Happy Reading!!!
♥️♥️♥️♥️ ♥️♥️♥️♥️
♥️♥️♥️♥️♥️
Suara alarm pun berbunyi kencang yang tampak berisik,terdengar mengganggu di telinga Rahman yang sedang lelap tertidur,namun Rahman membiarkannya begitu saja dan terus melanjutkan tidurnya.Hingga tiba tiba ada suara orang membuka pintu di samping kanannya.
Beberapa saat setelah itu suara langkah kaki terdengar semakin mendekati Rahman.Yang tak lain adalah suara langkah kaki dari ibunya sendiri yaitu Alista Risanti,dia adalah satu satunya keluarga yang dekat dengan Rahman. Setelah beberapa tahun yang lalu ketika Rahman masih berusia setengah tahun ayahnya meninggalkan dirinya dan ibunya, serta ayahnya memilih hidup dengan wanita lain.
Walau begitu, Rahman juga masih memiliki satu tante(adik ibunya) yang tinggal di Surabaya sangat jauh dari Jakarta tempat dia dan ibunya tinggal. Walau hanya hidup berdua, mereka masih mampu untuk berbahagia walaupun tidak sebahagia seperti keluarga keluarga lain yang masih lengkap.
“Bangun Sayang udah jam 5 loh, kamu belum sholat subuh.” Alista menggoyang goyang bahu kanan anaknya yang masih tertidur.
Rahman pun menyingkirkan tangan ibunya dan belum membuka matanya.
"Susah banget bangunnya nih anak," kesalnya."Hobinya itu terlambat terus kalau ke sekolah, hampir mirip sama ayahnya dulu waktu sma." Setelah mengucapkan itu Alista kembali mengingat memori saat suaminya meninggalkannya dengan wanita lain yang membuatnya sakit hati.
“Gak, dia lebih baik dari ayahnya,dia gak mungkin berbuat seperti ayahnya,”kedua tangannya mengepal ketika mengingat kejadian itu.
Sehingga Alista pun melihat sebotol air di meja samping kasur anaknya. Tanpa pikir panjang Alista langsung menyiram wajah anaknya dengan air itu sehingga Rahman pun terkejut dan langsung membuka kedua matanya.
"Harus berapa kali lagi Ibu banguninnya hah?" ucapnya dengan raut wajah yang marah, namun Rahman menanggapi itu dengan santai.
"Iya Ibu, ini juga udah bangun kok." Rahman berdiri dari kasur, tempat dirinya tidur.
"Yaudah langsung sholat loh, udah jam 5 sekarang." Alista tersenyum ke anaknya dan mengelus rambut bermodel mullet milik anaknya itu.
"Iya, Ibu yang paling cantik sedunia." Rahman tersenyum ke ibunya, kemudian dia berjalan meninggalkan kamarnya.
Alista pun tersenyum mendengar ucapan anaknya itu.
...EGSATO...
Beberapa saat setelah itu,Alista dan Rahman pun duduk di meja makan untuk makan bersama. Tak beda seperti biasa biasanya, Alista memasak makanan kesukaan anaknya yaitu tahu goreng dan tempe goreng, serta sambal pedas khas ulekan tangannya.
“Ibuku yang cantik,”ucapnya dengan senyuman yang keluar dari wajahnya.
Alista tersenyum mendengar ucapan anaknya itu.“Pasti ada maunya kan?” tanyanya.
“Eh Ibu tau aja deh.” Rahman tersenyum.
“Coba bilang, mau apa?” tanya Alista dengan penasaran serta senyuman yang terus keluar dari wajah cantiknya itu.
“Uang saku aku hari ini tambahin 5000 ya Bu?” mintanya sembari memohon.
“Mau buat nongkrong di warung kopi ya, terus sambil enak enak merokok?” tanya Alista, seketika membuat hati Rahman berdebar kencang.
“Eh gak jadi deh,Bu,” ucapnya dengan tersenyum.
“Mau sampai kapan sih kamu gini terus Sayang? Ibu kerja loh dari pagi sampai sore bahkan malam, untuk biaya sekolah kamu, tapi kamu gini terus kelakuannya." Alista menghela nafas. "Padahal sekarang udah kelas 12 loh kamu, kalau kamu bisa gak lulus gimana? Ibu malu sayang di panggil ke sekolah mulu gara gara kelakuan kamu.”
“Iya Bu maaf,” ucapnya dengan santai.
“Berapa kali kamu sudah minta maaf? tapi masih saja kamu ulangi kesalahan kamu dan gak mau berubah sama sekali.” Alista menghela nafas dan menundukkan kepalanya.“ Maafin Ibu ya sayang udah gagal mendidik kamu, ibu belum bisa menjadi ibu yang baik buat kamu.” Alista meneteskan air mata.
“Ini gak salah Ibu kok, Rahman aja yang nakal selalu membuat Ibu kecewa.” Rahman menghela nafas. “Rahman janji, bentar lagi akan berubah kok Bu.” Rahman tersenyum.
Alista tersenyum dan mengelus pipi anaknya.“Iya Sayang, maafin Ibu ya tadi udah sedikit marah sama kamu.”
“Gak apa apa,Bu.” Rahman tersenyum.
“Yaudah sekarang kita makan ya Sayang!" ajaknya.
“Iya Ibu,” ucapnya setuju.
Alista mulai menyendok satu persatu nasi yang ada di dalam piringnya dan tak lupa senyuman yang menghiasi wajah wanita cantik yang kini telah menginjak usia 37 tahun itu. Sementara Rahman juga tidak jauh berbeda dengan ibunya, dia menikmati makanan itu dengan begitu bahagia.
“Ibu nikah lagi enak kali ya?” celetuknya.
Mendengar ucapan anaknya, Alista langsung tersedak makanan yang ada di dalam mulutnya dan di susul dengan batuk batuk setelahnya. Dia kaget dengan ucapan yang sangat aneh dari anaknya itu.
“Minum dulu, Bu!” Rahman memberikan segelas air minum ke ibunya dan ibunya langsung meminumnya.
“Kamu ngomong apaan sih Sayang?” Alista tersenyum.
“Kan Ibu juga masih lumayan muda, terus cantik lagi. Masa sih gak ada laki laki yang mau sama ibu?" ucapnya dengan tersenyum.
“Emang kamu pengen punya ayah baru?” tanyanya dengan tersenyum.
“Pengen, tapi lebih pengennya agar Ibu gak capek capek bekerja, kalau udah punya suami kan, suaminya yang kerja." Rahman tersenyum.
“Selagi Ibu masih kuat, Ibu akan tetap bisa lakuin semuanya kok." Alista menghela nafas."Nikah itu gak main main loh Sayang."
"Tapi Bu, kalau Ibu nikah kan enak Bu, mungkin nanti kita bisa lebih bahagia," ucapnya.
“Emang kamu punya calon buat Ibu?” tanya Alista dengan tersenyum.
Rahman mengernyitkan dahinya.“Kok aku Bu jadinya?" ucapnya dengan tersenyum.
Alista tersenyum."Kan kamu yang nyuruh Ibu nikah, jadi otomatis kamu lah yang carikan calon untuk Ibu," ucapnya.
“Ibu kan cantik,masa sih mau di cariin sama anaknya segala.” Rahman tersenyum.“Tapi tega banget ya ayah, ninggalin Ibu karena wanita lain."
Alista kembali mengingat kejadian di hari itu, penghianatan suaminya dengan wanita lain di depan matanya, yang membuat hatinya sangat hancur di hari itu.
“Kamu gak boleh ngomong gitu Sayang.” Alista tersenyum.“Dan kamu gak boleh benci sama ayah kamu," lanjutnya.
“Tapi ayah gak pernah sekalipun mengunjungi anaknya ini. Apa ayah juga benci sama kita berdua, Bu?.”
“Walaupun ayah benci sama kita, kita gak boleh balik benci ke ayah dan kita harus menerima kapan saja, jika ayah datang ke rumah ini.” Alista tersenyum.
“Tapi ayah punya keinginan gak untuk datang kesini?” Rahman menghela nafas. “Tapi izinkan aku untuk membenci wanita yang selalu membuat Ibu menangis itu.”
“Andai kamu tau Sayang,jika wanita itu adalah wali kelas kamu sendiri,” ucapnya dalam hati.
“Tapi Ibu gak pernah melihatkan foto ayah sama aku.” Rahman tersenyum.
Alista tersenyum.“Ibu gak punya Sayang, kalau punya pasti Ibu lihatkan kok.”
“Aneh juga ya, masa anaknya sendiri gak tau wajah ayahnya,” ucapnya dengan senyuman yang terpancar dari wajahnya, sehingga membuat Alista pun ikut bahagia melihat senyuman anaknya itu.
Karena keasikan mengobrol tidak terasa makanan di piring mereka berdua pun sudah habis, nasi serta lauknya telah masuk kedalam perut. Rahman berdiri dan hendak mencuci piringnya, namun Alista menghentikan terlebih dahulu anaknya yang hendak pergi ke tempat cuci piring. Sehingga Rahman pun terdiam dan melihat ke arah ibunya yang masih duduk di meja makan.
“Apasih, Bu?”
“Cuciin piring Ibu ya sayang, nanti Ibu kasih uang saku tambahan.” Alista tersenyum.
“Iya Ibuku yang cantik.” Kemudian Rahman langsung mengambil piring ibunya.
“Ibu mau langsung berangkat, takut nanti Ibu terlambat.” Alista tersenyum.
“Eh enak aja, uang sakunya mana Bu?” tanyanya.
Alista memegang kepalanya.“Oh Ibu lupa Sayang.” Kemudian Alista mengambil dompet di tasnya,namun dia hanya ada uang 50 ribuan empat lembar di dompetnya.“Yah Sayang, gak ada uang 5 ribu,” lanjutnya.
“Terus gimana, Bu?” tanyanya.
Alista tersenyum.“Kalau nanti Ibu pulang kerja ya Sayang,” ucapnya.
“Tapi jadi 10 ribu ya,Bu,” mintanya.
Alista mengerutkan dahinya.“Kok jadi naik sih Sayang?.”
Rahman tersenyum.“Kan gak tepat waktu Bu, aku aja sekolah gak tepat waktu di hukum.”
“Pintar banget ya kalau soal ginian. Yaudah nanti Ibu kasih, sama Ibu beliin jajan deh nanti.” Alista tersenyum.
Rahman mengulurkan jari kelingkingnya.“Janji ya Ibu?.”
Alista tersenyum dan menempelkan jari kelingkingnya ke jari kelingking anaknya.“Ibu janji sayang.”
“Oke, jangan lupa ya,Bu.”
“Tapi ada syaratnya,” ucapnya.
Rahman mengerutkan dahinya. “Syaratnya apa Bu?” tanyanya dengan penasaran.
“Jangan bolos pelajaran loh! Apalagi tawuran,” ucapnya.
Rahman tersenyum lega,namun dia berusaha untuk mengikuti syarat ibunya walau itu berat baginya. “Iya Bu,” jawabnya.
“Yaudah Ibu berangkat dulu ya sayang,” pamitnya.
Rahman mencium tangan ibunya dengan penuh kasih sayang, namun tiba tiba dia lupa jika ibunya belum mencuci tangannya.Sehingga Rahman langsung melepaskan tangan ibunya itu.
Alista tertawa terbahak bahak melihat anaknya.“Maaf ya Sayang, Ibu tadi lupa gak cuci tangan,” ucap maafnya.
“Ibu jahat.”
Kemudian ibunya berjalan menjauh meninggalkan anaknya dan melambaikan tangannya."Bye Sayang, jangan sampai terlambat loh ke sekolahnya.”
“Iya Ibu, hati hati di jalan,” balasnya.
“Kamu juga hati hati ya Sayang, jangan ngebut ngebut bawa motornya.” pesannya.
“Siap Ibu,” ucapnya dengan tersenyum.
Alista berjalan keluar rumah dan berangkat menuju ke tempat kerjanya. Rahman bangga dan beruntung sekali memiliki ibu seperti Alista, dia adalah wanita yang kuat, dia wanita yang baik, dia rela melakukan semuanya hanya untuk anak satu satunya yang paling dia sayangi.
“Maafin Rahman Bu, selama ini selalu ngecewain Ibu,” ucapnya dengan air mata yang keluar dari matanya.
Kemudian Rahman berjalan perlahan menuju ke tempat cuci piring, untuk mencuci piringnya dan piring milik ibunya.Namun ketika dia melihat jam ternyata jam masih menunjukan pukul 6 dan masih ada waktu satu jam lagi untuk bersiap siap ke sekolah.
...EGSATO ...
Beberapa saat setelah itu, Rahman pun sudah berseragam rapi dengan Hoodie berwarna biru yang menutupi seragam putihnya itu. Dia menaiki motor matic miliknya yang berwarna hitam, kemudian dia menyalakan mesin motornya dan langsung menjalankan motornya menuju ke sekolah.
Tidak seperti biasanya, dia hari ini lebih memiliki niat untuk pergi ke sekolahan dan mendengarkan penjelasan guru, dari pada membolos di warung warung kopi seperti biasanya.
“Indahnya hari ini,” ucapnya sembari fokus menyetir motornya.
...BERSAMBUNG...
update setiap hari, jika ada waktu😀
Ini adalah cerita aku yang keempat, jika ada kesalahan kata atau penulisan mohon di maklumi ya kak namanya juga masih belajar.
Dan aku membuat cerita ini, hanya meluangkan sedikit waktu untuk hobiku. Jika anda suka saya justru berterima kasih🥰
Mohon kritik dan sarannya ya kak dan jangan lupa vote.
Happy reading
.......
.......
.......
.......
.......
.......
..."Di mulai dari dalam keluar.Kita memulainya dengan memperbaiki sikap kita, bukan mengubah kondisi di luar kita.” Bruce Lee...
Angin angin berhembus kencang, kendaraan berlalu lalang di jalan raya, terdapat banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Rahman mengendarai motornya dengan begitu santai, niatnya bersekolah sangat tinggi tidak seperti biasa biasanya.
Dia mengendarai motornya dengan begitu santai, Rahman melihat kanan kiri terdapat orang orang yang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Namun tiba tiba motornya pun mati hingga membuat dia kesal.
“Kenapa ini motornya?” ucapnya. “Pasti mogok lagi,” kesalnya.
Kemudian Rahman mencoba lagi untuk menyalahkan motornya namun tak kunjung bisa di nyalakan hingga membuatnya harus turun dan menuntun motornya yang tidak bisa di nyalakan.
“Nasib nasib, niat udah seratus persen, eh malah mogok nih motor,” kesalnya.
Dia terus menuntun motornya dengan perasaan yang kesal dengan motornya yang tiba tiba mogok begitu saja tanpa alasan. Hingga dia ingin berhenti sejenak di samping jalan dan mencoba untuk menelpon teman temannya agar bisa membantunya di saat ini.Dia memarkiran motornya di depan kursi panjang yang ada di samping jalan.
Kemudian setelah itu Rahman duduk di kursi itu dan mengambil handphone miliknya di dalam tas warna hitamnya, dia memencet aplikasi whats app dan mencari nomor kontak yang tertulis nama Andika Geng.
Andika Albiano adalah teman sekelasnya dan teman sebangkunya, dia adalah teman yang paling dekat dengan Rahman saat ini atau bisa di sebut dengan sahabat.Dia memencet tombol telpon di nomor kontak itu, untuk menelpon Andika dan untungnya Andika mau menerima telpon darinya.
“Hei Dik lo di mana anjir?” tanyanya.
“Gua udah di sekolahan anjir, udah di kelas ini gua,” jawabnya.
“Tumben rajin juga lo hari ini.”
“Iya dong, emang napa sih lo tumbenan nelpon gua?” tanyanya.
“Motor gua tiba tiba mogok anjir, niatnya mau minta bantuan sama lo, tapi lo udah di sekolah aja.”
“Mau gua jemput nih, Man?” tanyanya.
“Gak usah ah, lo kan udah di sekolah,” jawabnya.“Ada bengkel di dekat sini?” tanyanya.
“Emang Lo ada di mana anjir?”
“Gua di depan warung bakso pak Tono nih,” jawabnya.
“Oh, yaudah lo jalan aja ,bentar lagi pasti ada bengkel, sekitar setengah kilo deh,” ucapnya.
“Anjir, jauh banget itu,” keluhnya.
“Ya emang cuma itu anjir, bengkel di dekat situ.”
“Oh yaudah makasih ya, Dik.”
“Iya sama sama, cepetan loh bentar lagi masuk.”
“iya iya.”
Kemudian Andika memutus sambungan teleponnya, sementara Rahman berdiri dan mulai menuntun motornya lagi dan mencari bengkel yang di tunjukkan oleh Andika.
“Nasib nasib, sial banget gua di hari ini,” kesalnya.
...EGSATO ...
Sementara di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, gadis cantik dengan rambut yang di kuncir ke belakang seperti ekor kuda dan poni yang menghiasi dahinya sedang berjalan melewati koridor sekolah. Gadis itu adalah Alicia Dwi Septiani siswi kelas 12 ipa 1, dia juga adalah seorang ketua OSIS di sekolahannya saat ini.Alicia berjalan menuju ke ruang guru untuk menemui tantenya yang bernama Irina.
Irina adalah wali kelas di kelas 12 ips 2, kelas Rahman saat ini.Dia berjalan dengan begitu santai, banyak sekali pria yang menatapnya ketika dia berjalan. Karena kecantikannya yang di atas rata rata siswi sekolah ini.
“Hai Al,” sapa salah satu cowok.
“Hai Vin,” balasnya.
“Pagi pagi udah cantik banget,mau kemana sih?” tanyanya berbasa basi.
“Mau ke ruang guru,ketemu sama ibu Irina,” ucapnya dengan senyuman yang terus terpancar di wajah cantiknya itu.
Walaupun cantik dan pintar, Alicia tidak pernah bersifat sombong dengan sesama temannya. Dia baik, ramah dan juga murah senyum. Hingga tidak ada seorang pun yang benci dengan gadis cantik ini.
“Hai Kak Alicia,” sapa salah satu siswi kelas 10.
“Iya?” balasnya dengan tersenyum.
“Kak, saya pengen daftar OSIS,tapi saya mau nanya, daftarnya di Kakak kan?”
“Oh kamu mau daftar OSIS ya, Dek?” ucapnya.“Siapa nama kamu?” tanyanya.
“Indah Adindawati Kak,” jawabnya.
“Kelas apa kamu?”tanyanya lagi.
“10 ipa 1, Kak,” jawab Indah.
“Yaudah nanti saya ke kelas kamu, ngasih formulirnya,” jelasnya.
“Yaudah Kak kalau begitu.” Indah tersenyum.
“Yaudah saya pergi dulu ya Indah, mau ke ruang guru,” pamitnya.
“Makasih ya Kak,” ucapnya dengan tersenyum.
Alicia hanya tersenyum ke arah gadis itu, kemudian dia melanjutkan perjalanannya menuju ke ruang guru untuk menemui Irina. Hingga akhirnya dia pun sampai di ruang guru.Dia jalan perlahan masuk ke dalam ruang guru itu, dan menghampiri Irina yang sedang duduk di tempatnya.
“Tante,” panggilnya.
“Eh ponakan tante,” balasnya dengan tersenyum.
“Ini tugasnya udah jadi, Tante.” Alicia memberikan buku tulisnya ke Irina.
Irina menerima bukunya itu. “Bagus, keponakan Tante,” ucapnya dengan tersenyum.
“Habis ini Tante ngajar kelas mana?” tanyanya dengan penasaran.
“Kelas 12 Ips 2,” jawabnya.
“Oh yaudah Tante, Alicia balik ke kelas dulu ya,” pamitnya.
“Iya Sayang,” ucapnya.
Kemudian Alicia berjalan menuju keluar pintu meninggalkan tantenya yang ada di dalam ruang guru.
...EGSATO...
Sementara di tempat lain,Rahman pun telah sampai di bengkel yang di maksud oleh Andika.
“Kenapa, Dek?” tanyanya.
“Gak tau Bang, tiba tiba mati gitu aja.”
“Yaudah taruh sana dulu biar nanti saya perbaiki,”
“Masih lama gak, Bang?” tanyanya.
“Setelah saya perbaiki motor ini dulu,” ucap penjaga bengkel itu.
“Yaudah Bang saya duduk dulu di sini,” ucapnya.
Kemudian Rahman duduk di kursi yang di sediakan oleh bengkel. Namun baru saja duduk, tiba tiba handphone miliknya bergetar menandakan ada telpon masuk.Sehingga Rahman pun langsung mengambil handphonenya di dalam tas.
Ternyata itu adalah telpon dari Irina wali kelasnya, dia pun langsung memencet tombol hijau untuk menerima panggilan itu.
“Asalamualaikum.”
“waalaikum salam, Bu,” jawabnya.
“Kamu gak masuk hari ini, Nak?” tanyanya.
“Masuk kok Bu, cuma ini motor saya baru saja mogok jadi berhenti dulu di bengkel,” jawabnya dengan santai.
“Oh motor kamu mogok, apa perlu Ibu jemput?” tawarnya.
“Gak usah Bu, bentar lagi selesai kok ini,” jawabnya.
“Oh yaudah, selesai dari bengkel langsung berangkat ke sekolah ya, Nak!” perintahnya.
“Iya Ibu Irina,”
“Jangan mampir kemana mana lagi loh.”
“Iya Bu,”
Irina mematikan sambungan telponnya, sementara Rahman kini sedang duduk merenungi kesialanya yang tengah melandannya hari ini. Kemudian setelah itu datanglah seorang pria ke bengkel itu.
“Gimana bos udah jadi?” tanya pria itu ke penjaga motor itu.
“Belum bos bentar lagi, duduk aja dulu bos,” ucapnya.
Setelah itu pria itu menghampiri Rahman yang sedang duduk.
“Kamu kok mirip Alista?” ucapnya membuat Rahman semakin bingung dengan pria itu.
Rahman sama sekali tidak pernah melihat pria yang ada di depannya, namun dia berpikir jika itu adalah teman ibunya dulu. Setelah itu pria itu duduk di kursi di samping Rahman duduk.
“Kamu anaknya Alista, ya?” tanya pria itu.
Rahman tersenyum.“Kok om tau sih?” tanyanya dengan bingung.
“Kenalkan nama saya Anto, temen sekolah SMA ibu kamu,” ucapnya dengan mengulurkan tangannya.
Rahman berjabat tangan dengan pria yang bernama Anto itu.“Rahman Ardika anaknya ibu Alista.”
“Ibumu di rumah sekarang?” tanyanya.
“Gak Om, lagi kerja,” jawabnya.
“Kerja di mana?” tanyanya lagi.
“Di pabrik sepatu Om,” jawabnya.
Anto mengangguk.“Memang ayah kamu gak kerja ya?” tanyanya.
“Ayah sama ibu udah lama cerai Om,” jawabnya.
“Ada masalah apa kok bisa cerai?” tanya Anto lagi.
“Maaf Om, saya gak bisa cerita sama Om, soalnya ini rahasia keluarga saya.”
“Oh yaudah, ibu kamu kapan pulangnya? Biar Om ke rumah nanti.”
“Jam 4 sore Om kayaknya,” jawabnya.
“Yaudah nanti Om ke rumah kamu,” ucapnya.
“Emang Om tau rumah aku?,” tanya Rahman.
Anto tersenyum.“Kan Om sahabat ibu kamu, ya pasti tau lah rumahnya.”
“Yaudah kalau begitu.”
Anto adalah sahabat dekat Alista ketika sma dulu, mereka berdua selalu kemana mana bersama.Bahkan Anto sempat menaruh perasaan dan jatuh cinta ke Alista, namun dia memilih tidak memberitahukan perasaan itu kepada Alista.Karena dia tau jika Alista menyukai seseorang lain yang ada di sekolahnya. Bahkan dia sendiri adalah tempat bercurhatnya Alista dulu.
Setelah lulus SMA, dia memilih untuk pergi jauh dari kehidupan Alista, sekaligus dia bekerja di luar negri untuk menyambung hidupnya. Namun ketika dia telah memiliki penghasilan yang cukup, dia berniat untuk mengungkapkan perasaanya kepada Alista yang selama ini dia pendam dan sekaligus mengajaknya untuk menikah.
Namun ketika Anto sudah tiba di depan rumah Alista kala itu.Dia melihat Alista bersama lelaki lain yang tak lain adalah suami Alista. Dia terlambat tidak mengungkapkan perasaanya dan dia menyesal telah meninggalkannya begitu saja.
Karena kekecewaan dan penyesalan yang mendalam, dia pun mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Alista dan kedua kalinya dia memilih pergi dari kehidupan Alista.
“Ngomong ngomong motor kamu kenapa?” tanyanya.
“Gak tau Om tiba tiba mati.”
Kemudian dia berdiri dan menghampiri penjaga bengkel yang tengah memperbaiki motor Anto. “Motor anak ini aja bos perbaiki dulu, kasihan mau sekolah dia.”
“Oh yaudah,Bos.” Setelah itu penjaga bengkel itu mulai memeriksa motor milik Rahman.
“Sekalian aku yang bayarin motor anak ini,” ucapnya.
“Siap Bos siap.”
Kemudian setelah itu Anto kembali duduk di kursi yang ada di samping Rahman duduk.
“Kamu kelas berapa?” tanyanya.
“Kelas 12 Om Anto.”
“Bentar lagi lulus ya?” Anto tersenyum.
“Iya Om gak kerasa.” Rahman tersenyum.
Kemudian Anto mengeluarkan foto di dalam sakunya.Di dalam foto itu terdapat Anto dan Alista yang sedang duduk berdua dengan seragam putih abu abunya.“Lihat deh ibu kamu waktu muda,” tunjuknya.
Kemudian Rahman mengambil foto di tangan Anto.“Ini beneran foto ibu Om?”
“Iya, ini foto ibu kamu sama Om.” Jawabnya.
“Cantik banget ya ibu ternyata waktu muda.” Rahman tersenyum.
Anto hanya tersenyum, ini mungkin waktu yang pas untuk melamar sahabatnya itu yang kini sudah berstatus sebagai janda.Namun dia tidak mau egois, dia takut mungkin saja anaknya nanti akan menolaknya apalagi anaknya sudah dewasa sekarang dan juga dia takut jika Alista tidak memiliki perasaan yang sama seperti perasaanya.
Perasaan yang tak akan pernah pudar,karena hanya Alista lah wanita yang mampu membuatnya jatuh cinta.Dia tak sabar ingin bertemu dengan Alista seorang sahabat yang paling dia sayangi.Walaupun dia di luar negri, sering berinteraksi dengan bule bule cantik,namun perasaanya tidak akan pernah berubah kepada Alista.
“Saya gak sabar ingin bertemu dengan ibu kamu,udah beberapa tahun kami berdua tidak bertemu.”
Wajah Anto tampak terlihat begitu bahagia, menunjukkan jika dia sangat rindu dengan Alista.
“Anak Om udah berapa kalau boleh tau?”
Anto tersenyum.“Om belum punya istri.”
Rahman mengerutkan dahinya.“Masa sih,Om?” tanyanya.
“Iya, Om belum pengen menikah.”
...Lanjut gess...
*Insyaallah updatenya setiap hari.
*Mudah mudahan kalian suka dengan ceritanya.
*Dan terima kasih yang telah membaca.
Happy Reading teman teman!!.
.......
.......
.......
.......
.......
...😀😀😀😀😀😀...
Setelah menyerahkan tugas itu ke Irina, Alicia kembali ke kelasnya, di tengah perjalanan dia bertemu dengan Tasya sahabat dekatnya dari smp.
"Sya ikut gua yuk!"ajaknya.
Tasya mengerutkan dahinya."Kemana Al?" tanyanya dengan penasaran.
"Ke ruang OSIS bentar, ngambil formulir untuk siswa siswi yang daftar OSIS," jawabnya.
"Kan gua gak OSIS anjir, ngapain lo ngajak gua?" tanyanya.
"Apa salahnya sih lo bantuin temen Sya?" Alicia tersenyum.
Setelah itu datang seorang cewek cantik berwajah bule dengan rambut agak kecoklatan yang di ikat dua.Dia adalah Rahmah gadis blasteran Indonesia Amerika,dia juga sahabat dekat Alicia sama seperti Tasya.
"Kalian habis dari mana aja sih? gua cariin juga ternyata di sini," tanyanya.
"Gua habis ngumpulin tugas ke tante Irina," jawab Alicia.
"Lo mau gak Sya?" tanya Alicia.
"Mau kemana sih kalian?" tanya Rahmah.
"Ini Alicia, ngajak gua ke ruang OSIS." Jawab Tasya.
"Terus Tasya gak mau karena bukan pengurus OSIS." Alicia tersenyum.
"Yaudah sama gua aja Al," ucap Rahmah.
"Yaudah gua ikutan juga kalau gitu," ucap Tasya dengan tersenyum.
"Katanya tadi gak pengurus OSIS Sya?" ucap Alicia.
"Kan gua mau bantu sahabat gua yang cantik ini." Tasya tersenyum.
"Alesan aja lo," ucap Rahmah dengan tersenyum.
"Yaudah ayo!" ajak Alicia.
Kemudian mereka bertiga berjalan melewati koridor sekolah untuk pergi ke ruang OSIS yang berada tak jauh dari keberadaan mereka saat ini.
"Sebentar lagi ada pemilihan Osis ya Al?" tanya Tasya dengan penasaran.
"Iya Sya, bentar lagi gua akan lepas jabatan deh, bye OSIS," ucapnya dengan tersenyum bahagia.
"Enak gak sih jadi OSIS Al?" tanya Rahmah.
"Enak aja sih kalau gua, tergantung lo nya," jawabnya dengan tersenyum.
"Kalau gua sih ogah banget ya," saut Tasya.
"Terserah lo, kalau gua mah enak dapat pengalaman," ucap Alicia dengan tersenyum.
Tasya tersenyum."Pengalaman jadi babu sekolah,"ledeknya.
"Terserah lo aja deh Sya, yang penting gua bentar lagi lepas jabatan." Alicia tersenyum.
Beberapa saat setelah itu mereka bertiga pun telah sampai di ruangan OSIS sekolahnya yang tampak tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.
"Lo berdua ikut masuk gak?" Alicia menanyai kedua sahabatnya.
"Ikut dong, gua pengen lihat ruangan OSIS nya," ucap Rahmah dengan tersenyum.
"Gua juga ikut Al."
"Yaudah ayo masuk kalian berdua!" ajak Alicia.
Kemudian mereka bertiga masuk ke dalam ruangan Osis itu, tampak terdapat beberapa barang barang di dalam ruangan itu.
"Ada komputernya juga Al," ucap Tasya dengan tersenyum.
"Iya itu buat gua bikin surat Sya," ucap Alicia.
"Bikin surat apa bikin surat Al?"
"Bikin surat lah, emang bikin apalagi?" ucap Alicia dengan tersenyum.
"Kirain nonton film di sini," ledek Tasya.
"Ngapain juga gua nonton film di sini, enakan juga di rumah," ucap Alicia dengan tersenyum.
"Iya deh percaya murid paling pintar soalnya," ucap Tasya dengan tersenyum.
"Jangan gitu ah, gua baper loh nanti," Alicia tersenyum.
Setelah itu Rahmah berbaring di atas sofa panjang yang ada di ruangan itu."Empuk juga nih sofa," ucapnya.
"Lo ngapain tiduran di sana Mah?Di marahin ketua OSIS lo nanti," ucapnya."Ketua OSIS nya galak loh," bisiknya.
"Apa lo bilang?"
"Ketua OSIS nya baik kok Rahmah, baik banget," kemudian Tasya mencubit pipi sahabatnya itu."Mana pintar lagi."
"Aww sakit Tasya," ucapnya sembari menyingkirkan tangan Tasya.
"Ups,maaf ya ketua OSIS," Tasya tersenyum.
"Karena gua baik hati,jadi gua maafin," Alicia tersenyum.
Kemudian Alicia langsung mengambil barang barang yang di perlukannya
...EGSATO...
Beberapa saat setelah itu motor Rahman pun telah selesai di perbaiki oleh penjaga bengkel itu dan dia hendak membayarnya.
"Gak usah bayar,nanti di bayarin sama Om," ucap Anto.
"Tapi Om," ucapnya.
"Gak apa apa, pokoknya nanti titip salam buat ibu ya kalau ketemu," ucapnya sambil tersenyum.
"Katanya tadi Om, mau ke rumah?"
"Iya nanti Om ke rumah kamu," jawabnya.
"Yaudah makasih ya, Om,"
"Sama sama," ucapnya dengan tersenyum,
Kemudian Rahman menaiki motor matic miliknya yang sudah bisa menyala lagi."Mari Om," ucapnya dengan tersenyum.
"Hati hati di jalan Rahman," balas Anto.
"Iya Om." Kemudian dia langsung menjalankan motornya dengan kecepatan yang lumayan tinggi
Dia tidak sempat melihat jam, karena dia tau bahwa dia telah terlambat berangkat ke sekolah.
"Gua harus pergi cepat cepat,"
Namun sayangnya ketika di tengah perjalanan dia bertemu dengan beberapa anak SMA sebelah yang sering tawuran dengan SMA nya. Mereka pun melihat keberadaan Rahman, karena salah satu dari mereka menunjuk Rahman. Mereka langsung menyalahkan motornya dan hendak mengejar Rahman.
Jumlah mereka sekitar enam orang dengan memakai tiga motor.Rahman yang hanya seorang diri pun tidak kuat menghadapi mereka berenam sehingga dia memutuskan untuk belok ke kanan, ke arah jalan kecil yang hanya bisa di lalui oleh motor.
Dia mempercepat laju motornya, sementara keenam musuhnya masih mengejarnya.Kini Rahman harus berbuat apa? gak mungkin jika dia berhenti dan menghadapi mereka berenam kekuatan mereka tak jauh berbeda dengan Rahman.Mereka berenam bagaikan enam kali lipat kekuatan dari Rahman.
Rahman terus mempercepat laju motornya,melewati rumah rumah yang ada di kanan dan kiri jalan. Hingga akhirnya dia sampai di suatu jembatan kecil di sana. Karena jembatan itu terbuat dari kayu, jadi dia harus sedikit berhati hati melewati jembatan itu.
Keenam orang itu pun semakin dekat dengan Rahman, dia sudah berada di sebrang jembatan.Tapi Rahman telah selesai melewati jembatan itu. Dia mempercepat laju motornya hingga kini mereka berenam tertinggal jauh di belakang.
"Lumayan lah," ucapnya dengan tersenyum.
Kemudian dia sadar,jika dia tidak sama sekali mengetahui jalan yang dia lewati saat ini sehingga dia bingung.Jika dia tidak kembali melewati jalan itu, dia rasa tidak akan bisa menemukan jalan keluar.
Di tengah kepasrahannya, dia bertemu dengan seorang petani yang sedang berjalan,Rahman pun berniat untuk bertanya kepada petani itu.Setelah itu dia berhenti di dekat petani itu dan petani itu menoleh ke Rahman.
"Permisi Pak, ini jalan bisa menuju ke jalan raya gak Pak?" tanyanya.
"Bisa Dek, Adek lurus aja jika nanti ada pohon kelapa berjejer empat, nanti Adek belok ke kanan,"
Kemudian Rahman menyadari jika keenam musuhnya udah hampir dekat hingga membuat Rahman harus cepat cepat pergi.
"Yaudah Pak terima kasih."
"Sama sama, Dek," balasnya.
Kemudian Rahman langsung melajukan motornya dengan kecepatan yang tinggi. Untuk menghindari kejaran dari keenam musuhnya itu. Dia terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, hingga akhirnya dia sampai di tempat yang di tunjukkan oleh petani tadi saat dia bertemu.
Dia pun langsung belok kanan dengan yakin, berharap jika keenam musuhnya tidak mengetahui jika dia belok ke kanan.Sementara keenam musuhnya kini telah sampai di tempat belokan.
"Tadi dia lewat yang mana anjir?" tanya salah satu siswa itu.
"Mungkin yang selatan," ucap salah satu siswa.
Kemudian mereka berenam yakin jika Rahman belok ke jalan yang kiri padahal itu berbanding terbalik dari kebenarannya.
"Ini beneran kan jalan yang di lalui dia?"
Sementara Rahman kini dia hampir sampai ke jalan raya, dia tidak menemukan ke 6 orang yang mengejarnya itu.
"Apa mungkin mereka salah jalan ya?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Bisa jadi juga."
Walau begitu Rahman tetap melajukan kecepatan motornya, hingga akhirnya dia sampai di jalan raya.
"Huh udah sampai aja nih di jalan raya," ucapnya lega.
Sementara keenam orang itu masih bingung dengan jalan yang mereka lalui, hanya terdapat persawahan dan pohon pohon di sekitar jalan ini.
"Beneran kan ini yang di lewati dia?"
"Keknya jalan yang satunya deh."
"Mana ini jalannya jelek banget gini lagi," kesalnya.
Kemudian mereka pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan, karena mengetahui jika ini adalah jalan yang salah.Sementara Rahman kini menjalankan motornya dengan begitu santai karena mengetahui jika enam orang itu sudah tidak terlihat lagi.
...EGSATO...
Sementara di kelas,Irina pun khawatir dengan keadaan Rahman yang tak kunjung datang, Rahman telah dia anggap sebagai anaknya sendiri.Walau jika Rahman tau kebenarannya mungkin Rahman akan membencinya, tapi Alista berjanji agar tidak memberi tahukan hal ini kepada Rahman, Irina lah yang akan memberi tahu Rahman sendiri jika sudah ada waktu yang tepat.
"Kemana ya Rahman? Kok belum datang datang ya," cemasnya.
Dia melihat ke arah jam tangan miliknya."Udah jam 9 lebih,dia belum juga datang, mudah mudahan gak terjadi apa apa sama kamu, Nak."
Setelah itu Irina mengambil foto dirinya bersama suaminya yang juga ayah dari Rahman dan mantan suami Alista. Dia mengelus foto itu dengan air mata yang tiba tiba menetes.
"Maafin Ibu Rahman, Ibu telah merebut kebahagiaan kamu dan juga ibumu," ucapnya sembari mengelus foto foto itu.
"Entah perasaan jahat apa yang merasuki Ibu waktu itu? Ibu egois, Ibu gak memikirkan perasaan kamu dan ibu kamu,"
Seketika dia mengingat momen masa lalunya.
"Kamu jahat Irina,kamu jahat," ucapnya dengan tangisan yang begitu hebat.
Alista menangis dengan menggendong anaknya itu.
"Ayo Sayang kita pergi dari sini!" ajak suami Alista.
"Ayo," ucap Irina dengan tersenyum bahagia.
Irina hanya mementingkan kebahagiaannya sendiri pada saat itu, padahal Alista sahabat baiknya dari SMA.Bahagia di atas air mata orang lain, dia bahkan tidak menyadari jika betapa jahatnya dia dahulu,dia rela menghianati sahabatnya demi lelaki yang di sayanginya. Walau sudah beberapa tahun menikah Irina belum juga di karuniai anak,menurutnya ini ada balasan dari perbuatannya dahulu.
Setelah itu dia baru sadar, jika di depannya sudah ada Alicia keponakannya sendiri.
"Tante kok nangis?"
Irina mengelus matanya."Gak kok Sayang, cuma kemasukan debu aja."
Alicia tersenyum."Jangan bohong, Tante," ucapnya.
"Gak Sayang, Tante cuma kemasukan debu doang," ucapnya."Oh iya mau apa kesini Sayang?" tanyanya.
"Mau ketemu sama Tante aja," ucapnya.
"Emang kamu gak masuk sayang?"
"Jam kos Tante," jawabnya.
"Beneran?"
"Iya Tante," jawabnya.
"Tante mau sarapan dulu, kamu gak ikut?" tanyanya.
"Boleh Tante," jawabnya.
"Yaudah ayo!"
Kemudian mereka berdua pun pergi ke kantin untuk sarapan pagi.
...Lanjut ya teman teman!!...
*makasih yang udah membaca.
*Update setiap hari Insyaallah
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!