NovelToon NovelToon

CEO TAMPAN SEDINGIN ES

Episode 1

gelombang air laut kini tengah pasang, ombak berdebur sangat keras bunyinya bahkan bergemuruh di telinga orang-orang yang ada di sekitar pantai yang tengah menikmati indahnya pantai.

hati wanita mana yang tak hancur jika kedua orang tuanya meninggal secara tidak wajar di tangan keluarganya sendiri tanpa ada kejelasan.

"Tania Apa yang kau lakukan ayo cepat turun, aku tahu Tania hatimu sedang hancur tapi tidak seperti ini caranya'' teriak seorang remaja laki-laki yang seumuran dengan Tania dia adalah Agam teman kecil Tania.

Tania masih tetap berdiri Kokoh di atas batu karang yang sangat tinggi bahkan Agam dan Mona yang ada di sana bingung dan tak tahu bagaimana caranya Tania bisa menaiki batu karang setinggi itu.

''Mona, Aku memiliki rencana bagaimana jika kita perlahan-lahan menaiki batu karang itu dan kita menyelamatkan Tania bersama-sama kau setuju?'' Mona dengan cepat menggelengkan kepalanya Bagaimana bisa sahabatnya ini memberikan ide gila yang bisa mengancam nyawanya ''hey hey kau yang benar saja kita berdua naik ke batu karang setinggi itu yang ada kita akan jatuh bersama-sama dan kita akan kehilangan nyawa bertiga, begini saja deh kita telepon polisi saja atau kita cari orang-orang di sekitar sini untuk membantu kita membujuk Tania turun itu lebih efektif daripada kita juga harus ikut naik ke sana'' Agam menghela nafas perlahan, apa yang dikatakan Mona memang benar resikonya memang terlalu tinggi jika mereka berdua naik ke atas batu karang itu.

mereka berdua masih termenung sama seperti Tania yang di sana masih berdiri dengan rambut panjang yang tertiup angin dengan kencang "begini saja aku akan tetap mengkoordinasi mu dari sini, kau menghampiri Tania dan menyelamatkan Tania di sana, sedangkan aku di bawah kau maksud tidak apa yang ku katakan?'' Mona memperjelas kata-katanya dan tentunya Agam maksud dengan apa yang dikatakan oleh Mona.

"iya iya dasar cemen Apa susahnya kita bersama-sama naik ke atas'' Mona memicingkan matanya mereka berdua yang tadinya berempati dan ingin menyelamatkan Tania bersama-sama kini malah beradu argumen.

yang paling parah mereka malah menyalahkan satu sama lain yang membuat Tania di atas sana yang tadinya ingin bunuh diri kini menjadi tidak mood, Tania mulai menuruni tebing karang yang tinggi dengan hati-hati dan tanpa sepengetahuan Mona dan juga Agam.

"Lolo wah jangan-jangan Tania sudah terjun lagi, Agam lihat saja ya sampai terjadi apa-apa dengan Tania Aku akan membunuhmu hidup-hidup'' Mona berlarian menuju arah tebing dan hendak akan mencari Tania yang dikiranya terjun ke bawah laut sana.

Agam ikut berlarian menyusul Mona dirinya juga sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada Tania apalagi ombak sedang pasang dan Tania tidak bisa berenang sama sekali.

"loh loh kau tidak bisa menyalahkanku ini semua salahmu karena mengajakku bertengkar hingga aku tak sempat menyelamatkan Tania'' mereka berlarian sedangkan Tania yang berada di belakang mereka pun menggelengkan kepalanya.

'dasar aneh lebih mementingkan ego masing-masing dari pada menyelamatkan nyawa sahabatnya sendiri' batin Tania yang masih melihat mereka berlarian menuju arah tebing sedangkan Tania sedari tadi sudah berada di samping mereka.

lama Tania memperhatikan Agam dan juga Mona yang berteriak-teriak menyebut namanya membuat Tania jengah dan kesal, akhirnya mau tak mau Tania mengalah dan memanggil nama mereka dari kejauhan ''hei!! sampai kapan kalian akan berteriak-teriak menyebut namaku!!" teriak Tania yang terdengar oleh keduanya.

suara deburan ombak nyatanya kalah dengan suara Tania yang cukup menggelegar dan sedikit cempreng "Agam aku tidak salah lihat kan, wah jangan-jangan itu arwah Tania yang mengajak kita pergi ke alamnya'' Agam menoyor kepala Mona bisa-bisanya sahabatnya ini berkata seperti itu.

"kau ini hidup di zaman apa bisa-bisanya masih percaya dengan hal gaib seperti itu mana mungkin seseorang yang sudah meninggal menghampiri manusia dan mengajaknya pergi, sudahlah ayo kita hampiri Tania dan minta penjelasan padanya'' Mona dan Agam berlarian kembali mengarah ke arah Tania yang sedang memegang pinggangnya dengan kedua tangannya.

"lain kali kalau ingin menge-prank sewajarnya saja dong, kau tahu tidak kalau sampai tadi kau tak ketemu yang ada aku akan menelpon polisi, tim SAR, lalu pemadam kebakaran, team medis dan segala macam'' Mona lagi lagi asal berkata yang membuat Agam ingin sekali meremas-remasnya seperti kertas dan melemparkannya ke tengah laut.

Agam langsung membungkam mulut Mona yang terus saja berbicara "emm maksud Mona tidak seperti itu, Tania lain kali kalau ada masalah katakan baik-baik dengan kami, kami akan menjadi pendengar baikmu'' Tania memandang Agam dan Mona secara bergantian lalu berdecak kesal dan berlalu meninggalkan keduanya.

"Tania apa kita akan ke rumah keluargamu dan mengambil barang-barang mu di sana?'' tanya Agam dengan sangat hati-hati tentunya perasaan Tania kini tengah sensitif mengingat beberapa hari yang lalu kedua orang tua Tania telah meninggal disusul dengan adiknya dan bahkan baru saja tadi Tania diusir secara terang-terangan oleh keluarga besarnya dan itu membuat Tania benar-benar sakit hati dan merasa putus asa.

"Ya iyalah masa ya iya dong, kalau aku tidak pulang dan mengambil pakaianku lalu aku ingin memakai pakaian apa? sudahlah kalian jangan banyak bertanya sekarang lebih baik kita langsung pergi ke rumahku mengambil barang-barangku lalu kita pergi ke kos-kosan yang murah meriah'' Tania berjalan menuju mobil Agam, niatnya tadi mereka berhenti sejenak di laut hanya ingin melepas penat namun tiba-tiba Tania berlarian menaiki tebing dan ingin bunuh diri.

tapi semua itu Tania urungkan berkat kedua sahabatnya yang sampai saat ini masih mensuportnya dan mendukung Tania di keadaan Tania yang tengah terpuruk seperti ini "emang ya pamanmu itu mata duitan, dengan keponakan saja perhitungan padahal harta kedua orang tuamu kan semuanya pamanmu ambil dan pamanmu makan'' Tania melipat kedua tangannya di dada lalu menatap jalanan Dengan lurus sembari mengangguk-anggukkan kepalanya dan setuju dengan apa yang dikatakan Mona.

memang benar semua apa yang dikatakan oleh Mona pamannya benar-benar mata duitan dan sangat serakah dan haus akan harta "kurasa aku harus bekerja keras dan juga sebisa mungkin aku menjadi kaya raya dalam kurung waktu 1 tahun sampai kita lulus sekolah, lihat saja aku akan mengumpulkan bukti-bukti dan memenjarakan pamanku'' Agam dan juga Mona saling memandang karena memang posisi mereka berdua berada di kursi depan sedangkan Tania berada di kursi belakang.

"ya ya ya balas dendam terbaik adalah kesuksesan kita, tapi sebaiknya kita jangan ngekos deh, Bagaimana jika di rumahku saja kebetulan Agam kan orang tuanya bestieee dengan orang tuaku jadi aman-aman saja jika kita tinggal di rumahku tapi tetap saja Agam harus beda kamar dengan kita karena Agam laki-laki'' ucap Mona sembari melirik Agam yang sedang mengemudikan mobilnya.

tak dipungkiri Agam dan juga Mona adalah tetanggaan jadi dari kecil mereka sudah bermain bersama berbeda dengan Tania mereka tetangga beda komplek tapi tetap bertahan hingga saat ini dari TK, SD, SMP bahkan SMA mereka tetap bersama-sama hingga saat ini.

"Ya sudah deh aku mau, duitku juga sudah menipis jadi aku harus pintar-pintar mengiritnya tapi tenang saja Aku di rumahmu tidak akan merepotkanmu dan aku akan menjadi pembantu baik di sana dan ya aku akan rajin lebih rajin daripada di rumahku'' Mona dan juga Agam tertawa siapa yang tak mengenal Tania, Tania adalah wanita paling terapi paling tercantik dan paling terputih di sekolah plus paling terajin.

beruntungnya Agam dan juga Mona memiliki sahabat seperti Tania adalah di mana mereka bisa populer bersama, serta kebersihan Tania yang bisa dimanfaatkan oleh Mona dan juga Agam contohnya seperti sepatu Agam yang waktu itu basah dan bau Tania dengan cekatan langsung mencucinya dengan banyak pewangi lalu menjemurnya.

kejadian lucu di sekolah adalah saat tanaman yang tumbuh tidak rapi Tania potong secara rapi menggunakan gunting terkadang sikap Tania yang terlalu cinta kebersihan membuat pusing Mona dan Agam.

"sudahlah sudahlah tidak perlu terlalu rajin, di rumahku saja sudah banyak pembantu jadi untuk apa kebersihan lagi kau cukup tidur, sekolah, makan dan belajar" pinta Mona dengan gaya seolah-olah orang tua Tania.

bersambung...

Episode 2

malam harinya saat Tania dan Mona tengah asik bersantai tiba-tiba suara Agam mengagetkan mereka ''kalian baca grup nggak?'' Tania menggelengkan kepalanya karena sedari tadi Mona dan Tania sibuk berbincang-bincang.

''memangnya ada apa sih kayak penting aja'' ujar Mona yang membuka ponselnya ingin melihat Ada apa sebenarnya di grup WhatsApp ''Ya sudah kalau mau datang, datang saja sana aku sih tidak ingin datang ke pesta ulang tahun si nenek lampir itu'' ketus Mona karena memang nenek lampir yang ia maksud adalah Melodi teman Anya di mana Anya adalah sepupu Tania anak dari pamannya yang serakah akan harta itu.

''tapi menurutku sepertinya kita berangkat saja Dengan begitu kita bisa menyelidiki akan kasus-kasus dari hal yang terkecil bukan?'' Tania mulai memotong pembicaraan Mona karena memang dari secuil kasus yang mereka bongkar pasti akan lebih banyak lagi yang akan didapat.

akhirnya di malam ini mereka memutuskan untuk mendatangi pesta ulang tahun melodi yang dilaksanakan di sebuah klub malam, aneh memang pesta yang seharusnya dilaksanakan di rumah saja seperti home party kini malah menjadi party yang mencurigakan.

sesampainya di pesta gerak-gerik mencurigakan pun dapat tercium oleh Mona, Agam dan juga Tania, minuman yang dicurigai tak sengaja Tania minum karena sangat merasa haus.

''aku ke kamar mandi terlebih dahulu rasanya sangat tidak nyaman'' Tania langsung beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja, di sepanjang lorong Tania memegangi kepalanya yang sangat terasa pusing.

lalu tak lama kemudian datanglah seorang pria dan membawa Tania pergi entah ke mana dengan kondisi Tania yang setengah sadar.

sedangkan di sisi lain tengah ada transaksi di mana di sana terdapat paman wiromo paman Tania dengan seseorang pria paruh baya.

''Ayah terima saja uangnya banyak'' bisik Anya ''Baiklah Deal dengan harga segitu'' setelah transaksi Anya dan juga ayahnya pergi, otak mereka yang sudah kosong benar-benar tidak dapat berpikir bisa-bisanya Tania dijual dengan uang yang tak seberapa.

 

di sisi lain seorang pria kini-tengah patah hati karena wanita yang dicintainya menikah dengan pria lain, Leon bukan merasa sakit karena ditinggal menikah tapi sakit karena cacian dan makian Agatha yang merendahkan dirinya.

Agatha wanita yang iya cintai kini sudah menjadi milik orang lain, Leon tak tahu lagi harus berbuat seperti apa yang ingin ia rasakan dan yang ingin ia miliki sudah lepas dari genggaman nya begitu saja karena Agatha lebih memilih pria yang lebih kaya dari nya.

tanpa Agatha sadari Leon adalah pemilik perusahaan Wilson arganta sedangkan Raymond hanyalah manager bawahan Leon, tak dipungkiri Leon menyesali kebohongan nya untuk membohongi Agatha mengenai kekayaannya.

tapi ya sudahlah dengan begitu Leon bisa mengerti bahwa cinta Agatha hanya sebatas harta saja ''tidak perlu kau bersedih, nih ku bawakan seorang wanita anak dari Reynart dan Sinta" Leon melirik ke arah Tania yang sedang digendong oleh Levine asisten pribadinya "dari mana kau mendapatkan gadis itu?'' Leon masih tetap memandangi Tania yang tengah di tidur kan di ranjang king size miliknya.

"kudengar Anton malam ini memilih seorang gadis dari tangan paman Tania, jadi kubeli melalui Anton nih kau bisa apakan saja dia'' Leon nampak tak perduli iya masih memandangi gedung-gedung tinggi dari gedung bar ini.

Levine menghela nafasnya semenjak Agatha menikah dengan Raymond kini sikap Leon berubah 180 derajat, memang Leon terkesan dingin, cuek dan juga tak perduli dengan seseorang, namun semenjak kehilangan Agatha leon menjadi pria yang tak ingin banyak bicara.

"kalau begitu aku tinggal jika ada apa-apa hubungi aku saja'' Leon tak menggubris ia masih menikmati sepuntung rokok dengan beberapa botol whine yang ada di meja tak jauh dari ranjang nya.

'Reynart tak kusangka kau dan istrimu pergi terlebih dahulu sebelum aku membalas dendam akan kematian saudara kembarku' Leon memandang Tania dengan tatapan sinis biasanya wanita seperti ini adalah wanita yang tidak benar di matanya tidak seperti Agatha wanita yang sempurna di matanya.

seketika pandangan Leon meredup dirinya teringat akan manisnya akan perhatian Agatha padanya, sosok wanita yang cantik dan juga bersikap lemah lembut, tak pernah membentak bahkan tak pernah berkata kasar sedikitpun di hadapan Leon.

di sisi lain Mona dan juga Agam tengah sibuk mencari dimana keberadaan Tania karena sudah setengah jam Tania tidak kembali '' sepertinya firasat mu benar deh Gam, ini sudah bukan suasana pesta melainkan...'' ucap Mona menggantung lalu Agam langsung berdiri dari duduknya dan menarik tangan Mona untuk bergegas pergi mencari Tania.

Mona langsung ikut bangkit setelah tangannya ditarik, dirinya juga tak mungkin membiarkan sahabatnya ini hilang di sebuah klub malam yang menyeramkan seperti ini.

niat hati Agam dan juga Mona akan berpencar namun mereka berdua tak meyakini jika ber pencar akan menjadi efisien justru nanti malah mereka berdua lah yang saling mencari satu sama lain "kita cari Tania bersama-sama dengan menggunakan foto ini ku rasa akan banyak orang yang mengenali Tania di sini jika kita memperlihatkan fotonya'' Mona mengangguk yakin akhirnya mereka pun mulai mencari ke sana kemari namun yang lebih kagetnya tiba-tiba seorang satpam yang Agam tanyai berkata bahwa Tania sudah pulang.

"pak yang benar saja wanita ini tadi masuk bersama saya dan juga sahabat saya, kami masuk bersama-sama tentu akan keluar bersama-sama dirinya tak mungkin meninggalkan kami berdua, mungkin bapak salah lihat ya'' Agam merasa tak yakin dengan apa yang dikatakan oleh satpam yang berjaga di depan pintu bar.

"sudah sudah Gam, kita sudah lama mencarinya pastinya Tania sudah pulang tapi menurutku tak mungkin juga, Tania ke sini kan bersama kita lalu dia pulang dengan siapa apalagi kondisinya sudah malam tentunya mencari angkutan umum susah'' Agam menghela nafasnya kasar ternyata dugaan nya bener perihal pesta ini yang aneh dan juga mencurigakan.

berulang kali mereka berdua bergantian menelpon tania namun ponselnya sama sekali tidak aktif, dengan geram akhirnya mereka pun memutuskan untuk pulang saja karena sudah sangat larut malam apa lagi besok mereka akan berangkat ke sekolah.

toh jika mereka berlama-lama nanti setelah sampai di rumah apa yang akan dikatakan kepada kedua orang tua Mona jika pulang pesta terlalu malam "aku curiga Tania memasuki lorong lorong sepi yang tadi sempat kita masuki namun tidak boleh?'' Agam tak menghiraukan apa yang dikatakan Mona pandangannya masih lurus memandang jalanan yang nampak sepi dan jarang sekali pengendara mobil dan juga motor yang lewat.

''Agam! kau dengar tidak sih apa yang tengah aku bicarakan!" bentak Mona yang kesal karena Agam tak menghiraukan perkataannya '' Mona, kau bisa tenang tidak sih aku juga sedang panik dan takut terjadi sesuatu pada Tania, besok siang jika Tania tidak ada kabar kita kembali lagi ke klub malam itu'' tegas Agam "ya sudah jangan bentak-bentak seperti itu aku juga punya kuping tahu'' kesal Mona saat dirinya di bentak-bentak seperti itu.

di tempat yang sama remang-remang cahaya lampu membuat Tania tak bisa melihat dengan jelas dirinya tengah berada di mana "unghh dimana ini?" Tania melihat ke sana kemari namun tak ada seseorang yang berada di kamar ini, saat Tania mengambil posisi duduk betapa kagetnya Tania saat tubuhnya kini tak berbalut apapun.

"apa?! jadi?" Tania menutup mulutnya yang terbuka lebar karena kaget ''ini tidak mungkin hiks hiks hiks hiks hiks hiks hiks, jadi tadi itu bukan mimpi hiks hiks hiks siapa pria itu!!'' tak disangka rupanya kejadian beberapa jam lalu nyata bukan mimpi.

flashback on

sayup-sayup dalam redup Tania terbangun karena mendengar suara pria yang tengah meracau di atasnya, leher Tania dan juga dadanya terasa nyeri "siapa?" ucap Tania dengan lirih, entah ada apa tiba-tiba tubuhnya lemas dan tak kuat untuk mendorong tubuh pria yang ada di atasnya.

"unghh sakit!" Rintih Tania saat sesuatu benda cukup besar mulai masuk kedalam arah kepemilikannya dengan paksa "hiks hiks hiks hiks sakit!" triak Tania, walaupun tak terdengar terlalu keras namun ini cukup membuat pria yang ada di atasnya terdengar kuat.

dengan sekuat tenaga Tania memukul-mukul dada bidang pria itu namun sepertinya pria itu terlalu kebal bahkan tak merasakan sakit dari pukulan Tania "sakit hiks hiks hiks, tolong lepaskan saya hiks hiks hiks" Tania menangis karena pria itu terus memaksa dengan cara yang kasar.

tak lama setelah beberapa kali hentakan akhirnya keperawanan Tania berhasil di renggut oleh pria yang tak Tania ketahui siapa sebenarnya dia, tubuh Tania panas dingin bahkan merasa tak nyaman dengan situasi seperti ini.

'sakit sekali, duh bagaimana ini kenapa aku malah di perkosa oleh om-om begini' Tania menyipitkan matanya saat pria itu memeluknya, entahlah semakin lama rasa sakit itu hilang membuat Tania mulai bisa menikmatinya.

"Om pelan-pelan" kata Tania dengan raut wajah kesakitan karena Leon mempercepat tempo permainannya "ini sudah pelan-pelan" Leon membenahi rambut Tania dan mengikatnya, leher jenjang nan putih milik Tania kini Leon ciumi habis-habisan.

"jangan! Tania besok sekolah Om" tahan Tania, pria itu lalu mengalihkan ciumannya menuju bibir manis nan imut, ini adalah kali pertama bagi Tania, Tania sedikit kaget awalnya namun setelah mendapatkan sentuhan kehangatan Tania menjadi merasa nyaman.

lidah Leon menari-nari di dalam mulut Tania, bibir yang lembut nan manis di kecup tiada henti sampai basah dan Tania tak sanggup untuk membalasnya.

flashback off

"ohh tidak!! bisa-bisanya aku menikmati kejadian semalam" Tania kini menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dirinya malu, benar-benar malu rupanya kejadian semalam nyata bukanlah mimpi ''aku harus pulang!" Tania mulai turun dari ranjang namun langkahnya terhenti karena rasa nyeri di bawah sana.

ringisan demi ringisan kesakitan Tania lalui demi bisa mengenakan pakaiannya dan cepat-cepat pulang, entahlah Tania mungkin tak akan menceritakan kejadian memalukan ini kepada siapapun.

selain memalukan Tania juga tak ingin di katakan wanita murahan padahal ini semua jebakan, Tania tahu itu karena memang Anya sangat tidak menyukai dirinya karena prihal harta warisan.

ponsel yang tadinya mati mulai Tania nyalakan kembali, di sana terdapat banyak sekali pesan yang dikirimkan oleh kedua temannya disusul dengan banyaknya telepon dari keduanya pula.

bersambung....

Episode 3

kreatt

pintu terbuka, betapa kagetnya Tania saat melihat dua bodyguard sudah berada di depan pintu kamar ini "nona Tania mari ikut kami" Tania melangkah mundur dirinya benar-benar takut oleh dua bodyguard yang berperawakan tinggi besar.

"tidak, Saya tidak ingin ikut dengan kalian'' langkah Tania kalah cepat dengan kedua bodyguard itu, bodyguard itu dengan cekatan mencekal tangan Tania dan membawanya pergi.

tak jauh dari kamar mewah itu terdapat sebuah ruangan yang cukup besar dengan meja kerja dan sofa santai di sana, bodyguard itu memasukkan Tania ke dalam tanpa mereka ikut masuk "aduh, dasar pria tidak punya hati bisa tidak sih membawa dengan cara pelan-pelan'' Tania berdecak kesal karena dirinya didorong begitu saja masuk ke dalam.

"kemarilah!" mendengar suara pria yang tak asing Tania pun gugup setengah mati jangan-jangan pria yang semalam, namun betapa kagetnya Tania saat melihat sosok pria itu "kak Leo?" mendengar nama adiknya sontak Leon langsung kaget rupanya Tania mengenal Leo.

dengan rahang yang sudah mengeras dan mata yang panas Leon menghampiri Tania dan mencengkeram dagunya kuat-kuat seakan-akan akan ingin membunuh Tania di sini "ugghh sakit!!" Tania memegang tangan Leon agar tidak terlalu mencengkramnya terlalu kuat "katakan padaku bagaimana kau bisa kenal dengan Leo hmm?" Leon meregangkan cengkramannya dan menatap Tania dengan tatapan tajam.

Tania yang ditatap seperti itu pun langsung memalingkan pandangannya "dia dulu tinggal bersama ku bahkan warisan yang sekarang diperebutkan oleh keluargaku itu adalah warisan dari Kak Leo" Tania langsung to the point karena memang selama ini Tania tak pernah mengenal sosial media lebih dalam apalagi mengenai industri dan perusahaan-perusahaan dalam negeri yang kini ceo-nya berada di hadapan Tania.

"hmmm benarkah?" Leon memperkuat lagi cengkramannya "i-iya hiks hiks hiks, Anda bisa tidak sih tidak menyakiti saya seperti ini?'' Leon tersenyum sinis tidak ada kata maaf bagi seseorang yang telah membunuh kembarannya.

Leon kini memiliki ide licik untuk menyiksa Tania perlahan demi perlahan dan menggantikan nyawa adiknya dengan nyawa Tania sendiri "silakan keluar dari ruangan saya'' Tania mengernyitkan dahinya tak disangka pria ini tiba-tiba membebaskannya dari kemarahannya tadi.

Tania tak ingin terlalu banyak berpikir toh yang terpenting dirinya sudah bisa keluar dari sini, setelah dibukakan pintu Tania langsung keluar dan berlarian keluar bahkan rasa sakit yang ada di bawah sana tidak Tania rasakan lagi.

waktu sudah siang awan mendung pun sudah memenuhi langit, gemuruh petir kini mulai terdengar setelah keluar dari bar, hujan rintik-rintik turun Tania mulai menikmati hujan rintik-rintik beserta dengan air matanya yang ikut berderai.

sakit rasanya sudah ditinggal kedua orang tua, ditinggal adik, serta ditinggal oleh kakak angkat 2 tahun yang lalu karena perebutan harta warisan kini ke suciannya di renggut oleh pria yang tidak di kenalnya "hiks hiks hiks hiks ayah, Bunda Tania capek'' gumam Tania yang berjalan di trotoar.

tubuhnya kini sudah basah kuyup karena hujan semakin deras di siang hari ini, Tania kini merasa malu dengan tubuhnya, tubuh yang sudah tidak utuh lagi tubuh yang kotor dan menjijikan.

tak terasa Tania berjalan sudah cukup jauh hingga dirinya tiba di sebuah halte, niat ingin menaiki bus tapi Tania sadar uangnya tak akan cukup "duh, daripada untuk naik bus mending untuk makan saja'' Tania berulang kali menghela nafasnya sembari melihat beberapa mobil melaju dengan cukup kencang di derasnya air hujan yang turun.

andaikan saja Tania kaya, memiliki mobil dan nantinya tidak kehujanan dan tidak kepanasan seperti orang-orang lain, tapi Tania sadar jangankan mobil motor pun tak punya dan jangankan motor handphone pun masih merek lama dan sudah sering error dan lebih parahnya lagi sering mati sendiri tanpa sebab.

 

keesokan harinya di sebuah perusahaan terbesar di Asia tenggara dan Asia Pasifik seorang CEO yang disegani kini tengah berpikir keras Bagaimana caranya menyiksa tanpa membuat gadis itu mati cepat.

"Leon Aku memiliki ide" Leon langsung menengok ke arah asistennya yang tengah duduk di sofa sembari melipat kedua tangannya di dada.

''katakan" Leon bertanya dengan wajah yang datar ''setelah kucari tahu dia memiliki dua teman, kupikir dengan menjauhkan Tania dari teman-temannya itu cukup menyiksa dan membuat dirinya putus asa namun tidak bunuh diri, kudengar-dengar Tania sudah tidak memiliki tempat tinggal dia hanya menumpang di rumah sahabatnya'' Leon tertawa mengejek seolah-olah sangat merendahkan Tania.

Leon segera mengambil ponselnya lalu menghubungi beberapa anak buahnya untuk membuat Tania jauh dari kedua sahabatnya itu dan bahkan dari teman-temannya yang lain.

sedangkan di lain waktu Tania tengah terdiam merenung sembari mengingat-ingat akan masa-masanya yang indah bersama keluarganya, dulu setelah Leo meninggal keluarga Tania memang memiliki warisan banyak karena Leo yang memberikannya.

walaupun banyak kedua orang tua Tania tak pernah menghabiskannya dan bahkan menyimpannya dengan baik-baik hingga waktunya nanti tiba di mana mereka akan mengembalikannya kepada keluarga besar Wilson arganta

tapi semua sirna, kedua orang tua Tania dan adiknya tewas begitu saja tanpa penjelasan yang jelas, Tania diusir secara tidak hormat oleh keluarganya sendiri, dibentak-bentak dicaci maki bahkan sampai di jambak sekalipun.

"hei Ada apa sih kenapa diam saja dari tadi?" Tania hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya, sudah hidup menumpang dengan temannya tak mungkin Tania akan membebankan semua masalahnya kepada temannya.

"Mona ikut aku sebentar ada yang ingin ku bicarakan'' Tania mengernyitkan dahinya tak seperti biasanya Agam ingin berbicara empat mata dengan nada yang serius kepada Mona "Ada apa sih jangan sok misterius deh'' Mona mendekati Agam yang berjalan cukup jauh dari Tania yang tengah terduduk termenung.

Agam sibuk mencari sesuatu di ponselnya lalu memberikan foto kepada Mona, betapa kagetnya Mona saat melihat sebuah foto yang di sana tertera Tania yang tengah berhubungan badan dengan seorang pria misterius.

lalu beberapa foto Tania juga dengan foto yang dilengkapi tanggal dan waktu kejadian, Mona menelan salivanya dalam-dalam dirinya tak menyangka sahabatnya bisa seperti ini.

''kita tidak bisa 100% percaya dengan foto yang dikirimkan oleh orang yang tidak jelas, aku mengenal Tania dia tidak mungkin seperti ini bahkan waktunya selalu bersama kita'' Agam menggelengkan kepalanya.

lagi lagi Agam menunjukkan foto Tania dan juga Anya yang tertawa dengan lepas "jadi selama ini Tania berteman dengan kita hanya karena dia menganggap kita lemah?" Agam menghela nafasnya dalam-dalam lalu memperlihatkan foto-foto Tania bersama Anya dan juga beberapa bukti foto-foto Tania yang menjual remaja-remaja sekolah.

"aku tidak bisa diam saja sepertinya aku harus mengusir Tania dari rumahku'' Mona langsung menghampiri Tania yang masih melanjutkan renungannya "Tania sebaiknya kau kemasi barang-barangmu sekarang dan pergi dari rumahku'' rupanya pemikiran Tania benar sahabatnya ini lambat laun akan mengetahui rahasianya dan akan mengusirnya dari rumah ini.

"kau pastinya sudah mengetahui akan aku dan pria itu kan, aku bisa menjelaskannya itu hanya..'' saat Tania ingin menjelaskan tiba-tiba disela oleh Agam "tapi apa? sebaiknya kau pergi dari sini Tania pertemanan kita sampai di sini saja, kami tidak ingin berteman dengan perempuan yang sangat menjijikan sepertimu dan bahkan lebih kotor dari kotoran hewan'' rasanya benar-benar sakit, benar-benar sakit saat sahabat yang sudah Tania anggap sebagai keluarga yang baik keluarga yang mau menerimanya berkata seperti itu padanya.

Tania sudah tidak ingin berkata apa-apa lagi Ia langsung masuk ke dalam kamar Mona dan membereskan barang-barangnya, entahlah nantinya Tania akan tinggal di mana setidaknya keluar terlebih dahulu dari rumah ini mungkin akan meredam situasi yang memanas.

"kalau bisa jangan kembali lagi, anggap kita tidak pernah kenal, terima kasih ya sudah menjadi teman baik sekaligus teman yang munafik'' rasanya Tania ingin menangis dan menjerit sekuat-kuatnya tapi Tania sadar dirinya saat ini bukanlah apa-apa untuk membuka suara pun sangat sulit rasanya.

bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!