggil saya Bapak saya bukan bapak kamu. Panggil saya Nicho."

"Menempel, mana pernah aku menempel pada seorang Pria. " Gumam Dyra ragu.

Dyra menatap Pria yang tersenyum sinis padanya, ditatap Dyra sambil dia mencoba mengingat apa ada sesuatu yang dilupakan nya. Karena Dyra merasa wajah Pria itu tidak asing dan pernah melihat nya disuatu tempat. Dyra berusaha mengingat dan ya Dyra kaget dan refleks menutup mulutnya.

Melihat ekspresi perempuan itu, Nicho menyeringai sinis "Kenapa, apa kamu mulai ingat?"

Dyra hanya bisa menggangguk pelan dan berusaha untuk menahan malu akibat tingkahnya malam itu, sesuai yang dibilang Nicho direstoran xxx.

Ingatan Menyakitkan

Hening mencekam menggerogoti ruangan yang terasa sesak dan pengap oleh seorang perempuan, ya Dyra merasa tidak nyaman dengan Pria yang ada dihadapannya sekarang ini, ditambah lagi ternyata ada suatu masa lalu yang menurut nya tidak enak bagi Dyra.

Dyra hanya diam dan perlahan ingatan tentang kejadian di restoran yang tadi Pria itu sebutkan mulai memenuhi benaknya. Kejadian yang berusaha Dyra lupakan, dan tidak ingin diingat lagi. Hari itu, hari menyedihkan di mana Dyra melihat mantan pacarnya- Rangga bersama sepupunya Keysa. Mereka berselingkuh dibelakang Dyra. Dan dengan tanpa merasa bersalah karena sudah ketahuan oleh Dyra mereka terang- terangan memperlihatkan hubungan mereka, bahkan kerap sekali Dyra mereka hina.

Masih Dyra ingat jelas apa yang Keysa ucapkan padanya malam itu.

"Lihat siapa ini Rangga. Sepupuku Dyra sendirian aja disini, masih belum ada ganti ya?" Bahkan tawanya yang menyebalkan juga. "iyalah kamu jelek kayak gitu mana ada yang mau, hahaha."

Dyra merasa sakit hati? Jelas lah.

"Dari sekian banyak tempat mengapa harus ditempat ini bertemu mereka, benar-benar sial malam ini, dengan tidak tau malunya mereka masih saja. " Gerutu Dyra dalam hati.

Tapi Dyra tidak berlarut dalam kesedihan. Dyra mulai berpikir untuk mencari seseorang yang bisa membantunya, siapa saja yang bisa aku jadikan sebagai pengalihan, sebagai pencitraan di depan Keysa. Perempuan itu mengedarkan pandangan dan tertuju pada pria yang baru masuk sendirian, tanpa tahu malu Dyra menyapanya. Tentu awalnya pria itu bingung dan terkesan tidak peduli, namun Dyra langsung memeluk lengannya dan bermanja di sana.

"Siapa bilang aku sendiri? ini pacarku baru datang," kata Dyra pada Keysa dan Rangga tentunya. Mereka melihatnya dengan tatapan tidak percaya.

"Sayang kok lama banget nyampe nya?" Dyra mengimutkan suaranya, memberi kode pada pria yang dipeluk lengannya ini, was was jika ini tidak berhasil.

Wajah datarnya menatap Dyra marah, terlihat jelas jika dia marah. Perempuan itu hanya bisa menelan ludah saat itu juga.

Hancur lah sudah! Dyra merutuki kebodohannya.

"Maaf sayang tadi jalanan macet." Demi apapun, Dyra sangat bersyukur pria itu mau bekerja sama. Pria itu memeluk pinggang Dyra, membuat Dyra semakin dekat dengannya. Dyra mengerjap, agak tidak menyangka pria ini melakukan hal itu.

Meskipun risih Dyra hanya tertawa seolah kami benar-benar berpacaran.

Bisa Dyra lihat Keysa dan Rangga menatapnya marah, seakan mereka tidak terima jika perempuan itu ada pendamping. Mereka saja bisa kenapa dirinya tidak? Terutama Rangga, Dyra tidak habis pikir. Dia yang meninggalkan Dyra demi Keysa sepupu Dyra sendiri, sekarang dia menatap Dyra marah karena perempuan itu bersama dengan pria lain? What?

"Gak mungkin pria ini pacar kamu Dyra, gak ada yang mau sama perempuan jelek kayak kamu. Atau mungkin pria ini bodoh." Keysa nampak tidak terima.

"Siapa wanita ini sayang? Kenapa dia bilang pacarku yang cantik ini jelek dan dia bilang aku bodoh, apa dia sudah bosan hidup?" kata pria itu dengan tatapan mengancam terarah pada Keysa. Dyra meneguk ludahnya ketika merasakan ada hawa mencekam dari pria itu. Bahkan Keysa melakukan hal yang sama.

"Sudahlah Keysa, jangan menghinaku dan pacarku. Lebih baik kamu pergi saja dengan bekas pacarku itu dan jangan ganggu aku lagi." Dyra membuang segala rasa gengsinya karna sudah terlanjur keadaanknya diketahui oleh orang ini.

Keysa berdecih, menatap Dyra tidak suka lalu berlalu pergi bersama Rangga. Kini tinggal Dyra berdua dengan pria yang menolongnya tadi.

"Maaf saya meminta bantuan tanpa persetujuan anda dan terima kasih sudah membantu." Dyra menunduk karena tidak enak menyeretnya dalam masalahnya lebih lagi.

"Tidak masalah, tapi-" ucapan pria itu terhenti karena dering teleponnya berbunyi, dia melepas pelukan Dyra di lengannya lalu menjauh dari perempuan itu menerima telpon itu. Dyra yang baru sadar masih memeluk lengannya hanya bisa mengusap leher salah tingkah.

Yah, kira-kira begitulah. Pantas saja Dyra merasa familiar dengan wajahnya, ternyata dia adalah pria yang membantunya di restoran tempo hari.

"Jadi kamu pria waktu itu, maaf aku tidak mengingatnya karena teralihkan dengan masalahku dan sekali lagi terima kasih karena sudah membantuku." Dyra memasang senyum kikuk.

"Tidak semudah itu, apa kamu tahu berapa lama aku mencari kamu setelah malam itu?"

Alis Dyra lantas menyatu. "Kenapa kamu mencariku? Apa mau minta ganti rugi?

"Bisa dibilang begitu karena kamu sudah menyentuhku sembarangan."

Nicho berjalan mendekati Dyra, berhenti tepat di depannya. Dia sedikit membungkuk mensejajarkan wajah kami. Dia mengintimidasi Dyra dengan tatapannya.

Dyra balas menatap matanya tak kalah tajam. Dia pikir dia saja yang bisa mengintimidasi? Oh tentu tidak. "Soal menyentuh bukannya kamu juga memelukku waktu itu jadi kita impas."

"Impas katamu? Tapi ya baguslah karena kamu sendiri yang datang padaku jadi tidak ada alasan kamu menolak semua perkataanku kedepannya." seringai terbit di wajah Nicho.

Mendadak Dyra bergidik ngeri. Dyra lupa jika pria di depannya ini dijuluki monster yang sangat menakutkan, kedepannya Dyra tidak boleh melupakan satu hal yang penting itu.

Pria ini adalah monster.

Tapi Dyra masih bingung dengan rumor yang beredar, mengapa semuanya yang terlihat tidak sesuai dengan apa yang dilihat nya saat ini, ya kecuali sikap nya saat ini benar-benar mencerminkan sosok monster dan aura nya itu membuat orang yang di hadapan nya tidak berkutik.

"Aku gak mau, pokoknya kita sudah impas aku juga merasa rugi dong. " Tanpa rasa takut Dyra menyanggah perkataan Nicho.

Nicho sekilas memperlihatkan raut wajah terkejut tidak percaya dengan apa yang didengar nya tadi, ternyata ada perempuan yang tidak takut dan masih bisa bertahan dengan intimidasi yang dilayangkan nya tadi, Nicho salut dengan kegigihan Dyra. Jadi Nicho senang bahwa perempuan yang selama ini dicarinya lah yang akhirnya menikah dengan nya, bukan anak dari Pak Bagaskara yang akhirnya Nicho tau dialah yang menyebabkan Dyra minta bantuan padanya hari itu.

"Tapi kamu tidak bisa membantah perkataanku Dyra, karena kamu lah yang dikirim oleh si Bagas itu, jadi mau tidak mau kamu harus nurut, jika tidak aku akan menuntut Om kesayangan kamu itu. " Tanpa ampun Nicho tidak mau kalah.

Dyra yang merasa bersalah dengan Om nya mau tidak mau menurut "Jangan, baiklah aku akan menuruti semua perkataan mu. "

Seringai kemenangan terbit diwajah Pria itu membuat Dyra bergidik dan tanpa sadar membuang muka.

"Bagus, untuk saat ini perkenalan kita sampai disini dulu, kamu boleh keluar dan akan diantar pelayan ke kamar kamu. " Nicho memanggil pelayan dan memerintahkan untuk menuntun Dyra kekamarnya dan melayani perempuan itu.

Dyra pun beranjak dari sana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!