Di kisah kan ada seorang murid yang mengagumi guru atau ustadz nya tetapi rasa kagumnya tidak di balas oleh ustadz nya dan berakhir dengan kehadiran yang di alami gadis tersebut , namun pada akhirnya mereka pun di takdir kan berjodoh....
"Ada pertanyaan"ucap mas Azam setelah menerangkan materi tajwid dasar mengenai hukum nun sukun dan tanwin.
Tapi aku tak tertarik dengan hukum- hukum huruf tersebut.malah, aku merasa heran pada satu hal.
Aku mengangkat tangan kiri karena tangan kanan ku sibuk memegangi buku."mas Azam! kenapa alif yang berharkat fathah A. Itu kan Alif bukan Hamzah!.
"Tangan kanan"tegas mas azam.
"Oh iya,maaf"ucap ku Menganti tangan dan menjatuhkan buku yang aku pegang. Semua mata tertuju padaku "maaf-maaf!". Ucap ku lagi dan menaruh bukunya di atas meja kecil yang disediakan oleh pengurus musholla.
Mas Azam memijat keningnya. Mungkin sedikit riweh dengan kecerobohanku. Sejujurnya, aku tidak ceroboh. hanya saja hari ini aku sedikit melakukan kesalahan.
Kenapa alif berharkat dibaca A, i ,u seperti Hamzah? Sederhananya begini , karena memang dia adalah hamzah. Hanya saja ia berbentuk alif. Nanti kita bahas di buku lainnya. Sementara itu, kita selesaikan materi dasar yang ada di buku ini. Kita bahas nun sukun dan tanwin.
Untuk Alif, Alif itu tidak memiliki harkat. Fungsi Alif hanya untuk memanjakan harkat hukum mad. Kalau Hamzah itu ada beberapa jenis. Kalo saya terangin sekarang, kalian pasti bingung.
Karena kalian belum tau hukum dasarnya. Gimana, paham?" Dia malah ceramah.
Seketika musholla mendadak hening. Suara jangkrik juga terdengar sangat nyaring.
"Nggak paham?" tanya mas Azam lagi.
"Jadi maksudnya gimana?" tanyaku.
Mas Azam terdiam dan menghela nafasnya. "Alif itu ada di hukum mad, itu akan kita pelajari nanti. Sekarang, kita bahas hukum nun sukun dan tanwin dulu." ucapnya.
"Jadi, beda nya alif berharkat dan Hamzah berharkat --------"
"Alif itu nggak berharkat, yumi! Yang berharkat itu Hamzah!" Nina mulai bersuara dan memotong kalimatku.
Dia juga belajar disini. Kami memang baru menemui pelajaran seperti ini. Kampung terpencil dan jauh dari peradaban ini masih kental budaya leluhur. Nina juga merupakan anak tetuah di sini.
"itu Alif, bodoh! Lihatlah bentuk nya!" bantah ku.
"Iya, itu Hamzah berbentuk alif. Alif itu tidak berharkat!" ucap yang lain.
"Kenapa tidak di sebut Alif saja! Kan itu huruf Alif!" bantah ku lagi.
"karena dia tidak memiliki harkat, makanya itu adalah hamzah. Tegas Nina.
"Apa sih?! Tadi katanya Alif, sekarang di sebut Hamzah. Omel ku.
"kalo berharkat, Hamzah! Kalo nggak berharkat, Alif! Gitu 'kan ustadz?"
Nina si sok paling bener itu mencoba mencuri perhatian mas Azam.
Cih! Belajar sendiri sana kalo udah pinter
"bulan" jawab mas Azam singkat.
Senyuman terbaik muncul dibibir ku
"bulan? Sudah kubilang! Nina pasti salah!.
"Ada juga Hamzah yang tidak berharkat seperti Hamzah washol dan -------"
"jadi bedanya apa? Kenapa alif di baca sama kayak Hamzah?" tanyaku memotong kalimat mas Azam.
"Tunggu sebentar! Kita pelajari semuanya satu persatu dimulai dari nun sukun dan tanwin! Kalo kita bahas semuanya sekaligus seperti ini, kalian tidak akan mengerti karena Ilmu tajwid ini kalo di bahas sekaligus akan bersinggungan dengan ilmu nahwu juga. Kalian butuh belajar A-B-C-D dulu, agar bisa membaca!. Setelah membaca baru kita menelaah kata, kalimat, paragraf, baru bisa membaca buku dan mendapati maknanya, seperti itu! Kalo kalian seperti ini, saya beri materi A, kalian bertanya tentang Z bagaimana saya bisa menjelaskan, sementara kalian belum tau B-C-D-E-F dan lain-lain? Ngerti?" tegas mas Azam
"ngerti?"jawab kami serempak dengan nada terpaksa.
"sebenarnya itu pertanyaan sederhana. saya bisa menjelaskannya sedetail mungkin, tapi kalian yang belum siap mencernanya!"email mas azam lagi.
"mas alam jangan marah-marah, nanti gantengnya hilang". ucapku
"astaga "balas Azam dan menghela nafas,"Oke kita lanjut!"iya kembali membuka buku.
*********
sepulang dari mengaji, nina dan teman-temannya langsung membuat lingkaran pertemanan yang sebenarnya sudah pernah diperingati oleh mas Azzam untuk tidak melakukan hal tersebut.
"perkara Hamzah sama Alif doang ditanyain, pura-pura bego apa emang bego dari lahir!"mulut Minang mengeluarkan kalimat itu dan terdengar olehku.
"emang! pura-pura bego biar diperhatiin masak Azam. kenapa? iri? makanya, jadi bego juga kayak saya, biar situ diperhatiin. Balasku
Nina menarik jilbabku dari arah belakang dan membuat jarum pentul yang ku semat leher masuk dagu.
"aarrgghhhh!!!!!!" jeritku
Rasanya........... kayak disuntik tapi nggak dicabut.
"Aaarrggghhhhhhhhh!!!" jeritku sejati jadinya
Panik! bagaimana kalau aku mati terus tusuk jarum pentul? aku belum pernah memeluk mas Azzam! aku belum menikah dengan mas Azam , aku juga belum memiliki anak dengannya.
"kenapa mi?"mas Azzam datang dan aku tidak tahu harus menjelaskan seperti apa. aku hanya takut, daguku yang cantik ini menjadi lecet karena jarum pentul.
"astaghfirullahaladzim"
secepat kilat mas Azam mencabut jarum itu dan membuatku terkejut. aku menangis sejadi-jadinya, dan diantar pulang oleh mas Azzam.
hehehe nyelam sambil minum air.
tenggelam sedih bukan masalah, asalkan menikmati keuntungan lebih banyak. tak apa dagu berdarah asal bisa pulang bareng mas Azam.
********
setelah dua hari aku tidak mengaji, hari ini aku di perjalanan menuju mushola. Dino (temanku di kampung dan dia juga ikut belajar) menceritakan hal yang tidak bisa kubayangkan
"seriusan, no?" kataku
"serius! ustadz Azzam marah gue ngeri lihatnya, yum suer ! Dino mengangkat kedua jari telunjuk dan tengahnya.
"marah gimana coba? contohin!!" pintaku.
"ya marah gitu! kita semua dimarahi!
Lo mah enak nggak belajar kemarin! kayaknya, itu gara-gara Nina sama lo kemarin deh. soalnya ustadz Azzam bahas tentang sabar, berkelahi, sama tentang teman mulu! dari kemarin juga belajarnya serius banget. nggak ada yang berani ngomong! nanya pun nggak ada yang berani" jelas Dino.
"njir, masa sih mas Azzam kayak gitu?"tanya ku.
"lo lihat aja ntar pas di mushola! pasti mukanya ustadz Azzam serius banget" ucap Dino.
tak sabar aku membuktikan kalimat tersebut. sesampainya di mushola, aku menghampiri masa Azam yang baru saja sampai di sana.
"mas Azzam, kemarin mas Azam marah-marah ya? Kenapa? Lagi bad mood ya? mas Agam mau makan es krim? kalau ada masalah cerita aja sama aku aku siap kok dengerin"ucap ku
"dagu kamu masih luka?"iya malah membahas luka konyol tertusuk jarum pentul itu. aku tak ingin membahasnya.
"masih dikit paling dielus dari mas Azzam langsung sembuh" ucap ku
"hukum nun sukun dan tanwin udah hafal?" tanya nya
aku juga tidak ingin membahas yang ini, sangat-sangat tidak ingin!
"mending kita mulai belajarnya, mas, yang lain udah nunggu"ucapku mengalihkan topik pembicaraan.
"ayo! hari ini kita setor hafalan hukum nun sukun dan tanwin".
aku memandangi punggung mas Azzam yang berlalu dalam mushola.
setor hafalan? sejak kapan dia nyuruh menghafal? oh tenang-tenang, gue kan libur dua hari. mungkin dapat diskon hukuman kalau nggak hafal kan gue nggak tahu hehe palingan mas Azam bilang ya udah yumi setor hafalannya besok saja! nah besok gue bisa menghafal.
kami semua duduk di lantai mushola dengan menghadap masa Azzam.
"dimulai dari Nina!" ucap mas Azzam.
Nina menutup bukunya dan mulai menyimak pertanyaan mas Azzam
"dibagi menjadi berapa tingkat hukum ikhfa' haqiqi?" ucap mas Azam.
ikhfa' haqiqi? kapan mas azan ngebahas yang itu? bukannya baru izhar halqi, ya? aduh ketinggalan banyak nih kayaknya.
"tiga", jawab Nina
"sebutkan"
"A'la....."Nina terdiam dan kami saling menoleh.
"nggak hafal" bisikku pada Dino.
"Gue punya tombol skip!" balas ku
"emangnya lo hafal?" balas Dino
"A'la? selanjutnya apa?"tanya mas Azzam
"Nggak hafal dia mas!" celetukku
Dengan cepat aku menutup mulut, entah kenapa aku mengucapkannya.
"Kalau begitu, selanjutnya kamu" tunjuk mas Azam padaku.
"kan kemarin aku nggak masuk mas, jadi aku nggak______"
"nggak ada yang ngasih tahu? tanya mas Azam
"Nggak ada" jawabku
"hafalkan sekarang, saya beri waktu 30 menit".
ucap mas Azam membuatku terbelalak
"30 menit? gimana cara menghafalnya? 30 menit mah cuma bentar mas, keong aja belum jalan satu centi kalau 30 menit" bantahku
"15 menit!" ucapnya
"15 menit? mas Azzam kenapa sih? kayaknya Dino bener deh, dia lagi sensi banget.
"atau mau 10 menit" ucapnya lagi
"iya iya 30 menit" balas ku
"hafalkan sekarang" tegasnya.
"iya! untung sayang, kalau nggak udah gue tabrak pakai becak" gerutu ku
"ngomong apa!"balasnya lagi
"Dino mukanya kayak cicak"aku asal mengucap
"kok gue? muka lo kayak komodo! balas Dino
"lo mau gue ludahin? liur gue beracun! Omel ku
"sisa 29 menit"tegas mas Azam
aku menghela nafas jengkel, sambil membuka buku tajwid
kenapa sih marah-marah mulu, lapar atau apa? kalau lapar kan tinggal bilang! ntar gue masakin, kenapa mesti marah-marah? kalau kesel sama anak-anak yang lain kenapa harus marah ke gue juga?"
"28 menit" tegas mas Azam lagi
Aarrgghhhh!!!
aku mulai menghafal dengan sangat terpaksa, entah mengapa sudah belasan menit berlalu tapi tak satupun materi melekat di otakku. mungkin karena aku menghadap ke arah mas Azzam, aku menjadi kurang fokus.
"hukum nun sukun dan tanwin dibagi menjadi 5. yang pertama izhar halqi, yaitu...."kembali kubuka buku dan membaca materinya"izhar halqi adalah setiap nun sukun dan tanwin bertemu dengan huruf...."
"Aduh ya Allah!! ini otak kenapa sih! astagfirullah bisikan setan kok kencang amat, jadi nggak bisa fokus gini".
"habis Dino, kamu Yumi"ucap mas Azzam membuat kakiku mendadak gemetar.
Aku menoleh pada mereka dan mendapati Dino sedang menyetor hafalannya.
AARRGGHHHH
"Yumi" suara itu mengejutkanku
Mas Azam menunggu, kulirik Dino yang sudah menyelesaikan setoran. Aarrgghhhh! sudahlah aku menyerah!
"maaf, mas Azzam aku udah usaha tapi..."
Tling tling
jaringan ponsel Azzam menghentikan kalimatku
"permisi sebentar"ucap mas Azzam dan keluar mushola
"kalau belum hafal?" tanya Dino
"boro-boro mau hafal! bacaan nun sukun aja gue bengek"jawabku
"semoga mas Azzam nelponnya sampai magrib"lanjutku
Mas Azzam kembali duduk di tempatnya dan kami semua berdiam diri.
"materi kita sampai sini dulu, saya ada urusan mendadak. besok kita lanjut yumi setor hafalan ya!"ucap mas Azzam.
kita berdoa untuk mengakhiri pertemuan hari ini.
mas Azzam sangat terburu-buru untuk pergi. bahkan dia langsung mengendarai motornya sebelum aku keluar dari mushola.
"urusan mendadak?"gerutu ku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!