NovelToon NovelToon

Takdir Cinta Ayna

Bab 1

"Ay.." panggil Amat saat berjumpa dengan sang kekasih hati yang sangat sulit untuk di temui nya.

"Kenapa Mas, kangen ya ?" sahut Ayna langsung mencecar Amat dengan kalimat terkaan.

"Jangan asal nebak, mentang-mentang benar tebakan nya kelihatan bangga" balas Amat membuat Ayna tertawa kecil.

"Mas udah liat bayi nya Meyya sama Ardha belum? Lucu tau, kata nya sih nama nya Lena, cantik tau Mas" kata Ayna, jelas-jelas Amat baru saja keluar dari rumah bidan tempat bersalin nya Meyya.

"Boddoh, lalu apa urusan ku di sini kalau bukan buat liat Lena kecil" Amat tak tau cara berkata manis pada wanita. Tapi Ayna memaklumi itu selagi tak main tangan.

Ayna memberi cengiran polos. "Kalau gitu masuk lagi aja Mas, temenin aku.. Ya-ya?" tawar Ayna sembari memegang salah satu tangan Amat merayu.

Amat yang tak tahan dengan wajah melas Ayna pun spontan mencubit kedua pipi Ayna gemas.

"Iiiiii .. Gemas banget sih, cewek siapa sih ini .. Pengen ku culik terus kurung di rumah" seru Amat makin gemas melihat raut Ayna yang kesal karna pipi nya di cubit.

"Mas.. Ih.. Sakit.." ringis Ayna menyentak tangan Amat sedikit kasar agar Amat melepas cubitan itu.

"Maaf-maaf .. Lucu soalnya, ini beneran pipi kan?" tanya Amat memencet pipi kiri Ayna.

"Bukan bakpao!" jawab Ayna dengan kesal menepis tangan Amat yang menekan pipi nya.

"Oh, pantes kenyal" gumam Amat masih dapat di dengar oleh Ayna yang langsung mendapat reaksi cemberut.

"Ini pipi Mas!" ralat Ayna dengan nada sebal. Tapi Amat merasa Ayna tak ada seram-seram nya, malah terlihat lucu.

>>

"Aku boleh ke villa kamu ngga, Ay ?" tanya Amat setelah kedua nya keluar dari rumah bidan bersalin, bu Ati.

"Mau ngapain? Jangan macem-macem ya. Kita itu masih belum boleh terlalu dekat" ucap Ayna dengan ketus.

"Halah, pikiran nya Bu dokter satu ini malah yang macem-macem aja terus. Aku cuma mau anterin kamu ke villa aja, terus numpang ngopi" jelas Amat membuat Ayna kikuk.

"Oke deh. Mas yang nyetir mobil ku ya.. Aku lagi males pegang setir" balas Ayna di angguki oleh Amat.

"Santai bu dokter. Kamu cukup duduk manis di sebelah aku, terserah kamu mau kayang, split, jongkok atau apapun, asal jangan mode diem" oceh Amat di angguki malas oleh Ayna.

"Mas, makin kesini aku makin tau sifat Mas yang orang lain ngga tau" cetus Ayna saat dalam perjalanan.

"Kenapa emang nya, mau cari tau yang lain ngga? Yang lebih ganas" sahut Amat dengan kerlingan mata.

"Hah? Maksud nya lebih ganas apa?" Ayna berusaha untuk tak memahami maksud 'ganas' itu.

"Kamu belum tau kan kalau Mas ganas di ranjang" kata Amat menatap Ayna sekilas dengan tatapan tajam tapi menggoda.

Glek

Please topik nya jangan ke arah sana dulu, terlalu ekstrim. Belum nikah woi, please Mas.. Sudahi topik itu !!

"Ay, kok diem aja ?" Amat menyadarkan Ayna yang nampak melamun.

"Hah? Ngga, aku cuma mikirin pasien aku di kota, keadaan mereka gimana ya?" kilah Ayna membawa para pasien nya.

"Yang pasti mereka seperti biasa. Sekarang kamu jangan mikirin pasien kamu dulu, fokus sama aku" kata Amat dengan tajam.

"I-iya mas. Jangan gitu dong liat nya, serem tau" Ayna mencoba mengembalikan raut Amat agar enak di pandang.

Amat pun menetralkan raut wajah nya agar lebih santai lalu tersenyum tipis.

Hanya untuk Ayna, Amat mampu merubah raut dan perilaku nya sedikit demi sedikit.

Bab 2

"Mas mau kemana?" tanya Ayna sambil memandangi Amat yang melangkah keluar dari wilayah villa.

"Kenapa? Udah kangen aja ni? Aku tu emang ya selalu ngangenin" sahut Amat dengan bangga nya.

Ayna mencibir pelan tanpa Amat tau, kenapa dia bisa menyukai lelaki yang super duper PD ini?

"Tadi kata Mas mau numpang ngopi, ngga jadi nih?" tanya Ayna tak menanggapi ucapan PD Amat.

"Oh ya, lain kali aja deh. Aku harus ke sawah jemput Emak dulu" jawab Amat dengan jujur.

"Yaudah, sana gih" usir Ayna secara lembut.

"Ngusir mah ngusir aja, jangan pake nada lembut gitu kan kesel campur seneng jadi nya" sahut Amat membuat Ayna menampilkan cengir khas nya.

>>

Ayna di kampung tak bisa berlama-lama, hanya sekitar empat atau lima hari.

Karena pasien nya banyak jadwal check up pada nya sebentar lagi, jadi mengharuskan Ayna untuk sudah siap.

"Kamu ngga bisa nambah libur lagi ya, Ay?" tanya Amat dengan sifat manja nya yang tak pernah dia tunjukkan pada siapapun.

"Ngga bisa Mas, kalau aku nambah sehari, bisa-bisa pasien ku ngga mau berobat sama aku lagi" jawab Ayna sembari mengelus kepala Amat yang berada di paha nya.

Kedua nya sedang bersantai di gubuk sawah yang selalu menjadi tempat favorit Ardha dan Amat sebelum Ardha menikah.

"Apa aku ikut ke kota aja ya?" usul Amat tiba-tiba membuat Ayna menoleh ke bawah dan menatap lekat Amat.

"Kok tiba-tiba ada pikiran gitu ?" tanya Ayna tak langsung menerima usulan Amat.

"Aku tu ngga tahan jauh-jauh dari kamu, kalau kamu banyak pasien kamu bakal lupa sama aku di sini" jelas Amat dengan wajah melas nya.

"Mas.. Kondisikan muka nya dulu, mas ngga cocok pake muka melas gitu, jadi kayak gimana-gimana gitu" cetus Ayna membuat alis Amat menukik kesal.

Ayna tersenyum tipis. "Mas mau ikut ke kota sama aku?" Amat langsung tersenyum manis sambil mengangguk.

"Terus Emak gimana, yang jaga emak siapa kalau Mas mau ke kota?" Amat seketika terdiam.

Dia lupa akan Emak nya yang hidup sebatang kara tanpa suami, hanya Amat lah yang bisa di andalkan.

"Mat.." panggil Emak Amat tiba-tiba datang, membuat Amat langsung bangun dari paha Ayna.

"Ya Mak? Naha Mak?" sahut Amat langsung duduk tegak. Ayna pun memperbaiki posisi duduk nya agar terlihat rapi.

- kenapa Mak?

"Hoyong ka kota?" tanya Emak Amat bernama Ifah sembari duduk di samping Amat.

- mau pergi ke kota?

"Henteu Mak. Abdi ngan ukur ngabodor" jawab Amat dengan cengir kuda.

- ngga Mak. Aku cuma bercanda

Ayna yang tak mengerti hanya diam memperhatikan obrolan sederhana antara kekasih nya dan ibu nya.

"Ulah bohong, Mat" balas Mak Ifah dengan tegas. Membuat Amat menunduk pelan tak tau harus bagaimana.

- jangan bohong, Mat

"Hapunten Mak, Amat henteu hoyong ninggalkeun indung kuring nyalira" ucap Amat dengan lirih.

- maaf Mak, Amat ngga mau ninggalin Emak sendirian

"Teu kedah hariwang, seueur réréncangan di dieu anu tiasa diandelkeun salian ti anjeun" balas Mak Ifah makin membuat Amat ragu.

- ngga usah khawatir, ada banyak temen emak disini yang bisa di andalkan selain kamu

"Mat, kamu itu perlu kembangin diri kamu di kota. Jangan terus-terusan nganggur di kampung, mau kasih makan apa anak istri mu nanti? Betul ngga Ayna?" tutur Mak Ifah panjang lebar lalu melempar pertanyaan pada Ayna.

"I-iya Mak.." jawab Ayna dengan kikuk.

"Kalau kamu mau ke kota ikut Ayna. Boleh aja, silahkan. Emak dukung sepenuhnya, tapi kamu pulang jangan ngga bawa apa-apa" kata Mak Ifah kembali menatap Amat.

"Maksudnya Mak?" tanya Amat dengan bingung.

"Minimal kabar baik tentang hubungan kalian berdua. Dan juga, kamu harus sukses selama di sana, Mak doain dari sini" jawab Ifah dengan tulus.

Amat langsung sumringah. "Nuhun Mak, nuhun pisan" balas Amat langsung memeluk Ifah dengan erat.

- makasih Mak, makasih banyak

"Udah atuh Mat. Sesak Emak" tegur Ifah merasa kehabisan napas karna di peluk begitu erat oleh Amat.

Bab 3

"Kamu serius Mat? Mau ke kota sama Ayna?" tanya Ardha kembali, takut-takut Amat berubah pikiran.

"Serius lah. Ngga mungkin saya bohong Ar" jawab Amat dengan nada yakin.

"Emak kamu gimana?" tanya Ardha, dia tau Amat tak bisa di pisahkan dengan emak nya.

"Malahan Emak yang nyuruh saya ke kota Ar. Katanya biar jadi orang sukses, daripada di kampung ngga ada kerjaan yang menetap" jawab Amat menjelaskan.

Ardha tersenyum tipis lalu menepuk pundak Amat. "Aku doakan semoga kamu sukses ya Mat" ucap Ardha dengan tulus.

"Makasih Ar. Bantu jagain Emak saya disini ya" pinta Amat di angguki beberapa kali oleh Ardha.

"Emak kamu aman sama kami kok Mat, kamu ngga usah khawatir" balas Ardha mundur beberapa langkah mendekati Meyya yang juga berdiri tak jauh dari mereka.

"Jahat kamu Ay" cetus Meyya dengan bibir cemberut menatap Ayna.

Ayna yang sedang menaruh koper nya di dalam bagasi mobil di bantu oleh Amat pun menoleh.

"Kali ini aku jahat karena apa Mey?" tanya Ayna yang terbiasa dengan kata jahat maksud Meyya.

"Teman sendiri baru lahiran beberapa hari, udah mau di tinggal lagi aja" cibir Meyya kembali memanyunkan bibir nya.

Ayna tersenyum memandang Meyya yang banyak berubah, mulai dari segi cara berpakaian, bentuk tubuh, dan gaya bicara nya juga.

"Mey.. Aku ke sini buat mastiin selama kamu ngeluarin baby Lena, kamu ngga drop parah" jelas Ayna dengan pelan.

"Tapi kan aku tetap drop" balas Meyya dengan tersungut sebal.

"Maka dari itu aku ada di sini, sekarang kamu udah pulih lagi" sahut Ayna dengan nada lembut.

Sesarkas apapun Meyya terhadap Ayna. Meyya tetap teman terbaik untuk Ayna sejak dulu.

"Aku bakal sering ke sini buat jenguk kamu sama baby Lena" kata Ayna dengan senyum manis.

Meyya menghela napas pelan. "Hati-hati, kabarin kalau udah sampe kota" pesan Meyya mendekat ke arah Ayna.

Grep. "Makasih selalu ngerawat aku saat imun aku drop ya Ay. Aku ngga tau lagi harus berterimakasih dengan cara apa, kamu bahkan jadi kepaksa milih jurusan kedokteran karna aku.." ucap Meyya di dalam pelukan nya dan Ayna.

"Hey.. Itu masa lalu, awal nya aku memang ngga terima sama jurusan kedokteran, tapi sekarang aku suka kok, suka banget malahan" sahut Ayna sembari mengelus pundak Meyya.

Meyya mengangguk lirih lalu melepas pelukan itu.

"Kami berangkat dulu ya.." pamit Ayna hendak masuk ke bagian penumpang samping kemudi.

"Baca doa dulu sebelum jalan." cetus Meyya mengingatkan hal baik. Ayna dan Amat mengangguk patuh.

"Assalamualaikum.." salam Amat-Ayna bersamaan sembari tersenyum.

"Waalaikumssalam.." balas Ardha-Meyya yang terus melambaikan tangan sampai mobil Ayna tak terlihat.

"Ngga pegal apa itu tangan nya dadah-dadah mulu" ucap Ardha membuat Meyya menoleh lalu menurunkan tangan nya.

>>

Selama Amat dan Ayna dalam perjalanan menuju kota. Obrolan mereka disini dengan obrolan biasa.

"Mas nanti tinggal di apartemen aku aja, hemat tabungan" usul Ayna di tengah obrolan mereka.

"Terus kamu tinggal dimana?" tanya Amat menoleh sekilas ke arah Ayna.

"Ya di apartemen juga. Dalam apartemen itu, ada dua kamar, jadi ngga harus berbagi kamar" jawab Ayna menjelaskan.

"Kamu ngga tinggal bareng orang tua mu?" tanya Amat sembari mengklakson saat ada truk yang dia kenali.

"Bapak ibu di Jogja mas, mereka jarang berkunjung" jawab Ayna langsung mengeluarkan nada bicara khas orang jawa.

Amat mangut-mangut paham. Tak ada obrolan lagi, hanya ada suara lagu yang Ayna setel di radio mobil sebagai pengisi perjalanan mereka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!