NovelToon NovelToon

Karena Aku Mencintainya

Dilan dan Milea

Kejora Aadhya Kalila, seorang gadis berambut pirang panjang, yang juga bersinar  seperti namanya. Malam ini, di bawah hamparan bintang dan berteman kan  lampu dari kendaraan yang tengah berlalu lalang ia duduk berpangku tangan ditepi jalan raya yang sama sekali tak ia kenali.

"Kejora,  cocok sama namanya." Gadis itu menoleh ke arah pemuda berjaket canvas berwarna army yang tengah duduk tepat di sebelahnya.

"Sama-sama cantik, dan bersinar." Senyum pemuda itu sambil membolak balikan sesuatu.

"Paling terang diantara bintang lainnya."

"Aku harus pulang." Rengek sang gadis seakan tak peduli dengan gombalan sang pemuda.

"Baru  jam sepuluh, belum juga jam dua belas. Kamu gak akan berubah jadi labu  kan kalau gak balik lewat tengah malam." Candanya seolah tak peduli.

"Aku  bisa dikutuk jadi batu kalau keluar larut malam sama cowok gak  dikenal." Gadis itu merentak pergi dan melangkah tak tentu arah, hanya mengikuti kemana arah sepatu converse berwarna maroon itu membawanya.

"Mau jalan kaki? Dari sini ke Villa gemintang itu jaraknya hampir dua belas kilo lho. Kamu bisa patah kaki pas sampai di rumah."

Gadis itu menoleh kesal. "Tahu rumahku dari mana? Namaku juga, tadi kamu panggil namaku kan?" Pemuda itu tergelak.

"Bener lho, padahal cuma nebak." Seringainya mengesalkan.

"Mana mungkin nebaknya bisa pas banget gitu, nama sama alamat lengkap lagi." Pemuda itu hanya bergidik tanpa makna.

"Aku  gak akan ikut kamu kesini kalau tadi preman itu gak berusaha melecehkan aku. Aku kira kamu bisa bantu, kalau ternyata sama aja. Lebih baik aku  mati disini. Dibanding harus merelakan hidupku hancur ditangan orang seperti kamu."

"Emangnya aku orang seperti apa?"

Deg.  Gadis itu merasa bersalah dengan pertanyaannya sendiri. menuduh  seseorang sebagai penjahat, apalagi tanpa bukti bisa dikenakan tuduhan pencemaran nama baik bukan, pikirnya.

"Buktinya  baru ketemu sekali aja udah sok akrab gitu. Bajunya berantakan lagi  udah kayak anak punk. Siapa yang gak takut coba, ditemenin sama cowok  bertampang preman malam-malam kayak gini."

Mungkin jika itu orang lain, hati dan telinga mereka pasti akan terbakar.  Apalagi setelah kamu berusaha membantu seseorang, namun orang yang kamu  bantu malah mencurigai mu akan sebuah kejahatan yang bahkan belum kamu perbuat.

Namun bukan 'Nand' namanya jika ia merasa tersinggung.

Nama  lengkapnya Nand Jemel Algifahri, ia lebih suka di panggil Nand, katanya biar keren. Walaupun ada yang salah mengartikannya sebagai Nanda,  kadang juga Nana karena huruf N di bagian belakang yang selalu terdengar samar.

Bersahabat  dengan dunia malam, serta balapan liar tak serta merta menjauhkannya  dari tuduhan buruk orang-orang. Bahkan meskipun ia seorang idola di  sekolahnya sekalipun.

Prestasi  segudang nya tak pernah membantu citra buruknya di dunia luar. Apalagi  dimata sang ayah yang hanya menganggapnya sebagai benalu di dalam  keluarga besar.

Meskipun mungkin ia melakukannya demi tuntutan. Terutama karena sang ayah yang  menikah lagi dan menelantarkannya. Hingga ia mau tidak mau harus  menghidupi adik kecilnya yang baru berusia enam tahun dan juga  sakit-sakitan.

Ibu  mereka meninggal kurang lebih setahun yang lalu, karena penyakit yang  sama. Mereka mengidap gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah secara  rutin.

Dan berhubung  ayahnya tak lagi peduli dan membiayai biaya pengobatan, maka sang ibu  harus merelakan nyawanya dan tinggallah Nand seorang diri untuk menemani  sang adik manisnya untuk berjuang.

Sementara  'Mentari' adik kecilnya tengah berjuang melawan sakitnya, maka tugas  Nand adalah berjuang mencari nafkah demi sesuap nasi dan juga biaya  pengobatan Mentari.

Ia  tak memiliki ide lain untuk mencari uang dengan cara cepat. Ia juga tak  memiliki pilihan untuk menelantarkan sekolahnya, karena itu semua ia  perjuangkan demi masa depannya bersama Mentari.

Tak  hanya berjuang mendapatkan dana beasiswa dari beberapa sponsor, ia juga berjuang di jalanan sebagai seorang pembalap liar. Bakatnya dalam  menjadi teknisi mesin kendaraan telah mengenalkannya kepada dunia malam  tersebut.

Dimana ia bekerja sebagai karyawan bengkel sepulang sekolah dan menjadi pembalap liar di malam harinya.

Di  sekolah? Ia hanyalah pemuda tampan, dengan kegeniusan yang membawanya  menduduki peringkat teratas dalam Olimpiade Matematika dan juga serta Biologi.

Nand di  sekolah hanyalah cowok yang suka tebar pesona dengan seragam yang tak  pernah rapih masuk ke dalam celana, 'kecuali saat upacara bendera'.

Sedangkan  di luar sekolah, dirinya adalah AJ (ei-ji) seorang pria misterius  dengan jaket canvas berlogo AJ, serta sebuah masker yang menutupi separuh wajahnya.  Celana jeansnya memiliki beberapa sobekan di bagian lutut sampai ke  betis. Warna identiknya hitam, namun ia selalu mengenakan jaket  berwarna army yang merupakan pemberian terakhir dari ayahnya.

"Anggap  ini sebagai tanda agar Anda mengenali keberadaan putra Anda sendiri,  Tuan." Bisiknya tepat di telinga sang ayah, ketika mereka tak sengaja  bertemu muka di tengah moment balapannya Nand.

"Jadi  gimana? Mau antar aku nggak?" Kejora atau yang akrab disapa Rara itu  kembali merengek. Kali ini ia memegang erat ujung kemeja Nand yang  terulur dibalik jaketnya yang hanya sepinggang.

"Percaya gak sama aku? Kalau gak percaya aku gak mau antar, naik taksi aja sana." Negonya mencoba menguji nyali gadis itu.

"Jawab dulu," Nand mengernyit kebingungan.

"Jawab apa, kalau pertanyaannya aja gak ada."

"Tahu nama, sama alamatku dari mana? Kamu menguntit ku ya?" ujarnya cemberut.

Nand  hanya terkekeh geli. Nand tak menyangka jika gadis di hadapannya ini  bisa begitu bodoh. Tapi setidaknya kepolosan itu jugalah yang berhasil  membuatnya tertawa hari ini.

"Kamu  lupa, aku kan tadi datang mau balikin dompet kamu yang jatuh." Nand menunjukkan dompet yang sedar tadi sibuk ia bolak-balik di hadapan gadis itu.

"Masa gak merhatiin sih aku pegang ini dari tadi?" Kejora menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aku nemu di depan gerbang keluar villa, aku udah ikutin kamu dari sana. Tapi kamu  malah ngacir gak jelas sampai akhirnya ketemu preman dan digangguin."  Jelasnya panjang lebar.

Kejora  merasa bersalah, ia menggaruk tengkuknya berulang, seolah ada semut  yang tengah berbaris di sana. Ia bahkan tak sanggup lagi menatap mata  Nand secara langsung karena merasa malu.

"Maaf." Ujarnya dengan kepala semakin tertunduk.

Hati  nuraninya mengatakan jika Nand adalah orang baik. Apalagi karena ia  sampai rela mengikutinya sejauh itu, lalu menolongnya dari gerombolan preman iseng.

Namun nalurinya untuk bertahan hidup ditengah kota besar, telah membuatnya  berfikiran buruk kepada Nand yang sebenarnya datang untuk membantu.

"Makasih, udah nolongin aku." Nand terkekeh.

"Kosa-kata kamu cuma 'maaf' dan 'terimakasih'?" gadis itu tertegun.

"Kamu sekolah dimana?"

"SMA Galaxy," mata Nand membulat.

"Aku juga di SMA Galaxy. Kok, aku gak pernah lihat kamu di sekolah ya?"ujar Nand terdengar antusias.

"Emang harus banget ya kamu kenal sama seisi sekolah?"

"Ketus banget, jadi mau dibantu nggak?"

"Iya,  maaf. Aku anak pindahan dari Jogja, baru masuk besok." Lagi-lagi Nand  terkekeh dengan sikap menggemaskan gadis di hadapannya.

"Kalau gitu, gimana kalau besok traktir aku makan di kantin sekolah. Hitung-hitung hutang budi karena aku udah nolong kamu. Atau kamu bisa anggap sebagai bayaran karena aku udah antar kamu pulang dengan selamat, gimana?"

"Seminggu, janji." Kejora mengulurkan kelingkingnya ke arah Nand.

Ia memberikan penawarannya sendiri. Jauh diluar dugaan Nand yang malah berfikir gadis itu akan kembali mencercanya dan mengatakan bahwa dirinya 'Modus' atau semacamnya.

Tapi mau bagaimanapun ia berhutang nyawa kan kepada Nand? Apalagi jika ditambah bonus mengantarnya pulang, traktiran makan seminggu saja mungkin takkan pernah cukup bukan?

"Makanku banyak lho. Yakin selama seminggu. Nanti uang jajan kamu habis."

"Nggak apa-apa. Kalau tadi gak ada kamu, aku akan kehilangan seumur hidupku dalam penyesalan."

Nand tersenyum, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Rara naik ke atas motor kesayangannya. Sebuah motor CB butut peninggalan alm. Kakeknya yang kini sudah ia modif agar terlihat lebih kekinian.

Dan begitulah malam itu berakhir bak kisah Dilan dan Milea bagi Nand dan juga Kejora.

Duduk berdampingan diatas motor berdua, tanpa helm, bonus pelukan ringan disekitar pinggang. Belum lagi dengan iringan rintik hujan yang menambah suasana menjadi lebih romantis.

Anggota 'Sekawan' Dreamies

SMA Galaxy, Sekolah Menengah Tingkat Atas yang terdiri dari 9 ruang kelas per tingkat. Ada labor Bahasa, Sains, juga labor Komputer. Ada lapangan futsal, lapangan basket, dan juga kolam renang di dekat lapangan belakang.

Gak lupa, ada kantin Mbak Asih juga yang sering dipakai nongkrong Nand dan juga anak dreamies lainnya.

'Dreamies' sebuah perkumpulan anak SMA Galaxy yang terkenal seantero sekolah karena paras mereka yang rupawan, serta prestasi yang segudang.

Ketuanya adalah Mahesa, Mahesa Evandaru Bagaskara. Anak kelas 3 IPA 1, yang berhasil menjabat sebagai ketua osis selama dua periode berturut-turut.

Anaknya gampang banget ketawa, tipikal cowok ceria. Tapi punya kebiasaan paling awkward kalau lagi dekat sama cewek, apalagi kalau itu adalah cewek yang dia suka.

Bayangin aja, cowok sekeren Mahesa akan langsung gemetaran sampai gak bisa jalan kalau sudah berhadapan dengan perempuan yang berhasil menggetarkan hatinya.

Gak heran kan, kalau selama delapan belas tahun hidupnya dia selalu jomblo. Secara si doi akan berubah diam seribu bahasa dan tidak berani menatap gadis di depannya bahkan meskipun mereka telah berpacaran.

Paling lama, si cewek hanya akan bertahan selama seminggu. Paling sering cuma  dua hari. Itu pun si ceweknya yang nembak duluan, dan Mahesa hanya bisa  mengangguk pasrah mirip boneka dashboard ketimbang mengiringi.

Tapi  kalau soal kepemimpinan dan ketegasan sama anak-anak Dreamies, Mahesa  nomor satu. Bahkan OSIS SMA Galaxy tidak akan sekeren sekarang kalau  bukan karena dipimpin oleh Mahesa.

Sikapnya  soal kepemimpinan dan juga memimpin cewek itu berbeda nyaris seratus  delapan puluh derajat. Dia tipikal pemimpin yang ambis tapi langsung  ciut kalau berhadapan sama perempuan.

Wakil ketuanya adalah Haikala. Dia si pentolan grup karena terkenal paling berisik dan  paling jago cari perhatian. Pusat antriannya para cewek-cewek SMA  Galaxy.

Mulai dari  yang curi-curi perhatian pingin dekat sama Haikal, sampai cewek-cewek  yang pingin di comblangin sama anak-anak Dreamies.

Waktunya kebanyakan ia habiskan untuk mengumpulkan kado-kado dari para fans  Dreamies yang akan ia terima setiap jam istirahat pertama.

Badannya  paling gembul diantara yang lain, juga karena paling banyak dapat  asupan gula dari coklat-coklat yang ia kumpulkan setiap harinya.

Nama  lengkapnya Ghaanim Rafsan Haikala. Si paling jago debat, sekaligus  andalan sekolah untuk lomba debat, dan juga pidato antar sekolah.

Dandanannya  sedikit culun, dengan kemeja rapi masuk kedalam celana. Sebuah kaca mata besar yang tertonggok diatas tulang hidungnya secara tak langsung turut menambah kesan humoris  pada diri Haikal. Apalagi karena kacamata itu hanya berupa bingkai  tanpa lensa, yang hanya dipakai untuk menambah gaya.

Namun sayang karena gaya humornya yang lebih sering mirip bapak-bapak, ketimbang anak SMA.

Tapi anaknya tetap yang paling asik, sekaligus mood maker diantara ketujuh  anggota genk. Yang paling penting adalah karena dia satu-satunya yang udah  laku alias udah ada gandengan.

Gak ganti-ganti, karena pacarnya sekarang adalah cinta pertamanya yang  sudah ia tembak sejak zaman SD dan baru diterima setahun yang lalu. Itu pun terjadi dadakan, ketika ia kembali ke kampung halaman untuk menengok sang kakek yang magh nya sedang kambuh.

Haikal adalah tipikal cowok yang suka tebar pesona, tapi langsung ciut dan  berubah total jadi cowok paling setia kalau sudah berada di udara yang sama dengan ceweknya. Siapapun yang berhasil mendapatkan hati Haikala  pastinya akan merasakan bagaimana rasanya dicintai dengan seluruh  dunianya.

Karena sekeren itulah Haikal jika menyangkut soal percintaan. Ia bisa lebih heboh dari Majnun yang mengejar Laila. Juga bisa lebih nekat dari seorang Romeo kepada Julietnya.

Selanjutnya ada Juna. Henry Rafiif Arjuna, si paling kalem sekaligus paling macho. Dia atlit Judo, dan sudah masuk kejuaraan nasional. Si yang paling dikejar seantero sekolah, tapi si paling cuek bebek juga perihal yang namanya

cewek.

Kelebihannya soal pelajaran cuma pas kelas Penjas doang. Nilai Matematikanya paling anjlok, dan selanjutnya tugas Mahesa sebagai leader untuk mencarikannya guru les pribadi. Mulai dari anak-anak dreamies sendiri, sampai para cewek-cewek yang mau caper deketin si doi.

Yang paling pusing ya Rendi, karena dia si ahlinya fisika. Sementara Juna adalah orang yang paling cepat tidur kalau harus disuruh melihat soal-soal Fisika.

Anggota keempatnya Rendi. Dia adalah si kutu buku sekaligus ahli fisikanya Dreamies. Nama lengkapnya Daniel Rendi Novendra.

Punya mimpi jadi Fisikawan hebat seperti Einstein, sampai-sampai dia lupa  kalau menjalani hidup adalah perihal yang lebih besar dari sekedar  mimpinya setiap malam untuk menjadi sukses.

Hidupnya  hanya seputar buku, jurnal, kuliah daring dan segala hal tentang ilmu  pengetahuan. Sampai-sampai ia lupa telah menggantung seseorang yang  telah mendampinginya berjuang beberapa tahun belakang.

"Gak pernah lihat kiri-kanan anaknya, apalagi belakang. Kalau mau deketin  dia. Lo harus muncul langsung di hadapannya dan rebut perhatiannya dari  sekedar buku." Celetuk Nand suatu waktu kepada Angelika sang gadis yang  telah mengekori Rendi termasuk untuk keluar masuk labor nyaris seharian penuh.

( Natasha Angelika )

Anggota  kelima Dreamies adalah, Nand. Cowok yang paling jarang ngumpul. Tapi  paling didengar juga saran sama nasehatnya. Nand termasuk anggota yang paling waras kalau disuruh ambil keputusan.

Anaknya pinter, juara satu tapi tetap tak semenonjol yang lain karena jarang kelihatan di sekolah.

Walaupun begitu fansnya tetap banyak sih, wajarlah ya namanya juga anak dreamies.

Hidupnya  keras jika menyangkut dunia luar. Balapan liar, bengkel motor anak-anak balap. Belum lagi jadi driver ojek online di sela-sela waktu senggang.

Meskipun  jadi yang paling kere, dan paling gak punya waktu buat Dreamies. Tapi  anak-anak dreamies tetap setia dan tak pernah membiarkan Nand kesusahan  sendiri. Tapi sayangnya ia selalu menolak bantuan yang ada dengan alasan  gak mau manja, masih punya kaki tangan buat usaha sendiri katanya.

Adiknya mentari, juga adalah adik kesayangannya anak-anak dreamies. Tak jarang  mereka bertugas bergantian untuk menjaga Mentari menggantikan Nand,  terkhusus saat Nand ada balapan dan tidak bisa menengoknya hingga pagi.

Dua anggota terakhir adalah si kembar beda parents. Alias kembar tak sengaja, Cakra dan Jishan.

Si duo yang selalu kemana-mana bareng, sampai dikira beneran kembar sekandung.

Sering  pakai baju kembar, cuma karena Cakra suka malas beli apa-apa sendirian. Akhirnya mereka pun berakhir dan menyerah pada pilihan Jishan serta  trendnya Jishan yang seratus persen masih kekanak-kanakan.

Duduk sebangku karena gak ada yang bisa ngimbangin hebohnya Cakra kalau lagi  di kelas. Jishan juga terpaksa masuk tim basket karena Cakra yang mager gerak sendiri, apa-apa harus di tolong Jishan.

Meskipun Jishan gak begitu suka basket, lumayan cuma duduk di bangku cadangan dan sudah bisa lihat cewek-cewek cheerleaders yang suka pakai rok super mini.

Jishan  adalah yang paling ahli soal jaga dan ngebujukin Mentari yang lagi  ngambek. Sedangkan Cakra adalah si biang keroknya, apalagi kalau Mentari  sampai nangis sudah pasti biang keroknya Cakra.

Cakra Adrian Keruna, punya satu kakak perempuan yang super cantik yang bersekolah di  kampung halamannya di Jogjakarta. Kakak beda ibu yang juga merupakan anak dari bibinya yang meninggal dunia ketika melahirkan sang kakak.

Alhasil ibunya lah yang maju, naik ranjang demi menjaga kakaknya serta warisan dari almh. Bibinya. Mereka super akur, hingga terkadang orang yang tidak mengenal pohon kekeluargaan mereka pun akan mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Harus terpisah jarak dan waktu karena Cakra yang tak mau di kekang dan  memilih sekolah dan tinggal sendirian di Jakarta. Karena itulah ia sangat membutuhkan Jishan, karena Jishan memiliki sifat super care yang bisa diandalkan mirip dengan kakaknya.

Terakhir Jishan Praditya Adinendra. Si bungsu diantara Dreamies dan yang paling dimanja. Kecuali sama Cakra tentunya.

Karena jika bersama dirinya justru Cakralah yang akan minta untuk dimanja. Dia yang paling polos dan super menggemaskan diantara anak-anak dreamies.  Gak punya hobi, selain mengekor Cakra. Gak pernah suka sama siapapun selain sama kakaknya Cakra. Dan nyaris gak pernah melakukan hal apapun kecuali Cakra yang minta.

"Kak Rara, jadi pindah ke Galaxy?" tanya Jishan yang selalu update jika menyangkut kakaknya sang sohib.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Baru saja dibahas Jishan, mata Cakra langsung  membulat seketika, ketika netranya menangkap kemunculan seorang gadis  berambut pirang panjang. Ia muncul dengan seragam Galaxy tepat di pintu

gerbang sekolah.

"Kak Rara!" teriaknya dengan nada beroktaf tinggi lalu berlari dan menghambur ke pelukan seorang yang dipanggil.

"Dia." Nand dan Haikal menyeru disaat yang bersamaan.

Atensi Penuh yang Terbagi

"Peluk," seru Cakra super manja.

"Kangen." Cakra menghabiskan nyaris seluruh tenaganya untuk memeluk seseorang yang baru saja menyita perhatiannya.

"Kamu pakai seragam Galaxy? Kok bisa?" Haikal nampak tengah mengantri untuk sekedar berbagi peluk.

Kejora Aadhila, seorang yang pernah menarik atensi Nand begitu banyak. Bahkan jauh lebih banyak dari Dreamies yang memenuhi harinya.

Sosok perempuan yang sempat ia temui selama beberapa jam semalam. Juga sosok yang menjanjikannya traktiran di kantin sekolah selama seminggu penuh. Ternyata tak lain dan tak bukan adalah sosok idola dalam hidup Cakra, sekaligus pasangan jarak jauh dari si biang kerok Haikal.

"Dia Kejora? Kita selama ini sering dengar tentang kamu lho." tak biasanya Juna ikut berkomentar, bahkan netranya seolah enggan berkedip ketika berhasil bertemu tatap dengan seorang yang baru saja menarik perhatiannya.

"Jadi Kejora yang aku kenal, adalah Kejora yang sama yang selalu aku dengar namanya hampir di setiap jam hidupku?" tanya Nand tiba-tiba.

"Masa? Kenal dimana?" Mahesa pun tak kalah penasaran. Semua atensi berpindah pada Nand yang terlihat lebih sumringah lebih dari biasanya.

"Aku Nand, yang nolong kamu semalam. Masih ingat kan?" gadis itu mengangguk, tepat setelah ia menyelesaikan pelukan singkatnya di bahu Haikal.

"Pacarnya aku kenal Nand dari mana?" kini giliran Haikal yang bertanya.

Sama seperti kucing yang tengah mengawasi ikan tangkapannya, ia menatap Nand dan Rara penuh selidik.

Selama belasan tahun saling mengenal, Kejora dalam ingatannya bukanlah sosok  gadis yang akan begitu gampang mengenal lelaki selain dirinya dan juga  Cakra.

Ia bahkan bersekolah di SMA khusus perempuan saat masih berada di Jogjakarta. Tidak ada teman spesial laki-laki, apalagi hanya sekedar  kenalan.

Bukan hal yang wajar bukan jika seorang gadis yang begitu misterius itu, tiba-tiba saja mengenal sosok baru yang seharusnya asing.

Mereka  bertemu dimana? Atau kenal dimana? Nand memangnya pernah ke Jogjakarta? Nand juga bukan tipikal yang gampang mengenal perempuan. Satu-satunya  perempuan yang pernah Nand bahas selain guru-guru di sekolahnya hanyalah  Mentari, serta mendiang ibunya.

Lantas kenapa mereka bisa terlihat begitu akrab?

Wajar  kan ketika kamu tertarik dengan Pinguin dan Unta yang pernah tak saling sapa. Apalagi karena habitat hidupnya yang berbeda.

Semua  menjadi kekalutan ketika mereka yang hidup di dunia yang jauh berbeda tiba-tiba berubah saling sapa dan saling menebar senyum.

Tidak  ada yang lebih peka dari perasaan-perasaan tersembunyi tersebut  ketimbang Mahesa sebagai yang tertua. Memahami keheningan Nand sendiri  saja sudah begitu sulit, apalagi ditambah dengan kehadiran Kejora yang  entah muncul dari mana.

"Lo gak akan mengacaukan acara nostalgia ini sekarang kan Kal? Gue tahu lo  lebih waras dari siapapun. Kita gak pernah lho lihat Cakra sebahagia ini  sebelumnya." Bisik Mahesa memperingati.

Entah  Haikal memang segampang itu untuk marah, atau keadaan kali ini memang  begitu berbeda. Apalagi ketika melihat sang pujaan hati yang saling  melempar senyuman yang begitu manis kepada sahabatnya.

"Gue wajib banget anter lo keliling sekolah, ayo Shan."

Cakra  menarik Jishan dan juga Kejora di masing-masing tangannya lalu bergerak dengan semangat empat lima untuk perjalanan tur sekolah.

Seolah tak peduli dengan keberadaan Haikala serta kecemburuannya, ia hanya mengerahkan semua perhatian kepada kakaknya.

Selain  Haikal, hanya Jishan yang pernah bertemu langsung dan bercengkerama  dengan Kejora diantara para anggota Dreamies. Bahkan sepatah kalimat  protes pun tak terlontar ketika Jishan dengan kurang ajarnya memeluk  Kejora untuk menggantikan Haikal. Termasuk Haikala sendiri.

Kerumunan bubar tepat setelah si trio Cakra, Jishan dan Kejora menghilang di  balik tembok utama Gedung sekolah. Disusul Jonathan yang selalu  menghabiskan tiga jam pelajaran pertama di ruang olahraga untuk berlatih Judo.

Nand? Mau apalagi dia selain berjalan ke ruangan guru untuk mengambil serangkaian buku pelajaran yang akan ia pelajari sebelum kelas dimulai.

Membuat ringkasan catatan kecil, lalu membaginya dengan teman sekelas dengan menulisnya di papan tulis. Hanya tersisa Mahesa dan Haikal sekarang. Rendi jangan ditanya, ia bahkan belum sempat menyapa Kejora karena lebih mementingkan Laboratorium Fisikanya yang kosong dan tak dihuni siapapun.

"Secemburu itu Kal? Gue gak pernah lihat mata lo setajam itu sebelumnya."

"Gue perjuangin dia dari orok bang. Dari masih zaman cinta monyet, sampai akhirnya gue milih buat ikut Cakra ke Jakarta biar bisa bantu dia jagain adeknya."

"Terus?"

"Rara gak pernah lihat gue sedalam dia menatap Nand tadi. Enggak sebelum akhirnya kita punya ikatan khusus. Sekarang pun dia ngomong sama gue hemat banget tau nggak." Ujar Haikal begitu bersungut-sungut.

Ia bahkan sampai tak menyadari bahwa seseorang yang ia bicarakan ternyata sudah kembali lebih awal untuk menemani rasa sepinya.

Mahesa memberi isyarat kepada kejora dengan dua jarinya. Ia seolah mengatakan bahwa Kejora harus mendekat secara perlahan. Posisinya yang kini tengah berdiri di samping Haikal pun perlahan mulai tergantikan dengan keberadaan Kejora yang ingin memberi kejutan.

Haikal sibuk  menunduk seolah tengah menghitung berapa jumlah ikatan pada tali sepatunya, sampai-sampai tak sadar bahwa keberadaan Mahesa tidak lagi menghantuinya dan sudah tergantikan dengan sosok sang pujaan hati yang ia damba.

Kejora memeluknya dari arah belakang dengan tiba-tiba. Hari ini kelas dimulai lebih siang, karena para guru ada agenda rapat bulanan yang cukup menyita waktu.

Sementara  para siswa lainnya tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing, sampai tak sempat untuk mengacuhkan keberadaan dua insan yang tengah dimabuk  cinta itu.

"Ngapain lo meluk gue, geli ah." Haikala dibuat resah lantaran sikap Mahesa yang menurutnya tak biasa.

Namun ketika ia perlahan menoleh, mulutnya seketika menganga selebar yang ia bisa. Ia begitu terkejut dengan keberadaan Kejora disisinya. Pantas pelukan itu terasa begitu hangat dan menenangkan. Mana mungkin pelukan Mahesa akan terasa sehangat itu, pikirnya lagi.

Hingga tubuhnya pun berbalik dan membalas pelukan itu tak kalah erat.

"Maaf tadi biasa aja, gak enak sama dua anak kecil tadi." Ujar Kejora manja di dalam pelukan Haikal.

"Tau ih, bikin kesal aja." Haikal berpura merajuk.

"Jadi ceritanya cemburu sama Nand?"

" Aku dengar dari Cakra, kalian sahabatan. Kamu jangan gitu lah sama teman sendiri." Niatnya membujuk, namun malah berakhir membuat lelaki itu semakin manyun.

"Siapa bilang?"

"Pacarku kan yang bilang tadi, aku dengar sendiri lho." Kejora menunjuk telinganya hingga membuat Haikala tersipu malu.

Bukan malu akan sikapnya, namun karena Kejora yang mengangkat tangan kiri dan bukannya kanan ketika menunjuk telinganya di depan Haikala. Ada sebuah gelang berwarna senada dengan milik Haikala terpasang disana.

Gelang yang bukan hanya dipesan khusus oleh Haikal, namun juga ia desain sendiri secara khusus demi sang pujaan hati.

Haikal bergerak ke arah tangga kecil yang berada di hadapannya, lalu menarik Kejora turun untuk ikut duduk bersama. Posisi mereka kini ada di bagian luar sekolah menghadap ke gerbang luar.

Tak banyak orang berlalu lalang disana pada jam sekolah, bahkan para satpam yang bertugas menjaga pun malah lebih sering berada di kantin Bu Asih, ketimbang menjaga pos dari anak-anak yang ingin kabur.

Perfect timing, waktu yang sangat tepat bukan untuk dua insan yang ingin memadu cinta. Namun Haikala adalah tipikal laki-laki yang begitu menjaga wanitanya. Ia tak akan melakukan sesuatu lebih dari sekedar pelukan  singkat dan juga hangat untuk Kejora.

"No Kiss, No more. Aku akan jaga kamu sampai aku miliki kamu seutuhnya."godanya kepada Kejora yang sudah mulai bersemu karena genggaman hangat dari Haikala.

"Buat aku yang berjuang untuk dapatin kamu, kehilangan kamu itu akan jauh lebih sulit dibanding harus kehilangan duniaku sendiri Ra. Karena untukku, kamulah duniaku."

"Ciyeee."Tanpa mereka sangka, kalimat yang keluar dengan begitu sempurna itu tak hanya di dengar oleh sang penerima. Tapi juga ada lima saksi mata lainnya, yang mendengar secara langsung janji itu diucap.

Secara tidak langsung, moment itu pun berubah menjadi bagian paling sakral dari setiap moment persahabatan mereka. Tentunya setelah bertambah satu anggota manis di dalamnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!