Langit masih gelap ketika segerombolan anak KKN bersiap untuk berangkat ke lokasi. Chika dan teman sekelompoknya sedang melakukan perjalanan KKN ke desa pelosok yang menjadi tujuan mereka. Seperti mahasiswa semester akhir lainnya, Chika akan melakukan program KKN dan di kirim ke desa-desa oleh kampus.
“Kamu yakin ini jalan menuju desa Kembang Kenanga?” (Tanya Icha pada Reza yang sedang menyetir. Sudah 12 jam mereka berada di dalam mobil, semuanya sudah merasa sangat kelelahan).
Mereka berjumlah 8 orang, terdiri dari 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Dengan menggunakan mobil milik Chika, sekelompok mahasiswa itu melewati jalanan yang cukup terjal dan hutan belantara.
“Aku mengikuti maps saja. Semoga saja kita tidak tersesat, sekitar 1 km lagi kita akan tiba di desa.” (Jawab Reza pada kekasihnya itu, awalnya Chika yang ingin mengemudi tapi Reza bersikeras dia saja yang membawa mobilnya mengingat perjalanan mereka yang cukup jauh).
Hujan mulai turun dan memperburuk jalanan hutan. Petir menyambar mengerikan, pohon-pohon hutan menari-nari di terpa angin ribut.
"Selamat datang..." (Terdengar suara lirih dari kejauhan, namun hanya Chika dan Mia yang mampu mendengar hal itu).
Chika melihat sosok makhluk genduruwo berbadan besar yang menghalangi jalan mobil mereka.
"Apa kita kehabisan bensin? Mobilnya tiba-tiba saja berhenti." (Reza mulai panik ketika mobil yang di tumpangi mereka mati secara mendadak).
Mia menatap tajam pada genduruwo itu dan bertepatan dengan itu kilat menyambar makhluk itu dengan cepat.
"Chika apa kamu tidak mengisi bensin mobil kamu sebelum berangkat?" (Icha mulai sewot dan takut juga karena mereka masih terjebak di tengah hutan).
Mobil kembali bisa hidup setelah genduruwo itu hangus terbakar oleh petir.
Di bangku depan ada Reza dan pacarnya Icha, pada bangku tengah ada Chika, Mia, Andi, dan Bagas. Sedangkan di bangku paling belakang mobil ada Andre dan Iwan. Barang bawaan mereka diletakkan di atas mobil karena di dalam mobil sudah tidak ada ruang lagi.
“Akhirnya kita sampai.” (Mia tampak senang perjalanan melelahkan ini berakhir sudah).
Desa Kenanga merupakan desa yang sangat indah dengan berbagai macam jenis bunga yang tumbuh di seluruh tanah pedesaan. Sayup-sayup terdengar suara adzan Maghrib dari surau di ujung desa.
“Permisi pak, kami mahasiswa KKN dari universitas kota.” (Reza memperkenalkan kelompok kkn kami pada kepala desa setempat.” (Mobil Icha diparkir di halaman rumah kepala desa yang sangat luas).
Untuk beberapa saat lamanya pak kades menatap Mia. Melihat hal itu Icha segera menggenggam tangan mungil Mia dan menarik tubuhnya hingga kebelakang dirinya. Pak kades beralih melihat ke arah Icha yang mencoba melindungi Mia. Mendapat tatapan yang demikian Icha langsung menajamkan matanya.
“Maaf pak kades, dimana kamu bisa beristirahat karena cukup melelahkan perjalanan kemari.” (Andi bertanya pada pak kepala desa yang sedari tadi diam saja).
Pak kepala desa menunjukkan rumah kosong yang tepat berada di samping rumahnya. Beliau berkata bahwa rumah itu sebelumnya adalah rumah anaknya namun sekarang sudah tidak ditempati lagi.
"Apakah ini bisa disebut rumah?" (Icha bergumam lirih setelah kepala desa pamit undur diri ke rumahnya).
Rumah lawas yang reyot, sangat kotor dan memprihatinkan. Hanya ada satu kamar yang masih agak kayak untuk ditempati. Mereka ber-8 pun istirahat di sana.
***
Pagi-pagi sekali Mia dan Chika sudah bangun. Meski masih lelah karena perjalanan jauh kemarin, namun rumah yang mereka tempati perlu di bersihkan. Tadi malam mereka hanya membersihkan area kamar yang akan digunakan untuk tidur.
“Kalian siapa?” (Sebuah suara mengagetkan Chika dan Mia saat mereka berdua sedang membersihkan rumah).
Saat mereka melihat ke sumber suara, ada sosok kuntilanak berdiri di belakang mereka.
Wajahnya begitu mengerikan dengan belatung dimana-mana. Bau busuk menyeruak memenuhi udara.
“Maaf, kami ijin menumpang tinggal di rumah ini untuk beberapa pekan sampai masa pengabdian kami selesai di desa ini.” (Ujar Chika dengan sopan).
Ia sudah biasa berurusan dengan para hantu, sehingga membuatnya lebih tenang meski hal mengerikan di depan matanya. Chika melihat ke arah Mia, ia hanya diam saja.
Kuntilanak itu menatap tajam pada Mia. Entah mengapa beberapa orang melihat Mia dengan seperti itu. Tak lama hantu itu pergi menghilang begitu saja. Chika dan Mia kembali membereskan dapur rumah.
“Kalian sudah masak?” (Icha yang baru bangun tidur bertanya pada Chika dan Mia yang baru saja selesai membersihkan dapur setelah proses 3 jam yang lalu).
Jam menunjukkan pukul 7 pagi, Mia dan Chika merasa lelah.
“Belum. Kamu masak nasi goreng untuk kita semua, dari jam 4 pagi tadi aku dan Chika membereskan dapur yang sangat kotor ini. Kami baru saja selesai, dan ingin mandi dulu ke sungai.” (Mia menarik tangan Chika untuk segera mandi).
Dalam kelompok KKN kami mungkin yang saling kenal hanya Reza dan kekasihnya. Sisanya tidak mengenal satu sama lain karena pemilihan anggota ditentukan oleh kampus. Chika dan Mia menjadi cepat akrab karena kesamaan pribadi mereka.
***
“Dimana sarapannya?” (Tanya Reza pada yang lain).
Saat itu Chika dan Mia baru saja memasuki rumah setelah selesai mandi di sungai.
“Kamu tidak memasak Icha?” (Tanya Mia dengan geram padahal ia tadi sudah menyuruhnya ).
Icha yang hanya bersantai di sofa ruang tamu dan tidak memperdulikan ucapan teman-temannya. Ia hanya fokus pada layar ponselnya.
“Kenapa kalian menyuruh pacar ku memasak?” (Ucap Reza dengan kesal).
“Aku dan Chika sudah membersihkan rumah saat kalian semua tidur, kita 1 tim. Semua orang harusnya saling bekerja sama membantu yang lain.” (Mia sangat marah pada pasangan yang tidak berguna itu).
Chika memegang tangan Mia guna menenangkannya. Lalu, Chika mengajak Mia ke dapur untuk segera memasak. Seperti rencana awal mereka hanya memasak nasi goreng sehingga hanya butuh waktu sebentar untuk menyiapkannya.
“Kalian bertengkar tadi?” (Andi masuk ke dapur saat Mia membagikan nasi goreng ke 6 piring).
Tidak ada jawaban. Sebelumnya Chika dan Mia sudah sarapan nasi goreng buatan mereka sendiri karena malas jika nantinya harus makan bersama dengan Reza dan Icha. Chika menuangkan teh panas untuk teman-temannya.
“Panggil yang lain untuk makan, setelah itu kalian bisa mandi di sungai. Lalu, kita akan menjalankan proker kita.” (Ucap Mia dengan tegas lalu pergi untuk bersiap ke kamar).
Chika sudah selesai menyiapkan sarapan dan ia juga beranjak pergi. Saat Chika hampir melewati pintu dapur tangannya di tarik oleh Andi.
“Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, bisakah kamu menenangkan Mia untuk ku.” (Pinta Andi pada Chika).
Chika mengangguk dan keluar dari dapur. Ia sempat berpapasan dengan teman yang lain. Andi adalah mantan Mia, ia tahu dengan karakter orang yang dicintainya itu sangat benci pada orang yang tidak berguna.
***
“Cukup sekian pembelajaran hari ini, kita lanjutkan besok lagi ya.” (Mia menutup acara belajar bersama memberantas buta huruf para penduduk di desa).
Desa Kembang Kenanga tidak tersentuh pendidikan. Pak kepala desa selalu meminta bantuan tenaga pengajar ke pemerintah daerah namun tidak pernah dihiraukan.
“Aku dan Andre besok akan ke kota untuk mengajukan permintaan desa “Kembang Kenanga sebagai wisata alam pada pemerintah daerah.” (Ucap Bagas pada teman-temannya).
Chika menyerahkan proposal yang sudah ia siapkan pada Andre.
“Aku dan Reza juga akan ikut membantu.” (Tiba-tiba saja Icha mengusulkan dirinya dan Reza untuk ikut serta juga ke kota).
“Tidak perlu. Dua orang saja sudah cukup, Reza besok harus mengurus beberapa proposal lainnya kepada kepala desa. Dan, kamu bertugas membersihkan rumah.” (Ujar Mia sembari membereskan buku-buku sebagai bahan ajar mereka).
“Mia! Kamu sudah kelewat batas. Disini pacar ku yang menjadi ketua kelompok kita. Jangan bertindak seperti ketua kamu.” (Icha memprotes Mia yang sedari awal memang orang yang sangat menjengkelkan bagi pasangan itu).
Semua orang hanya diam mengabaikan Icha yang mengomel. Mia dan Chika mendahului yang lain untuk pulang ke rumah.
“Kalian sangat baik telah membersihkan rumah ku.” (Kuyang, hantu yang hanya memiliki kepala dan organ dalam saja melayang-layang di langit ruang tamu).
Mia diam saja, ia tetap fokus mengepel rumah yang tampak kotor. Sedangkan Chika membuat sup di dapur untuk makan malam anggota kelompok.
“Apa ada yang bisa ku bantu Chika?” (Andi menghampiri Chika yang sedang memotong sayuran).
Chika mengamatinya Mia yang sedang berada di ruang tamu. “Kamu bisa membantu Mia membereskan ruang tamu, ajak juga Iwan.” (ucap Chika).
“Mia, kamu perlu bantuan?” (Andi dan Iwan menghampiri Mia).
Adzan isya mulai terdengar dari musholla.
“Bisakah kalian mencuci sofa malam ini, karena jika siang kita semua sibuk mengurus proker.” (Pinta Mia pada Andi dan Iwan yang langsung disetujui oleh mereka).
“Kalian sedang apa?” (Sebuah suara mengagetkan Andi dan Iwan yang sedang menyiram sofa di teras depan).
Saat mereka melihat sekeliling rumah tak ada seorang pun. Andi melihat Iwan yang gemetar memegang selang kecil.
“Kami ijin membersihkan sofa ini karena sudah sangat kotor.” (Ucap Andi entah pada siapa, yang pasti Andi meminta ijin saja).
Malam semakin larut, dirasa sofa sudah cukup bersih Andi dan Iwan pun kembali masuk ke dalam rumah untuk makan malam lalu pergi tidur.
***
“Kerja keras kita membuahkan hasil teman-teman.” (Ucap Andre pada anggota saat mereka membantu para wisatawan yang berkunjung).
Tak terasa sudah satu Minggu Chika dan teman-temannya di desa Kembang Kenanga. Mereka bersyukur karena proposal pengajuan desa ini sebagai tempat wisata diterima oleh pemerintah daerah. Perlahan desa sudah mulai terbuka untuk masyarakat luar.
“Proker kita selanjutnya adalah menggerakkan para warga untuk membuat kamar mandi sederhana di dekat rumah masing-masing agar tak perlu ke sungai lagi untuk MCK.” (Ucap Mia memberikan arahan kepada teman-temannya).
Reza memanglah ketua kelompok mereka, namun selama ini Mia lah yang mengambil tanggung jawab itu. Karena, Reza terlalu patuh pada kekasih Icha, masalahnya Icha ini tipe orang yang tidak berguna sama sekali.
“Besok kita bisa adakan pertemuan dengan para penduduk desa di balai.” (Ucap Iwan).
Semua mengangguk setuju. “Lusa Reza dan Andi bertugas mencari selang yang banyak ke kota. Kita akan mengalirkan air sungai ke rumah-rumah warga.” (Lanjut Mia).
“Aku ingin ikut pacar ku.” (Icha merengek agar bisa ke kota juga).
Mia mencoba menahan amarahnya pada Icha yang kekanak-kanakan.
“Kamu bantu aku dan Mia mengajar para warga membaca Icha.” (Chika berusaha untuk menjelaskan pada Icha bahwa setiap orang punya tugas masing-masing yang harus diselesaikan).
Icha marah pada Mia dan Chika yang sangat menjengkelkan dan tidak mau menuruti kemauannya.
“Sebaiknya kita pulang teman-teman. Para laki-laki akan memasang atap genteng untuk menutupi bagian yang berlubang agar tidak bocor.” (Reza memberi usul agar pacarnya tak terus berkelahi dengan yang lain).
Tak ada percakapan di antara mereka selama perjalan pulang ke rumah. Hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk tiba di sana. Kedelapan mahasiswa itu mengamati rumah tingkat dua yang menjadi tempat tinggal sementara mereka. Rumah itu tampak bersih dan rapi dibandingkan saat awal mereka menginjakkan kaki di rumah itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!