NovelToon NovelToon

Comfort Girl

AWAL KEHANCURAN

Aleta duduk di ruangan tenang sambil memandang ke luar jendela dan menatap kearah sawah milik kedua orang tuanya.

Sawah itu tidak luas namun tidak kecil juga meskipun begitu Aleta dan keluarganya bersyukur masih memiliki sesuatu untuk menyambung hidup.

Meskipun kedua orang tua Aleta memiliki sawah tapi tidak seberapa karena sawah itu adalah tanah bekas rumahnya yang hancur karena terbakar.

Sebenarnya dulu Aleta dan kedua orangtuanya adalah orang yang cukup terpandang di desa itu Karena memiliki banyak sawah serta pabrik penggiling padi dan mereka adalah orang baik hingga tak sedikit warga di desa itu yang selalu menerima bantuan dari keluarga Aleta.

Namun hal itu justru mendatangkan malapetaka bagi Aleta dan kedua orangtuanya. Tidak sedikit bencana dan masalah yang mereka hadapi karena Banyak sekali pebisnis yang tidak senang dan iri terhadap kesuksesan keluarga Aleta.

hingga malam itu ada seseorang yang dengan sengaja menjebak dan membakar sawah serta rumah keluarga Aleta yang menyebabkan keluarga mereka kehilangan seluruh hartanya tak terkecuali sawah dan pabrik padi milik Ayahnya juga tidak tahu bagaimana bisa berpindah kepemilikan.

Beruntungnya Aleta dan kedua orangtuanya selamat dari kebakaran itu dan kini ia tinggal dirumah bekas seorang pelayan yang pernah bekerja untuk keluarga Aleta.

Kini hanya tersisa sawah yang tidak seberapa dan rumah yang tidak luas itu yang Aleta miliki. Ibu Aleta jatuh sakit karena syok berat setelah kejadian itu.

Aleta pun tidak bisa lagi bermanja manja dan malah harus bekerja keras untuk membantu sang Ayah bekerja. Tak ada lagi seseorang yang menyiapkan segala sesuatu untuknya. Tak ada lagi pelayan yang bisa ia suruh suruh seperti sedia kala.

Karena ia masih kecil maka Aleta hanya bisa membantu pekerjaan rumah dan membantu merawat ibunya yang sedang sakit karena sang Ayah tidak mengijinkannya untuk bekerja terlalu berat.

Tanpa disadari ia telah meneteskan air mata dengan wajah yang tak bisa dijelaskan. Perasaan campur aduk sedang ia rasakan saat ini.

" Aletaa.. Aletaa.. Al.. "

Samar samar ia mendengar suara yang perlahan menyadarkan ia dari lamunannya itu dan langsung mengusap air mata sebelum Ayahnya melihat dia menangis.

" iya Yah ? ada apa ? "

Jawab Aleta dengan lembut.

" kemarilah Al , Ayah memiliki sesuatu untukmu "

Jawab Rangga yang merupakan laki laki yang sangat dermawan yang selalu memperlakukan keluarganya dengan baik itu adalah Ayah Aleta.

Dengan senyuman yang selalu ia tampakan setiap harinya itu membuat Aleta tetap mensyukuri hidupnya hingga kini.

" hhmm? emangnya hal apa yah? Kayaknya serius banget "

Jawab Aleta yang keheranan melihat tingkah Ayahnya itu.

" cepatlah sebelum ini jadi dingin "

Jawab Ayahnya sambil membuka sebuah bungkusan yang berisi ayam panggang mentega kesukaan Aleta.

Tak lupa ia juga menyiapkan sepotong kue kecil dan menancapkan satu lilin kecil diatasnya. Aleta yang telah tiba di dapur itu dengan reflek langsung berlari dan memeluk sang Ayah sambil menangis.

" sudah.. Sudah.. putri kecil Ayah jangan menangis lagi cepatlah buat permohonan dan tiup lilinya kemudian kita makan ayam panggang itu sebelum dingin "

Ucap Ayah Aleta dengan nada menenangkan. jika dulu Aleta hampir setiap hari menikmati ayam panggang mentega kesukaannya itu hingga bosan. Tapi kini makanan itu menjadi kado yang sangat spesial untuknya karena dengan kondisi keluarga mereka saat ini bisa makan hari ini saja sudah bagus.

Aleta pun meniup lilin kecil itu dengan perasaan yang sangat bahagia dan segera menyantap ayam panggang favoritnya.

Tak lupa ia juga menyiapkannya untuk ibunya yang sedang berbaring diatas kasur kecil yang hanya cukup untuk 2 orang itu.

Dengan tangan kecilnya ia berusaha menyuapi sang ibu untuk mencicipi makanan yang telah dibeli oleh Ayahnya dengan susah payah.

Namun baru saja sang ibu membuka mulut tiba-tiba ia memuntahkan darah yang begitu banyak hingga membuat Aleta terkejut dan panik.

" ibu... Ibu... Ibu.... Ayah.... Ayah.... Ibu.. "

Dengan bingung Aleta hanya bisa memegangi tangan ibunya yang pingsan itu dan memanggil Ayahnya dengan keras hingga membuat Ayahnya kaget bukan kepalang Mendengar teriakan putri kecilnya itu ia langsung berlari menuju kamar untuk melihat apa yang terjadi.

Sesampainya di kamar ia terkejut melihat begitu banyak darah dan langsung menyuruh Aleta mengambilkan handuk basah dan ia sendiri menuju kamar mandi untuk mengambil sebaskom air untuk membersihkan darah istri tercintanya itu.

Setelah ia selesai membersihkan kekacauan itu ia menugaskan Aleta untuk menjaga ibunya karena ia akan pergi ke rumah perawat yang tak jauh dari rumahnya untuk meminta bantuan.

Hanya itu yang bisa dilakukan oleh Ayah Aleta saat ini karena keterbatasan biaya yang ia alami.

Aleta yang melihat Ayahnya pergi itu pun langsung sigap dan langsung menuju kamar untuk menjaga ibunya.

Karena hal seperti ini memang sudah sering terjadi. Namun Aleta yang masih berusia 9 tahun itu pun tetap saja menangis sambil memegangi tangan ibunya karena takut sang ibu meninggalkannya.

Hanya itu yang ada di dalam pikiran Aleta saat ini dan tanpa sadar Aleta tertidur di samping ibunya yang telah wafat tanpa ia ketahui.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Keesokan paginya Aleta terbangun karena mendengar suara bising dari luar kamarnya. Dengan perlahan ia berjalan ke arah suara ribut ribut itu dengan bingung.

Belum sempat ia melihat apa yang terjadi tiba-tiba sang Ayah muncul dihadapannya sambil tersenyum getir dan menggendongnya kembali ke dalam kamar.

" kenapa masuk lagi yah? Aleta kan mau lihat apa yang sedang terjadi. Kenapa ribut sekali di rumah kita? "

Belum sempat Ayahnya menjawab Aleta baru tersadar akan sesuatu.

" loh? Ayah? Ibu ada dimana? Kenapa ibu nggak ada di kamar ini? "

Mendengar pertanyaan dari putri kecilnya itu Rangga pun tak kuasa menahan air matanya.

" ibu sudah sembuh.. Ibu sudah pulang Aleta.. Ayah harap Aleta tidak berlarut dalam kesedihan masih ada Ayah disini yang menjaga Aleta "

Mendengar jawaban Ayahnya itu Aleta pun langsung tersenyum bahagia namun ia langsung mengerti maksut ucapan dari Ayahnya saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan sang Ayah.

Aleta pun hanya menangis dalam diam dan mendengarkan isakan tangis sang Ayah yang seperti anak kecil itu.

Dalam beberapa bulan ini kondisi ibu Aleta memang bertambah buruk tak jarang ia melihat sang Ayah memasang ekspresi sedih serta takut kehilangan yang nampak jelas di raut wajahnya itu.

Mau tak mau Aleta pun juga selalu merasakan kekhawatiran yang sama dengan sang Ayah. Aleta telah memikirnya sejak lama jika tiba-tiba ibunya meninggal apa yang harus dilakukannya atau bagaimana hidupnya dan sang Ayah berjalan tanpa kehadiran sang ibu.

Melihat kondisi ibunya yang semakin lama memburuk sebenarnya Aleta sudah pasrah sejak satu bulan terakhir. Entah bagaimana bisa seorang bocah berusia 9 tahun memiliki pemikiran yang dewasa. Namun bagaimanapun juga memang begitulah kenyataanya.

Mendengar isak tangis sang Ayah. Aleta pun mendekat dan memeluk Ayahnya berharap pelukan itu dapat menenangkan Ayahnya.

Setelah beberapa saat Ayahnya pun menjadi lebih tenang dan kini ia gantian menguatkan Aleta dengan senyuman serta mengarahkan kedua telunjuk ke arah pipi Aleta hingga membentuk senyuman diwajah Aleta.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Diruang lain beberapa orang berkumpul untuk memberikan bantuan kepada keluarga Aleta. Karena Ayah Aleta tak memiliki uang lagi untuk mengurus biaya pemakaman serta membeli baju adat untuk sang ibu.

Beruntungnya warga sekitar yang peduli memberikan kebaikan mereka untuk menolong kesulitan yang Aleta dan Ayahnya alami.

Ada yang memberikan beras, minyak, gula, ada juga yang memberikan sejumlah uang pada Ayah Aleta serta baju adat untuk pemakaman ibu Aleta.

" maaf bapak bapak saya jadi merepotkan seperti ini dan juga saya sangat berterimakasih pada bapak bapak dan ibu ibu yang telah bersedia membantu kesulitan kami "

Ucap Rangga pada warga yang bersedia menolongnya dan juga Aleta.

" tidak usah terlalu dipikirkan Pak Rangga. Kami disini semua juga sudah banyak menerima bantuan dari Pak Rangga saat itu. Maka kami juga membantu sebisanya untuk membalas kebaikan Pak Rangga kepada kami "

Ucap salah satu pria paruh baya itu sambil tersenyum tulus ke arah Rangga dan Aleta.

Setelah urusan pemakaman selesai dan ibu Aleta telah dikuburkan para warga yang membantu pun telah kembali ke rumah mereka. Sehingga Aleta dan Rangga dapat beristirahat karena telah melalui hari yang berat itu.

AYAH MULAI RAPUH

Beberapa hari berlalu kini Aleta dan Rangga menjalani hari hari seperti biasa. Namun tanpa kehadiran seorang ibu Aleta selalu merasakan ada yang kurang di dalam hatinya begitupun dengan Rangga.

Mereka seperti kehilangan tujuan hidup hanya tahu bekerja dan makan saja tak ada kebahagiaan di hati mereka.

Aleta melihat Ayahnya seperti mayat hidup yang pergi pagi pagi untuk bekerja ke sawah lalu pulang saat waktunya makan dan istirahat setelah itu.

Selalu ada rasa asing yang Aleta rasakan jika biasanya mereka akan bercanda dan bergurau saat sedang makan kini mereka hanya makan bersama tanpa satu katapun terucap dari Aleta ataupun Ayahnya.

Aleta hanya tak tahu apa yang harus dilakukannya dan tak berani mengajak Ayahnya berbicara.

Setelah selesai makan Aleta membereskan piring dan segera mencucinya namun saat menyalakan keran air tak setetes pun yang mengalir.

Aleta yang tahu bahwa Ayahnya belum membayar tagihan air itu hanya bisa pasrah dan ia menuju kamar mandi untuk mengambil peralatan mandinya dan menuju sumber air yang dekat dengan rumahnya untuk mandi.

Disana terdapat banyak anak anak kecil dan remaja yang sering bermain air atau sekedar bermain dan Aleta juga melihat Melisa anak pelayannya yang dulu.

Namun Aleta tak berani untuk menyapanya karena takut diabaikan tapi siapa sangka justru Melisa mendekati dan menanyakan kabarnya.

" kamu non Aleta kan? Apa air di rumahmu mati ? bagaimana kabarmu ? "

Tanya Melisa pada Aleta dengan senyuman tulus.

" iya aku Aleta. Kakak nggak perlu panggil aku Non lagi karena ibu kakak kan udah nggak jadi pelayan lagi kak "

Jawab Aleta polos

Mendengar jawaban Aleta yang polos itu Melisa semakin menyukainya karena Aleta memang gadis yang baik. Berbeda dengan gadis lain yang diasuh oleh ibunya yang semena mena dan kurang ajar itu.

" ibuku tetaplah seorang pelayan Aleta tapi bedanya sekarang tidak bekerja dirumah kedua orang tuamu saja "

Jawab Melisa sambil senyum

" bergegaslah karena hari sudah hampir gelap apa kamu berani pulang sendiri ? Aku tidak keberatan untuk mengantarmu pulang "

Lanjut Melisa sedikit khawatir pada Aleta

" tidak kak, aku berani pulang sendiri lagi pula rumahku nggak terlalu jauh dari sini. Terimakasih "

Jawab Aleta.

" baiklah kalau begitu aku akan pergi dulu ingatlah untuk hati hati "

Jawab Melisa sambil berjalan pergi.

Aleta hanya mengangguk paham dan langsung pergi untuk mandi. Untungnya Aleta tidak tahan jika harus mandi dengan air dingin yang membuatnya tak berlama lama hingga bisa cepat kembali ke rumah. Selesai mandi ia langsung buru buru mengenakan pakainya dan berjalan menuju rumah.

Aleta sedikit khawatir karena meskipun dekat namun jalan yang harus dilalui Aleta adalah hutan yang sedikit menyeramkan menurutnya karena tidak ada jalan setapak ataupun lampu yang menerangi.

Untungnya saat itu tidak terlalu gelap jadi Aleta hanya mempercepat langkahnya dan sedikit berlari lari kecil agar cepat sampai di rumah.

Saat ia tiba di belokan terakhir menuju rumahnya ia dikagetkan dengan kepala yang tiba tiba muncul dibalik pohon besar.

Dengan perlahan Aleta mengambil sebuah batu kecil dan mendekat ke arah seseorang itu jika memang orang jahat maka ia bisa melemparnya dengan batu yang dipegangnya.

Namun saat kepala itu berbalik arah ia melihat bahwa itu adalah Melisa yang sedang berduaan dengan pacarnya yang sedang asyik meremas dan menjelajahi tubuh Melisa.

Aleta pun langsung bersembunyi dan berjongkok karena tak berani lewat. Aleta hanya bisa menunggu hingga Melisa dan pacarnya itu pergi dari tempat itu.

Namun saat Aleta mencoba mengintip ia melihat Melisa sudah tidak mengenakan baju sehelai pun dan puncak payudaranya terlihat begitu saja dengan pucuknya yang dijelajahi oleh pacarnya itu dan diremas remas bagaikan balon.

Aleta tak tahu harus bagaimana melihat kejadian itu hingga ia dikagetkan oleh suara yang tiba tiba muncul di belakangnya.

" sedang apa kau disini ? Apa kau tidak ingin pulang ? "

Tanya seorang pria paruh baya itu pada Aleta.

Aleta yang tak tahu harus mengatakan apa pada pria itu hanya menunjuk kearah tempat Melisa berdiri bersama pacarnya yang membuat pria paruh baya itu pun mau tak mau juga melihat kejadian tak senonoh itu.

" hei apa yang sedang kalian lakukan?! "

Teriak Tuan Dirga yang membuat Melisa dan pacarnya itu kalang kabut mengenakan pakain dan berlari terbirit birit begitu saja.

Tuan Dirga adalah pemilik pabrik beras dan beberapa perusahaan kosmetik yang angkuh dan sombong tapi anehnya ia bersikap ramah pada Aleta hari itu.

Aleta mengetahui bahwa Tuan Dirga belum memiliki seorang anak walau sudah menikah begitu lama.

Mungkin saja Tuan Dirga ingin mengadopsi Aleta dan membantu kesulitan Ayahnya. Itulah yang dipikirkan Aleta si gadis kecil yang polos dan baik hati itu.

" nah sekarang pulanglah Aleta "

Ucap tuan Dirga kepada Aleta.

" baik, terimakasih Tuan Dirga "

Jawab Aleta sambil tersenyum manis dan berjalan pergi meninggalkan Dirga sendirian.

Sesampainya di rumah Aleta terkejut karena melihat sang Ayah tergeletak pingsan di lantai. Aleta langsung saja menghampiri Ayahnya dan mengguncang guncang tubuh Ayahnya. Saat Aleta menyentuh kening Ayahnya itu betapa kagetnya karena kondisi Ayahnya yang sangat panas.

" Ayah.. Bangunlah Ayah.. "

Ucap Aleta sambil mengguncang pelan tubuh sang Ayah namun tak kunjung bangun. Dengan sigap Aleta menyeret tubuh Ayahnya dengan sekuat tenaga dan memindahkannya ke tikar yang ada di ruang tamu karena tak mungkin sanggup jika harus membawanya ke dalam kamar.

Setelah ia memindahkan tubuh sang Ayah dengan nafas yang masih tak beraturan Aleta langsung berlari menuju ke rumah Mirna sang perawat yang selalu dimintai pertolongan oleh Ayahnya itu.

Dengan rasa takut karena hari yang sudah gelap Aleta tetap berlari tanpa menghiraukan sekitarnya.

Setelah cukup jauh ia berlari akhirnya Aleta sampai juga di depan rumah Mirna. Tanpa pikir panjang lagi Aleta langsung saja mengetuk dengan keras pintu rumah Mirna.

" Bu Mirna.. Bu Mirna.. Bu Mirnaaa.. Huhuhu huhuhu Bu Mirna "

Tanpa sadar Aleta menangis begitu saja dengan suara kencang. Aleta takut bahwa ia akan ditinggalkan juga oleh sang Ayah. Aleta takut bahwa akhirnya ia akan sendirian.

Terdengar suara pintu di buka. Mirna yang melihat Aleta menangis langsung memeluk erat Aleta untuk menenangkannya setelah Aleta sedikit tenang Mirna menanyakan apa yang terjadi pada Aleta.

Aleta pun memberitahukan kondisi Ayahnya pada Mirna. Setelah mendengarkan penjelasan Aleta itu Mirna pun langsung bergegas mengambil kotak P3K dan perlengkapan lainya dan langsung menuju rumah Aleta.

Sesampainya di rumah Aleta Mirna pun langsung memeriksa kondisi Ayah Aleta. Aleta juga menemani disisi Ayahnya karena ingin tahu kondisi sang Ayah.

Tapi Anehnya Saat mereka tiba di rumah Aleta pintu rumah Aleta terbuka lebar padahal ia ingat betul bahwa sudah menutup pintu itu saat akan pergi ke rumah Bu Mirna tadi.

" bagaimna bu? Apakah Ayah saya sakit parah ? "

Tanya Aleta pada Mirna saat melihat Mirna sudah selesai memeriksa Ayahnya dengan gugup.

" Aleta, ibu tahu meskipun kau masih kecil namum kau bisa berpikir dewasa. Ibu harap kau memperhatikan Ayahmu jangan sampai kelelahan

karena kondisi Ayahmu saat ini.. "

Belum selesai berbicara Ayah Aleta tersadar dari pingsannya. Sontak Bu Mirna langsung menyuruh Aleta untuk pergi sebentar karena Mirna ingin berbicara dengan Ayahnya.

Namun karena rasa khawatir pada Ayahnya itu Aleta hanya bersembunyi di balik tembok samping yang tak jauh dari Ayahnya dan Mirna untuk mendengarkan pembicaraan mereka.

Meskipun tahu menguping bukanlah hal yang baik tapi untuk kali ini Aleta tetap melakukannya karena rasa khawatir pada Ayahnya.

" Pak Rangga apakah bapak sebelumnya sudah tahu mengenai kondisi anda ? "

Tanya Mirna pada Rangga.

" hah saya tahu kondisi saya seperti apa Bu namun saya harap Bu Mirna tidak membicarakan ini dengan Aleta "

Jawab Rangga pada Mirna.

Aleta makin penasaran seperti apa kondisi Ayahnya hingga dirahasiakan oleh Ayahnya itu.

" baiklah pak saya akan menjaga rahasia ini. Tapi saya harap anda betul betul memperhatikan kondisi anda karena penyakit anda bukan hal yang sepele jika kambuh sekali lagi saja itu bisa membahayakan nyawa anda Pak Rangga "

Jawab Mirna sambil mengingatkan dan memberikan obat yang perlu diminum oleh Rangga.

Setelah selesai memeriksa keadaan Rangga Mirna pun berpamitan pada Rangga dan Aleta.

PERTOLONGAN UNTUK AYAH

Keesokan harinya Aleta bangun pagi pagi sekali karena tak ingin membiarkan sang Ayah bekerja.

Dengan mata yang masih mengantuk Aleta memaksakan diri untuk bergegas mengambil peralatan mandinya dan menuju sumber air untuk mandi tak lupa ia juga membawa satu ember untuk di isi dengan air untuk sang Ayah mandi.

Sesampainya di rumah Aleta langsung membawa ember yang hanya berisi sedikit air itu ke dalam kamar dan mengambil handuk untuk membasuh tubuh sang Ayah.

Rangga yang samar samar merasakan dingin itu pun membuka matanya seraya menahan tangis saat melihat putri kecilnya itu begitu berbakti terhadap dirinya.

" Aleta.. Ayah bisa pergi ke sumber air sendiri dan Ayah masih bisa jalan sendiri jadi tidak perlu merepotkan kamu untuk hal ini "

Ucap Rangga pada putri kecilnya yang sedang bersungguh sungguh merawat dirinya itu.

" Ayah baru saja sembuh jadi aku nggak mau melihat Ayah mengerjakan segala sesuatu sendiri "

jawab Aleta dengan nada tegas

Belum selesai ia membasuh tubuh sang Ayah Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Aleta menghentikan kegiatannya dan berlari menuju pintu.

Saat membuka pintu alangkah terkejutnya saat ia mendapati Dirga sang pemilik pabrik itu telah berdiri di depan pintu sambil membawa bingkisan.

" Tu.. Tuan Dirga? Apakah ada sesuatu yang membuat anda mendatangi rumah kami? "

Tanya Aleta yang keheranan itu.

" apakah Ayahmu ada di rumah? "

Tanya Dirga kepada Aleta.

" Ayah sedang sakit tuan. Jika anda ingin bertemu Ayah apakah anda tidak keberatan jika harus menunggu sebentar? Saya akan membantu Ayah bersiap dulu "

Ucap Aleta.

Dirga yang kagum dengan kebaikan Aleta serta baktinya kepada kedua orang tuanya itu tanpa sadar ia tersenyum dan bersedia menunggu sambil memberikan bingkisan yang ia bawa pada Aleta

" terimakasih Tuan, anda sungguh bijaksana karena memberikan bingkisan seperti ini "

Ucap Aleta sambil pamit.

Karena ia selalu ingat ucapan Ayah dan Ibunya jika harus berbicara dengan sopan dan baku pada orang yang lebih tua dan tidak lupa memberikan pujian serta ucapan terimakasih jika menerima barang pemberian.

Sesampainya di dalam kamar Aleta telah melihat sang Ayah telah berpakaian rapi seperti biasa.

" Ayah minumlah teh hangat dan roti ini setelah itu aku akan mengantar Ayah menemui tuan Dirga "

Ucap Aleta sambil memberikan nampan yang berisi teh hangat serta roti gandum kepada sang Ayah yang membuat Rangga meneteskan air mata karena bangga sekaligus merasa bersalah terhadap sang putri karena ia sudah bisa bersikap dewasa yang seharusnya ia masih bermain main dengan teman seusiannya.

Tapi ia juga penasaran kenapa Tuan Dirga menghampiri rumahnya.

" sudahlah Ayah, jika Ayah terus menerus menangis maka aku akan panggilkan badut untuk Ayah "

Yang seketika membuat sang Ayah tertawa mendengar perkataan putri kecilnya itu.

Setelah itu ia pun digandeng Aleta untuk menemui Tuan Dirga di ruang tamu.

Setelah memastikan sang Ayah sudah duduk dengan nyaman Aleta pun bergegas ke dapur untuk menyiapkan air minum walau pun hanya teh hangat saja yang dapat di sajikan.

Samar samar Aleta mendengar percakapan Tuan dirga dengan sang Ayah yang membuatnya terkejut hingga ia tak tahu harus bereaksi seperti apa.

tanpa banyak bicara Aleta menyuguhkan minuman itu dan langsung pergi ke kamarnya begitu saja.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Dirga meminum teh yang dihidangkan dengan tenang dan melanjutkan pembicaraannya.

" maksudnya bagaimana Tuan? "

Tanya Rangga dengan nada bingung

" pak Rangga tau sendiri, saya melihat Aleta kemarin sore berlari dengan tergesa gesa setelah memasuki rumah. Karena saya tidak bisa mengejar dia maka saya berlari kemari untuk melihat apa yang terjadi dan saya menemukan anda tergeletak tak sadarkan diri. Setelah perawat datang saya juga jadi tahu kebenarannya bahwa Pak Rangga menderita penyakit jantung kronis. Saya mohon maaf pak Rangga bukan maksut saya untuk menguping tapi saat itu saya pergi ke dapur anda untuk mengambilkan wewangian dan saat saya akan kembali ke ruang tamu saya melihat sudah ada Aleta dan perawat dan tidak sengaja mendengar percakapan itu lalu akhirnya saya memutuskan untuk pergi melalui pintu belakang karena saya takut menganggu"

Rangga hanya diam dan mendengarkan dengan eskpresi serius.

" boleh saya lanjutkan ? "

Tanya Dirga yang ragu sejenak untuk menyampaikan maksut kedatangannya. Setelah mendengar kesediaan Rangga maka ia melanjutkan

" jadi maksud dan tujuan saya kemari adalah untuk menawarkan bantuan kepada pak Rangga serta putri bapak. Saya ingin mengadopsi Aleta sebagai putri saya dan istri saya pak "

Belum selesai berbicara Dirga dihentikan oleh Rangga yang sontak meluap emosinya hingga membuat Aleta yang sedang merenung di dalam kamar pun terkejut hingga berlari menghampiri sang Ayah karena khawatir.

" kenapa yah? kok sampe teriak teriak gitu? Aleta kaget tau Yah "

Tanya Aleta pada sang Ayah dan refleks melihat tuan Dirga

" tuan apa yang sebenarnya anda bicarakan dengan Ayah saya? "

Tanya Aleta dengan nada tegas dan menyelidiki

" Aleta pergilah ke kamarmu "

Ucap Rangga pada Aleta.

namun Aleta yang khawatir pada Ayahnya itu membantah dan tetap disitu untuk memastikan Ayahnya baik baik saja.

" hhaahh... Begini saja , Aleta karena kau sudah bisa berpikir dewasa dan bukan seperti anak anak pada umumnya maka tetaplah disini dan dengarkan Tuan Dirga karena pembicaraan ini ada hubungannya denganmu. Setelah itu mari kita putuskan bersama "

Ucap Rangga

" baiklah kalau memang begitu saya akan melanjutkan pembicaraan saya. Saya ingin mengadopsi Aleta sebagai putri saya agar dia bisa mendapatkan pendidikan serta kasih sayang seorang ibu dan kami pun juga akan menyayangi Aleta seperti putri kami sendiri. lagi pula sebentar lagi kan Aleta sudah memasuki usia 10 tahun yang mengharuskan ia memasuki pendidikan awal. Saya juga tahu bahwa Aleta menjadi putus sekolah saat kelas 3 SD kemarin jadi saya ingin Aleta mendapatkan fasilitas yang terbaik dan menjalani hidup dengan lebih baik. Saya juga ingin membantu mengobati pak Rangga. Tentu saja saya tahu betul sifat pak rangga yang selalu sungkan jika menerima pemberian dari seseorang maka dari itu saya ingin pak rangga menjadi guru pembimbing dibidang bisnis untuk sekolah saya saat pak Rangga sudah sembuh total, bagaimana pak ? "

Rangga tak bisa berkata apa apa. Ia hanya memandangi Aleta dan menunggu jawaban dari Aleta.

" jadi bagaimana menurutmu nak? Apakah ini hal baik atau hal buruk bagimu? "

Tanya Rangga akhirnya.

Ia tak ingin membuat keputusan sendiri karena menurutnya kebahagiaan Aleta dan keputusan Aleta lah yang paling penting untuknya.

Mendengar pertanyaan sang Ayah Aleta pun juga melontarkan beberapa pertanyaan pada Dirga

" lalu bagaimana jika aku melakukan kesalahan?

rasa sayangku terhadap Ayah tidak bisa dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Bagaimana jika aku ingin bertemu Ayah sewaktu waktu? Bagaimana jika aku ingin Ayah menemani aku seharian penuh? Bagaimana jika aku ingin Ayah mendapatkan perwatan terbaik dari dokter terbaik dari negara D? Aku dengar disana ada dokter spesialis jantung yang sangat terkenal , aku ingin Ayah sembuh dengan kesembuhan yang tidak memiliki resiko untuk kambuh lagi "

Ucap Aleta dengan nada tegas dan menangis di kalimat terakhir.

" jika kau melakukan kesalahan akan ada akibatnya dan aku tidak akan lelah menasehati dan membimbingmu " ......

" akibat yang seperti apa ? Apakah aku akan dipukuli? "

tanya Aleta.

" dari saya kecil saya tidak pernah sekalipun dipukuli oleh orang tuaku maka saya juga tidak akan memukulmu , lagi pula tidak akan ada orang yang mau memukuli gadis cantik seperti kamu. Lalu, jika kamu ingin bertemu dengan Ayah tentu saja saya akan mengantarmu bertemu dengannya namun tidak dalam keadaan saat kau belajar atau saat kau sakit jadi Ayah akan ku jemput untuk pergi ke rumah dan menemui kamu jangankan seharian satu bulan penuh pun tidak masalah. Dan untuk permintaan yang terakhir tentu saja yang terbaik karna saya sudah siapkan dokter yang kau maksut untuk ke negara kita jika memang kau mau tinggal bersamaku "

Jawab Dirga dengan penuh kasih sayang yang meyakinkan Aleta.

" namun jika aku tidak ingin di adopsi? "

Tanya Aleta lagi

" maka dokter itu akan tetap sampai karena saya memang ingin menolong Ayahmu "

Jawab Dirga lagi.

Aleta yang mendengar itu pun langsung memeluk Ayahnya dan Dirga bergantian karena bahagia.

Namun bukan berarti mudah saja untuk Aleta mengiyakan tawaran Dirga. Aleta hanya bilang akan memikirkannya sambil menjaga Ayahnya perawatan dan berjanji akan sering mengunjungi istri tuan Dirga sebagai tamu.

Dirga pun tidak keberatan karena memang tidak mudah memutuskan sesuatu yang besar seperti ini dalam waktu singkat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!