NovelToon NovelToon

Masa Masa Bergairah

1. Perjaka-ku

"Mah, aku berangkat!" pekik Ron, berlari dari lantai dua rumahnya, menuju garasi untuk menunggang kuda besi milik nya.

"Hati-hati nak" Ucap Mamah Ron. Sedang membereskan piring-piring bekas mereka sarapan.

Broum.... Broummm... Brouuuuuuummmmm...

Ron menggeber motor beat karbu kesayangan nya untuk memanaskan mesin, sebelum melesat pergi dari garasi rumah menuju sekolah.

Ron mengebut pada lintasan jalan raya provinsi bermarka kuning menuju sekolah favorit di kota Hamparan Batu, meliak-liuk dengan lincah menghindari halangan berupa mobil dan motor yang sliweran di jalanan.

"Aduhh! bakal kena strap lagi nih!" Gumam Ron pelan, ketika Ron melihat jam sudah pukul delapan kurang tiga menit, dia membabi buta memutar pedal gas sampai maximal.

Kecepatan motor Ron, melaju dengan kecepatan 120 km/jam. Gas limit untuk motor matic modifan-nya.

Sekolah Favorit dengan kediaman Ron hanya berjarak kurang lebih 10 menit saja, Setelah di depan gerbang sekolah, Ron segera melesatkan motornya menerobos gerbang yang hampir tertutup sepenuhnya.

Whooossshhh... Deru angin, melibas para satpam penutup gerbang.

"Dasarr bajing.." gerutu Satpam yang bertugas menutup gerbang.

Ron memarkirkan motornya, dan segera bergesas menuju kelasnya, jam delapan lewat lima menit Ron mulai berlari cepat.

"Gilaa, dah lewat lima menit" Ron menggerutu pada dirinya sendiri, dalam pelarian menuju ruang kelas nya.

Diatas pintu terpampang tulisan kelas 10 A. Pintu dua daun masih terbuka lebar, Ron tanpa ragu langsung memasuki ruang kelasnya.

Ketika berhasil masuk, dia berselisihan dengan wanita yang berjalan keluar, Ron menatap wanita itu dengan memperlambat larinya.

Wanita itu juga membalas tatapan Ron, ketika arah tatapan mereka bertemu pada satu titik. Ron terpeleset, sehingga membuatnya jatuh tepat setelah melewati gadis tadi.

BRAAKKKK..

Teman-teman sekelasnya menertawakan kelakuan absurd Ron kala itu.

Gadis manis nan cantik hanya acuh, dan terus berjalan keluar kelas 10 A. Menuju ruang kepala sekolah.

"Bruakakakakak.... Buahahaha.. hahahhaa" lolongan tawa mengisi ruang kelas 10 A.

"Diam!" Tegus Bu Herbi selaku wali kelas mereka "Ron cepat duduk ke kursi kamu" lanjut Bu Herbi memerintahkan Ron, yang masih di lantai.

"Siap Bu" Ron berdiri, mengibas celana yang sedikit berdebu, lalu melangkah ke meja nya.

"Hey kenapa telat, Ron?" Tanya Zal teman sebangku Ron. Sekaligus sahabat dekat Ron sejak Sekolah Dasar.

"Zal, ngapa gak manggil aku tadi pagi, kan telat jadinya" gerutu Ron setelah tos dengan Zal, dan duduk di sampingnya.

"Gimana mau singgah, aku aja di anter sama nyokap" Zal memberikan alasan. Ron meletakan bokongnya di kursi dan menggantung tas pada sisi kiri kursinya.

"Gimana emak kamu, tambah seksi gak?" canda Ron, menggoda Mama Zal, si janda muda beranak satu. Zal langsung melotot ke arah Ron.

"Bangsadd" Zal melayangkan tinjuan mentah di pundak Ron. Ron tersenyum puas sambil mengelus bekas tinjuan Zal di bahu kanan nya.

"Sudah jangan ada yang ribut lagi!" Bu Herbi menenangkan kelasnya, dan mulai memulai pelajaran saat itu juga.

***

Setelah pembelajaran berakhir, Zal mengajak Ron untuk nongkrong di tempat biasa, yaitu Bar rumahan dengan sarana yang lumayan lengkap, berada di pinggiran kota mereka. Ron menyetujui ajakan Zal karena memang itu sebagian jadwal rutin hari-hari mereka berdua.

Ron dan Zal menduduki sebuah meja lesehan dimana terdapat asbak di tengahnya untuk mereka membuang abu rokok, di atas meja tersedia dua botol minuman beralkohol apabila di minum secara berlebihan akan membuat mereka pening tujuh keliling.

"Eh, murid baru tadi lumayan cantik juga ya?" Ucap Zal menyesap rokoknya, lalu membuang abunya di asbak.

"B aja" Sahut Ron dengan wajah datar. Ron mengambil rokok dan membakarnya.

"Heleh, salah ungkap, sama orang yang gak kenal cewek" keluh Zal menepuk jidatnya.

Ron memang sengaja tidak mengenal wanita dan kurang tertarik dengan wanita, sering juga dia di olok oleh teman-temanya dengan sebutan gay.

"Umur lu udah hampir berbelas belas tahun, masa gak ada rasa ingin pacaran sih Ron?" Tanya Zal meminum segelas Boozee.

"Bukannya aku gak mau, tapi aku hanya ingin mencari cinta sejati, cuman itu doang alesan mengapa aku gak terlalu menarik perhatian kepada setiap wanita" jawab Ron menyesab rokok dan menghembuskan asapnya ke atas. Juga meminum segelas kecil Boozee.

"Huh, memang sulit ngomong wanita sama elu Ron" keluh Zal menepuk bahu Ron tiga kali.

Dalam obrolan panjang antara dua sahabat sejati itu, tak terasa mereka sudah teler dan hampir tidak bisa berdiri, untuk beranjak dari tempat duduk saja mereka harus saling bertumpu tangan.

Jam juga sudah pukul delapan lewat setengah jam malam, Zal  menaruh uang bill minuman mereka, dan mereka berdua dengan sempoyongan berjalan keluar Bar.

"Ghimanahh kithaa bawaa mothoorr nyhaa Zal?" Tanya Ron dengan nada mengayun. Pandangan Ron mulai ruam, penuh bayangan aneh, benda-benda seperti bergoyang sendiri.

"Lu tanya dia aja Ron" Zal menunjuk sebuah suar senter menuju kearah mereka.

Entah kenapa kebetulan sekali di lorong yang mereka lewati itu, ada beberapa orang yang berjalan menuju Bar Rumahan, karena keadaan memang gelap, para pengunjung sering menggunakan senter HP untuk menerangi langkah mereka.

"Mhantebbhhh" Ron menepuk bahu Zal tapi lepas, membuat dia sempoyongan dan menabrak pemilik lampu senter tadi.

Brukk. Ron menabrak wanita berumur sekitar 25 tahun itu, dan wanita itu berhasil menahan tubuh Ron agar tidak jatuh.

"Kamu lagi tinggi dek?" Tanya Wanita yang menahan tubuh Ron, dalam dekapan nya agar tidak jatuh.

"Dasar pemuda - pemuda. Sekarang ya, kerjaan udah kek orang dewasa aja" ucap Teman wanita itu, terdengar suaranya sedikit kesal.

Dengan berbaik hati, Wanita itu bersama tiga temannya yang lain, bersedia menampung Ron dan Zal untuk sementara beristirahat di Villa, milik Wanita yang membopong Ron.

Widia, Sela dan Mita membawa masuk Ron dan Zal kedalam mobil lalu membawanya kesebuah Vila milik Widia, untuk bersenang-senang.

Setelah menghabiskan waktu setengah jam, Widia dan tiga temannya turun dari mobil menggotong Ron dan Zal masuk ke dalam kamar.

Ron dan Zal meracau tidak jelas karena efek alkohol yang semakin meninggi di dalam aliran darah mereka berdua.

2. Bikin Nagih

Satu Bulan Kemudian.

Semenjak perjaka Ron terlepas, dia sekarang menjadi agresive terhadap lawan jenis, selain handal dalam merayu, bahkan dia juga lihai dalam melakukannya di atas ranjang.

Penampilan Ron sekarang sangat berbeda di bandingkan satu bulan yang lalu, dimana dia sekarang memiliki tinggi badan 165 CM, wajah yang segar dan tampan, serta style casual memang pas dengan dirinya, tubuh maskulin menambah keren ketika berhadapan dengan wanita.

Selama satu bulan penuh juga Widia selalu memberi dan mengirim uang jajan untuk Ron, Widia sudah menjadikan Ron sebagai adiknya sekaligus pemuas dahaganya di atas ranjang.

Ron dan Zal sedang duduk bersama di dalam kelas, menunggu jam pelajaran usai, mereka membahas tentang 4 sahabat hyper.

"Ron, Kak widia ada hubungin elu gak?" Tanya Zal dengan senyum tipis. Menatap ke arah Ron, mencondongkan badanya sedikit ke depan.

"Gak ada, terakhir aku ketemu 3 hari lalu, katanya sebelum pergi dia mau urus bisnisnya di luar kota" jawab Ron dengan malas, Ron malas ketika itu sedang pelajaran seni budaya dari Pak Agung.

"Yahh, padahal gw lagi pengen sama Kak Sela" Zal mengarahkan pandanganya ke papan tulis, menopang dagu dengan kedua telapak tanganya yang bertumpu sikut di atas meja.

"Oiya, gimana hubungan kamu sama Kak Sela?" Tanya Ron menatap sahabatnya yang murung.

"Yaa, sama seperti elu, tapi jarang banget gw ketemu dia, suaminya ada mulu ketika gw pengen" Jawab Zal dengan nada tak bersemangat.

"Kan masih ada Kak Mila dan Cesa" Ron mencoba memberi semangat pada sahabat pengencrotannya itu.

"Bener juga ya, kok gw mikirin Sela terus ya, apa jangan-jangan gw suka sama Sela" Zal tersenyum dalam pejaman matanya dia membayangkan Sela, yang begitu seksi menurut ketika di atas ranjang bersama dirinya.

"Woy.. Malah. Ngelamunn" Sungut Ron menepuk bahu Zal.

"Heheee" Zal tertawa kecil. Tanpa membuyarkan fantasi nya sedikit pun.

Ron kembali mengarahkan pandanganya ke papan tulis, dia tidak serius dalam belajar seni, karena itu memang bukan jalan ninjanya.

Ron memutar matanya, tanpa sengaja Ron mendapati si murid baru sedang menatap Ron dari pojok kanan depan, mengarah diri nya.

Ron tersenyum ketika mata mereka beradu pandang.

Si murid baru langsung membuang muka, dan menunduk karena malu, gara-gara ketahuan sedang melirik ke arah Ron.

"Bodohnya dirimu Sinta, kelamaan mandanginya kan jadi ketahuan" Gumam Sinta dalam hati.

Tringggggg...... Bel istirahat berdering.

Para guru dan siswa beranjak meninggalkan kelas untuk beristirahat, selama 30 menit sebelum melanjutkan pelajaran.

Ron berjalan mendekat ke arah pintu keluar, ketika Ron mau melewati barisan meja Sinta, tatapan Ron tertuju pada Sinta, yang memang benar cantik dari penuturan Zal, setiap kali membahas tentang wanita, nama Sinta tak pernah luput dari salah satu materi Zal.

Ketika mau melewati pintu keluar Ron memutar badanya ke arah Sinta. Ron awalnya tidak ingin menghiraukan Sinta, tapi rasa penasaran Ron mengalahkan kecuekannya sendiri.

"Sin, kita makan di kantin yuk" Ajak Ron pada Sinta yang menunduk malu.

Sinta menatap Ron di hadapanya, dengan tatapan tak percaya seorang bintang kelas mengajaknya makan bersama.

"Sin, mau gak dengan ajakan ku?" Tanya Ron ketika belum mendapat jawaban dari Sinta.

"Ma-mau kok Ron" Sinta menjawab dan tersenyum.

"Okeyy, buru nanti kita terlambat kalo harus berlama-lama" Ron menarik tangan Sinta dengan lembut.

Sinta hanya mengikuti tarikan tangan Ron, banyak pasang mata melihat kedekatan Ron dan Sinta, membuat para wanita berdecak iri dan para lelaki memperlihatkan kedengkiannya.

Ron tidak menggubris tatapan-tatapan tak berguna para siswa pada dirinya dan Sinta, malahan Ron lebih berani menggengam jemari Sinta sambil berjalan.

Setelah di kantin, Ron dan Sinta memesan minuman, tanpa membeli makan satu pun, karena mereka saat itu tidak dalam keadaan keroncongan.

"Sinta, kamu tinggal dimana?" Tanya Ron sambil mengaduk kopi espresso dengan sendok kecil.

"Aku tinggal di, komplek ketapi," Jawab Sinta masih rada canggung. "Kalo kamu tinggal dimana Ron?" Sinta lanjut bertanya.

"Gw tinggal di komplek mangga" Sahut Ron dengan santai.

"Searah dong kita pulangnya" Ucap Sinta merasa senang.

"Hooh, bener juga ya, aku baru menyadainya, mau aku anter pulang sekolah nanti?" Ron mengajak Sinta pulang bareng.

"Boleh, kalo kamu mau anterin" Sinta melirik kearah wajah Ron, Sinta masih merasa malu apabila langsung menatap wajah Ron.

"Okee, nanti kita bareng ya" Ron meminum sisa kopi espresso dingin dengan sekali tegukan.

Obrolan ringan menemani mereka berdua, waktu terasa cepat ketika mereka mulai asik mengobrol dan merasa cocok satu sama lain.

Dari kejauhan lelaki melihat kedekatan Ron dan Sinta merasa sangat dongkol, menatap Ron dan Sinta dengan penuh amarah yang terpancar dari matanya.

"Brengsek, Lu Ron, cewe yang gw suka in, berani beraninya Lu deketin" Gumam Pria misterius sambil mengepal dan meninju telapak tanganya sendiri.

3. Bagas Tapanalu

Tringgg.. Tringgg... Tringggggggg.....

Tiga kali bell panjang berbunyi, menandakan waktu pelajaran berakhir.

Para guru di kelas berbeda keluar lebih dulu menuju ruang kantornya masing-masing, di susul dengan siswa siswi penghuni kelas yang juga ingin segera pulang.

Ron sudah lebih dulu berada di parkiran, duduk di atas motor beat karbu sambil memainkan handphone, sembari menunggu Sinta keluar dari gedung sekolah.

Ron terkenal dengan julukan Assasin, sebutan itu di dapat ketika setengah bulan yang lalu, Ron bersinggungan dengan seorang siswa kakak tingkat karena masalah adu jago.

Kala itu Ron yang asik duduk bersama Zal, di kejutkan dengan kehadiran Wesley, yang mana kakak kelas Ron di sekolah, Wesley terkenal dengan kenakalan remaja nya, suka merundung siswa lemah di sekolah favorit.

Wesley memberi sebuah tinjuan ke arah wajah Ron, namun Ron hanya mengerak-kan kepalanya sedikit ke samping, dan pukulan Wesley hanya mengenai angin.

Ron tanpa membuang waktu, Ron dengan sigap langsung memberikan upercut pada dagu Wesley, seketika Wesley terjatuh dengan sekali pukulan, banyak pasang mata yang menyaksikan langsung menobatkan Ron dengan sebutan Assasin.

***

"Sinta?" Ron memanggil Sinta dengan lambaian tangan.

Sinta langsung menoleh ke arah lambaian tangan Ron, dan berjalan menghampirinya.

"Ayo kita pulang" Ron memasang helm Bogo ke kepala Sinta, Helm Bogo Zal yang sengaja di tinggal, karena Ron meminjamnya untuk kepala Sinta.

"Makasih Ya Ron" Sinta tersenyum tidak bisa menunduk karena Ron sedang mengunci Helm yang dikenakan oleh Sinta..

"Hey, pipi kamu merah banget tuh" Goda Ron menyentil pipi Sinta, Ron tersenyum dan menaiki motornya.

"Hehe" Sinta tersenyum lebar dan malu.

Ron sudah menyalakan motor metiknya, disusul dengan Sinta yang menaiki jok penumpang di belakang, tanpa disuruh Ron untuk naik.

"Woy, turun lu, bangsad!!" Bagas datang dari depan dan menahan kenderaan Ron dengan menghalangi jalan Ron.

Bagas datang bersama 2 teman atau di sebut anak buahnya, tengah menenteng badan di hadapan motor Ron yang hampir berjalan.

"Mau apa kamu, Bagas?" Tanya Ron dengan suara datar dan terdengar berat.

"Kenapa lu berani deketin Sinta, gw gak beri ampun buat siapa pun yang berani deketin Sinta." Bagas mengoceh dengan wajah memerah karena emosi.

"Bagas, aku udah berkali-kali bilang ya, aku gak suka sama kamu, gausah lagi deh kamu ngejar-ngejar aku" Sahut Sinta dari belakang pundak Ron.

"Gw tetep mau elu, jadi wanita gw sampai kapan pun gw akan berusaha mendapatkan elu Sinta" Ucap Bagas dengan wajah tambah memerah karena kesal, mendengar penolakan langsung dari mulut Sinta.

Klakk. Standar satu di turunkan, Ron melepas helmnya dan turun mendekat ke arah Bagas

"Kamu punya telinga? denger sendiri kan tadi, Sinta udah nolak kamu secara terang-terangan, jadi buat apa kamu masih ngotot buat dapetin dia?" Ron mulai terpancing emosi, Ron berbicara dengan suara datar dan tidak mengalihkan pandangan menusuk tajam pada mata Bagas.

"Bangsatt, Lu" Bagas melayangkan pukulan ke pipi Ron, dengan sekuat tenaga.

Bughhh....

"Aahhhhh, sakitt" Ucap Bagas ketika sebuah tendangan mendarat tepat di ulu hatinya, sebelum pukulan Bagas mengenai pipi Ron.

Dua anak buah Bagas bergidik karena memang mereka salah mangsa kala itu, mereka hanya berdiri sambil memundutkan langkahnya pelan-pelan.

Ron maju dan menginjak tangan kiri Bagas yang menumpu tubuhnya di lantai parkiran. Bagas meringis menahan sakit pada bagian dada, dan tangan yang di injak Ron.

"Mulai besok, gausah gangguin Sinta lagi, karena mulai besok dia adalah wanita ku," ancam Ron, dengan suara berat, lalu Ron berbalik meninggalkan Bagas, menaiki motornya dan langsung memutar Gas.

Whossshhh....

Ron melengos di hadapan Bagas yang masih terduduk di lantai paping parkiran, sambil menahan sakit di dada dan tangannya.

Bagas yang tersungkur di hampiri dua anak buahnya untuk membantunya berdiri.

"Tololl, kenapa diam aja, adeeehh" Bagas mengumpat sambil mengkeplak kepala anak buahnya, lalu merintih kesakitan.

"Maaf kan kami Boss,.." ucap Satu dari dua anak buah Bagas.

"Sial" Gerutu Bagas sangat emosi dan kesal, karena sama sekali tidak bisa melawan atlit bela diri yang bernama Ron itu.

Setelah Ron dan Sinta keluar gerbang sekolah, mereka mengambil jalur kiri, untuk menuju arah rumah Sinta.

"Apa itu gak keterlaluan Ron" Ucap Sinta menyayangkan perlakuan Ron pada Bagas.

"Kamu lihat sendiri kan, siapa yang nyerang aku lebih dulu" Sahut Ron fokus memandu kuda besinya di keramaian kota.

"Bener juga sih, makasih ya, aku sangat risih ketika di kejar-kejar sama bagas setiap hari, udah tau aku gak suka masih aja ngejar-ngejar aku" Keluh Sinta berbicara di samping helm Ron.

"Ya jelas lah, kamu kan emang Cantik" Goda Ron berbicara sambil mendekatan sumber suaranya ke depan wajah Sinta.

"Gombal banget sih" Sinta tersipu malu mendengar pujian dari Ron.

"Lah dikira gombal" Ron menyangkalnya, dan menarik tangan Sinta di samping untuk memeluknya.

Sinta tidak memberikan perlawanan dan dengan senang hati memeluk Ron sepanjang perjalanan pulang.

Perjalanan begitu lambat, Ron mengemudikan motornya dengan cukup pelan, karena ia ingin merasakan nikmatnya pelukan seorang wanita di atas kuda besinya.

Hembusan angin polusi menerpa setiap kali berselisihan dengan pengendara lain, motor mobil dan truck silih berganti melewati mereka.

Sepuluh menit kemudian Ron dan Sinta sudah berada di area Komplek Perumahan Ketapi.

"Blok dan Nomer berapa rumah elu, Sinta" Tanya Ron memperlambat speed motornya.

"Blok M, nomer 60, terus aja dari sini, pas mentok belok kanan, nah paling ujung sebelah kiri rumah ku" jawab Sinta sembari memberikan arahan jalan pada Ron, dengan tangan.

Rin sudah berhenti di depan Rumah 2 tingkat dengan ukuran lumayan besar berdiri kokoh di sisi jalan, terpampang di sisi pintu tulisan plat aluminium nomer rumah dan blok rumah.

"Kita sampai!" Ucap Sinta turun dari motor Ron.

"Mudah banget ya jalannya, kalo aku jemput nanti malam gak bakal kesasar nih" Ron pura-pura celingak-celinguk mengenali situasi komplek, padahal area itu sudah ia hapal, karena rute jogging Ron setiap pagi.

"Hah! Maksudnya, nanti malem?" Tanya Sinta kebingungan karena ucapan Ron sangat Ambigu.

"Yaudah, aku pulang dulu ya cantik" Ron mengambil helm bogo di tangan Sinta dan melengos meninggalkan Sinta.

Sinta cuman melambai tanpa membalas kata-kata dari Ron, Sinta masih memikirkan kalimat Ron.

"Nanti malem? Apa dia mau ajak jalan? Tapi kok gak ada kata ajakan?" Pikir Sinta bingung. Berbalik menuju pintu rumah nya.

***

Ron adalah cowok tidak cool yang suka menghabiskan waktu di luar rumah, Ayah dan Ibu nya memilih untuk membiarkan jiwa brutal Ron, asal tidak tersandung kasus 378.

"Aku pulang" Ucap Ron ketika masuk kedalam rumah.

"Dari mana Ron, kok telat pulangnya" Pekik Seorang wanita berumur 35 tahun dari arah dapur.

"Dari rumah temen Mah, Mamah masak apa?" Jawab Ron lanjut dengan bertanya, sembari menghampiri Bee di dapur.

"Masak Capcai, kamu mau minum kopi, biar mamah bikinin!" Ucap Bee sambil mengaduk masakan dalam wajan yang bertengger di kompor.

"Gausah Mah, aku mau mandi dulu" Sahut Ron setelah mencium pipi Bee, lalu dia pun berlanjut menuju kamarnya di lantai 2.

"Kalo kamu mau jalan, makan dulu ya?" Pesan Bee pada Ron.

"Siap Mah"

Ron pun masuk ke dalam kamarnya, lalu mengganti bajunya dengan pakaian casual serba hitam, Ron juga memutar musik metal dalam kamarnya yang kedap suara.

Tring.. Sebuah pesan wasap masuk.

"Ron tempat biasa kah?" Pesan WhatsApp dari Zal.

"Lagi males jalan gua Zal" Balas Ron.

"Yah.. Padahal seru malam ini, kan malam sabtu Bro" Zal mencoba membujuk sahabatnya agar mau ikut jalan-jalan.

Ron berpikir sebentar sebelum membalas pesan dari Zal,

"Oke nanti gw jembut" Balas Ron menerima ajakan Zal. dengan memplesetkan ujung katanya.

"Malam ini gw yang traktir lu tenang aja, hehe" Balas Zal dengan emot memperlihatkan gigi di akhir kalimat.

***

Di tempat lain, Bagas dan beberapa anak buahnya sedang berkumpul di sebuah cafe untuk berpesta.

Bagas Tapanalu seorang lelaki tengil yang memiliki kekuasaan oleh ketenaran orang tuanya, terutama Ayah nya.

Keluarga Tapanalu menempati urutan nomer 5 dalam kebangsawanan Kota Hamparan Batu, memiliki beberapa perusahan dan memiliki relasi yang lumayan kuat di kotanya.

"Boss, apa rencana buat balas dendam kepada Ron, tidak berlebihan" Tanya Gon si anak buah kepercayaan Bagas.

"Lu tenang aja, semua masalah nanti biar papa gw yang urus, kalian tinggal ikuti arahan dan jalankan rencana sebaik mungkin" Ucap Bagas menenteng gelas Bir di tanganya.

"Siap Boss" Sahut Gon.

"Tunggu aja lu Ron, sehebat-hebatnya elu kelahi, apa bisa melawan rencana yang sudah gw siapin" Gumam Bagas dalam hati lalu tertawa menuruti seorang pimpinan mafia.

Padahal para cecunguk Bagas hanyalah bocil-bocil ingusan saja, yang kerjaanya minta cuan sama orang tua buat berfoya-foya dan merengek kalau kehabisan cuan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!