NovelToon NovelToon

Why I'M

Kehidupan Dimulai

Cuaca mendung dibawah langit senja diantara rintik-rintik hujan suara tangisan bayi menggema di ruang bersalin Bidan Eni. Semua orang berbahagia menyambutnya, bayi yang masih merah itu bernama Lalita Belvania, dia memiliki tanda lahir di paha sebelah kiri dan sangat cantik. Proses kelahirannya sangat dramatis bahkan mama Laila sempat pendarahan pasca melahirkan namun hal tersebut sebanding dengan kebahagiaan yang diperoleh setelah Lalita hadir dalam dekapannya. Adzan dan Iqamah dikumandangkan oleh papa Taufan sambil mendekap putri tercintanya

"Ma Alhamdulillah anak kita sehat dan selamat, cantik pula. Terimakasih ya ma sudah berjuang"

"Iya sama-sama pa"

"Namanya Lalita Belvania, aku berharap dia cantik jelita dan berbudi pekerti luhur sesuai namanya ma"

"iya pa, anak kita penyejuk hati kita"

Bidan Eni dan Suster datang menghampiri dan menanyakan kondisi mama Laila dan baby Lalita

"Alhamdulillah anaknya cantik dan sehat ya Bu"

"Iya Bu Eni, Alhamdulillah dan terimakasih atas bantuannya" ucap papa Taufan

"Besok pagi ibu dan bayinya sudah bisa pulang ya, dan akan terus kita pantau. Kalau nanti sudah pulang dan ada hal yang perlu ditanyakan bisa wa ke nomor saya seperti biasa ya Bu, Pak"

"iya Bu Eni, siap"

Oma Karsi dan opa Warno masuk ke ruangan dan raut wajah bahagia terpancar menyambut kelahiran baby Lalita

"Cucu Oma dan Opa Cantik sekali"

"makasih Oma opa, namanya Lalita Belvania" ucap mama Laila

"aaaa cantik sekali, semoga berkah dalam hidupnya, o ya ini Oma mau kasih hadiah anting, kalau sdh ditindik nanti pakaikan ya" (Sambil menyerahkan kotak merah berbentuk hati)

" Ya Allah Oma dan opa repot-repot, makasih Oma opa" ucap mama Laila

" iya ma kok repot-repot to ma, kan bisa buat tabungan mama sama papa uangnya" ucap papa Taufan

"Gak ada kata repot kalo buat cucu" sahut opa Warno

Mereka larut dalam kebahagiaan sampai besok pagi baby Lalita dibawa pulang kerumah kontrakan mereka

"Ma, Lalita wajahnya mirip aku ya?" tanya papa Taufan

"iya pa, mirip kamu banget padahal aku yang mengandung dan melahirkannya" jawab mama laila

"Papa dapet cuti seminggu ini ma, sdh di acc sama bos hehee"

"Ya Alhamdulillah pa, bisa quality time sama keluarga to"

"iya ma, kangen terus sama anak cantik aku ini"

"Hmmm anaknya terus yang diperhatiin"

"Hehee ya mamanya juga dong, kalau gak ada mamanya kan ya gak ada anak cantik aku ini"

"hmm bisaa aja, papa pa tolong tambahin bantal dibelakangku pa, biar lebih nyaman bersandarnya"

"oke ma, papa ambilin dulu" (Mengambil bantal lalu meletakkan di belakang punggung mama Laila)

"Udah nyaman belum?" tanya papa Taufan

"Geser kanan dikit pa"

"Oke ma" (Sambil menggeser posisi bantal)

"Gimana ma, udah?"

"udah pa, makasih ya"

"Sama-sama istriku"

Waktu terus berlalu tidak terasa baby Lalita sudah berumur 1 Tahun dan dia tumbuh menjadi gadis kecil yang menggemaskan

"paaapaapaapaaa" celoteh Lalita

"maa maa,, ayo sayang bilang maa maa" ucap mama Laila

"paaapp paaaaaaa"

"mama sayang, masa papa terus yang dipanggil, mama juga mau nak" (Sambil mencium pipi gembil Lalita)

Papa Taufan muncul dari pintu kamar, beliau baru pulang kerja dan menyerahkan tas kerja ke mama Laila dan mama Laila salim ke papa Taufan

"Lalita rewel nggk ma?" tanya papa

"Nggk sih pa, baik kog dia. Papa bersih diri dulu habis dari luar kan" Pinta mama (sambil meletakkan tas kerja di meja samping tempat tidur)

"iya ma, papa mau mandi terus bisa uyel-uyel mamanya ehh baby Lalita" ucap papa sambil mengerling jahil dan mengacak rambut mama laila

"apasih pa" (membenarkan rambut, sambil bibirnya mengerucut)

"Hehee, kalo cemberut gitu jadi pengen cium"

"papaaaaaa" (Mama sambil cubit perut papa Taufan)

" Aduh yang sakit yang aduh,"

"mangkanya jangan bilang yang aneh-aneh kalo di depan anak"

"Iya iya ma, papa mandi dulu deh, tolong siapin baju sama celana pendek ya ma, i love you"

"oke papa, love you too" (Menggendong baby Lalita dan menuju lemari untuk mengambil baju serta celana papa Taufan kemudian diletakkan diatas kasur)

Beberapa saat kemudian Papa Taufan selesai mandi dan memakai baju dan celana yang disiapkan mama Laila

"Sini ma biar papa yang gendong Lalita"

"iya pa, anaknya juga sudah kangen papanya"

"Anaknya apa mamanya yang kangen"

"ihh papa pede banget"

"Lhoh ya pede donk, dapetin kamu trs bisa hamilin kamu tuh ya aku harus pede, kamu mana mau kalau aku letoy hahahaa" (Mengambil Lalita dari gendongan mama Laila)

"Yaudah aku mau siapin makanan dulu ya pa, Lalita sama papa dulu"

"oke sayang" jawab papa Taufan (Sambil mencium pipi mama Laila)

papa Taufan mengajak Lalita bermain di karpet, Lalita sangat antusias diajak mainan ayam warna warni sampai akhirnya mama Laila datang

"Pa, makannya sudah siap" ucap mama Laila

"iya ma, bentar masih main sama Lalita, dia suka banget diajak mainan ayam ayaman yang kamu beliin kemarin"

"iya pa, dia suka warnanya kan bermacam macam dan bisa jalan sendiri kan ayamnya, sekalian bisa edukasi warna ke dia pa"

"iya ma, gemes banget nih sama Lalita cantiknya papa"

"Tadi Lalita bisa bilang Paa paa tapi belum bisa bilang mama" (Sambil cemberut)

"beneran ma? Tanya Papa Taufan antusias

"Beneran ihh, udah aku ajarin buat bilang maa maa tetep bilangnya paa paa, emang anak papa banget nih bayi" (sambil mentowel pipi Lalita)

"Hahaahaa ya iyalah, benih juga dari behih aku, ya kan sayang" (Sambil mencium Lalita)

"ish nyebelin (sambil bersedekap tangan dan bibir sedikit mengerucut memandang papa Taufan), yaudah ayo papa makan dulu nanti dingin makanannya udah mama siapin rendang sama sambal goreng kentang kesukaan papa, ada wedang jahe juga"

"makasih sayang" (mencium mama Laila)

"Lalita biar aku yang gendong pa, papa fokus makan dulu" (menggendong Lalita)

Mereka bersama-sama menuju ruang makan, mama Laila menemani papa Taufan duduk diruang makan sambil memangku Lalita. Setelah selesai makan mereka menuju ruang keluarga, papa menyalakan televisi dan mama meletakkan Lalita ke karpet, papa Taufan menyusul mama dan Lalita duduk di karpet.

"ma, tadi dikantor papa Warno telepon katanya mama karsi sakit, aku dilarang bilang ke kamu soalnya kamu lagi ngurusin bayi khawatir kamu kepikiran"

"Ya Allah pa, mama karsi sakit apa?" (Wajah tegang)

"Lambungnya bermasalah, sekarang dirawat di RS Matahati, mama kadang lupa makan kalau sudah berkutat dengan rajutannya"

"Ya Allah pa, kita jenguk kesana yuk"

"Kasihan Lalita ma kalau diajak perjalanan jauh naik motor apalagi musim hujan, kamu tau sendiri kan ma aku mabok darat kalau naik bis, mau naik kereta juga jauh kan ma ke stasiunnya 1 jam lhoh dari sini mending naik motor kan, biar aku sendiri yang jenguk kesana ma, aku tadi juga sudah izin cuti ke bos dan Alhamdulillah diperbolehkan"

"Alhamdulillah papa dibolehin cuti, yasudah pa nanti mama siapin keperluan papa sama oleh-oleh buat Oma opanya Lalita)

"Iya sayang"

Besok Paginya Papa Taufan berangkat menjenguk mama Karsi menggunakan motor dan tiba di Rumah sakit disambut haru oleh mama Karsi dan papa Taufan.

"Maafin Taufan ma, kemarin siang Taufan dikabarin papa dan sekarang baru bisa kesini"

"Ya Allah nak gakpapa, Laila sama Lalita gimana, sehat kan?" tanya mama Karsi

"Alhamdulillah sehat ma, tambah gembil pipinya Lalita, ASI Laila lancar dan Lalita juga modelannya gak pilih pilih makanan, apa aja yang dimasakin mamanya dia mau makan" jawab papa Taufan

"Mama Ikut seneng dengernya nak"

Setelah 2 hari mama Karsi dirumah sakit akhirnya diperbolehkan pulang ke rumah. Pagi hari Mereka berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati camilan

"Pa, ma, nanti sore Taufan Balik ya, cutinya nggk bisa lama"

"Hati-hati kamu nanti, lagi musim hujan jalanan banyak yang lubang" ucap papa warno

"iya pa"

Setelah sore hari Papa Taufan pamitan ke papa warno dana mama Karsi

"Pa, ma Taufan balik dulu, sehat-sehat ya, nanti kalau ada waktu Taufan kesini lagi sekalian bawa Lalita sama Laila"

"iya nak, hati-hati ya, mama tunggu kedatangan kalian"

"Assalamualaikum pa,ma" ucap Taufan sambil mencium tangan mama dan papa

"waalaikumsalam nak"

Papa Taufan meninggalkan rumah Oma Karsi dan opa Warno, dijalan turun hujan dengan derasnya dan ditikungan jalan tiba-tiba terjadilah kecelakaan dan Papa Taufan sampai terseret sejauh 10 meter, dan inilah babak baru kehidupan penuh lika-liku seorang Lalita Belvania dimulai

Awal Terbitnya Luka

Senja menyapa jiwa yang terluka, air mata mama Laila mengalir deras saat mendengar kabar Papa Taufan kecelakaan. Belahan jiwanya sedang tidak baik-baik saja. Papa Taufan ditolong oleh warga yang berada di sekitar tempat kejadian dan langsung dibawa kerumah sakit, salah satu warga mengecek ponsel papa Taufan mencari log panggilan dan menemukan panggilan dari kontak yang bernama Istriku ❤️ Lalitaku, dan itu adalah nomor mama Laila. Beliau langsung menuju resepsionis untuk meminta bantuan menghubungi mama Laila

"Halo selamat sore, dari rumah sakit harapan sehat, apa benar kami terhubung dengan istri dari Bapak Taufan Taufiqurrahman?" Tanya resepsionis

"Ah iya benar saya istrinya, ada apa dengan suami saya? (Sambil memegang dada yang bergetar)

"Mohon maaf sebelumnya Bu, Kami mengabarkan kalau suami ibu mengalami kecelakaan dan sekarang berada di IGD rumah sakit harapan sehat, ibu dimohon segera datang kesini bu"

" Ap apa dok Suami saya kecelakaan, Ya Allah Ya Allah Ya Allah (Terduduk lemas dan menangis), terus bagaimana kondisinya dok? suami saya bagaimana dok tolong jawab dok" (menangis tergugu)

"Ibu yang sabar ya, pasien sedang kami tangani di IGD, nanti kami jelaskan kondisinya kalau ibu sudah sampai" jawab resepsionis

"iya dok saya segera kesana, tolong upayakan yang terbaik untuk suami saya dok, tolong selamatkan dia" (masih menangis)

"atas izin Tuhan, kami upayakan yang terbaik semampu kami Bu"

"Terimakasih dok" ucap mama Laila

Mama Laila menuju kamar dan melihat Lalita sedang tertidur Lelap. Mama Laila lekas ganti baju dan mengambil Sling bag kemudian menggendong Lalita yang masih dalam balutan selimut menuju kerumah tetangga untuk dititipkan

"Assalamualaikum Bu Dewi" (Sambil mengetuk pintu)

"Waalaikumsalam nak (Membuka pintu), ada apa to nak kok kamu menangis gini? Ayo ayo masuk dulu (merangkul mama Laila)

"Terimakasih Bu, maaf sebelumnya kalau saya nanti ngerepotin Bu Dewi, saya mau nitip Lalita sebentar Bu, Mas Taufan kecelakaan dan saya harus segera ke Rumah sakit harapan sehat" (Sambil duduk diruang tamu dan masih menangis)

"Ya Allah nak, semoga tidak apa-apa suamimu, sini Lalita biar sama ibu dulu" (Hendak menggendong Lalita)

"Iya Bu, Terimakasih" (Menyerahkan Lalita ke Bu Dewi)

"sabar ya nak, Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan. Semoga kamu diberi ketabahan dan suamimu diberi keselamatan" (sambil menimang Lalita)

" Iya Bu terimakasih, o iya Bu susunya Lalita ada di kulkas, nanti ASI yang dikantong dimasukkan ke botol terus direndam ke air hangat bu, camilan Lalita ada di meja makan, rumahnya tidak saya kunci Bu dan kuncinya nyantol di pintu dalam" ucap mama Laila

"Iya nak kamu hati hati dijalan"

"iya Bu habis ini saya naik taksi kerumah sakit, saya pamit Bu, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam nak"

Mama Laila pergi meninggalkan rumah Bu Dewi menuju jalan depan gang rumah menunggu taksi online dan setibanya dirumah sakit mama Laila bergegas menuju ke resepsionis

"Permisi sus, pasien kecelakaan atas nama Bapak Taufan Taufiqurrahman dimana sekarang? Saya istrinya"

"o beliau masih ada di IGD Bu, ibu lurus saja nanti belok kanan" ucap resepsionis

"iya terimakasih"

Mama Laila bergegas ke IGD dan bertemu dokter

"Dokter, bagaimana kondisi suami saya Bapak Taufan?" tanya mama Laila (sambil menangis)

"Kondisi pasien kritis Bu, kita memerlukan penanganan lebih lanjut di ruang ICU, kami menunggu persetujuan keluarga" Jawab

Dokter

"ya Allah, saya boleh lihat suami saya dok?"

"Silahkan Bu, mari saya antar"

Sesampainya di bilik ruang IGD mama Laila melihat Papa Taufan terbaring tak berdaya penuh dengan selang selang menempel ditubuhnya, mama Laila menangis memegang tangan Papa Taufan.

"Lakukan yang terbaik untuk suami saya dok"

"Baik Bu, kami lakukan semampu kami semoga Tuhan memberkati" ucap dokter

"Ibu tolong melengkapi administrasinya di resepsionis ya" ucap suster

"ah iya baik, terimakasih"

Setelah melengkapi administrasi, mama Laila memberi kabar kepada Papa Warno dan mama Karsi serta adik dari mama Laila supaya menyampaikan kepada ibunya mama Laila yaitu Ibu Fatimah tentang kabar ini. Papa Warno dan mama Karsi langsung berangkat menuju ke Rumah sakit setelah mendapat kabar anaknya kecelakaan begitupun dengan Ibu Fatimah juga bergegas berangkat kerumah sakit setelah mendapat kabar tersebut. Sesampainya di rumah sakit suasana tangis kesedihan menyelimuti mereka yang berada di depan ruang ICU.

"La" panggil mama Karsi

"mama, mas Taufan ma" (mama Laila menangis memeluk mama karsi)

"iya nak, iya. Mama sedih melihat Taufan begini, semoga Taufan diberi kesembuhan ya Allah" (menangis)

"Amin ma, mas Taufan pasti kuat dan bertahan untuk kita ma, Lalita juga sangat membutuhkan ayahnya" ucap mama Laila

"Lalita kamu titipkan siapa la? Tanya mama Karsi

"aku titipkan ke Bu Dewi tetangga samping rumah ma"

Mama Karsi dan mama Laila mengurai pelukan dan mama Karsi berjalan mendekati papa Warno di depan ruangan ICU dan memegang kaca ruangan

"Ya Allah kenapa seperti ini, Ya Allah anak kita pah anak kita" ucap mama Karsi (menangis sambil melihat papa Taufan dari balik kaca ruangan)

"Sabar ma, kita sama-sama do'akan keselamatan anak kita" ucap papa Warno (sambil memeluk mama Karsi)

Beberapa waktu kemudian ibu Fatimah datang bersama om Wira (Adik mama Laila)

Ibu Fatimah menyalami papa Warno, mama Karsi, dan memeluk mama Laila, mama Laila menceritakan kondisi suaminya ke ibu Fatimah

"sabar ya nduk" ucap ibu Fatimah sambil mengelus kepala mama Laila

"iya Bu, makasih udan tenangin Laila"

Mereka semua bermusyawarah dan sepakat untuk sementara waktu Lalita akan diasuh oleh ibu Fatimah. papa Warno, mama Karsi, dan Laila fokus untuk kesembuhan Taufan. Keesokan harinya mama Laila, ibu Fatimah dan om Wira pulang kerumah kontrakan mama Laila dan papa Taufan sedangkan papa Warno dan mama Karsi berjaga di rumah sakit. Sesampainya di rumah kontrakan mama Laila membuka pintu menggunakan kunci cadangan punya papa Taufan dan bergegas membersihkan diri hendak kerumah Bu Dewi menemui Lalita

" Assalamualaikum Bu"

"Waalaikumsalam nak, tuh mama Dateng" (menunjuk mama Laila sambil mencium pipi Lalita)

"Hai sayang, maafin mama ya ninggalin Lalita lama" (mengambil Lalita dari gendongan Bu Dewi kemudian mencium pipi Lalita yang gembul)

"Lalita rewel nggk Bu? Maaf ya Bu saya ngerepotin ibu"

"nggk repot Nak ibuk malah seneng, Lalita juga Alhamdulillah nggk rewel, kalo Pampers nya penuh aja sih risih dia"

"hehe iya Bu biasanya gitu, makasih udah dijagain"

"sama-sama nak, oh iya ini kunci rumahmu, kemarin setalah ambil susu sama makanan trus ibu kunci pintunya, sebentar ibu ambilin perlengkapannya Lalita"

Ibu Dewi bergegas masuk ke dalam rumah mengambil perlengkapan Lalita yang diletakkan dalam paper bag

"ini nak perlengkapannya"

"makasih ya Bu (menerima paper bag) saya pamit pulang dulu, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam nak"

Sesampainya dirumah Lalita disambut dengan riang oleh ibu Fatimah dan om Wira

"Cucu Nenek MasyaAllah cantiknya, sholehahnya nenek ini, kesayangannya nenek" (mencium pipi Lalita)

"Makasih nenekku" ucap mama Laila (mengarahkan tangan Lalita ke pipi nenek)

"Buk, Aku mau siapin makannya Lalita sama rebus air buat Lalita mandi buk"

"yaudah sini Lalita biar sama ibuk" (mengambil Lalita dari gendongan mama Laila namun Lalita tidak mau)

" ini nenek nak, kok nggk mau ya"

" Belum terbiasa buk, biar di karpet saja Bu sambil dijagain" (menurunkan Lalita ke karpet di ruang keluarga)

Beberapa waktu setelah Lalita makan dan mandi dia tertidur lelap dijaga om Wira. Mama Laila dan nenek Fatimah mengemasi barang-barang Lalita untuk nanti sore dibawa kerumah nenek Fatimah. Waktu bergulir begitu cepat dan sore hari mereka pamit kerumah Bu Dewi lalu setelahnya memulai perjalanan menggunakan taksi menuju ke rumah nenek Fatimah. Sesampainya di rumah nenek Fatimah Lalita masih terlelap dalam dekapan mama Laila kemudian Lalita diletakkan dikasur dan mama Laila menata barang-barang Lalita sambil menceritakan tentang kebiasaan Lalita kepada nenek Fatimah dan om Wira. Tibalah saatnya mama Laila harus meninggalkan Lalita, dan inilah awal terbitnya luka.

Pilihan yang Sulit

Malam memunculkan seberkas sinar bulan menerangi secercah hati yang dirundung dilema. Mama Laila menciumi pipi dan dahi Lalita yang sedang tertidur lelap, memandang lekat wajah sang buah hati yang sebentar lagi akan ia tinggalkan di rumah nenek Fatimah demi kesembuhan sang suami. Sungguh pilihan yang sulit namun inilah hal terbaik yang bisa dilakukan

"Bu, titip Lalita" (menunduk dan meneteskan air mata)

"Iya Nak, Lalita ibu jaga dengan sepenuh hati, jangan khawatir nak, fokus dengan kesembuhan suamimu, semoga lekas sehat suamimu ya nak"

(Mengelus punggung mama Laila)

"Iya Bu, Amin. Makasih Bu" (Memeluk Ibu)

"Mbak jangan terlalu khawatir, Lalita aman disini sama kita, pulang kerja kan aku bisa bantuin ibu jaga Lalita, lagian kalau ada Lalita jadi rame ada celotehan bayi gemes bisa jadi mood booster dari penatnya kerjaan to" Ucap adik mama Laila yang tak lain adalah om Wira

"Iya wir, makasih. Tolong bantu jagain Lalita, selalu kabarin mbak ya wir. semangat kerjanya, lancar rezeki dan diberikan jodoh yang tepat" ucap mama Laila

"oke mbak, amin. Hati-hati mbak kalau berangkat, o iya tas ransel keperluannya mbak dan mas Taufan aku sisihkan tadi, aku taro sofa ruang tamu biar nggk ketinggalan kalau mbak mau berangkat"

"Adek Ku pengertian banget sih, so sweet, makasih ya" (Tersenyum lembut)

Mama Laila lantas menciumi dahi dan pipi Lalita berulang kali, sesekali menepuk nepuk jika Lalita menggeliat supaya kembali nyaman dalam tidurnya sambil menyeka air matanya yang jatuh

"Aku pamit Bu, wir" (mencium tangan ibu dan memeluk sebentar)

"Hati-hati mbak" (mengulurkan tangan untuk salam ke mama Laila)

"jaga diri baik-baik ya nak (mengelus kepala mama Laila), yuk kita ke depan" ajak ibu

Mereka sama-sama berjalan ke depan rumah, mama Laila berhenti sebentar di ruang tamu mengambil tas ransel untuk dibawa ke rumah sakit, setelah tas ransel tersampir di bahu mama Laila mereka lantas menuju teras

"Aku berangkat ya Bu, wir, Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" ucap ibu Fatimah dan Wira bersamaan

Ibu Fatimah melafalkan do'a untuk kebaikan anak dan menantunya, setelahnya beliau menemani Lalita tidur di kamar sedangkan Wira melanjutkan istirahat di kamarnya sendiri. Mama Laila melangkahkan kaki menuju depan gang untuk mencari taksi, dalam setiap langkah disusul air mata yang tidak dapat ia bendung namun bisa ia sembunyikan dibalik masker. Sungguh bukan hal yang mudah meninggalkan anak yang biasanya setiap saat selalu ada dalam buaiannya namun ia harus memilih meninggalkannya sementara waktu demi kebaikan bersama. Tidak lupa ia membelikan makanan untuk mertuanya yang sedang menunggui suaminya dirumah sakit, ia beli nasi Padang dan jus jeruk. Sesampainya di rumah sakit mama Laila menyalami Oma Karsi dan opa Warno dan menanyakan keadaan suaminya

"gimana kondisinya mas Taufan sekarang ma, pa? Apa ada perkembangan lagi?" tanya mama Laila

"belum ada perkembangan lagi La, Taufan masih koma tetapi sudah bisa melewati masa kritis" ucap papa Warno

"iya pa, Alhamdulillah setidaknya mas Taufan sudah bisa melewati masa kritisnya, semoga lekas sadar dari komanya. Ini Laila bawa nasi padang ayo pa ma dimakan nasinya"

"iya nak ayo makan bersama" ucap mama Karsi

mereka makan bersama di depan ruang tempat Papa Taufan dirawat. Waktu berjalan begitu cepat, satu Minggu berlalu Adik kandung papa Taufan dari Kalimantan bernama Yuli Rahayu bersama anak perempuannya yang masih berumur 2 tahun datang menjenguk namun kondisi Taufan masih belum sadar, adik dari papa Taufan yang menunggui rumah Oma Karsi dan opa Warno selama mereka dirumah sakit menjaga sang putra tercinta. Dua Minggu berlalu papa Taufan masih belum bangun, mama Laila, papa Warno dan mama Karsi memikirkan biaya rumah sakit untuk kedepannya, karena terdesak biaya akhirnya mama Karsi dan papa Warno meminjam uang ke rentenir pasar tempat papa Warno dan mama Karsi berjualan rajut, mama Laila hanya menurut karena tabungannya juga sudah menipis belum lagi untuk kebutuhan Lalita. tiga Minggu berlalu papa Taufan dipindahkan ke ruang perawatan, empat Minggu berlalu akhirnya Papa Taufan sadar dari koma.

"Ta" (menggerakkan jari tangan dan menggerakkan mata namun masih terpejam)

"ya Allah mas, MasyaAllah akhirnya kamu mulai sadar mas" ucap mama Laila (Sambil memencet tombol disamping ranjang rumah sakit untuk memanggil suster/dokter)

"Nak ya Allah, mama sangat bersyukur kamu sudah mulai sadar" ucap Oma Karsi

"Fan, kamu pasti bisa melewati ini, kami selalu bersamamu nak" ucap Opa warno

Beberapa saat kemudian suster datang, melihat itu Oma Karsi langsung menyampaikan jika anaknya mulai sadar

"Sus anak saya mulai sadar, tadi bisa menggerakkan mata dan menggerakkan tangan" ucap Oma karsi

"kami panggilkan dokternya ya Bu untuk diperiksa lebih lanjut"

Suster pun berlalu meninggalkan ruang rawat papa Taufan dan beberapa saat kemudian datang bersama dokter

"Kami periksa dulu ya Bu, permisi" ucap dokter (memasang stetoskop)

"iya dok" ucap mama Laila

"Alhamdulillah pasien sudah melewati masa komanya, pelan-pelan ya Bu pasien diajak berinteraksi. Namun seperti yang pernah saya sampaikan kalau ada luka serius di bahu, punggung, tangan, dan kakinya sehingga pasien harus tetap dirawat di rumah sakit untuk memulihkannya"

"Baik dok" ucap Oma Karsi dan opa Warno

Waktu berlalu perlahan-lahan, sinar matahari menyorot dengan terangnya. Alhamdulillah Papa Taufan mulai sadar sepenuhnya, sudah bisa minum dan berinteraksi beliau mencari keberadaan Lalita

"Lalita mana ma? Aku mimpi dia panggil-panggil aku"

"Lalita dirawat nenek Fatimah mas, sesekali juga dia dibawa kesini pas kamu masih koma" Jawab mama Laila

"emang berapa lama aku koma?" tanya papa Taufan

"4 Minggu mas" (Sambil menyeka air mata yang mengalir)

"Maafkan aku ya" ucap papa Taufan

"ini ujian mas, kita sama sama harus tabah"

"iya sayang, aku kangen Lalita tolong bawa dia kesini"

"iya mas nanti aku minta tolong Wira buat anter Lalita kesini" (Mengelus lembut tangan papa Taufan)

"Nak Alhamdulillah mama bersyukur sekali kamu bisa lolos dari maut, mama sedih lihat kamu sampai terbaring dipasangi selang kayak kemarin-kemarin" ucap oma karsi (menyeka air mata sambil mengelus lembut tangan papa Taufan)

"Maafin Taufan bikin mama papa dan semua sedih"

"nggk perlu minta maaf nak, kita hadapi ujian ini sama-sama ya" ucap Opa Warno

"Kronologinya gimana kok bisa sampai kecelakaan nak?" tanya Oma karsi

"Seingat ku saat itu hujan deras ma, deres banget , aku nyalip mobil dari kanan tiba tiba dari arah berlawanan ada mobil melaju kencang menyalip mobil lain, motorku tersenggol dan aku oleng dan jatuh terseret motorku, setelah itu aku sudah nggk ingat lagi ma tiba-tiba aku sekarang disini" (sambil mengusap air mata)

"Sudah nak tidak usah disesali, yang penting sekarang kamu selamat" ucap papa Warno menenangkan

Semua yang ada di ruangan meneteskan air mata membayangkan betapa sakitnya kejadian yang dialami oleh suami dari seorang Laila dan anak dari Bapak Warno serta Ibu Karsi. Laila kemudian undur diri untuk menghubungi adiknya

"Permisi mas, pa, ma aku izin telepon Wira buat anterin Lalita kesini"

"iya sayang" ucap papa Taufan

Mama Laila membuka tas dan mengambil handphone kemudian menghubungi Wira, sering ke lima teleponnya baru diangkat

"Assalamualaikum Wir"

"Waalaikumsalam mbak"

"Ada apa mbak? disana baik-baik aja kan? " tanya Wira

"Alhamdulillah baik, mas Taufan juga sudah sadar"

"Alhamdulillah mbak"

"kamu masih ditempat kerja?" tanya mama Laila

"iya mbak aku masih ditempat kerja, kenapa mbak?"

"nanti pulang kerja tolong anterin Lalita sama ibu kesini bisa? Mas Taufan kangen mau ketemu Lalita"

"Bisa mbak, tunggu ya nanti pulang kerja aku anter mereka kesana, salam buat mas Taufan dan Oma opa"

"iya makasih wir, Assalamualaikum "

"waalaikumsalam mbak"

Tut Tut telepon pun diakhiri dan mama Laila menyampaikan kepada semuanya kalau nanti sore Lalita diantar kesini

Dilain tempat Lalita diasuh dengan baik oleh sang nenek walaupun akhirnya dia harus minum susu formula, dia tumbuh semakin pintar, cerdas dan tidak rewel seolah mengerti dengan keadaan orang tuanya.

"maa maa maam" celoteh Lalita

"cucu nenek mau makan ya, pinter, ak nak buka mulutnya"

"mam ak"

"iya sayang pinter makannya, biar kenyang ya nak biar sehat biar bisa do'akan mama dan papa ya"

Menjelang senja Wira pulang kerja dan menyampaikan kepada Bu Fatimah jika Mas Taufan sudah sadar dan ingin bertemu Lalita

"Assalamualaikum Bu" (Mencium tangan Bu Fatimah)

"Waalaikumsalam Wir, bersih diri dulu habis dari luar" ucap Bu Fatimah sambil menggendong Lalita yang cantik habis makan dan mandi

"iya Bu, eh ponakannya om Wira cantik banget, o iya Bu Alhamdulillah mas Taufan sudah sadar"

"Alhamdulillah ya Allah" ucap ibu Fatimah

"Mas Taufan kangen Lalita Bu, tadi mbak Laila telepon Wira minta tolong anterin ibu Sam Lalita kesana"

"Yaudah wir ibu siap siapin dulu perlengkapan Lalita, kamu mandi dan makan dulu baru nanti berangkat"

"iya Bu Wira bersih diri dulu terus makan"

Waktu bergulir dan sampailah Wira, Bu Fatimah, dan Lalita ke rumah sakit

"Assalamualaikum" ucap Bu Fatimah sambil membuka pintu kamar rumah sakit

"Waalaikumsalam Bu" ucap semua orang

Mama Laila langsung menghampiri Bu Fatimah, mencium tangannya dan mengambil Lalita dari gendongan neneknya

"Anak mama papa MasyaAllah cantiknya (sambil mencium pipi Lalita), tuh Alhamdulillah papa udah sadar sayang" (Sambil menunjuk Papa Taufan dan membawa Lalita menuju Papa Taufan)

"Anakku masyaAllah" ucap papa Taufan matanya berkaca-kaca

Mama Laila mendekatkan Lalita ke Papa Taufan namun Papa Taufan belum bisa menggerakkan tangannya menyambut putri tercinta

"Sayang, tanganku belum bisa memeluknya padahal aku sangat ingin mendekapnya" ucap papa Taufan meneteskan air mata

"Sabar sayang, putri kita tahu papanya sangat menyayanginya, nih lihat dia senyum-senyum ketemu papanya, kangen ya nak" (sambil mendekatkan Lalita ke wajah Papa Taufan dan papa Taufan mencium pipi Lalita)

Semua orang di ruangan rawat inap terharu melihat interaksi keluarga kecil tersebut.

3 bulan berlalu begitu cepat akhirnya Papa Taufan diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Kepulangannya disambut bahagia oleh seluruh keluarga, namun Papa Taufan belum bisa mengendarai motor dan bekerja dikarenakan belum pulih sempurna. Kontrak rumah tidak dilanjutkan oleh mama Laila dan Papa Taufan dikarenakan keterbatasan biaya akhirnya mereka tinggal di rumah Ibu Fatimah karena di rumah Oma Karsi dan opa Warno ada Yuli dan anak perempuannya, mereka tidak kembali ke Kalimantan dikarenakan ada masalah dengan suaminya. Papa Taufan dan mama Laila serius membicarakan tentang keuangan rumah tangga mereka

"Pa, apa mama kerja jadi TKW saja diluar negeri untuk melunasi hutang-hutang kita? Gajinya lumayan pa, Info dari mbak Indri prosesnya bisa 3-6 bulan harus training dulu dan kontraknya 2 tahun, mama mikirnya kalau daftar sekarang dan 6 bulan lagi berangkat kan semoga kondisi papa sudah lebih membaik. Hutang kita 50 juta, bunganya gede pa kalau tidak segera kita lunasi. sebenarnya ini pilihan yang sulit antara kumpul keluarga atau kita terlunta-lunta, kalau aku jadi pergi Lalita nanti dititipin ke ibu, bagaimana pa?"

Papa Taufan diam termenung lama kemudian Menjawab

"sepertinya hanya itu opsi terbaik untuk kondisi kita sekarang ma, benar-benar pilihan yang sulit. Kalau papa sudah sehat papa akan kerja bantu lunasi hutang untuk biaya rumah sakit papa" ucap papa Taufan (Memeluk mama Laila)

Sesuai rencana, mama Laila bekerja diluar negeri, Lalita Belvania dititipkan ke Nenek Fatimah dan menjalani hari-harinya tanpa figur seorang mama

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!