Fita angela gadis tomboy yang hanya fokus kepada sekolahnya, saat ini ia bersekolah di salah satu sekolah swasta SMA di kotanya, dia sedang duduk di bangku kelas 3, yang sebentar lagi akan lulus .
Dia hanya memiliki seorang sahabat dari masa kelas 1 SMA, bernama Siska Pratiwi, kepribadiaan mereka tidak jauh berbeda, sama-sama tomboy tetapi Siska lebih sedikit cenggeng gampang putus asa.
Bukan mereka tidak memiliki banyak teman di sekolahnya tetapi mereka lebih asik berdua, tetapi keduanya sangat di senangin oleh teman-temannya dari mereka mulai masuk SMA, termasuk guru-guru yang menyayangin Fita.
Setiap hari mereka lalu hari-hari bersama kemana pun, pernah suatu kali mereka bolos dari sekolahnya.
Fita termasuk murid kepercayaan dari gurunya walau dia bukan ketua kelas hanya sebagai sekertaris di kelasnya.
"Sis, hari ini pulang sekolah kita kemana ya?" Fita bertanya kepada sahabatnya
"Ayok, kita pergi ketempat yang bisa membuat hati kita merasa bebas, seperti ke Mall, kita ke area permainan asik itu" jawab Siska kepada Fita.
Fita pun bersorak
"ayok cepetan kita pergi sebelum sore ganti pakaian dulu pulang kerumah masing-masing nanti ku jemput"
Siska pun mengangguk menandai bahwa dia setuju apa yang di sarankan Fita.
Fita dan siska sudah tiba di rumah masing-masing, kemudian Fita pun mencari mamanya dan Fita pun melakukan aktivitasnya sebelum pergi ke mall bersama Siska.
Orang tua Fita, mamanya sedang berada di kamar, tidak melihat anaknya pulang.
Mama Fita bernama Sonia.
Fita mencari mamanya ke kamar
"Ma, lagi apa, Fita boleh masuk?" sambil mengentuk pintu kamar mamanya.
Lama Fita menunggu Mamanya membukakan pintu kamar, atau menjawab pertanyaan Fita.
Didalam kamar mamanya.
"Huft" menghela nafas, mengaturnya kembali pelan, terbangun kondisi terkejut.
"Sepertinya tadi ada suara Fita!" Batin mama Fita.
"Ma" panggil Fita sekali lagi.
"Iya, masuklah!" jawab mamanya, Fita tidak berani masuk langsung ke kamar mamanya jika pintu tertutup.
Fita pun segera masuk.
"Ma, mama kenapa kog seperti terkejut begitu dan mukanya cemas?" tanya Fita.
"Oh, tidak kenapa-napa kog!" jawab mama Fita memyembunyikan sesuatu hal dalam pikirannya.
"Ma, Fita mau izin keluar boleh??"
"Mau kemana Fit, enggak belajar saja di rumah karenakan kamu juga sudah mau menjelang ujian!?"
"Masih lama la ma, mau menikmati sebelum sibuk belajar ya ma?" sambil mata puppy eyes
"Ok la Fit, tetapi jangan pulang malam-malam ya!"
" siap bos " sambil cenggiran Fita nya.
Setelah Fita pergi dari kamar, mama Fita pun terdiam sesaat memikirkan kembali apa yang tadi dia mimpikan, sebelum Fita memanggilnya dia sedang tertidur.
Flashback On
Dalam mimpi mama Fita, dia melihat mantan sahabatnya dulu. Sama seperti dia mempunyai anak-anak yang sudah besar.
Mama Fita masih sangat membenci mantan sahabatnya dan tidak pernah melupakan kejadian waktu mereka muda dulu.
Tiba-tiba mama Fita melihat anaknya Fita sedang bersama seorang pria muda dan mukanya sangat mirip mantan sahabatnya.
Pria tersebut akan menikahi Fita. Mama Fita yang melihat hal tersebut berlari menuju kearah mereka untuk membatalkan pernikahan tersebut.
"Stop! saya tidak setuju!" Teriak mama Fita dari jarak 2 M.
"Saya tidak setuju jika anak saya menikah dengan anak dia, seorang yang munafik!" sambil menunjuk kearah mantan sahabatnya.
"Sonia tidak begitu, kamu salah paham, disini pun anak kita saling mencintai, cukup dengan permusuhan kita!" kata mama pria tersebut.
"Tante, saya mencintai Fita!" Kata pria itu.
"Ma, Fita mencintainya!" Tangis Fita.
Semua orang yang menyaksikan pernikahan Fita pun merasa heran.
"Fita, kita pulang" menarik tangan Fita untuk segera pulang.
"Ma, Fita enggak mau" tangis Fita pecah, air matanya mengalir deras dipipinya.
"Sonia biar aku jelaskan!" kata mantan sahabatnya.
"Enggakkk" jawab mama Fita
Flashback
"Jangan sampai anakku bertemu dengan anaknya!" Batin mama Fita.
Mama Fita pun memikirkan kembali, mengapa dia bisa bermimpi hal seperti itu, dan dia dengan mantan sahabatnya itu sudah kejadian lama baginya, sebelum mengenal papanya Fita.
***
Setelah selesai berbicara dengan mamanya, Fita pun pergi, sebelum pergi mamanya sempat bertanya apakah Fita sudah makan apa belum, dan tentu saja sudah karena pas pulang kerumah dia sudah lapar dan langsung menuju meja makan.
karena di rumah Fita selalu tersedia makanan di meja makan, apa lagi mama Fita, tau kalau anak-anaknya bakal mencari makan kalau mereka sudah pulang, jadi walau mamanya tidak terlihat di rumah, Fita akan langsung saja menuju meja makan.
Fita pun segera ke kamarnya dan mandi mempersiapkan diri untuk jalan-jalan.
Dengan memakai celana jin's biru laut dan kaos polos warna hitam, sepatu kets dan tas ranselnya.
"Ma, Fita pergi dulu ya" teriak Fita dari depan pintu kamar mamanya.
"Ok, enggak cipika, cipiki dulu ni sama mama?" goda mamanya
"Ni ma" memberikan kiss bye saja ke mamanya.
Di tempat lain, di rumah Siska.
Siska pun menunggu Fita, tak berapa lama sesuai waktu yang di tentukan. Fita pun datang dengan mengendarai motor beatnya
Penampilan keduanya biasa aja dengan polesan di wajah yang natural.
"Naik cepat" kata Fita kepada sahabatnya itu.
Sampailah mereka di salah satu mall besar yang mereka tuju.
Sebelumnya mereka memarkirkan terdahulu motornya.
Fita dan Siska pun berkeliling terlebih dahalu melihat lihat apa yang bisa mereka beli atau mereka butuhkan.
Setelah puas berkeliling dan tidak ada yang mereka ingin beli, akhirnya mereka ke area permainan.
"wowwww asiknya kalau kita punya mobil begini ya Fit" Siska berkata sambil tetap fokus ke depan layar dan setir mobil dalam permainan nya.
"Bermimpi saja dulu kita Sis" Fita
Mereka bermain balap mobil
"Hahahaha, asik!" Berseru bersama.
Setelah puas bermain mereka pun keluar dari area permainan
"Sudah agh capek ketawanya" Kata Fita sambil tertawa bersama.
sambil menghentikan aktifitas mereka di permainan.
Mereka pun berjalan santai menuju ke sebuah tempat untuk bersantai dan minum bersama.
"Sis, lo mau pesan apa, gue jus alpukat aja" Fita bertanya kepada Siska
"Es sanghai aja deh, sepertinya enak banyak buahnya" sambil membayangakan lagi makan es sanghainya Siska menjawab.
Tidak berapa lama mereka menunggu pesanan masing-masing pun sudah datang.
"Mari makan" seru Fita.
Mereka menyantap makanan dalam diam, sambil sesekali memperhatikan sekeliling, tiba-tiba saja bahu fita tersentak, walau tidak keras hanya kekagetan yang ia dan siska rasakan.
"Aduh!!! Siapa si main nabrak-nabrak bahu ku, gue lagi menikmatin jus ku" Fita merasa geram.
Siska terdiam karena dia melihat dua orang pria tampan depan matanya.
Mode marahnya sudah mau keluar meledak
"Ferdi, ngapaen lo dorong gue, liat nya jadinya nabrak orang lain kan" kata pria yang barusan menabrakkan dirinya ke fita.
"Duuuhh! Sorry enggak sengaja gue dorong elu, soalnya pas kita jalan ini kanan kiri kursi sempit bah" sambil cengir si Ferdi.
"Sorry! Maaf, maaf ya enggak sengaja!" Pria itu meminta maaf dengan rasa bersalahnya. "Ini tadi temanku enggak sengaja ke dorong gue"
"Maaf ya sekali lagi"
Fita hanya diam aja karena masih menahan emosinya.
"Lo berdua minta maaf enggak sama Fita" bentak Siska.
Langsung saja Fita berkata
"Apa lo bilang maaf? Lo tau enggak bahu gue sakit dan disini jadi berantakan gara-gara lo berdua yang kurang kerjaan" jawab Fita ke dua pria itu.
"Iya maafkan kami ya ladies, maaf teman gue ini loh yang nabrak, kenalin gue Ferdi Putra Angga dan lo pada siapa namanya?"
Dengan bangga Ferdi mengenalkan dirinya. Orang pertama yang diajak berkenalan adalah Siska.
"Siska Pratiwi" jawab Siska, dengan muka ketus.
"Gue saja belum jawab permintaan maaf kalian, lo sudah berani berkenal" pandang Fita ke Ferdi
"Sudahlaah maafkan kami, jangan galak-galak" jawab pria tadi
"Gue Nico Prahtama dan lo" sambil mengulurkan tangannya ke Fita.
"Fita Angela" singkat padat dan jelas Fita menjawab.
"Oke gue maafin kalian, lain kali kalian jangan bercanda sampai kelewat batas, dalam keadaan tempat bergini lagi!" Kata Fita.
"Sudah yuk Sis, kita pulang saja, capek gue, enggak mood lagi" langsung aja Fita berjalan dan langsung diikutin Siska dibelakangnya
Kedua pria itu pun benggong saja melihat kepergian mereka.
Nico dan Ferdi pun langsung pergi meninggalkan tempat itu juga, tetapi tiba-tiba Ferdi mengajak Nico untuk mengejar Fita dan Si gaska, karena Ferdi berniat meminta nomor telepon Siska.
Setelah melihat kedua gadis itu.
"Siska boleh minta nomor telepon lo enggak?" Dengan mata puppy eyes.
"Haha, lucu liat Ferdi begitu!" Batin Siska
Sedangkan dalam batin Fita "ngapaen itu dua orang mengejar kami si"
"Sudag puas minta nomornya" teriak Nico dari jarak jauh karena enggak mau ketemu Fita dan Siska.
"Oke bro, sudah,hehe" sambil ketawa Ferdi.
"Sis mengapa sih elo kasi nomor lo ke Ferdi, modus kali itu orang" Fita kesel.
"Enggak apa-apa lah Fit, lagian Ferdi ganteng apa lagi waktu tadi pakai puppy eyesnya, yak ampun unyu kali pengen cubi" jawab Siska
"Ya sudah ayok pulang kita, capek dengan kejadian tadi" Fita sambil berjalan
"Iya de, tapi ada-ada saja lo fit, gitu saja capek" jawab Siska
Fita sudah tidak menjawab langsung saja berjalan menuju parkiran mengambil helm dan kunci motornya lalu menghidupkan motornya dan melajukannya menuju rumah mereka masing-masing, tentunya tidak melupakan Siska.
Setelah menurunkan Siska, Fita pun pulang menuju rumahnya.
"Ma, Pa, Fita pulang" sambil masuk menuju kamarnya untuk segera mandi menghilangkan penat yang ia rasa karena kejadian dengan Nico dan Ferdi.
"Ia nak" jawab serempak papa mama Fita.
papa Fita biasa di panggil Johan Sebastian.
"Fitaaaa, makanan sudah siap, cepat makan selagi sayur masih panas hangat, nanti kalau sudah dingin enggak enak loh" mama sambil menata sayur di meja makan.
"Iya ma!" Fita Sambil berjalan keluar dari kamar setelah ia mandi.
Papa dan adik Fita sudah menunggu di meja makan, Fita mempunyai adik laki-laki bernama Fero Sebastian.
"Iihhh kakak ini lama keluar dari kamar, kami sudah lapar ini, iyakan pa" seru Fero ke Fita sambil juga meminta dukungan papanya.
Papanya hanya menggangguk sambil senyum sedikit, maklum papa Fita orang yang tidak banyak bicara tetapi sangat sayang kepada kedua anaknya.
"Sudah-sudah, ayok makan! Katanya sudah lapar, kog malah ribut" mama sambil duduk d kursi makan.
Selesai makan semuanya , Fero kembali ke kamarnya biasa pekerjaan anak laki-laki , dia sangat suka dunia game, sedangkan mama papa dan Fita masih setia di meja makan.
"Fit, kog mama perhatiin kamu dari pulang mall tadi bete gitu" tanya mama sambil mengupas buah jeruk
"Itu loh ma, tadi siang di mall, Fita lagi asik-asiknya minum jus, tiba-tiba ada yang nabrak bahu Fita, padahal Fita lagi duduk itu, sakit loh ma, gara-gara dua orang cowok seusia Fita la, bercanda sambil jalan di kanan kiri yang banyak kursi itu, eh gak sengaja temannya ke dorong kena deh Fita" Fita bercerita.
Papa Fita hanya memperhatikan dua wanita yang disayanginnya sedang mengobrol
"Lalu orangnya ada minta maaf enggak" tanya mama
"Ada ma" sambil senyum Fita menjawab mamanya karena tiba-tiba dia mengingat kejadian tadi dan merasa lucu walau juga ada kesalnya.
"Lagian kamu paling tadi pun enggak sakit gimana itu bahu, kamu sajakan yang langsung marah-marah" celoteh mama.
Karena mama dan papa Fita sangat mengetahui bahwa anaknya ini sangat la keras orangnya, kuat, mandiri enggak mungkin hanya hal kecil dia rasakan terus.
"Iya ma " jawab Fita.
"Papa mau ke kamar dulu mau menelepon teman papa"
"Ok pa" jawab mama dan Fita berbarengan.
Malam harinya di rumah Nico, dia sedang tiduran di kasur empuknya sekilas teringat kejadian tadi siang di mall yang ia alami bersama Ferdi.
Ya, Ferdi sahabat Nico, sama halnya dengan persahabatan Fita dan Siska.
Tetapi Nico dan Ferdi masih mempunyai seorang sahabat bernama Rio Hermawan.
Sekilas tercetak senyum di wajah Nico teringat akan wajah Fita yang cantik, putih, mulus.
Membayangkan kapan bisa bertemu lagi dengan Fita dan Nico mengingat mengapa ia tidak seperti Ferdi saja yang blak-blakan langsung meminta nomor hp Siska.
Nico berfikir Ferdi sepertinya sedang beruntung, karena sifat beraninya Ferdi.
Tok-tok!! Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dikamarnya.
"Boleh masuk bang" tanya adik nya Nico
"Masuk la" seru Nico
"Ada apa dek, cari abang?? Sambil bersandar di atasan kasur.
"Mama ajak abang makan tu" jawab Nico sambil memegang hp nya.
"Ya uda, Zelfi pergi de!!" Ok adik kesayangan ku, bilang mama dan papa, abang masih kenyang ya, thanks"
Ketika adiknya si Zelfi telah keluar, Nico teringat ingin melakukan sesuatu, dia mencari pensilnya untuk mengambar, mengambar biasa aja, tetapi gambarannya sangat bagus.
Oh iya nama adiknya Nico ialah Zelfi Anastasya masih bersekolah SMP, sedangkan Nico sudah kuliah berada di semester 2.
Orang tua Nico, mamanya bernama Cinthia Putri dan papanya bernama Wijaya Pratama.
Ketika zelfi sampai di meja makan, orang tuanya pun menanyakan kemana Nico dan Zelfi menyampaikan apa yang tadi di beritahu oleh abangnya.
orang tuanya pun mengerti dan langsung lanjut saja makannya.
Di kamarnya Nico, dia sedang mencari pensilnya.
Tetapi pensil yang ia cari urung di temukan. Dalam batin Nico berkata "hadeh, kemana si pensilku, yang sering ku pakai mengambar" sambil mengacak rambutnya yang sudah rapi. Di bongkarnya sana sini belum ketemu juga, setelah ia membongkar isi tasnya baru di temukan pensilnya yang biasa ia pakai mengambar.
Nico mulai mengambar dengan hatinya sambil membayangan apa yang ia gambar, yang ia gambar adalah seorang gadis cantik, yang tiba-tiba selalu teringat dipikirannya.
Jantungnya berdetak lebih cepat, seperti perasaan cemas, takut, perasaan lain, atau dia lagi jatuh cinta.
Dia menyangkal dalam hatinya tidak mungkin bagi dia, baru ketemu bisa langsung jatuh cinta, apa lagi cewek galak begitu.
Hpnya berbunyi menandakan ada Whastsappnya masuk, sekali dilihatnya ternyata si Ferdi yang menanyakan apakah besok acaranya jadi dan kemana sabahat mereka yang satunya yaitu Rio.
Nico pun membalas Whatsappnya
"Jadi kog di sebuah SMA ya, si Rio lagi sibuk katanya, biasa yang punya pacar, la kita jomblo sejati maka nya chat berdua kan! Hahahaaha", balas nico sambil ngakak sendiri.
"La, ok la kalau begitu, gue mau tidur dulu sampai besok bro, jangan telat loh" tutup Ferdi.
"Mengganggu orang lagi mengambar saja si Ferdi ini, untung sahabat kalau bukan sahabat langsung gue jitak tu anak, hampir bikin konsentrasi ku hilang" batin Nico.
Nico melanjutkan mengambar dengan tenang dan lebih fokus.
Setelah lama mengambar dalam keheningan, gambarnya pun selesai.
Bangga pada gambarannya sendiri sambil senyum dan bertekad untuk sesuatu hal.
Malam semakin larut, Nico pun merebahkan dirinya diatas kasur, sambil berdoa berharap besok atau besoknya lagi bisa bertemu seseorang yang ia harapkan dapat ia temui lagi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!