*******
***Carramella Araganta
Carramelal, akrab di panggil Carra. Salah satu mahasiswi berprestasi di salah satu kampus terkenal di kota Las Angeles.Gadis cuek yang di idolakan para mahasiswa baik dari junior,maupun seniornya.
Namun begitu,ia tidak terlalu perduli.Terlebih memang tidak ada yang membuatnya tertarik.Ia lebih suka menikmati kejombloannya setelah satu tahun lalu putus dari Abram
***Juan Zhucarlos
Juan, tepatnya Juan Zhucarlos.
Pria tampan yang sudah sukses di usia muda. Bagaimana tidak,diusianya yang baru menginjak 26 tahun ia sudah menjadi pengusaha besar yang disegani dari segala kalangan.Tidak hanya memiliki perusahaan fashion terbesar di dunia, bahkan ia juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang property.
Bukankah itu menakjubkan?
Di usianya yang sudah matang itu, ia sama sekali belum ada niatan sedikitpun untuk mencari calon istri. Sehingga sang Ayah mengambil alih tugas tersebut untuk mencarikannya pasangan hidup.
***Abram Luccas
Pria tampan dengan segala bentuk keramahannya, sekarang ia bekerja di salah satu perusahaan di bawah pimpinan adik sepupunya.
Abram ini adalah sosok pria yang baik dan lemah lembut terhadap wanita, sehingga wajar saja jika seorang Carramella Araganta belum mampu melupakannya
******
Gadis cantik itu langsung merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu. Keadaan rumah sepi, entahlah dimana Ratna, mamihnya itu. Hanya ada para pelayan saja di rumah yang diam berdiri di posisinya masing masing seperti manquin.
Dan di keheningannya itu, fikirannya tiba tiba saja berlari pada kekasihnya. Abram, laki laki tampan itu.
Carra menyesali hubungannya yang harus kandas itu karena Abram yang berpindah ke kota lain, New York. Keduanya tidak bisa menjalani hubungan jarak jauh.
Namun begitu meski sudah satu tahun berlalu hubungan keduanya tetap lah stabil, menjadi partner, sahabat. Komunikasi di antara keduanya masih tetap berjalan dengan baik. Bahkan mungkin masih saling mencintai, hanya keduanya yang saling tahu.
Sebenarnya alasan keduanya putus bukan karena jarak yang jauh, tetapi lebih karena orang tua Carra yang tidak memberikan restu pada hubungannya dengan Abram. Carra pun tidak tau apa alasannya.
Khasta keduanya tidak lah jauh berbeda, Abram pria mapan, ia adalah pria yang jujur dan pekerja keras, ia tinggal dengan Kakeknya seorang yang kaya raya. Namun begitu ia tidak begitu saja sombong dengan apa yang di miliki kakeknya.
Kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat saat perjalanan bisnis ke madrid, ketika Abram duduk di kelas satu sekolah dasar. Kemudian setelah itu Abram di asuh oleh adik papahnya yang tinggal di New York sampai lulus SMA, dan kembali ke LA atas perintah kakeknya.
Abram adalah laki laki berpendidikan tinggi, tapi entah apa yang Stev liat darinya sampai ia tidak merestui pria itu untuk menjadi menantunya
Flashback On
"Maafkan aku"
"Kenapa?"
Carra duduk berhadapan dengan Abram di salah satu taman di pusat kota LA, pada malam minggu
"Sepertinya kita tidak bisa menjalani hubungan ini lebih lanjut carra"
"Hey kau kenapa? Kau ingin memberi aku kejutan? Ahh sudahlah dengan kau mendapat kerja di New York pun dan kita harus terpisah antara jarak yang jauh, itu sudah membuatku lemas dan terkejut"
Tutur Carra yang kemudian memeluk Abram, membenamkan wajahnya di dada bidang orang terkasihnya itu.
Tapi gadis itu cukup heran karena tidak ada reaksi apapun dari Abram.
"Abram?"
Carra kemudian menengadah, melihat wajah Abram yang terlihat berbeda
"Kau tau sendiri carramel,orang tuamu tidak pernah setuju dengan hubungan kita"
"Lalu?"
"Untuk apa kita melanjutkan hubungan ini?"
Saat itu pula carra menundukan kepalanya, itu artinya Abram menyerah memperjuangkannya, dan Carra tidak bisa berbuat apa apa.
"Abram" Sahut sendu Carra
Pria tampan bernama Abram itu kemudian mengusap cairan basah yang jatuh dari mata gadisnya dan membasahi pipi gadis itu
"Gadis cengeng!"
"Aku mencintai kamu"
Abram menghela nafas mendengar ucapan gadisnya itu, ia pun sama, lebih bahkan. Rasa cintanya kepada Carramel jauh lebih besar daripada rasa cinta kepada dirinya sendiri
Abram menarik Carra kedalam pelukannya, ia sungguh tidak tega melihat wajah gadis itu menjadi kusut
"Aku juga sangat mencintaimu Carra, sangat."
Sebagai seorang pria, Abram tentu saja ingin membahagiakan gadisnya. Ia ingin menikahi Carra, tapi apa boleh buat orang tua Carra benar benar teguh pada pendiriannya. Ia tetap tidak memberikan restu pada keduanya sehingga tidak mungkin bagi Abram untuk terus memaksa keadaan.
Ia tidak mungkin membawa Carra kawin lari atau membiarkan gadisnya itu menjadi anak durhaka karena menentang orang tuanya nanti. Tidak, Abram tidak ingin seperti itu.
Biarkan saja dia mengalah pada waktu dan melepaskan gadisnya dulu. Jika memang takdir berkehendak, maka suatu saat ia akan kembali untuk menjemputnya.
Setelahnya, pasangan saling mencintai itu akhirnya sepakat untuk menyudahi hubungannya dengan damai. Dengan perasaan yang sesungguhnya masih saling memikat.
Keduanya hanya berharap semoga tuhan mau berbaik hati menyatukan mereka nanti,dan membalikan hati Stev untuk bisa merestui hubungannya.
******
Dua hari setelah putus, Abram pamitan untuk pergi pindah kembali ke New York, karena ada panggilan pekerjaan dari adik papahnya itu
Carramel mengantarkan sampai bandara
"Aku akan sangat merindukanMu,Aku mencintaimu Abram"
"Aku juga akan sangat merindukanmu gadis manisku" Sahut Abram yang lalu mencium pucuk kepala Carra
"Kau tidak mencintaiku?" Tanya Carra
Abram hanya tersenyum, kemudian ia menarik pinggang Carra, dan mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Carra dengan lembut penuh cinta.
Ada air mata yang jatuh membasahi pipi Carra, seperti tidak sanggup akan di tinggalkan
"Jangan menangis,aku tidak akan sanggup meninggalkan mu jika begini" Sahut Abram yang kemudian memeluk Carra dan beberapa kali mencium pucuk kepala gadis itu.
"Kalau begitu jangan pergi" Sahut Carra dengan memeluk Abram begitu erat
"Sayang.." Abram hanya menghela nafas, tidak sanggup meneruskan perkataannya
Dan tak lama beberapa orang pria dengan tubuh tegap memakai kecamata hitam dan stelan rapihnya yang berwarna dominan hitam datang mendatangi dua orang yang sedang melakukan upacara perpisahan itu
"Tuan, pesawat tuan sudah siap" Sahut salah satu dari mereka dengan sopan
Rupanya mereka adalah para pengawal Abram yang di tugaskan oleh kakeknya mendampingi Abram
Abram memang akan menggunakan pesawat pribadi, mengingat kakeknya yang memang tidak membiarkan ia untuk menggunakan pesawat lain
Abram mengangguk, kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Carra yang nampak sembab itu
"Jaga dirimu baik baik" sahutnya
"Aku akan sangat merindukan mu" Sahut Carra lagi yang kemudian melangkah mundur, kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Abram.
Ia tidak akan sanggup jika harus melihat Abram meninggalkannya.
Abram hanya melihat kepergian gadis itu dengan perasaannya yang hancur, tiba tiba saja air matanya menetes, hingga membuat Abram segera menghapusnya dan kemudian ia pun mengenakan kecamata hitam. Kurang lebih untuk menutupi mata sembabnya, agar tidak ada orang yang melihat bahwa dirinya menangis.
Pria memang lemah jika berhadapan dengan gadis yang sangat di cintainya. Bagaimana pun Carra adalah satu satunya wanita yang sangat ia cintai, mungkin selamanya ia akan mencintai gadis itu. Tidak perduli siapapun nanti yang bersamanya.
Flashback Off
Meskipun kejadian itu sudah berlalu sekitar satu tahun lebih, tapi tetap saja Carra masih belum bisa seutuhnya melupakan dia.dan menerima kenyataan pahit bahwa hubungannya dengan pria tampan itu yang sudah berjalan selama dua tahun kini ternyata sudah berakhir.
/*/*/*///*/
Hayoo ada nggak yang pernah hubungannya nggak di restuin?😁
Like,Komen,Share vote sebanyak banyaknya❤
******
"Carramel"
Suara itu lantas membuyarkan lamunan Carra, ternyata itu Ratna
"Mamih, kau membuat ku kaget"
Sahut Carra sambil memegang dadanya, Ratna tersenyum. Kemudian duduk di samping putri kesayangannya
"Ada apa?"
"Maksud mamih?"
"Apa yang kau fikirkan, kau masih memikirkan Pria itu?" tanya ratna
"Carra tidak bisa melupakannya"
"Kenapa?"
"Carra masih mencintainya"
Ratna terlihat nampak menghela nafas. Telihat mata bening Carra berkaca kaca. Sebagai seorang ibu Ratna tentu memahami bagai mana perasaan anaknya ini, tapi bagaimana pun Ratna ada di bawah kendali suaminya. Ia tidak ingin menjadi istri durhaka karena menentang perintah suaminya.
Jadilah ia hanya mengikuti perintah suaminya, dan mencoba memahami dengan baik keadaan putrinya
"Papih besok pulang dari spanyol" sahutnya kemudian, mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin anaknya berlarut larut dalam kesedihan. Dan bagaimana pun kerasnya Stev menentang hubungannya dengan Abram dulu, dia tetaplah Papih Carra, tidak ada yang bisa merubah kenyataan itu.
Dan Carra sangat begitu patuh dan sayang kepadanya. Itulah mengapa Abram memilih melepaskan Carra, ia tidak ingin Stev merasa gagal mendidik putrinya karena membangkang padanya hanya demi seorang pria yang tidak di sukainya
*******
Satu tahun lebih Carra menjalani hari harinya dengan hampa, Carra masih mencintai Abram, pria yang sudah bersama sama dengannya selama 2 tahun.
Lihatlah, betapa gadis itu belum mampu seutuhnya melupakan mantan kekasihnya
Kalau bukan karena orang tuanya terutama Stev, mungkin sampai sekarang Carra masih bersamaa dengannya. Jarak bukanlah halangan, melainkan ujian.
Carra menuruni anak tangga, terlihat Ratna yang sedang menonton tv. Menonton berita tentang kabar seorang pengusaha muda nomor one new york yang akan terbang ke L.A untuk liburan musim panas.
L.A?
setelah tahun kemarin tempat sasarannya adalah Belanda, dan sekarang ia ingin ke LA? yang benar saja, apa tidak ada tempat lain?
Carra sudah menyiapkan kupingnya untuk mendengarkan pujian pujian yang nanti akan terlontar dari mulut ratna untuk seorang Juan, Ratna begitu mengagumi pengusaha muda tampan itu.
Setiap melihatnya di televisi, atau di majalah dan surat kabar maka Ratna akan terus memuji muji pria itu.
Wajar memang, semua wanita tanpa batas usia memang mengagumi pria itu, mungkin hanya Carra saja yang tidak begitu tertarik padanya.
Bagi Carra dia sama dengan pria lainnya, bahkan entah mengapa orang orang juga mengagumi sifat dinginnya itu, sungguh kebodohan yang nyaris tidak bisa di sembuhkan
"Lihatlah calon suamimu itu!" Sahut Ratna saat mendapati Carra yang sudah duduk di sofa yang lain, Carra menoleh jengah. Sebenarnya ini bukan yang pertama Ratna mengatakan hal tersebut, tapi tetap saja selalu membuat Carra terkejut
Ahh, Carra benar benar tidak mengerti mengapa Ratna selalu mengucapkan kalimat itu. Apa dia benar benar menginginkan pengusaha muda itu untuk menjadi menantunya?
Terlalu terobsesi!
"Ayolah mih, jangan bermimpi mempunyai menantu macam dia. Aku tidak akan mencintainya!"
"Ahh benarkah?" Tanya Ratna seolah meremehkan
"Yah. Ada apa memang?"
"Kau akan mengetahuinya nanti"
Carra mengernyit mendengar kalimat misterius dari Ratna, tapi yasudah. Ia tidak ingin terlalu perduli. Biar saja dulu mamihnya itu berkhayal, asalkan jangan sampai berlebihan saja.
******
Carra berjalan santai menyusuri koridor campus, tapi tiba tiba saja seseorang menarik tangannya
Dan Carra langsung menghela nafas saat melihat siapa orang menariknya, siapa lagi kalau bukan saudara sepupunya yang julid itu. Jasmin Flaw.
"Kau benar benar, mau aku mati muda karena jantungan, hmm?" Gerutu Carra sambil melipat kedua tangan didadanya
"Carramell. Ayolah, kau sudah bukan anak kecil lagi. Kau sudah berumur 22 tahun"
"Hmmm..Lalu?"
"Berhenti kekanak kanakan!"
"Hey, siapa yang ke kanak kanakan? Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri nona flaw?"
"Sudahlah. Apa kau sudah menemui Jastin?"
Tanyanya yang kemudian mengalihkan pembicaraan
"No! Aku baru sampai di campus dan kau orang pertama yang aku lihat" Cerocos Carra
"Baiklah, tadi Justin mencari mu. Sebaiknya kau temui dia dulu!"
"Tidak bisa" Sahut cepat Carra kemudian melangkah meninggalkan Jasmin,
"Carramel" Rutuknya sambil mengikuti langkah Carra
Carra menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap Jasmin yang nampak memperlambat langkahnya karena rok ketatnya yang terlalu pendek, mungkin. Ia memanglah gadis yang gemar memakai pakaian sexi
"Sudahlah! Aku ada mata kuliah pagi, kalkulus. Kau mau aku terlambat dan dimarahi Tuan Rach karena harus menemui Jastin?"
Carra mendongakan kepalanya pada Jasmin
seolah menantang
"Baiklah kau harus pergi" Sahut Jasmin
Carra hanya mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya
Dan Jasmin hanya menatap kepergiannya dengab heran, tidak mengerti pada sikap saudara sepupunya itu. Tidak bisakah dia membuka pintu hatinya untuk pria lain?
Abram benar benar sudah meracuni fikirannya, sudah mengambil alih seluruh kendali diri yang ada padanya
" Ahh, Abram Luccas kau benar benar sudah membuat saudara sepupuku menderita!"
Yah bagaimana tidak, jangankan tertarik pada pria lain, bahkan pada seorang Juan Zhucarlos saja,bpria yang paling di idolakan kaum wanita, sedikitpun dia tidak tertarik padanya. Bukankah itu gila?
Atau jangan jangan dia sudah tidak normal?
*******
Carra segera melangkahkan kakinya untuk keluar dari kelas. Ternyata Mr Rach tidak masuk mengajar, tau begitu lebih baik Carra tidak buru buru saja tadi.
Di tambah dengan riuhnya para wanita itu yang sedang bergosip. Kuping Carra mulai panas mendengar obrolan heboh para wanita labil yang sibuk membicarakan kedatangan Juan Zhucarlos ke new york yang akan tiba dua hari lagi.
Kabarnya, pengusaha muda tampan itu juga akan berkunjung ke campus ini. Tidak tau mau apa, barangkali hanya ingin tebar pesona saja
"Ahh apa tidak bisa mereka itu bersikap biasa saja? Hallo, Juan itu hanya pria biasa. Sama seperti pria pria lain! Mengapa mereka harus berlebihan?" Gerutu Carra,bagai pada dirinya sendiri
"Carramel"
Seketika Carra menoleh ke asal suara.
Justin, pria yang sejak dulu menginginkan Carra untuk menjadi gadisnya. Tapi Carra tidak bisa.
Pertama karena dihatinya masih ada Abram, dan kedua Carra sudah nyaman menganggapnya sebagai seorang kawan, ia tidak mau pertemanannya dengan pria itu nanti hancur hanya karena percintaan.
"Hey" sapa Carra
"Tuan Rach tidak masuk ke kelasmu?"
"Bagaimana kau tau?"
"Aku tau karena aku melihat mu disini!" sahutnya yang kemudian tertawa
"Oh yaa" Carra juga sedikit dengan tawanya
"Apa sekarang kita boleh ke kantin?" Ajaknya
"Kau tidak masuk kelas?"
"Kelasku akan di mulai satu jam lagi"
Sahutnya dan tanpa aba aba menarik Carra begitu saja menuju kantin
Begitu sampai di kantin campus, keduanya duduk dan mengobrol kebetulan kantin sedang sepi, jadi Carra tidak begitu risih. Biasanya Carra selalu enggan pergi ke kantin jika kantin sedang rame, berisik.
"Kau tidak senang pengusaha muda sukses itu akan mengunjungi campus kita?"
Tanya Justin mengawali pembicaraan
"Bukan tidak senang, aku hanya tidak terlalu antusias saja"
"Kenapa memang?"
"Aku tidak tertarik!"
"Baguslah!"
"Maksudmu?"
"Ohhh, Lupakan!" Sahut Jastin seperti orang mencurigakan.
Tak lama datang seseorang mendatangi meja Carra, seorang pria dengan pakaian rapih dominan hitam
"Nona Carra, Tuan besar menunggu nona di depan gerbang campus" Sahutnya setelah membungkuk pada Carra, dan Carra ingat bahwa hari ini Stev pulang dari spanyol.Orang ini pasti buadyguardnya, Carra tidak mengenali satu persatu orang orang papihnya memang. Mereka terlalu banyak
"Ohh, baiklah terimaksih" sahut Carra. Dan Justin tidak perlu merasa heran, ia tau jika Carra ini bukanlah orang sembarangan
"Aku akan menemanimu" Sahut Justin begitu melihat Carra yang segera berdiri
"Tidak perlu. Kau sebentar lagi akan masuk kelas bukan?"
"Tapi..."
Tanpa mendengarkan pria itu. Carra berlalu begitu saja meninggalkan Justin.
Jastin jadi kesal sendiri, ia menyesali Carra yang tidak bisa sedikit saja pada dirnya, padahal ia memiliki segalanya. Tapi gadis itu sungguh tidak pernah memperdulikannya.
*****
Carra langsung memeluk pria tampan separuh baya itu dan berteriak senang. Pasalnya sudah satu minggu ini Stev sibuk mengurus pekerjaan nya yang berada di spanyol
"Bagaimana kabar mu nak?" Tanyanya, ia begitu senang melihat putri kesayangannya itu
"Seperti yang papih lihat. Oh yah, mengapa papih langsung ke campusku?"
"Tentu saja karena aku merindukan putri ku" Sahutnya dengan tampang meremehkan pada Carra, dan Carra hanya tersenyum saja
"Pulanglah! Papih ada kabar gembira untukmu" Sahutnya setelah melepaskan pelukan kedua putrinya
"Ohh jadi Tuan Stev menyuruhku untuk bolos hari ini? Baiklah" Sahut Carra yang segera masuk ke dalam mobil yang belum tertutup itu
Dan Stev hanya geleng geleng kepala melihat tingkah polos putri kesayangannya itu.
Ia tidak sabar ingin memberi tahukan kabar baik ini pada Carra, meski sebenarnya hati kecilnya juga merasa sedikit tidak yakin bahwa Carra akan senang mendengar kabar ini.
Terlebih putrinya itu masih dihantui bayang bayang mantan kekasihnya
/*/**/*
Like koment share Vote sebanyak banyaknya❤
******
"Mamihh" Teriak Carra saat sudah sampai di rumah
"Hey, jangan berteriak jika di dalam rumah Carra" Ratna menyahut kemudian berdiri dari
duduknya
"Coba liat siapa yang datang" Sahut Carra dengan merentangkan tangannya dan mempersilahkan Stev masuk
Dan Ratna tersenyum senang begitu melihat suaminya, bagaimana dia bisa datang dengan Carra?
"Apakabar istriku?" Stev langsung memeluk istri tercintanya
"Suamiku, kau tau aku akan selalu baik baik saja jika kau ada disini" Ratna menyahut dengan senyum yang ketara amat bahagia
"Ciihh" Decak Carra
Kedua orang tuanya tak menggubris,kembali mereka berpelukan dan Carra hanya tersenyum
"Baiklah. Silahkan bersenang senang!" Sahut Carra sambil berlalu menuju kamarnya yang megah
Biarkan orang tuanya menikmati waktu mereka, Carra tidak ingin mengganggu
*****
Carra duduk di tepi ranjang setelah mengambil sebuah album di berankasnya
Ia mulai membuka album tersebut, dan senyum getir mulai menghiasi wajah cantiknya
FLASHBACK ON
Carra dan Abram duduk manis menikmati senja di batas kota Las Angeles, itu adalah hari terakhir di musim panas
Kemudian Carra rebahan di paha Abram yang bersandar di batang pohon, keduanya memang berada di bawah pohon besar
"Abram?"
"Hmm" Abram yang sedang membaca buku menyahut singkat
"Apa kau mencintaiku?" Tanya Carra dengan memajnkan jemarinya di dada bidang Abram yang terhalang kemeja
"Kau meragukan Ku Carra?" Tanya Abram, kemudian meletakan buku itu di sampingnya
"Aku hanya bertanya. Apa kau mencintaiku?" Tanya Carra lagi
"Yah. Sangat!"
"Benarkah?" Tanya Carra dengan tampang meremehkan yang seolah tak percaya
"Kau mau aku mengucapkan cinta kepadamu setiap waktu nona Carra?" Tanya Abram dengan tatapan yamg tak kalah meremehkan
"Iya"
"Aku mencintaimu!"
"Aku mencintaimu!"
"Aku mencintaimu"
"Aku mencintaimu"
"Aku mencintaimu"
"Aku mencintaimu"
Abram terus mengatakannya lalu membungkuk mencium kening Carra yang tiduran di pahanya setiap setelah selesai mengatakannya. Dan Carra yang jelita itu hanya tertawa melihat aksi pria tampannya itu
"Sudahlah! Aku tidak ingin melihat kau lelah" Sahut Carra kemudian bangun dan duduk bersila menghadap Abram
"Ini olahraga untuku"
"Yah, tapi cukup. Aku percaya kau mencintaiku"
Kemudian Abram memeluk gadis yang sangat di cintainya itu
"Tidak akan ada pria yang bisa menolak permintaan gadis seperti kau!" Sahut Abram kemudian mencium pipi sebelah kanan Carra
Dan beralih pada bibir mungil Carra,keduanya berciuman, bersamaan dengan tenggelamnya matahari.
FLASHBACK OFF
Rasanya dulu semuanya akan nampak baik baik saja.
Tak terasa air mata Carra jatuh membasahi album foto itu. Bagaimanapun kerasnya dia mencoba melupakan Abram, rasanya semuanya sia sia. Bahkan sudah satu tahun setelah kepergiannya pun Carra belum mampu menghapus bayang bayangnya
Apapun yang dirinya lakukan, selalu mengingatkannya pada Abram
*******
New york
Juan Zhucarlos yang tampan itu tengah menikmati siang di new york yang begitu panas
Ia berdiri menatap keindahaan kota itu di balkon kamarnya dengan satu pelayan pria yang setia berdiri di dekat pintu balkon, dan asisten kepercayaannya. Robert yang berdiri tak jauh darinya
Sepertinya hari ini ia tidak terlalu disibukan oleh pekerjaan. Dia menyerahkannya pada Alex, asisten kepercayaan nya untuk mengurus segala pekerjaan.
Dia tidak ingin terlalu pusing. Mengingat besok dia harus terjun ke LA dan dia ingin relax hari ini
"Juan"
Juan menoleh ke asal suara
"Ayah" Shutnya
"Bagaimana? Kau akan siap bertemu dan menjemput calon istrimu?"
"Ayolah ayah. Tidak perlu bersikap begitu!" Bujuknya
"Kapan kau akan bersikap dewasa Juan, memangnya wanita mana lagi yang akan kau permainkan? Sudah saatnya kau serius membina rumah tangga!"
Bukan Max Zhucarlos namanya jika tidak mengetahui bagaimana watak putranya
Dan Juan yang mendengar itu hanya terdiam, meski ia terlihat angkuh dia adalah seorang putra yang patuh pada orang tuanya. Itu adalah salah satu kunci kesuksesan bisnisnya
"Ayah sudah pilihkan kau calon istri, dan kau akan berterimakasih kepada ayah Juan"
"Kau tidak akan menyesal" Sambungnya
"Baiklah ayah. Ayah memang selalu menang" Juan menyahut pasrah kemudian memeluk ayahnya
****
*LA
Kediaman Araganta*
"Duduklah, papih ingin bicara dengan mu" suruh Stev, kemudian Carra duduk dengan wajah yang penasaran. Pasalnya Stev terlihat amat serius
"Ada apa pih?"
"Kau, sebentar lagi calon suami mu akan sampai disini" sahut Stev
Tentu saja hal itu membuat Carra terkejut
Calon suami? Apakah Stev sedang bercanda? Memang apa maksudnya?
Batin Carra terus bertanya tanya
"Carra. Papih sudah lama merencanakan perjodohan ini dengan karib papih, maaf. Karena itulah papih menyuruhmu untuk berpisah dengan Abram" Tuturnya
Carra terpaku, kemudian sekilas sekilas bayangan Abram yang tampan itu melintas di benaknya
FLASHBACK ON
"Why? Mengapa kau tidak mau mengantarkan aku sampai ke rumah?" Tanya Carra saat mobil Abram menepi melewati gerbang rumah Carra
"Kau tau, jika aku mengantarkan mu sampai ke rumah, maka kau aakan mendapat masalah"
"Ayolah, aku sudah terbiasa dengan sikap papih Abram" bujuk Carra
"Sudahlah! Pulang saja. Aku mencintaimu" sahut Abram lalu mencium kening Carra tidak ingin memperpanjang masalah dengan gadisnya ini
Carra tersenyum, kemudian turun dari mobil dan berjalan mundur meninggalkan Abram menuju rumahnya, dengan tangannya yang terus melambai
Abram hanya tersenyum
Gadis itu benar benar membuat Abram begitu mencintainya
Tapi Abram sadar, suatu saat ia tetap harus melepaskan gadisnya itu.
Kemudian mobil Abram melaju
*****
"Kau habis bertemu Abram?"
Tanya Stev begitu Carra masuk, ternyata ia sudah menunggu di ruang utama
"Iya pih" Carra menyahut pasrah. Stev tidak bisa di bohongi, terlebih dia selalu mengirim orang untuk mengikuti Carra dan Abram
"Carra. Sudah berapa kali papih mengatakannya padamu. Papih tidak merestui hubunganmu dengan dia"
Sahut Stev tegas
"Carra tau"
Carra menyahut, lalu cepat ke kamarnya sebelum Stev berbicara lebih banyak lagi
*******
Meskipun begitu, hubungan keduanya tetap berjalan baik. Mereka sering bertemu tanpa perduli konskuensinya
Bahkan Abram pernah sampai di hajar oleh orang suruhan Stev sampai masuk ke rumah sakit dan mendapati cedera parah di tangannya.
Stev juga datang ke rumah sakit dan meminta maaf. Dia juga memecat lima orang suruhannyaa itu yang sudah mengeroyok Abram, pasalnya ia hanya menyuruh orang orang itu untuk mengawasi Abram dan Carra kemudian memberinya informasi. Bukan malah mengeroyok Abram dan membuat Carra juga hampir celaka
"Seharusnya kau segera menikahi ku Abram" sahut Carra
Sekarang keduanya sedang berada di atas gedung campus Carra
"Carra"
"Abram, aku hanya tidak ingin Papih__"
"Ayolah sayang, kau tau? Jika kita melakukan pernikahan tanpa restu dari orang tuamu, kita tidak akan bahagia"
"Aku tidak ingin kau menderita nanti"
Sambungnya kemudian memeluk Carra.
Ia memang harus ekstra dalam memberi pengertian pada Carra
FLASHBACK OFF
"Carra kau mendengarkan papih?" Tanya Stev, membuyarkan lamunan Carra, membawanya kembali pada kenyataan. Ratna menepuk bahu putrinya itu
"Aku mendengarMu pih" Carra menyahut lesu
"Jadi?"
"Pih, apa aku bisa menolak permintaan papih?"
"Sayangnya tidak Carra!"
Carra menghela nafas
"Papih?"
"Papih mengerti, tapi papih tidak bisa membatalkan perjodohan ini Carra"
"Aku tidak bisa menolak permintaan Papih" jawab Carra lalu bangkit dari duduknya
"Aku akan pergi ke kamar. Selamat malam"
lanjutnya kemudian pergi, Stev dan Ratna hanya mengangguk
*********
Apakah harus seperti ini?
Bagaimana mungkin Carra akan menikah dengan pria yang sama sekali tidak dicintainya?!
Ini terlalu rumit menurutnya, yah dia terus terusan di jajah oleh masa lalu.
Terlihat pintu kamar terbuka, Carra kira pelayam yang mengantarkan susu. Ternyata itu Ratna
"Bagaimana?" Tanyanya begitu saja, lalu duduk di samping Carra di tepi ranjang
"Aku ingin menolak saja mih, tapi sepertinya tidak bisa" Jawab Carra lalu memeluk Ratna dengan perasaannya yang kacau
"Kau masih mencintai Abram?" Tanya Ratna
"Tidak Mih. Aku hanya belum bisa menerima kehadiran pria lain Mamih"
"Mau sampai kapan?"
"Mamih, apa kau akan tega membiarkan anak tersayangmu menikah dengan pria yang tidak dicintainya?"
Rengke Carra
Apa Carra terlalu cengeng?
sepertinya tidak!
Ini menyangkut masa depannya, ini menyangkut kehidupan yang akan di jalaninya
"Iya mamih mengerti. Kau tau, rasa cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya Carra"
Jawab Ratna
Dan itu sama sekali tidak mampu menenangkan Carra.
Dia sama sekali tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang
/*/******//
Ayok lah Like dan Vote
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!