Pada senyap yang hening, langkah halus Aurora melintasi lantai marmer.
Dalam genggaman tangannya, sebuah sapu kayu ringan berayun dengan lemah, menghapus debu yang menempel pada rak-rak penuh buku tua di perpustakaan megah villa Elara.
Semua berjalan seperti biasa, rutinitas yang sudah menjadi sebagian besar hidupnya selama ini.
Sebagai salah seorang pelayan di Villa Elara, Aurora memiliki kewajiban untuk merawat setiap sudut dan ruang dalam villa ini.
Buku-buku tua yang tertata rapi di sekelilingnya berbicara tentang sejarah panjang keluarga Elara, kisah-kisah masa lalu, dan pengetahuan yang tak terhingga.
Namun, sesuatu yang aneh menarik perhatiannya kali ini. Saat sapu kayu meluncur dengan lembut di atas sebaris rak, Aurora secara tidak sengaja menyentuh bagian bawah sebuah buku yang agak terjauh.
Sebuah suara seperti klik kecil terdengar, dan buku itu miring, mengungkap sesuatu yang tersembunyi di baliknya.
Dengan penuh rasa ingin tahu, Aurora meletakkan sapu kayu di sampingnya dan meraih buku tersebut dengan lembut.
Dengan hati-hati, dia menekan bagian yang tadi dia sentuh. Dan pada detik itu, sebuah peristiwa yang tak terduga terjadi.
Sebuah bagian dari dinding terbuka dengan gemuruh perlahan, mengungkapkan sebuah ruang rahasia yang tersembunyi selama ini.
Mata Aurora membulat kagum saat dia memandang ke dalam ruang tersebut.
Dia berjalan pelan menuju pintu masuk ruangan rahasia itu, dan saat dia masuk, matanya segera tertuju pada sebuah kotak transparan yang terletak di tengah ruangan.
Hati Aurora berdetak kencang saat dia mendekatinya dan mengamati isi kotak tersebut.
Di dalamnya terletak kalung yang bersinar dengan kemilau magis. Aurora merasakan getaran ajaib begitu dia menyentuhnya.
Matanya terpaku pada kalung itu, yang tampaknya memancarkan cahaya sendiri.
Setiap detik yang berlalu memenuhi ruangan rahasia itu dengan aura misterius yang tak terlukiskan dengan kata-kata.
"Kalung ini begitu indah," gumam Aurora kepada dirinya sendiri. Dia merasa seolah-olah kalung itu memanggilnya, memohon untuk diangkat.
Dengan perlahan, dia meraih kalung tersebut dan mengangkatnya dengan lembut dari dalam kotak transparan.
Namun, saat jarinya menyentuh permukaan kalung, dia merasakan getaran aneh yang melintas melalui dirinya.
Perasaan yang asing namun seolah-olah dikenalnya sejak lama.
Aurora merasa ada semacam hubungan yang tak terlihat antara dirinya dan kalung ini, seolah-olah ada tali yang mengikat keduanya.
Dia merenung sejenak, membiarkan getaran itu meresapi dirinya. "Mengapa aku merasa seperti kalung ini memiliki kisah yang terkait dengan diriku?" batinnya.
Sementara kalung itu tetap bersinar terang di telapak tangannya, Aurora merasa ada sesuatu yang tersembunyi di balik misteri kalung ini, sesuatu yang menghubungkannya dengan masa lalu yang belum pernah dia duga sebelumnya.
Kenangan samar-samar menguar di benak Aurora, seperti bayangan kabur yang mencoba menggenggam erat pikirannya.
Dia merasa seakan-akan sudah melihat kalung ini sebelumnya, bukan, bukan dalam dunia nyata, tetapi dalam dunia mimpi.
Di sudut pikirannya, Aurora menyadari bahwa kalung ini adalah penjelmaan nyata dari kalung yang sering muncul dalam mimpi-mimpinya.
Kisah yang diceritakan oleh kalung itu tampaknya merembes ke dalam pikirannya seperti arus yang mengalir perlahan.
Dalam setiap berlian dan potongan kristal, Aurora merasakan jejak-jejak cerita yang tak pernah diucapkan oleh kata-kata.
Dia merasa seolah-olah dia adalah penjaga dari rahasia ini, seorang saksi bisu dari peristiwa masa lalu yang tak terlupakan.
"Dalam mimpiku," gumam Aurora, suaranya hampir seakan-akan berbicara dengan kalung itu.
"Ada seorang perempuan misterius yang memakai kalung yang persis seperti ini. Dia selalu berbicara padaku. Tapi, siapakah dia sebenarnya?"
Aurora menggenggam kalung itu dengan erat, seolah-olah mencoba mengumpulkan semua kenangan dan petunjuk yang terkandung di dalamnya.
Namun, ada begitu banyak pertanyaan yang menghantui pikirannya.
Apakah perempuan misterius itu memiliki hubungan dengan keluarga Elara? Dan mengapa kalung ini sekarang ada di Aurora?
Dalam keadaan tersentak, Aurora menyadari bahwa ia sedang menyaksikan sesuatu yang luar biasa.
Kalung ini, mungkin memiliki cerita dan misteri yang belum terungkap.
Namun, sebelum ia bisa merenung lebih dalam, suara langkah kaki mendekat terdengar.
Aurora tahu bahwa ia harus mengembalikan segalanya seperti semula sebelum ada yang curiga.
Ia menutup ruangan rahasia dan membenarkan buku-buku di rak sebelum kembali ke tugasnya.
Namun setelahnya Aurora kembali tenggelam dalam pikirannya sendiri, terhanyut oleh kalung yang kini telah ada di balik bajunya.
Mimpinya yang misterius dan rasa keterkaitannya dengan kalung itu memenuhi pikirannya. Ia bahkan tidak sadar bahwa langkah-langkah yang tadi di dengarnya telah mendekatinya.
"Tidak menyangka menemukanmu di sini," suara halus dan tajam menyentuh telinga Aurora, membuatnya terkejut dan memalingkan pandangan.
Aurora segera menoleh dan terperanjat melihat Isabella yang berdiri di pintu perpustakaan dengan tatapan yang penuh kecurigaan.
Wajah Isabella mencerminkan campuran rasa ingin tahu dan keheranan, seolah-olah ia baru saja menemukan sesuatu yang tak terduga.
"Tidak apa-apa, Nona Isabella. Saya hanya sedikit teralihkan oleh pikiran," jawab Aurora, berusaha menjaga ketenangan meskipun hatinya berdebar.
Isabella mendekati Aurora dengan langkahnya yang mengintimidasi, "Pikiran apa yang bisa membuatmu begitu tenggelam dalam khayalan, Aurora?"
Aurora merasa perlu untuk mengalihkan perhatian Isabella "Saya hanya memikirkan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang harus segera saya selesaikan, Nona Isabella."
Isabella menatap Aurora dengan pandangan yang tajam, seolah-olah mencoba menerobos apa yang sebenarnya ada di dalam pikiran Aurora. "Pekerjaan? Ataukah ada sesuatu yang lain yang kau sembunyikan dariku?"
Isabella tersenyum tipis, tetapi pandangannya tetap tajam. "Kau tahu, Aurora, terkadang saya merasa aneh denganmu. Kau adalah seorang pelayan, tetapi ada sesuatu yang begitu misterius dalam dirimu. Seperti ada rahasia yang kau sembunyikan."
Aurora merasa sedikit terpojok, tetapi ia tetap mencoba menjaga sikap tenang. "Saya hanya berusaha menjalankan tugas dengan baik, Nona Isabella. Tidak ada rahasia yang saya sembunyikan."
Isabella tersenyum sinis sebelum kemudian mengalihkan pandangannya dari Aurora. "Baiklah, jika kau bilang begitu. Namun, jangan terlalu larut dalam khayalanmu, Aurora. Kamu masih memiliki tugas yang harus diselesaikan."
Isabella melanjutkan, namun ekspresinya tetap tak terpecahkan. "Baiklah, aku hanya ingin memastikan bahwa kau sadar akan tempatmu di sini. Jangan pernah lupakan hal itu."
Aurora mengangguk dan berusaha menahan desakan hatinya untuk terus menyelidiki kalung.
Ia tahu bahwa Isabella mungkin tidak serius dengan ucapannya tetapi perasaannya yang gelisah tidak dapat diabaikan begitu saja.
Ketika Isabella akhirnya berjalan menjauh, Aurora menghela nafas lega.
Ia merasa seperti sedikit melepaskan diri dari situasi yang berbahaya.
Namun, perasaan penasaran dan keterkaitannya dengan kalung itu masih memenuhi pikirannya.
Ia tahu bahwa ia harus menemukan waktu yang tepat untuk menyelidiki lebih lanjut tentang kalung ini, tetapi satu hal pasti: Kalung ini menyimpan misteri yang mungkin terkait dengan dirinya dan Villa Elara.
Isabella merasa dendam dalam hatinya, seperti bara yang tak terlihat namun membara dalam setiap detiknya.
Setiap kali matanya melihat Aurora, ia tak bisa menghindari perasaan iri yang tumbuh subur saat melihat Aurora.
Siapa pun yang melihat mereka berdua dengan sebelah mata saja akan tahu perbedaan mencolok di antara mereka.
Aurora, dengan rambut cokelat gelap yang terurai dengan anggun, memberikan kontras tajam dengan rambut pirang terang Isabella yang selalu diberikan sentuhan glamor.
Mata biru Aurora yang tajam, sebagai penanda kecerdasannya, terlihat jelas mengalahkan mata cokelat lembut Isabella yang sering kali hanya mampu memancarkan cahaya kecemburuan.
Senyuman Aurora yang tulus dan hangat mampu menghangatkan hati siapa pun yang berada di dekatnya, sementara senyuman Isabella terkadang hanya bersembunyi di balik pesona yang terkesan palsu.
Bahkan postur tubuh mereka menunjukkan perbedaan mencolok.
Aurora dengan tubuh yang elegan dan tinggi ramping, memberikan ilusi keanggunan yang hanya bisa diimpi-impikan oleh Isabella.
Isabella, dengan setiap gerakan anggunnya, berusaha menutupi ketidakpastiannya terhadap Aurora yang seolah-olah selalu lebih unggul dalam segala hal.
Isabella merasakan bagaimana kehadiran Aurora selalu mengambil perhatian yang seharusnya menjadi miliknya.
Bahkan Ayahnya Isabella, Tuan Edmund terkesan oleh kerendahan hati Aurora dan keterampilannya dalam melayani, sementara Isabella sering kali merasa bahwa ia hanya dikenal karena status dan kekayaannya.
Terkadang, Isabella bahkan merasa bahwa Aurora sengaja mencuri semua sinar kehadiran yang semestinya menjadi miliknya.
Pribadi Aurora yang ramah dan rendah hati, dibandingkan dengan kecantikan Isabella yang mencolok dan sikapnya yang terkadang arogan, membuat perbandingan ini semakin rumit.
Isabella tahu, di balik kedamaian dan sederhananya, Aurora memiliki sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang misterius dan menggoda.
Namun, di balik lapisan-lapisan rasa iri dan ketidakpuasan, Isabella tidak bisa mengabaikan fakta bahwa Aurora, terlepas dari segala perbedaan fisik dan pribadi mereka, Aurora adalah seseorang yang selama ini selalu ada di sampingnya, menemaninya, melayaninya. Aurora juga satu-satunya teman yang tulus yang dia miliki.
*****
Suasana di villa Elara dipenuhi dengan hiruk pikuk dan antisipasi ketika kabar kedatangan utusan dari keluarga bangsawan Laincashire tiba.
Seluruh staf dan pelayan sibuk mempersiapkan segala sesuatu agar semua terlihat sempurna. Tuan Edmund berjalan dengan langkah mantap untuk memastikan bahwa segala detail telah diperhatikan dengan seksama.
Villa yang megah ini seakan menjadi panggung bagi pertemuan keluarga bangsawan yang penuh arti.
Keluarga Laincashire dikenal dengan reputasi yang tak tertandingi di kalangan aristokrasi.
Mereka datang dengan kehormatan dan keanggunan yang tercermin dalam pakaian dan gerak langkah mereka.
Dengan pakaian berwarna-warni yang mengalir anggun, mereka memasuki halaman villa dengan sorotan tajam dan pandangan yang tajam.
Wajah-wajah bangsawan itu mengungkapkan kekaguman terhadap keindahan dan kemegahan villa Elara, sementara ekspresi Tuan Edmund mengisyaratkan penghormatan dan keramahan.
Saat para tamu bergabung dalam pertemuan resmi di ruang utama, suasana menjadi tegang tetapi penuh sopan.
Kedatangan keluarga Laincashire menghadirkan aura kebesaran yang mengisi setiap sudut ruangan.
Obrolan pun berlangsung dengan suara yang merdu, sementara pelayan-pelayan dengan hati-hati menghidangkan hidangan dan minuman.
Dengan senyum ramah dan tatapan penuh hormat, Tuan Edmund menyambut kedatangan utusan keluarga Laincashire di ruang utama villa Elara.
"Selamat datang, para utusan keluarga Laincashire. Kami sangat terhormat atas kehadiran Anda di sini."
Salah satu utusan, seorang pria berusia paruh baya dengan sikap yang tenang dan penuh martabat, memberikan senyuman tipis.
"Terima kasih atas sambutannya, Tuan Edmund. Villa Elara memang terkenal sebagai tempat yang mempesona."
Tuan Edmund tertawa ringan. "Kami berusaha menjaga keindahan dan keanggunan villa ini. Mohon, beri tahu kami bagaimana kami dapat membantu Anda dalam kunjungan ini."
Percakapan pun berlanjut dengan basa-basi yang santai, membicarakan tentang cuaca, kehidupan sehari-hari, dan hal-hal lain yang biasa.
Namun, di balik kata-kata yang terucap, ada suatu ketegangan yang menggantung dalam udara, menandakan bahwa ada tujuan yang lebih dalam di balik kedatangan keluarga Laincashire.
Setelah beberapa saat, seorang wanita anggun dari keluarga Laincashire, yang memiliki senyuman hangat dan tatapan bijaksana, memotong percakapan dengan lembut.
"Tuan Edmund, kami datang dengan niat baik dan maksud tertentu dalam kunjungan kami hari ini."
Tuan Edmund mengangguk, menunjukkan keterbukaannya untuk mendengarkan. "Silakan, dilanjutkan."
Wanita itu melanjutkan, "Kami berharap bahwa kunjungan kami ini dapat menjadi awal dari hubungan yang lebih erat antara keluarga Elara dan Laincashire.
Kami ingin mengajukan suatu tawaran yang mungkin akan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak."
Tuan Edmund mengernyitkan dahinya, merasa bahwa ada sesuatu yang lebih besar di balik kata-kata itu. "Mohon jelaskan lebih lanjut, Lady..."
"Waverly, Lady Waverly dari keluarga Laincashire," lanjut wanita itu dengan sopan.
"Kami ingin mengajukan proposal pernikahan antara anggota keluarga kami dan keluarga Anda."
Tuan Edmund terkejut dan terdiam sesaat. Namun, ia cepat mengembalikan senyumnya, mencoba menyembunyikan kejutan dan pemikirannya yang cepat berputar.
"Proposal pernikahan... sungguh sebuah tawaran yang mengejutkan dan terhormat, Nona Waverly. Namun, mungkin Anda bisa menjelaskan lebih rinci tentang niat baik ini?"
Lady Waverly tersenyum lembut, seolah-olah ia mengerti betapa besar implikasi dari tawarannya.
"Kami percaya bahwa aliansi ini akan membawa keuntungan bagi kedua keluarga, dalam hal kekayaan, kekuatan, dan kehormatan.
Tuan Edmund mengangguk penuh perhatian. "Tolong katakan, apa yang ingin Anda sampaikan?"
Utusan keluarga Laincashire mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan.
"Kami datang dengan niat baik, untuk menjembatani hubungan antara kedua keluarga bangsawan ini melalui ikatan yang lebih kuat."
Tuan Edmund mengerutkan kening, menunjukkan ketertarikannya. "Ikatan yang lebih kuat?"
Utusan itu mengangguk dan melanjutkan dengan hati-hati.
"Kami ingin mengusulkan pernikahan antara putra tertua kami, Tuan Muda Adelard Laincashire, dengan Nona Isabella Elara."
Tuan Edmund terkejut dan terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja ia dengar.
Di sebelah lain ruangan, Isabella berusaha menjaga ekspresi wajahnya tetap terkendali, meskipun hatinya berdebar keras.
Namun, saat utusan keluarga Laincashire hendak memanggil Tuan Muda Adelard untuk mendekati Isabella, pandangan Tuan Muda Adelard tiba-tiba teralihkan.
Matanya terfokus pada sosok yang mengagumkan yang berdiri di sebelah Isabella - Aurora. Hatinya berdesir tak terkendali, dan matanya tak bisa berpaling dari kecantikan yang mengagumkan.
Percakapan tentang pernikahan yang akan datang terdengar seperti suara yang jauh bagi Tuan Muda Adelard.
Isabella, yang menyadari bahwa pandangan Tuan Muda Adelard telah teralihkan berusaha menjaga ketenangannya, tetapi rasa tidak enak di hatinya semakin mendalam.
Sementara itu, di antara semua ini, Aurora tampak seperti cahaya yang menarik seluruh perhatian, bahkan tanpa dia menyadarinya sendiri.
Dia tidak menyadari bahwa kehadirannya mungkin akan dapat merusak sebuah rencana besar kedua keluarga bangsawan itu.
Di tengah keriuhan dan percakapan yang riuh di ruangan itu, Aurora tetap seperti oase yang tenang.
Seperti seorang penari dalam pergelangan waktu, dia mengalami momen itu dengan penuh ketenangan.
Matanya yang tajam dan dalam tetap terfokus pada kalung misterius yang tersemat dalam benaknya.
Rambut cokelat gelapnya yang terurai menghiasi bahunya dengan anggun, dan bibirnya yang lembut tergurat dalam senyuman ringan yang hanya bisa dilihat oleh dirinya sendiri.
Dia seperti seorang pelukis yang tenggelam dalam kanvas pikirannya sendiri, menciptakan dunia dalam imajinasinya yang penuh rahasia.
Mimpi-mimpi yang menghampiri Aurora semakin hari terasa nyata dan hampir sepenuhnya menggantikan dunia nyata di hadapannya.
Sentuhan-sentuhan dalam mimpi itu terasa begitu nyata, seperti dia benar-benar merasakan kalung itu di genggamannya.
Perlahan, Aurora merenungkan arti dari mimpi-mimpi itu, mencoba menyatukan petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh kalung dan sosok wanita misterius dalam mimpinya.
Aurora begitu larut dalam lamunannya, seolah-olah dia berada di dunianya sendiri yang terpisah dari keriuhan dan kebisingan di sekelilingnya.
Walaupun dia sadar dia kini berada dalam pertemuan akan pernikahan yang diatur untuk Isabella, dan tugas-tugasnya sebagai pelayan, dunia Aurora menjadi satu dengan misteri dan rahasia yang semakin mengikatnya.
Di tengah percakapan di sekitarnya, dia merasa ada panggilan yang lebih kuat, suara hati yang tak terdengar oleh orang lain.
Pikirannya terbang jauh, membayangkan dirinya menyusuri lorong-lorong tersembunyi villa Elara, membuka pintu-pintu menuju masa lalu yang terkubur.
Dunianya sendiri terbagi antara kehadiran fisiknya dan jejak-jejak yang membawanya lebih dalam ke dalam kegelapan misteri.
Matanya terlihat seperti melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh orang lain.
Ekspresi wajahnya terlihat tenang dan penuh dengan pemikiran yang dalam.
Tatapannya terlihat jauh dan tersembunyi di balik dunianya sendiri.
Tatapannya mencerminkan keheningan yang dalam, seolah-olah dia sedang berada di tempat yang jauh dari dunia nyata.
Dalam detik-detik itu, Aurora merasa dirinya sedang terhubung dengan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang telah lama terkunci dan kini perlahan terungkap di depannya.
Seolah-olah ia adalah satu-satunya yang dapat memecahkan teka-teki ini, dan keberadaan kalung itu adalah pemandu yang tak tergantikan dalam pencarian kebenarannya sendiri.
Dalam keheningan batinnya, Aurora merasa seperti dirinya adalah pion dalam permainan takdir yang lebih besar.
Dia tak terganggu oleh keriuhan dan gema percakapan di sekitarnya, karena dia tenggelam dalam aliran pikirannya sendiri.
Aurora merasa seperti dia tengah berada di perbatasan antara dua dunia, satu yang nyata dan satu lagi yang tak terlihat.
Dia seperti seorang penyihir yang terasing dalam pesona miliknya sendiri, mampu melihat lebih jauh dari sekadar apa yang tampak di permukaan.
Suara-suara di sekitarnya seolah menjadi serakap helaan nafas, hanyut dalam suara desiran angin yang lembut dan irama yang tercipta dari pergerakan jarum jam tua di dinding.
Di dalam pikirannya, dia merangkai benang-benang waktu dan mengaitkan takdir yang berjalan dengan gemerlap kalung misterius itu.
Aurora merasakan betapa berharganya kalung itu, lebih dari sekadar perhiasan, melainkan kunci untuk mengungkap sandi-sandi masa lalu yang telah lama tersembunyi.
Semua detik hidupnya terasa berpusat pada kalung itu, memancarkan daya tarik yang tidak bisa dipungkiri.
Ia merasa seolah-olah kalung itu adalah bagian tak terpisahkan darinya, seakan ada tali halus yang menghubungkan jiwa mereka.
Dia seperti penyair yang terus mengukir bait-bait puisi di dalam pikirannya, menggambarkan aliran waktu yang tak terbatas dan memecahkan teka-teki yang semakin lama semakin mendalam.
Aurora merasa lebih hidup daripada sebelumnya, seperti menemukan potongan yang lama hilang dalam dirinya.
Sementara itu Tuan Muda Adelard merasa seakan-akan dunianya telah berubah dalam sekejap.
Saat matanya terpaku pada Aurora, dia merasakan gelombang perasaan yang tak pernah dia alami sebelumnya.
Jantungnya berdegup dengan cepat, dan dia merasa seperti ada semacam tarikan yang tak terelakkan untuk terus menatap Aurora.
Seketika itu, segala sesuatu di sekitarnya tampak memudar, dan dia hanya bisa merasakan kehadiran Aurora.
Matanya tidak dapat berpaling darinya, seolah-olah dia terhipnotis oleh pesona yang memancar darinya.
Setiap gerakan Aurora, setiap ekspresi wajahnya, semuanya terlihat begitu sempurna dan mengagumkan bagi Tuan Muda Adelard.
Dia merasa seperti sedang berada di bawah mantra yang kuat, seakan-akan seluruh dunianya berpusat pada Aurora.
Pikirannya berputar-putar mengelilingi sosok Aurora, mencoba memahami apa yang dia rasakan.
Sensasi ini begitu asing baginya, tetapi pada saat yang sama begitu kuat dan mengguncang hatinya.
Ketika Aurora tersenyum pelan, Tuan Muda Adelard merasa seperti ada kilatan cahaya yang menerangi hatinya yang gelap.
Dia merasa seperti dia tengah melihat sesuatu yang langka dan indah, seakan-akan Aurora adalah misteri yang harus dipecahkan olehnya.
Suaranya yang halus seperti melodi yang menyapu hatinya, menciptakan getaran yang tak terlukiskan di dalam dirinya.
Tuan Muda Adelard merasa seolah-olah dia tengah berada di dalam mimpi yang indah, di mana Aurora adalah pahlawan yang menuntunnya menuju kebahagiaan yang tak terduga.
Dia merasa seperti ada semacam ikatan batin yang misterius yang terjalin di antara mereka, seolah-olah mereka adalah dua jiwa yang telah lama saling mencari.
Tuan Muda Adelard merasakan getaran emosi yang bergolak dalam dirinya, mengajaknya pada perjalanan yang belum pernah dia alami.
Dia merasa seperti dia tengah melayang, terhanyut oleh daya tarik Aurora yang begitu kuat.
Bahkan saat Isabella berbicara padanya, suara itu hanya seperti desiran angin yang lembut di telinganya, karena fokusnya telah sepenuhnya tertuju pada Aurora.
Dia merasa seperti ada api yang menyala di dalam dadanya, membara dan menghangatkan seluruh tubuhnya.
Perasaan ini begitu kuat dan tak terelakkan, seperti dia tengah memasuki aliran yang baru dalam hidupnya.
Tuan Muda Adelard merasa seperti dia telah menemukan sesuatu yang berharga, sesuatu yang mungkin telah lama dia cari tanpa dia sadari.
Namun, di tengah semua perasaan yang meluap-luap, Tuan Muda Adelard merasa sedikit kebingungan.
Dia belum pernah merasakan hal ini sebelumnya, dan dia tidak tahu bagaimana harus menanggapinya.
Dia merasa terombang-ambing dalam perasaan yang bertentangan, antara keinginan untuk terus terhubung dengan Aurora dan kenyataan bahwa ada rencana pernikahan yang telah diatur.
Tetapi di saat ini, di hadapan Aurora, semua keraguan dan kebingungannya terasa seperti hilang.
Dia merasa seperti ada ikatan yang tak terputuskan di antara mereka, dan dia ingin lebih banyak mengenal Aurora, ingin mengungkap misteri yang tersembunyi dalam dirinya.
Tuan Muda Adelard merasa seperti dia telah menemukan seseorang yang istimewa, seseorang yang mungkin bisa mengubah jalannya hidup.
Sementara itu Isabella merasa getaran kecemburuan memenuhi setiap serat tubuhnya begitu Aurora muncul dalam sorotan mata Tuan Muda Adelard.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!