"Jangan ikut campur urusan ku!" teriak sang adik pada kakak tertuanya.
Setelah berteriak dengan keras, ia bahkan mendorong sang kakak dengan sangat kuat, sehingga membuat sang kakak terkejut dan membuatnya terhuyung kebelakang ...
Brakkkk
Aaaarrgghhh
Dan hal itu membuat sang kakak terguling kebawah dari tangga.
Semua orang yang ada di dalam mansion terkejut mendengar suara teriakan itu.
Para pelayan serta anggota keluarga berlari berbondong-bondong menghampiri asal suara itu.
Mereka bahkan tampak begitu syok melihat seseorang telah jatuh dari tangga dengan darah yang ada di sekelilingnya.
Orang-orang bahkan berkeringat dingin melihat wanita itu telah berlumuran darah.
Tapi, ketika semua mata tertuju keatas, para pelayan itu pun langsung menghela nafas lega.
Bahkan, dua orang paruh baya itu pun langsung berlari melompati tubuh yang tak bergerak itu.
Keduanya dengan cepat berlari keatas dan langsung menghampiri sang anak. "Apa kau baik-baik saja, sayang?," tanya sang ibu pada anak keduanya sambil meraih tangan sang anak dan membolak-balikkan tubuhnya.
Tubuh sang anak tampak bergetar hebat, ia terlihat tengah ketakutan, "A-aku baik-baik saja, tapi kakak ... bu," jawabnya sambil melirik dan menunjuk kearah sang kakak yang sudah bersimbah darah di bawah sana.
Tubuhnya memang terlihat bergetar ketakutan, tapi berbeda dengan tatapannya, kedua bola mata hitam itu terlihat tidak merasa bersalah ataupun merasa kasihan.
Di kedua bola mata itu pun terlihat jelas tidak ada niat untuk menolong sang kakak, justru ia tengah tersenyum smirk serta menunjukkan tatapan mengejek.
Ia bahkan terlihat sangat puas melihat keluarganya lebih memperhatikan dirinya di banding sang kakak.
"Haha ... Aku berharap kau cacat seumur hidup mu," batinnya dengan senyuman smirk.
Dengan tubuh yang ada di lantai, sepasang mata coklat terang disertai alis yang lebat dengan warna hitam legam mulai menatap keatas.
Perlahan-lahan, ia pun mulai menitikkan air mata yang sudah tidak bisa di bendung nya lagi, hatinya begitu teriris ketika melihat anggota keluarganya sendiri tidak memperdulikannya yang sudah bersimbah darah.
Bukan satu atau dua kali dirinya di perlakukan seperti itu, namun ia telah melihat adegan itu selama seumur hidup nya.
Hiks
Hiks
Sudut mata yang tengah mengenai lantai kini semakin mengeluarkan air mata dengan derasnya.
Air mata itu pun mulai tercampur dengan noda darah yang ada di sekelilingnya, kini sebagian wajahnya telah terkena noda darah.
Ia yang belum bisa bergerak harus melihat adegan manis yang ada di atas.
"Aku juga anak mereka, bahkan aku anak tertua di keluarga ini, tapi kenapa aku mendapatkan perlakuan seperti ini?, apa aku ini bukan salah satu dari keluarga mereka?, kenapa mereka memperlakukan ku seperti hama?," batinnya sambil menitikkan air mata.
Sang kakak bahkan bisa melihat tatapan mengejek yang di perlihatkan sang adik padanya, ia bahkan tau bahwa sang adik tengah sengaja mendorongnya.
Setiap hari di dalam hatinya, ia terus bertanya-tanya, kenapa dirinya selalu mendapat perlakuan seperti itu dari sang adik.
"Apa alasan dia membenciku?, apa yang sudah aku lakukan padanya sehingga dia terus saja menyakitiku?," batinnya yang mulai terisak.
Sang kakak mulai mencoba menggerakkan tubuhnya, tapi ketika tubuh itu mulai bergerak sedikit saja, ia bisa merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya.
Hiks
Hiks
Hiks
"Sakit," isaknya dengan pelan sambil menutup kedua matanya.
Sedangkan di atas, sang ibu sibuk mengurus sang adik, ia bahkan terlihat tengah bernafas lega, tapi ketika dirinya merasakan getaran tubuh sang adik, rasa ketidaksukaan itu pun muncul.
Lalu, perlahan-lahan sang ibu pun melihat lirikan sang adik dan ia pun mulai mengikuti arah tatapan itu.
Mimik wajah sang ibu yang awalnya tengah bernafas lega dan menatap lembut kearah sang adik, kini mulai berubah, ia bahkan mulai menampilkan raut wajah yang sangat menyeramkan.
Wajah yang awalnya berwarna putih itu mulai terlihat berubah menjadi merah, bisa di pastikan bahwa kini sang ibu benar-benar sangat marah.
"Claire!" teriak sang ibu dengan kuat dan menggelegar.
Para pelayan terkejut mendengar teriakan itu, mereka yang sedang berkumpul di dekat Claire, kini mulai memundurkan langkah mereka kebelakang.
"Dia selalu saja membuat masalah," gumam salah satu pelayan.
"Benar, dia tidak pantas menjadi kakak dari nona Harmonie," sahut pelayan lainnya.
"Bagaimana bisa kakak sepertinya selalu membuat masalah pada nona Harmonie kita?, dia sungguh keterlaluan," sahut yang lainnya.
Claire yang tengah meringkuk tengah terfokus pada rasa sakitnya, sehingga ia tidak mendengar suara teriakan ibunya ataupun bisikan para pelayan.
Claire merasa telinganya seakan tengah tertutup dengan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Sedangkan sang ibu, semakin merasa kesal melihat Claire tidak merespon teriakannya.
Kini, sang ibu melepaskan tangannya dari tubuh sang adik, ia pun mulai turun dengan langkah cepat.
Kedua matanya melihat darah yang telah mengelilingi Claire, tapi raut wajahnya justru tampak terlihat semakin marah.
"Apa yang sudah kau lakukan pada adikmu?!," teriaknya dengan suara yang menggelegar.
Lagi-lagi Claire tidak merespon pertanyaan itu, ia justru semakin terisak karena sakit di sekujur tubuhnya tidak kunjung berkurang.
Yovela mengernyitkan dahinya, kaki yang berdiri di depan wajah Claire mulai bergerak dan ...
Brakkk
Kaki itu melayang tepat di wajah Claire.
Aargghhh
Claire berteriak keras lalu kedua tangannya dengan spontan bergerak untuk menutupi wajahnya.
Sakit?, tentu saja. Rasa sakit yang ada di kepalanya kini semakin bertambah, ia seakan bisa merasakan isi kepalanya tengah bergerak kesana kemari.
Claire sendiri tidak menyangka bahwa Yovela akan menendang wajahnya dengan sangat kuat.
Claire juga merasakan sakit di seluruh wajahnya, Isak tangis Claire mulai terdengar begitu keras oleh anggota keluarga itu serta para pelayan.
Tapi, Yovela justru semakin mengabaikan Isak tangis Claire, "Kau selalu saja membuat masalah!, jika saja Harmonie yang ada di tempat mu saat ini, aku tidak akan segan-segan untuk memberimu pelajaran yang lebih menyakitkan!" ancam Yovela sambil menatap Claire dengan tatapan tajam.
"Kenapa mereka begitu kejam padaku?, apa salahku?" batin Claire yang terus menangis.
Isak tangis itu begitu menyayat hati, tapi orang-orang yang ada di dalam mansion bukanlah orang yang memiliki hati.
Mereka memperlakukan Claire dengan sangat kejam, semua kesalahan yang dilakukan Harmonie, selalu berubah menjadi kesalahan Claire.
Claire orang yang lemah lembut, sedari kecil ia sudah di perlakukan berbeda oleh Yovela dan Dean.
Keduanya sangat menyayangi Harmonie serta sang adik, mereka bahkan selalu menuruti perkataan Harmonie dan sang adik.
Berbeda dengan Claire, setiap permintaannya, tidak pernah di turuti oleh Yovela dan Dean, sehingga membuat Claire bekerja keras untuk hidupnya sendiri.
Bahkan di dalam mansion, Yovela dan Dean membuat Claire bekerja seperti maid, padahal, di dalam mansion itu terdapat beberapa maid, tapi mereka justru menyuruh maid untuk melakukan pekerjaan yang lain.
Hal itu di lakukan Dean dan Yovela semata-mata ingin membuat Claire mandiri, Claire yang mendengar alasan itu membuat dirinya percaya pada Yovela dan Dean.
Mengingat hal itu, membuat Hati Claire semakin sakit, "Aku selalu menghormati dan mempercayai perkataan kalian, tapi ... yang aku dapatkan hanyalah hukuman." Batin Claire di sela tangisnya.
"Tidak seorangpun di mansion ini yang menghormati ku, bahkan para maid juga memperlakukan ku dengan semena-mena," batin Claire.
Kepercayaan Claire pada Yovela dan Dean pun mulai runtuh.
Ketiga para pelayan tengah menonton sambil tertawa, tapi ada satu orang pelayan yang tengah menatap Claire dengan rasa iba.
Dan juga, di sudut ruangan seorang pria paruh baya tengah menatap sedih kearah Claire.
Bersambung ...
Dean yang ada di atas hanya menatap sinis kearah Claire, lalu ia pun melihat Harmonie dengan tatapan lembut.
"Apa yang dia lakukan padamu, nak?," tanya Dean dengan satu tangan yang tengah mengelus kepala putrinya.
Harmonie tampak terkejut, ia pun mulai melihat kearah Dean dan merubah ekspresinya.
Lalu, Harmonie pun mulai menundukkan wajahnya dan berbicara dengan pelan, "Kakak terlalu mencampuri urusan ku, jadi aku mencoba menghentikan kakak, dan membuatku tidak sengaja mendorongnya, ayah" ucapnya dengan suara yang hampir tak terdengar.
Dean tidak suka melihat putri keduanya menunduk ataupun merasa sedih, ia pun langsung melepas tangannya dan mulai melangkah menuruni anak tangga.
"Dasar anak tidak tau di untung!, kau selalu saja mengganggu Harmonie!, apa kau merasa tidak senang jika satu hari saja tidak menggangu adikmu?!" ucap Dean dengan amarah yang menggebu-gebu.
Dean seakan tidak melihat darah yang ada di lantai itu, sekarang ini, ia justru menarik rambut Claire sampai membuat Claire terduduk.
Aaarrgghhhh
Karena tarikan dari Dean, Claire merasa kepalanya hampir terputus dari anggota tubuhnya.
Sakit dan nyeri begitu di rasakan oleh Claire, namun teriakan memilukan itu bahkan tidak membuat Dean berhenti menarik rambut anak tertuanya itu.
Hiks
Hiks
Claire yang sedari tadi menangis, kini mulai mengeluarkan suaranya.
"Sakit, ayah!" teriak Claire dengan Isak tangis.
Dean justru tidak memperdulikan itu, ia bahkan semakin menarik rambut Claire dengan sangat kuat.
Aarrggghhh
Wajah Claire kini menatap keatas, Dean bisa melihat sebagian wajah itu sudah tertutupi oleh darah, tapi ia justru mengabaikan hal itu.
"Kau kesakitan?, lalu bagaimana dengan rasa sakit adikmu?, apa kau memikirkannya?," tanya Dean dengan memajukan wajahnya sehingga membuat kedua wajah mereka saling menatap satu sama lain.
Hiks
Hiks
Claire tidak menjawab, ia justru semakin menangis mendengar perkataan Dean, lalu tiba-tiba saja, lirikan Claire dan Harmonie bertemu satu sama lain.
Di sana ia bisa melihat kembali wajah tersenyum dari sang adik.
Sedangkan Harmonie, ia semakin ingin mengejek Claire, "Pecundang" ucap Harmonie tapi tidak menggunakan suara.
Claire bisa melihat dengan jelas ucapan yang keluar dari bibir Harmonie, ia tau bahwa Harmonie selalu membuatnya di marahi oleh kedua orang tua mereka.
Namun sekarang, Claire tidak bisa berbuat apapun, bahkan untuk bergerak saja dirinya tidak mampu, di tambah Yovela dan Dean ada didepannya.
Dean yang melihat lirikan Claire semakin bertambah marah, "Apa yang kau lihat?, kau pasti berpikir akan melakukan hal yang lain padanya, benar kan?," tanya Dean dengan amarah yang menggebu-gebu.
Claire terkejut mendengar tuduhan yang keluar dari mulut Dean, ia pun menggelengkan kepalanya dengan perlahan.
Dengan sisa-sisa kekuatannya, ia pun mencoba untuk berbicara "A-aku ... ti-tidak berpikir seperti itu" rintih Claire yang merasa rambutnya akan segera rontok di tangan Dean.
Dean yang mendengar itu menaikkan satu alisnya, "Kau pikir aku tidak tau dengan isi kepalamu?, sedari kecil kau selalu menganggu Harmonie, bahkan kau sudah mencoba berbagai cara untuk membunuhnya berkali-kali, jadi tidak mungkin kau tidak memikirkan apapun!" ucap Dean dengan kesal.
Yovela melihat Claire dengan tatapan sinis, seolah ia terlihat sangat membenci Claire.
"Aku benar-benar membenci anak ini, bagaimana bisa dia begitu kejam pada adiknya sendiri," ucap Yovela dengan marah.
Claire yang mendengar kedua perkataan itu semakin menggelengkan kepalanya berulang kali, tapi Dean justru semakin marah melihat Claire menyangkal perkataannya.
Dean seakan menyetujui perkataan istrinya, "Benar, sepertinya kita telah salah mendidiknya," ucap Dean sambil menggeretakkan giginya.
Dean pun langsung menarik rambut Claire dan menyeretnya keluar dari mansion mereka.
Arrrgghhh
"Sakit, sakit, sakit ... ayah!" rintih Claire dengan Isak tangis yang telah menggema di seluruh ruangan.
Aargghhh
"Sakit," rintih Claire.
Saat di seret oleh Dean, Claire berusaha meraih tangan Dean, namun ia tidak pernah menggapai tangan sang ayah.
Siku tangannya justru terseret lantai dan membuat kulit Claire terbuka hingga memperlihatkan daging berwarna merah muda.
Hiks
"Sssttt, sakit" rintih Claire.
Seluruh orang yang ada di mansion bisa mendengar suara rintihan itu.
Hanya ada dua orang yang menatap Claire dengan pilu, sisanya hanya menatap dengan tatapan jijik, dan mereka seolah telah menutup semua panca indra di tubuh mereka.
Bagi para pelayan itu, Claire sangat pantas mendapat hukuman itu, karena mengingat dirinya sudah berulang kali melakukan hal-hal keji pada adiknya sendiri.
Begitulah yang ada di dalam pikirin orang-orang di dalam mansion.
Tanpa mereka semua sadari, sesuatu yang seharusnya tidak ada di dunia, justru mulai muncul di dalam diri Claire.
Dean menyeret Claire seperti hewan, ia tidak memperdulikan rintihan Claire, baginya Claire adalah sebuah kesalahan yang tak seharusnya ada di dunia ini.
"Tolong lepaskan aku, ayah!" ucap Claire di sela Isak tangisnya.
Claire tidak henti-hentinya memohon pada Dean, namun Dean seolah menutup telinganya dan terus menyeret Claire keluar dari mansion.
Semakin Claire merintih serta meronta, semakin kuat pula tarikan yang Dean lakukan, bahkan ia menyentak tarikan rambut itu terus menerus.
Sedangkan Harmonie tengah tersenyum puas melihat Claire di perlakukan seperti hewan oleh ayahnya.
Ia sangat bangga bisa membuat hidup Claire menderita, bahkan ia sangat tidak suka melihat wajah Claire lebih cantik dari dirinya.
"Kau tidak akan pernah bisa melampaui diriku, kakak," gumam Harmonie sambil melihat punggung sang ayah yang tengah menyeret tubuh Claire.
"Selama kau berada di mansion ini, aku akan selalu membuat mu menderita, bahkan aku tidak segan-segan membuat ayah untuk membunuh mu, jadi aku berharap kau tidak kembali ke mansion ini!." lanjut Harmonie
Di setiap jejak seretan yang di lakukan Dean, terdapat noda merah yang seolah tengah mengikuti mereka.
Terlihat jelas bahwa itu adalah darah yang keluar dari belakang kepala serta siku Claire.
Setelah sampai di depan pintu mansion, dengan cepat Dean pun menghempaskan tubuh Claire.
Brakkkk
Arrgghh
Tubuh itu terhempas kuat keluar, dan lagi-lagi membuat kepala Claire menghantam dinding yang ada di depan mansion.
Ssshhhhh
Claire kembali meringis kesakitan, pandangannya terasa kabur serta kepalanya seakan tengah berputar, ia merasakan seluruh tulangnya seakan patah, bahkan sekujur tubuhnya terasa begitu sakit,
Darah mengalir deras di kening Claire, orang-orang yang ada di luar mansion terkejut mendengar suara keras itu.
Di luar mansion, terdapat empat orang pria yang bertugas menjaga mansion, mereka berlari sambil melihat ke arah sumber suara, dan betapa terkejutnya mereka melihat keadaan Claire yang begitu berantakan.
Mereka merasa kasihan melihat Claire telah berlumuran darah, tapi, mereka juga tau bahwa Claire pasti telah melakukan kesalahan yang membuat Dean begitu marah besar padanya.
"Nona pasti telah melakukan hal yang tidak bisa di maafkan oleh tuan Dean," gumam salah satu dari keempatnya.
"Aku juga yakin itu," sahut yang lainnya.
"Aku yakin dia telah mencelakai nona Harmonie lagi, karena itu pasti tuan Dean tidak mentolerir perbuatan nya lagi," sahut yang lainnya.
"Untuk pertama kalinya tuan Dean berbuat hal sekejam itu pada nona Claire," gumam yang lainnya.
Orang-orang yang ada di sana bahkan berdiri dengan mengubah tatapan mereka menjadi tatapan benci.
Bersambung ...
Dean tampak tidak memperdulikan kehadiran orang-orang yang tengah menonton Claire.
Ketiga maid bahkan mengikuti langkah Dean, sedangkan satu maid lagi tengah menutup mulutnya karena melihat darah itu.
"Mereka benar-benar kejam," batin maid itu.
Sedangkan pria paruh baya yang ada di sudut ruangan, kini masuk kembali kedalam mansion, ia tidak sanggup untuk melihat keganasan pada Claire.
Di luar, Dean tengah menatap Claire dengan tajam. "Aku benar-benar sangat membencimu!, kenapa kau tidak mati saja?, jika saja saat itu kau tidak ada, pasti saat ini kami semua sudah sangat bahagia!" teriak Dean dengan keras.
Duarrr
Degup jantung Claire terpacu dengan cepat, kata-kata itu sebagai sebilah pisau yang tengah menghantam jantung Claire.
Seketika saja kedua bola mata Claire membulat dengan sempurna, ia begitu terkejut mendengarkan perkataan yang keluar dari mulut Dean, kini ia berusaha memutar lehernya hanya untuk melihat wajah Dean.
Ia bisa melihat amarah yang sangat besar di wajah ayahnya, dan hal itu membuat hati Claire seakan telah di tusuk oleh ribuan jarum.
Padahal Claire tengah merasakan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, dan sekarang, ia harus mendengar perkataan menyakitkan yang keluar dari mulut ayahnya sendiri.
Seluruh organ tubuh Claire seolah hidup, ia bisa merasakan bahwa organ-organnya seolah berteriak dengan keras, jantungnya bahkan terus berdetak sangat cepat.
Claire mulai tidak bisa mengontrol pernafasannya, perkataan yang di keluarkan Dean bagaikan sebuah bom yang sedang meledak.
Haah ...
Haah ...
Saat ini Claire begitu sulit bernafas, dadanya seakan naik turun, cairan bening terus menerus mengalir dengan deras dari matanya, membuat Claire tak henti-hentinya menangis.
Dalam tangisnya, otaknya terus berputar sehingga menimbulkan sebuah pertanyaan.
Bibir tipis itu seakan ingin mengajukan pertanyaan, apakah dirinya anak Dean?, tapi pertanyaan itu tidak bisa di keluarkan oleh Claire, suara nya tercekat di tenggorokan sehingga membuat Claire semakin tidak bisa bernafas.
Uhuk
Uhuk
Claire pun mencoba untuk mengurungkan niatnya untuk bertanya, ia pun terus berusaha memukul dadanya agar bisa bernafas dengan normal.
"Sakit!," batin Claire.
Sedangkan Dean, hanya menatap Claire dengan acuh tak acuh, ia bahkan tidak terlihat memiliki simpati pada anak tertuanya.
Begitu juga dengan ketiga maid yang tengah berdiri di belakang yang berjarak sedikit jauh dari Dean, mereka bahkan tersenyum mendengar perkataan yang keluar dari mulut Dean.
Sedangkan maid satunya, justru meneteskan air matanya, "Nona, setelah mendengar perkataan itu, apa kau masih mau bertahan di neraka ini?," batin maid itu dengan iba.
Sedangkan keempat pria yang ada di luar, justru terlihat semakin tidak perduli, mereka hanya menonton dan tak mengeluarkan ekspresi apapun.
Uhukk
Uhukk
"Apa salahku?, kenapa mereka sangat membenciku," batin Claire.
Claire terus bertanya dalam benaknya, tapi ia tidak pernah mendapat jawaban dari pertanyaannya itu.
Dean berdiri sambil menatap tajam ke arah Claire. "Cih!, cepat lah menghilang dari pandanganku!" ucap Dean sambil memutar tubuhnya.
Ketika Dean akan melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja sebuah pertanyaan keluar dari bibir kecil Claire.
"Apa kau pernah mencintaiku, ayah?" tanya Claire dengan wajah tertunduk serta air mata yang terus mengalir.
Setelah pernafasannya mulai membaik, Claire berusaha mencoba mengajukan pertanyaan yang selama ini di pendamnya.
Seharusnya masih banyak pertanyaan yang ingin di ajukan oleh Claire, tapi ia sendiri tidak berani untuk mendengar jawaban menyakitkan yang akan di lontarkan Dean.
Jadi ia memilih mengajukan sebuah pertanyaan yang bisa mewakili dari seluruh pertanyaannya.
Dean yang mendengar itu mulai mengerutkan dahinya, ia pun langsung membalikkan tubuhnya dan menatap Claire.
"Jangan bermimpi!, sejak awal, kami tidak pernah menginginkanmu, kau merenggut semuanya, dan juga kau hanyalah sebuah kesalahan yang seharusnya tidak ada di dunia ini!" ucap Dean dengan keras sambil menatap Claire dengan tajam.
Duarrr
Jawaban yang di berikan Dean mampu membuat jantung Claire seolah ingin melompat keluar dari tubuhnya, lagi dan lagi harus mendengar jawaban pahit dari sang ayah.
Claire yang sudah sangat berharap mendapat kata-kata manis, kini mulai mendongakkan wajahnya sambil menatap wajah dengan tatapan kecewa.
Dean bahkan tidak memperdulikan tatapan Claire, ia justru memutar tubuhnya dan berjalan kembali ke dalam mansion.
Dengan kekecewaan yang mendalam, Claire terus menatap punggung Dean yang sedang berjalan menjauh.
"Hiks ... Hiks ... Hiks .... apa yang sudah aku renggut dari kalian?, jika aku adalah sebuah kesalahan, kenapa ibu membiarkanku melihat dunia yang kejam ini?, seharusnya saat itu ibu bisa membunuhku saja," ucap Claire dengan berderai air mata.
Claire tidak bisa berpikir apapun, ia terus bersimpuh di luar mansion sambil menangis.
Sejak awal air mata itu sudah bercampur dengan noda darah, kedua elemen itu juga sudah membasahi rambut merah bergelombang milik Claire, campuran keduanya juga telah mengenai kulit tangan Claire.
Aroma amis telah mengelilingi Claire, kini penampilan gadis itu sangatlah menyedihkan.
Di ujung tangga, Yovela melihat Dean tengah menghampirinya dengan wajah yang sangat masam.
"Bagaimana?, apa kau masih mau menerimanya lagi?." tanya Yovela dengan nada sedikit mengejek.
Dean pun berhenti dan menatap Yovela, ia merasa menyesal kerena telah mengabaikan perkataan istrinya, "Kau benar, seharusnya dari awal kita tidak melakukan hal itu," ucap Dean dengan menghela nafas kasar.
Yovela yang mendengar itu pun mulai mendengus kesal, dan ia hanya bisa menatap penyesalan Dean.
Harmonie tidak mendengarkan perkataan Yovela dan Dean, ia pun melangkahkan kakinya untuk menuruni anak tangga.
"Bagaimana dengan kakak, ibu? ayah?," tanya Harmonie sambil membuat wajah sedih.
Yovela dan Dean menatap keatas, keduanya bisa melihat raut wajah harmonie yang tengah khawatir.
Dean pun mulai mengembangkan senyumnya, "Biarkan saja kakakmu, kau tidak perlu menghawatirkan nya lagi," ucap Dean sambil memegang kedua pundak putrinya.
Wajah Harmonie tampak terlihat sangat merasa bersalah, ia berusaha menampilkan raut wajah iba dan penuh perhatian.
"Tapi, ayah ... dia tetaplah kakakku, seharusnya aku tidak mendorongnya," ucap Harmonie dengan pelan sambil menunduk.
Dean yang mendengar itu pun hanya bisa menghela nafas pelan, "Sudahlah, ayah sudah katakan untuk tidak memikirkan kakakmu lagi, jadi sebaiknya kau kembali ke kamarmu dan segeralah tidur," ucap Dean sambil mengelus kepala putrinya dengan lembut.
Yovela yang mendengar itu pun merasa sangat setuju dengan perkataan sang suami, "Benar apa yang di katakan ayahmu, sebaiknya kau lupakan dia dan pergilah tidur," timpal Yovela sambil tersenyum manis pada Harmonie.
Sedangkan Harmonie mulai menganggukkan kepalanya, ia tengah tersenyum smirk dan seketika saja senyum mengerikan itu menghilang, dan di gantikan dengan senyuman yang tengah di paksakan.
"Baiklah, aku akan kembali kamarku, selamat malam ibu, ayah," ucap Harmonie sambil menundukkan kembali wajahnya dan melangkahi anak tangga dengan perlahan.
Yovela dan Dean menatap punggung putri mereka, "Ini peringatan ku untuk yang terakhir kalinya, jangan pernah mengulangi kesalahan yang sama, jika yang jatuh tadi adalah Harmonie, aku tidak akan pernah memaafkan mu," ucap Yovela sambil melirik ke arah Dean lalu menuruni anak tangga dan berjalan meninggalkan Dean.
Dean yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas dengan pelan, ia pun memutar tubuhnya untuk pergi, tapi matanya mulai terfokus pada lantai.
Sontak saja hal itu membuat Dean terkejut, ia tidak menyangka bisa melihat banyaknya noda darah yang ada di lantai mansion nya.
"I-ini?, apa ini darah Claire?." ucapnya dengan mulut yang tengah menganga lebar.
Pasalnya, ia memang sudah melihat darah itu, tapi karena amarah yang menguasainya, Dean pun mengabaikan seluruh noda merah itu.
Dan, sekarang dirinya sudah tersadar sepenuhnya, ia bahkan yakin bahwa Claire pasti tengah kehabisan banyak darah.
Bersambung ...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!