“Apa! Papa sama mama mau menjodohkan boy dengan anak temannya kalian? Gila, sungguh gila kalian! Pokoknya boy enggak mau dijodohin titik!” Teriak boy sambil menatap wajah papanya dengan tatapan emosi
Boy menolak permintaan papa dan mamanya untuk segera menikah. Tujuan utama dari kedua orang tuanya yang menjodohkan dia dengan anak temannya yaitu agar sifat boy dapat berubah lebih baik lagi.
*****
Boy Nasution
Adalah anak tunggal dari keluarga yang terpandang dan terhormat. Karena kedua orang tuanya adalah bos konglomerat disuatu perusahaan pertambangan minyak tanah yang berdomisili di Jakarta. Kedua orang tuanya selalu memaksa anaknya agar segera menikah. Bukan tanpa alasan mereka memaksa boy segera menikah karena boy setiap hari kerjaanya hanya menghambur-hamburkan uang orang tuanya.
Tujuan dari orang tua boy menyuruh dia segera menikah yaitu agar hidup dia tertata dan ada yang mengatur keuangannya. Karena orang tuanya sudah mulai sakit-sakitan, papa boy menyuruh dia segera menikah agar dia bisa mengelola keuangan perusahaanya dengan baik dan menjadi penerus dari perusahaan orang tuanya. Tetapi boy tetap bersikukuh belum siap menikah, dia masih ingin berfoya-foya dengan teman-temannya.
“Boy! Papa sama mama itu ingin melihat kamu bahagia mempunyai keluarga dan hidup berkecukupan nak!” Pinta orang tua boy
“Bahagia! Bahagia papa bilang, emang papa selama ini enggak lihat boy sudah bahagia? Boy sudah bisa jalan-jalan, keliling kota, party sama teman-teman dan masih banyak lagi yang boy lakuin sama teman-teman diluar sana, itu semua boy kira sudah cukup menggambarkan bahagia kok pa dan enggak perlu nikah segala?” Jawab boy tanpa memikirkan ucapannya
“Teman-teman kamu bilang, mereka itu hanya memanfaatkan kamu saja boy!” Papa boy mendekati boy sambil menunjuk muka boy
“Memanfaatkan? Memanfaatkan apa pa! Papa jangan asal ngomong ya.” Teriak boy
“Astaga boy! Kita seperti ini bertujuan agar sifat kamu berubah boy, enggak seperti berandal kayak gini!” Jawab papa boy sudah kesal dan kehilangan kesabaran
“Eh papa jangan asal ngomong ya!” Teriak boy sambil melotot dan mendorong tubuh papanya
Papa boy terjatuh dan tersungkur dilantai karena didorong boy
“Heh! Boy keterlaluan kamu ya sama orang tua sudah berani, enggak tau sopan santun!” Teriak mamanya boy sambil membantu papa yang terjatuh karena didorong boy ke lantai
Tanpa rasa yang salah dan meminta maaf terlebih dahulu, akhirnya boy langsung keluar dari rumah kemudian meninggalkan orang tuanya sendirian. Boy kemudian mengambil mobilnya yang terparkir di garasi rumah.
“Papa bangun pa, papa enggak kenapa-napa kan?” Mama boy membantu papanya yang terjatuh di lantai
Orang tuanya kecewa dan khawatir akan pergaulan boy yang setiap hari seperti itu. Tak pernah mendengar nasehat dari orang tuanya dan tak mau berubah
“Mama, maafin papa ya karena papa enggak bisa mendidik anak kita menjadi anak yang baik dan menjadi anak yang di dambakan oleh orang tua?” Terlihat papa boy menyesal dan menangis
“Sudah pa, mungkin boy belum sadar mama yakin suatu saat dia akan sadar dan berubah kok sifatnya.” Jawab mama sambil menenangkan perasaan papanya boy dengan memeluknya.
*****
*Hallo, anton loe dimana?” Tanya boy melalui handphonenya
“Hallo bro, nih gue lagi di tempat biasa lagi party, ow iya loe dimana nih sudah kita tunggu nih belum nongol-nongol juga?” Jawab anton
“Ah gue pusing! Dirumah diomelin terus sama papa mama gue!”
“Ah…. Udah enggak usah dengerin ocehan mereka, mending loe kesini kita party sampai pagi!” Ajak anton sambil ketawa
“Oke-oke tungguin gue ya, sebentar lagi gue meluncur!”
“Oke buruan! Mumpung disini masih ada cewek yang cantik nih. Loe mau gue pilihin apa nanti pilih sendiri?” Tanya anton
“Wah cocok tuh, ntar saja gue yang milih disana.” Jawab boy sambil mengendarai mobilnya dengan melaju kencang
Tak lama boy langsung meluncur menuju tempat club dia ketemu teman-temannya di sana. Mereka party sampai pagi, seperti biasa mereka menghabiskan hari-harinya hanya dengan mabuk-mabukan sambil main perempuan.
“Runyam banget fikiran gue hari ini ton! Masak papa mama gue selalu memaksa gue nikah-nikah dan nikah terus!” Boy menceritakan permasalahanya dengan anton sambil ditemani dengan minuman wine
“Hahaha cupu banget sih loe! Kayak anak kecil saja loe masak masih nurut disuruh nikah sama orang tua, jangan mau mending kita puas-puasin masa muda kita?” Jawab anton sambil meracuni fikiran boy.
“Iya bener banget omongan loe anton!” Jawab boy
“Iyalah anton gitu, loe mending dengerin gue. Kita masih muda jadi tugas kita itu party oke!”
“Oke anton!” Teriak boy sambil minum wine lagi
Mereka berdua terlihat tak ada salah, difikiran mereka berdua masa-masa saat ini yang utama adalah party, belum terfikir untuk menikah. Karena menikah hanya akan memunculkan masalah baru dan banyak beban. Mereka masih ingin bebas menikmati dunia malam bareng teman-temannya yang selalu di temani cewek cantik-cantik.
Jam sudah menunjukan pukul 03.00 dini hari, boy pamit ingin pulang duluan. Sepertinya boy terlalu banyak minum malam ini, membuat dia saat berjalan terlihat sempoyongan.
“Bro! Gue pulang duluan ya, pusing banget kepala gue nih kebanyakan minum malam ini!”
“Haha cupu kali loe boy baru minum beberapa botol saja sudah KO! Yasudah kalau gitu, hati-hati di jalan bro!” Sahut anton.
Sebelum boy pulang meninggalkan club malam tersebut, dari belakang ada perempuan yang memanggilnya
“Bang! Abang, tungguin sebentar.” teriak wanita malam itu memanggil boy sambil menarik tangannya boy
“Iya ada apa lagi!” Jawab boy
“Terimakasih ya bang, tadi permainan loe mantap banget sama tipsnya mantap besok main lagi ya sama ita bang, jangan salah sama ita?” Pinta wanita malam itu agar besok boy menemaninya lagi
“Oh iya oke deh sip!” Jawab boy singkat langsung meninggalkan wanita jalang itu.
Boy menuju parkiran mobil dan langsung pulang ke rumahnya. Tak perlu menunggu lama, akhirnya boy sudah sampai di rumah.
Sesampainya dirumah boy mengetuk pintu tapi tidak ada yang membukanya karena waktu sudah menunjukan pukul 04.10 dini hari. Akhirnya bibi mira terbangun dan membukakan pintu rumah
“Loe itu kalau kerja yang benar! Dipanggil-panggil dari tadi enggak nongol, loe mau gue pacat!” Teriak boy sambil menunjuk muka bibi mira
“Maaf den, tadi saya masih tidur?” Jawab bibi mira sambil ketakutan karena boy pulang dengan kondisi sedang mabuk. Bibi mira hanya menundukan wajahnya karena takut dipecat dari kerjaanya
“Kamu mabuk lagi boy?” Tanya mama sambil menceramahi anaknya itu
“Ah.. apaan sih ma, bukan urusan kamu ma? Boy mau mabuk mau enggak itu urusan boy ma, boy sudah dewasa jadi sudah bisa ngurus diri sendiri.” Teriak boy
“Kamu itu anak mama, jadi wajar kalau mama nanya ke kamu seperti itu!” Jawab mama
“Ah brisiklah! Udah mending sana mama tidur lagi sama papa yang sudah tua renta itu?” Pinta boy menyuruh mamanya tidur
“Ih…. ngapain kamu masih disitu ma, minggir-minggir boy pusing mau tidur malas diceramahin lagi!”
Boy kemudian masuk ke kamarnya dan meninggalkan mamanya. Mamanya kecewa bercampur sedih menyaksikan kelakuan anaknya yang setiap hari kelakuannya seperti itu. Bibi mira kemudian mencoba mendekati mama agar menahan emosi dan selalu sabar menghadapi sifat anak semata wayangnya.
Pagi ini bibi mira sudah menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga boy. Terlihat papa dan mama boy sudah siap menyantap sarapan pagi yang di masak oleh bibi mira.
“Ma, anak mu mana jam segini belum keluar juga dari kamar!” Tanya papa boy ke mama
“Iya pa, mungkin boy masih tertidur lelap, tunggu saja pa pasti nanti juga bangun dia?” Jawab mama boy dengan santainya.
Sebenarnya mama mau cerita kalau boy tadi pulang ke rumah jam 04.10 dini hari, tapi mama enggak tega kalau papa harus berantem lagi sama boy masalah ini. Kasihan kesehatan papa yang setiap hari mulai menurun.
“Sini pa, biar mama ambilin nasi dan lauknya?” Mama mengambilkan nasi dan lauk untuk papa sebelum berangkat kerja
“Oh iya ma, terimakasih ya kamu tidak berubah dari kita menikah sampai tua tetap setia menemani papa?” Jawab papa sambil memandangi wajah mama yang tetap anggun dan cantik awet muda
Suara pintu kamar boy terbuka, terlihat boy baru bangun tidur dan keluar dari kamar menuju kamar tengah
“Boy sarapan dulu bareng mama dan papa nak?” Pinta mama
“Boy enggak mau sarapan ma!” Jawab boy sambil jalan sempoyongan
“Kamu mabuk lagi ya!” Teriak papa langsung seketika menghentikan sarapannya
“Iya! Emang kenapa kalau aku mabuk pa.” Teriak boy sambil menatap dengan tatapan tajam ke papanya
Papanya kemudian beranjak dari meja makan dan menghampiri boy. Dengan wajah yang kecewa papa mendekati boy
Plak…!
Plak…!
Terdengar suara tamparan ke pipi kanan dan kiri boy begitu renyah. Papa merasa kecewa sekali melihat kelakuan anaknya setiap hari tidak ada sikap untuk berubah menjadi lebih baik, malah tambah parah
“Dasar anak enggak tahu diri, anak kurang ajar! Sudah di kasih perhatian yang cukup masih saja maunya seenak jidat!” Papa menampar pipi boy dan memarahinya
“Apa-apaan sih pa! Boy itu sudah gede, boy sudah bisa menentukan hidupnya sendiri!” Jawab boy sambil memegangi pipinya karena tamparan papanya sangat kuat membuat pipi boy menjadi merah
“Apa! Apa yang sudah kamu bisa diumur segini? Kamu itu masih anak bawang belum bisa ngatur kehidupanmu sendiri.”
Saat boy ingin membalas perkataan papanya, mama langsung menasehati boy agar selalu mendengarkan ucapan orang tua terutama sama papanya.
“Cukup boy! Cobalah instropeksi diri nak, dengerin kata papamu, kita seperti ini ingin kamu itu jadi anak yang baik dan tidak terjerumus ke jalan yang salah.” Mama boy menasehati boy
“Alah! Mama jangan ikut campur urusan boy ma. Papa emang dari dulu kayak gini.” Jawab boy
“Boy! tolong dengerin papa mu ini ngomong, usia papa mungkin tinggal sebentar lagi makanya papa ingin melihat kamu cepat menikah agar tanggung jawab papa selesai dan bisa melihat kamu bahagia dengan keluargamu sendiri boy?” Papa menjelaskan ke boy dengan memegang pundaknya.
“Ah..! Nikah lagi nikah lagi, emang kalian enggak bosen apa nyuruh boy untuk nikah terus! Telinga boy sudah panas pa diceramahin kayak gini setiap hari.” Jawab boy tetap tidak mau menikah di usia muda
“Papa mau tanya sekarang ke kamu, kamu maunya apa sekarang boy?” Tanya papanya boy
“Boy ingin hidup foya-foya dan kumpul sama teman-teman boy pa! Boy belum ingin menikah.” Jawab boy sambil senyum sinis
“Emang kamu sudah siap kalau masih mempertahankan keinginan kamu? Kamu siap kehilangan semua fasilitas dari papa untukmu?”
“Fasilitas? Maksudnya apa pa!” Jawab boy penasaran
“Jadi gini saja, karena papa sudah muak dengan alasan kamu seperti itu setiap hari, untuk fasiltas yang sudah papa kasih seperti ATM, HP, Laptop, Credit Card, Passport, motor berikut fasilitas mobil akan papa tarik semua, papa ingin lihat kamu bisa hidup apa enggak tanpa bantuan papa!” Jawab papa sambil memandangi boy
“Apa! Apa-apaan ini, kalian itu orang tua macam apa, mending bunuh saja boy pa!” Jawab boy seolah tidak terima akan perlakuan papanya ke dia
“Iya itu terserah kamu saja, tinggal ikuti perintah papa susah amat, malah milih orang lain untuk dipercaya, jelas-jelas mereka hanya menghabiskan uang papa untuk party setiap malam.”
“Udahlah boy turuti kemauan papa kamu, itu juga demi kebaikan kamu kok?” Pinta mama boy dengan wajah yang enggak tega melihat anak kesayangannya diperlakukan papanya seperti itu
Tanpa sepatah kata, boy akhirnya langsung keluar dari rumah melajukan mobilnya dengan kencang tanpa tau arah mau kemana.
Boy merasa kecewa sekali dengan keputusan papanya yang mengekang dia setiap hari dan harus menuruti kemauan papanya.
Mama boy kemudian mendekati papa sambil mengelus pundak papa.
“Pa, apakah keputusan papa itu enggak berlebihan, kasihan boy lo pa nanti kalau dia sakit gimana?” Bujuk mama ke papa sambil mengelus pundak papa
“Udahlah ma, boy itu sudah dewasa pasti bisa berfikir positif dan bisa mengambil keputusan! Lagian dia kita kasih masukan juga enggak mau kan? Jalan satu-satunya ya ini biar dia mikir!” Jawab papa sambil memandangi wajah mama yang mulai sedih
“Tapi pa?” Jawab mama menangis di pundak papa
“Mama enggak tega pa lihat boy nanti kelaparan diluar sana?”
Papa hanya terdiam saja. Papa tetap mempertahankan keputusannya itu agar menjadikan boy anak yang bertanggung jawab dan bisa merubah sifatnya
“Udah ma, papa mau berangkat kerja pusing mikirin anakmu terus-terusan?”
“Iya pa, sebentar ya pa? Mama mau ambilin tas papa di kamar dulu!” Mama langsung melaju cepat menuju kamar untuk mengambilkan tas papa yang sudah disiapkan mama di dalam kamar tadi pagi
“Ma sudah belum, papa sudah telat berangkat kerja nih?” Teriak papa sambil melihat jam di tangannya
“Sebentar pa, ini sudah selesai.” Mama memberikan tas kerja papa
“Yasudah kalau begitu papa pamit kerja dulu ya ma?”
“Iya papa hati-hati dijalan ya?” Jawab mama sambil mencium tangan papa
“Pak harjo, ayo berangkat.” Papa memanggil supir pribadi papa
Akhirnya papa berangkat kerja, mama terlihat masih kasihan tentang keadaan boy jika ucapan suaminya itu benar-benar di tepati. Karena suaminya itu kalau ngomong tidak pernah main-main.
“Bu? Maaf bu ini handphonenya tuan boy ketinggalan bu di meja dekat garasi mobil tadi.” Bibi mira membawa handphone boy yang ketinggalan
“Aduh! Kok bisa ketinggalan sih bi? terus boy sekarang kemana?” Mama boy semakin cemas karena bingung mau menghubungi boy bagaimana karena handphonenya ketinggalan
“Tidak tahu bu, tadi dia langsung keluar naik mobil.” Jawab bibi mira
Mama boy kemudian mengambil handphonenya boy dan meletakkan di kamarnya boy. Mamanya boy kemudian duduk di kamarnya boy memandangi tempat tidurnya boy.
Dia teringat boy yang masih kecil masih imut dan masih lucu-lucunya main bersama mamanya. Terlihat wajah mama boy senyum saat mengingat boy masih kecil dan bermain bersama mamanya.
*****
“Ah…! Brengsek bener punya orang tua sifatnya kaku semua, maunya setiap keinginannya harus dituruti!” Teriak boy dalam mobil
Boy melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, entah dia mau kemana karena dia sendiri tak tau mau kemana, dia melewati hutan dan pegunungan dengan melaju kencang
“Ow iya anton dimana ya? Apa aku telfon dia dulu saja ya?” Gumam boy
Saat dia mau menelfon anton, ternyata dia baru sadar bahwa handphonenya tertinggal dirumah.
“Ah, sialan! Handphone gue ketinggalan lagi dirumah?” Teriak boy kesal dengan keadaan hari ini
Karena dia tidak berkonsentrasi mengendarai mobilnya, akhirnya mobilnya yang dia kendarai mengalami kecelakaan dan terguling masuk ke dalam jurang di pegunungan
Gubrak…!
Foto boy tiba-tiba jatuh dari dinding rumah. Mama boy kemudian kaget melihat fotonya boy jatuh dengan sendirinya. Perasaan mamanya boy pun mulai kacau dengan kejadian seperti itu.
“Pa, papa dimana boy kok belum pulang ya pa? Mama khawatir sama dia pa?” Mama menelfon papa karena khawatir dengan keadaan boy
“Udah biarin saja ma, nanti juga pulang dia, coba mama telfon dah dia dimana sekarang?” Pinta papa
“Masalahnya itu pa! Handphone dia ketinggalan dirumah!” Mama terus menangis
“Waduh! Yaudah mama tenangin diri saja, nanti papa coba pulang kerja lebih awal terus kita cari tau dia dimana.” Jawab papa
“Iya pa.” Jawab mama
*****
Usai menerima firasat yang kurang baik, mama kemudian mencoba menghubungi teman-teman boy dengan tujuan menemukan keberadaan boy dimana. Akan tetapi saat dihubungi satu persatu, teman boy tidak ada yang tahu dimana boy berada.
“Boy kamu dimana nak, jangan bikin mama khawatir seperti ini?” Terlihat wajah mama khawatir
“Hallo anton, kamu dimana?” Mama boy menelfon satu persatu teman-temannya boy
“Iya hallo tante, saya lagi dirumah tante, ada apa ya tante tumben nelpon jam segini?” Jawab anton
“Boy ada nggak di rumah kamu, karena tadi handphone dia ketinggalan dirumah usai ribut sama papanya.”
“Nggak ada tante, mungkin dia lagi main di klub yang sering kita nongkrong tante?” Sahut anton
“Oke berarti kamu juga nggak tahu ya dimana boy.”
Anton mencoba mencari tahu keberadaan boy dimana sekarang, Anton mencoba menelfon temannya di klub yang ia sering main, ternyata hasilnya nihil boy tidak ada disana.
“Ah… dimana sih anak biawak ini, dicariin orang tuanya malah nggak ada kabar!” Anton ngedumel dalam hatinya
“Ini nih kalau jadi anak mama, selalu ngerepotin orang.” Anton ngomel-ngomel sendiri.
*****
Suara mobil papa sudah di garasi rumah. Mama seketika menghampiri papa menceritakan firasat buruknya ke anak kesayangannya.
“Pa! Papa akhirnya papa sudah pulang.” Mama langsung menangis dipelukan suaminya
“Kenapa ma? Udah jangan nangis kita bicarakan baik-baik di dalam.” Pinta papa
Akhirnya mama menceritakan firasat buruknya tentang anaknya. Suami mama mencoba menenangkan istrinya agar selalu berprasangka baik.
“Mama coba tenangkan perasaan mama dulu, itu kan cuma foto siapa tau itu jatuh karena tertiup angin.”
“Tapi pa, hati mama merasa ada yang kurang baik sama boy pa.” Mama boy masih saja menangis, hati dan pikirannya kacau mendapatkan firasat foto boy yang jatuh dengan sendirinya.
“Iya sudah ayo mama coba hubungi teman main boy, si anton!”
“Anton tadi sudah mama telpon dan katanya dia nggak tau keberadaan boy pa?”
Papa boy masih tegar walaupun kadang hati dia tergoyahkan melihat tangisan istrinya yang selalu meminta menemaninya mencari keberadaan boy anak semata wayangnya.
Papa mencoba mencari tahu keberadaan boy dengan melacak jejak GPS yang terpasang di mobilnya boy saat dia keluar dari rumah. Saat dilakukan pengecekan, keberadaan mobil boy terakhir menuju arah gunung dan GPS tiba-tiba tidak terdeteksi di komputer papa yang sudah disambungkan ke GPS mobil yang dikendarai anaknya itu.
“Tuh kan pa! Mama jadi khawatir.”
“Mama sabar dulu ya, mungkin GPS nya sinyalnya hilang kan lagi di gunung jadi sinyalnya jelek, atau GPS nya rusak coba kita lihat sampai selesai.”
Papa boy terus mencoba menenangkan firasat buruk yang ada di pikiran istrinya itu. Sambil mengecek GPS dan CCTV yang ada di dalam mobilnya boy, titik terakhir berada di kaki gunung dan setelah dilakukan pemantauan ternyata tidak ada hasil lagi.
“Nihil sayang! Kamera CCTV dan GPS yang terpasang di mobilnya boy tidak terdeteksi lagi!”
“Astaga! Serius pa, terus gimana ini nasib boy anak kita?”
“Nanti coba kita minta bantuan kepolisian, semoga bisa ketemu dengan bantuannya. Sekarang mama mending istirahat di dalam dulu ya.” Pinta papa boy.
*****
“Intan, sini nak!” Teriak seorang perempuan tua di dalam hutan yang melihat sesuatu di tepi sungai
“Iya bu ada apa?” Jawab intan sambil lari menghampiri ibunya yang memanggilnya di tepi sungai
Saat Intan mendatangi ibunya, terlihat ada seorang pria yang terluka parah dengan darah mengucur di kepalanya, tangan dan seluruh tubuhnya mengalami luka-luka, sepertinya pemuda itu habis mengalami kecelakaan yang dahsyat dan terbawa arus dari air terjun sampai ditepi sungai dekat rumah Intan.
“Ayo kita tolong pria ini nak!” Pinta ibunya ke Intan
“Tapi bu, apa nggak bahaya kalau kita membawanya ke rumah?” Jawab Intan, karena dia takut membawa pria ke dalam rumahnya
“Ah, kita tolong dulu dia, ini masih ada denyut nadinya, nanti kita obati semoga masih bisa tertolong.”
Ibunya Intan mencoba mengecek denyut nadi pria tersebut dan terlihat pria itu masih pingsan tak sadarkan diri.
Intan membawakan air hangat untuk mengelap luka di kepala pria itu, sedangkan ibunya Intan mencoba membersihkan luka pria itu dan menutupnya dengan kain agar tidak infeksi.
Intan Permatasari
Dia adalah seorang gadis yang berparas cantik, pintar, baik hati dan berkulit putih. Dia tinggal bersama ibunya di dalam hutan. Rumah Intan sangatlah sederhana yang berada di dalam hutan ditepi sungai. Untuk penerangan rumahnya masih menggunakan dimar. Karena di dalam hutan belum ada aliran listrik dari PLN.
Intan merupakan anak yatim karena sejak kecil dia sudah ditinggalkan ayahnya pergi. Ayah Intan meninggal dunia karena terkena penyakit. Saat Intan melihat pria yang barusan ditolongnya, ia merasa menemukan ayahnya kembali lagi.
“Intan, nanti kamu selalu cek keadaan pria ini ya, untuk lukanya sudah ibu obati tinggal menunggu dia sadarkan diri saja.”
“Iya bu siap! Ini handuk dan air hangatnya aku taruh disini saja ya bu?” Jawab Intan sambil meletakan handuk dan air hangat di meja samping pria tersebut.
“Iya letakan saja di dekat pria itu”.” Jawab ibu Intan yang menyuruh anaknya
Ibundanya Intan kemudian meninggalkan Intan dan pria itu. Intan mencoba melihat wajah pria itu dan mencoba memegang kepalanya yang masih mengeluarkan darah segar. Intan sesekali mengelap darah yang keluar dari kening pria itu.
“Duh kasihan sekali pria ini sampai seperti ini lukanya?” Intan nggak tega melihatnya
Sudah satu hari pria itu belum juga sadarkan diri, sembari menunggu dia sadar, Intan terus berdoa semoga pria yang ditolongnya itu bisa selamat dan sadarkan diri.
Dua hari telah berlalu akhirnya pria itu sudah bisa bergerak dan sadarkan diri.
“Aduh! Au sakit!” Bisik suara pria itu sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit
“Alhamdulillah kamu sudah sadarkan diri?” Jawab Intan dengan senyum manisnya
Pria itu kemudian memegang kepalanya karena masih terasa sakit dan badan susah untuk digerakkan.
“Sudah, jangan banyak gerak dulu, kamu sudah kami rawat.” Pinta Intan sambil memegang tangan pria itu
“Ibu! Sini bu, pria ini sudah sadarkan diri bu?” Teriak Intan memanggil ibunya lagi masak di dapur.
“Alhamdulillah kalau begitu, ow iya Intan kamu coba ambilin air hangat gih bawa kesini untuk mengelap lukanya dan ambilin minuman kesini ya?” Pinta ibunya Intan
“Oke bu.”
Intan kemudian langsung bergerak menuju dapur mengambilkan air sesuai permintaan ibunya.
“Nak, ini minum dulu agar badan kamu lebih enakan lagi?” Pinta ibunya Intan ke pria itu
“Aku lagi dimana ini? Kamu siapa, aku siapa?” Tanya pria itu
Sepertinya pria itu masih syok dan mengalami lupa ingatan karena benturan dari benda keras yang mengenai di kepalanya.
*****
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!