NovelToon NovelToon

Ku Nikahi Calon Papa Mertuaku

SURPRISE BERUJUNG LARA

Lervia Azzura, gadis berusia dua puluh tahun yang bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket menyunggingkan senyumannya sambil terus menatap kue ulang tahun di pangkuannya. Ia sudah tidak sabar ingin memberikan kejutan kepada kekasihnya hingga biasanya laju taksi terasa cepat kini terasa sangat lambat.

Setelah turun dari taksi, ia segera melenggang masuk ke rumah mewah berlantai tiga milik kekasihnya itu, tentunya setelah di persilahkan oleh sang penjaga di depan. Rumah nampak sepi, ia nampak celingak celinguk mencari sang pujaan hati. Kalau tidak membuat kejutan pasti Lervia telepon kekasihnya dulu agar kekasihnya menyambutnya di depan rumah seperti biasa jadi ia tidak perlu repot repot mencari keberadaan kekasihnya.

Lervia berjalan menaiki tangga menuju kamar kekasihnya. Bukan karena tidak punya sopan santun tapi karena Lervia yakin kekasihnya ada di sana dan ia tidak ingin melewatkan waktu walau hanya sebentar saja hingga surprise untuk kekasihnya gagal. Sampai di depan pintu kamar sayup sayup ia mendengar suara seperti ular mendesis. Ia menempelkan telinganya ke daun pintu sambil mengerutkan keningnya berusaha mengenali suara apa itu. Namun semakin lama suara itu semakin menjadi hingga membuat bulu kuduknya merinding.

" Astaga suara laknat itu." Gumam Lervia saat menyadari jika itu suara desahan seseorang.

Namun suara siapa itu? Apa Leo sedang melakukan hal tidak senonoh di dalam? Atau mungkin dia salah kamar? Apa mungkin yang ada di dalam adalah papanya Leo? Namun di saat Lervia berperang dengan pikirannya sendiri, suara di dalam semakin jelas hingga membuat Lervia yakin jika itu suara Leon.

" Sialan!!!! Itu benar benar suara Leo. Dengan siapa dia bermain? Beraninya dia mengkhianatiku."

Untuk memastikan dugaannya, Lervia membuka pintu dengan pelan. Jantungnya terasa di remas remas saat melihat Leo sedang memacu tubuhnya di atas tubuh seorang wanita. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Lervia segera membuka pintu dengan keras dan...

Brak...

Kedua pasangan yang sedang asyik bercumbu di atas ranjang itu menoleh ke arahnya hingga membuat mata Lervia membola. Bagaimana tidak? Ia melihat tubuh Leo sedang bersatu dengan tubuh seorang wanita yang tak lain adalah sahabatnya. Hati Lervia hancur seketika, air mata siap membanjiri wajahnya. Namun sekuat mungkin ia berusaha menahannya. Ia tidak pernah menyangka jika sahabat yang sangat ia sayangi, yang selalu ia kasihi kini telah mengkhianatinya.

" A... As... " Bahkan bibir Lervia tidak sudi lagi menyebut namanya.

" Sayang." Leo segera turun dari ranjang dan memakai bajunya, sedangkan Astrid menutup tubuhnya dengan selimut.

Lervia tersenyum kecut mendengar panggilan sayang dari bibir kotor pria yang telah mengkhianati cintanya. Hatinya sangat sakit bahkan rasanya hancur berkeping-keping, namun ia tidak mau terlihat rapuh di depan kedua pengkhianat itu. Ia harus tetap terlihat tegar agar mereka tahu jika mereka tidak berarti apa apa di dalam hidup Lervia meskipun pada kenyataannya berbanding terbalik.

" Aku bisa jelaskan semuanya sayang." Leo mendekati Lervia namun Lervia menolaknya dengan menggunakan kode tangannya agar Leo menjauh. Ia merasa jijik dengan pria di depannya ini.

" Aku... "

" Kau tidak perlu mengelak Leo, katakan saja yang sebenarnya." Ucapan itu bukan dari bibir Lervia melainkan dari bibir sahabatnya yang tidak punya malu itu. Lervia menatapnya seolah menuntut penjelasan darinya.

Astrid melilitkan selimut di tubuhnya lalu mendekati Lervia. Tanda merah di leher dan bagian dada Astrid membuat rasa sakit di hati Lervia semakin mendalam. Namun sedalam apapun luka itu, Lervia tidak akan mengeluarkan air mata walau hanya setetes pun. Ia merasa air matanya terlalu berharga untuk menangisi pria dan sahabat brengsek seperti mereka berdua.

" Aku dan Leo saling mencintai." Ucapan Astrid membuat Lervia sedikit terkejut, namun sebisa mungkin ia bersikap tenang.

" Leo membutuhkan kehangatan Lervi, namun kau tidak pernah memberikannya selama ini. Jangankan kehangatan, di sentuh saja kamu tidak mau. Jadi jangan salahkan kami jika kami melakukannya di belakangmu." Kalimat itu merupakan kalimat pembenaran bagi seorang pengkhianat yang tertangkap basah. Ia akan menyudutkan pihak yang telah di rugikannya bukan menyadari kesalahannya.

" Awalnya kami hanya main main karena kami saling membutuhkan, tapi seiring berjalannya waktu, kebersamaan kami menumbuhkan cinta di dalam hati kami sehingga membuat kami ingin terus bersama." Sambung Astrid tanpa malu membuat Lervia merasa mual.

Ya... Selama dua tahun berpacaran, Lervia memang tidak mau di sentuh oleh Leo meskipun Leo kerap kali memintanya. Ia menjunjung tinggi prinsip untuk menjaga mahkotanya dari pria manapun selain pria yang akan menjadi suaminya. Meskipun ia sangat mencintai Leo namun bukan berarti ia harus memberikan segalanya.

Lervia menatap Astrid yang saat ini menggenggam tangan Leo. Tidak ada penolakan dari Leo ataupun penjelasan lebih dalam darinya, hal ini membuat Lervia percaya jika Leo juga mencintai sahabatnya.

" Sekarang kau sudah tahu kebenarannya, jadi kau harus mengambil keputusan. Apa kau mau memutuskan hubungan dengan kekasihku atau kau mau sekedar menjadi cadangannya. Karena aku yakin Leo tidak akan mencintai gadis yang jual mahal sepertimu. Ngakunya cinta tapi tidak mau memberikan apa yang kekasihnya inginkan." Cibir Astrid seolah tindakannya sudah paling benar.

Lervia merasa heran dengan ucapan Astrid, kenapa ia yang harus memilih? Bukankah seharusnya Leo yang membuat keputusan? Namun ia tidak ambil pusing, ada untungnya juga jika dia yang harus memilih.

" Cinta tidak harus memberikan segalanya, apalagi harga diri seorang wanita. Yang mengobral tubuhnya itu bukan cinta tapi nafsu." Sahut Lervia membuat Astrid tersentak.

" Dan jika nafsu itu sudah hilang, maka kau tidak akan mendapatkan apa apa lagi. Yang ada kau sendiri yang rugi karena telah menyerahkan tubuhmu kepada kekasihku." Sambung Lervia. Ia menatap Leo yang sedang menatapnya.

Sorot mata yang dulu begitu meneduhkan hati Lervia kini berubah membuat perutnya mual. Ingin sekali ia muntah di wajah pria yang berada di depannya saat ini.

" Apa kau pikir pria ini, pria yang baik mantan sahabatku?" Lervia menatap Astrid sambil menunjuk wajah Leo. Ia tidak sudi lagi menganggap Astrid sebagai sahabatnya. Sahabat yang selalu menempel padanya seperti seekor lintah.

" Ya... Dia baik, dia mencintaiku dan menuruti apapun keinginanku." Sahut Astrid enteng.

" Termasuk urusan ranjangku." Sambung Astrid. Lervia berpikir urat malu Astrid benar benar sudah putus hingga ia sudah tidak punya rasa malu lagi membicarakan hal tabu seperti itu.

" Heh." Lervia tersenyum sinis.

" Seorang pria yang baik akan selalu menjaga wanitanya, bukan malah merusaknya." Ucap Lervia membuat keduanya kembali tersentak.

" Jika dia benar benar mencintaimu, dia tidak akan memintamu untuk melayaninya tanpa status yang jelas, seperti apa yang dia lakukan padaku selama ini."

" Walaupun Leo menginginkannya tapi dia tidak pernah memaksakan hasratnya kepadaku. Di sini sudah terlihat jelas bukan? Jika cintanya hanya untukku bukan untukmu. Dan denganmu?" Lervia menjeda ucapannya. Ia menatap Astrid dengan tajam.

" Aku rasa dia hanya nafsu." Tekan Lervia berhasil mencubit hati Astrid hingga perih.

" Kau... " Astrid menunjuk wajah Lervia dengan geram, Lervia tersenyum senang karena bisa mempermainkan emosi Astrid.

" Aku datang ke sini untuk memberikan kejutan untukmu." Lervia menatap Leo yang sedari tadi hanya diam saja. Entah apa yang sedang di pikirkan Leo, ia tidak peduli. Ia hanya tidak ingin menyia-nyiakan kue yang sudah ia beli dengan hasil jerih payahnya sendiri.

Leo tersenyum menatap Lervia yang sedang membuka kardus kue ulang tahunnya. Di sana tertulis namanya dengan jelas membuat hatinya trenyuh, ini kedua kalinya ia mendapat kue ulang tahun dari Lervia. Lervia mengangkat kue itu dengan kedua tangannya mendekati Leo.

" Selamat ulang tahun kekasihku sayang." Lervia nampak tersenyum saat mengucapkan kalimat itu. Leo tidak menyangka setelah ia menyakiti Lervia, Lervia masih mau memberikan kejutan dan senyuman manis untuknya.

" Terima kasih sayang." Ucap Leo sambil tersenyum.

Melihat itu hati Astrid pun memanas, ia mendekati Lervia dengan geram. Saat berada di samping Lervia, dengan sigap Lervia melempar kue itu tepat di wajah Astrid. Alhasil wajah Astrid kotor karena krim dari kue itu menempel di wajah dan rambutnya. Bahkan kue itu mengotori selimut bagian depan yang di pakai oleh Astrid. Leo menahan tawanya melihat semua itu.

" Lervia!!!!!" Teriak Astrid tidak terima.

" Sttt!!!! Tidak perlu berteriak sahabatku." Sahut Lervia menatap Astrid.

" Itu pantas untukmu. Hati, pikiran dan wajahmu sama sama kotor. Lalu kenapa hanya karena kue itu kamu marah marah hmm?" Ujar Lervia santai. Tidak tahu saja jika dalam hatinya ada amarah yang menggebu gebu. Namun ia harus bersikap santai supaya bisa bermain cantik.

" Sayang apakah hubungan kita masih berlangsung?" Tidak peduli dengan keadaan Astrid, Leo malah menanyakan kejelasan hubungannya dengan Lervia.

" Apa otak Leo bergeser banyak? Setelah apa yang dia lakukan padaku, dia masih menanyakan tentang hubungan kami? Benar benar tidak punya hati." Umpat Lervia dalam hati.

Astrid menatap keduanya dengan intens, ia juga ingin mendengar keputusan Lervia. Ia sangat berharap jika Lervia akan memutuskan Leo. Dengan begitu, ia akan bangga menjadi pemenangnya meskipun Leo lah yang seharusnya memilih.

" Hubungan kita berakhir sampai di sini, kau sudah menemukan seseorang yang kau cintai." Astrid melebarkan senyumannya mendengar apa yang telah Lervia katakan.

" Apa kita tidak bisa... "

" Dan kau Astrid." Ucap Lervia memotong ucapan Leo. Ia sudah muak terlalu lama berada dalam satu ruangan dengan dua pengkhianat itu. Ia harus segera pergi dari sana sebelum perutnya benar benar muntah.

" Kenapa denganku? Apa kau mau berterima kasih padaku karena telah membuat kekasihmu bahagia?" Pertanyaan itu keluar dari bibir Astrid dengan bangganya.

" Tentu saja." Sahut Lervia.

" Terima kasih karena telah menunjukkan siapa pria yang aku cintai ini. Dengan begitu aku bisa menilai di level mana pria yang menjadi kekasihku itu. Aku pikir dia berada di level teratas, tapi tidak tahunya dia berada di level paling rendah." Sinis Lervia melirik Leo. Ucapannya benar benar menohok hati Leo.

" Dan kau tidak perlu meminta maaf karena aku tahu bagaimana wanita sepertimu menyodorkan tubuhmu kepada mantan kekasihku."

" Karena apa? Karena sudah menjadi tradisi dan keturunan dalam keluargamu sejak dulu. Menjadi pelakor dalam hubungan orang lain."

Brak...

Lervia keluar dari kamar Leo sambil menutup pintu dengan keras. Meskipun hatinya terluka namun ia tersenyum senang karena bisa menghina wanita tidak malu seperti Astrid. Seperti yang Lervia katakan tadi, Astrid bukan berasal dari keluarga baik baik. Ibunya telah lama menjadi simpanan pria pria beristri.

Lervia terus berjalan meninggalkan rumah Leo. Rumah yang dulu sangat ingin ia datangi kini menjadi rumah yang sangat ia benci. Ia benci dengan kenangan yang Leo torehkan hari ini.

" Benar benar sial! Aku tidak terima ini. Aku tidak akan bilang biar karma yang membalasnya, tapi tanganku sendirilah yang harus membalasnya. Aku akan membuat keduanya hancur sehancur hancurnya seperti dia menghancurkan hatiku."

Balas dendam yang bagaimana yang akan Lervia lakukan? Ikuti kisahnya di bab selanjutnya...

Miss U All

To Be Continue...

MENYUSUN MISI BALAS DENDAM

Panas terik matahari menyengat menyinari bumi dan seisinya termasuk hati Lervia yang saat ini sedang kepanasan. Setelah pulang kerja ia harus mendapat kesialan karena bertemu dengan dua pengkhianat di parkiran minimarket, melihat Lervia berjalan mendekat, mereka segera memamerkan kemesraan mereka. Astrid mencium bibir Leo dengan mesra, dan Leo pun membalasnya dengan tak kalah mesra.

" Cih seperti tidak ada tempat lain saja, lihatlah tanpa malu mereka berciuman di tempat umum seperti ini. Ternyata keduanya sama sama murah." Lervia mengepalkan erat tangannya menahan rasa sakit yang menjalar dari hatinya menuju aliran darahnya, ia bersumpah akan melakukan apapun untuk membalas rasa sakit ini kepada mereka berdua.

" Vi lo baik baik saja?" Lea, sahabat Lervia satunya bertanya sambil mengelus lengan Lervia. Ia merasa bingung dengan apa yang ia lihat sekarang, namun menanyakannya pada Lervia bukanlah waktu yang tepat saat ini.

" Don't worry, i'm fine." Sahut Lervia menghela nafasnya. Ia harus terlihat kuat di depan makhluk tidak tahu malu itu.

Dengan langkah anggun, Lervia mendekati mereka berdua. Bukan.. Sebenarnya bukan mendekati mereka tapi mendekati sepeda motor yang sialnya berada di samping mereka.

" Vi, malam ini gue di ajak jalan sama Leo sekalian menemui papanya yang baru pulang dari luar negeri." Lervia terkejut dengan ucapan Astrid, bukan karena ia akan di perkenalkan dengan papanya Leo tapi lebih ke arah papanya Leo yang baru pulang dari luar negeri.

Selama ini Lervia tidak pernah bertemu dengan papanya Leo karena memang beliau tinggal di luar negeri, tapi sekarang papanya Leo kembali? Tiba tiba terbesit ide cemerlang yang melintas di dalam pikirannya. Ia tersenyum smirk sambil menatap Leo yang juga sedang menatapnya.

" Senyuman Lervi membuatku merinding, apa dia sedang merencanakan sesuatu setelah tahu papa akan pulang? Ah kenapa Astrid malah memberitahunya, selama ini kan aku tidak pernah mengenalkan Lervia pada papa, pasti dia semakin membenciku karena berpikir yang tidak tidak tentangku." Batin Leo merinding karena tidak biasanya Lervia menampilkan senyuman seperti itu.

" Saatnya aku beraksi untuk membalas dendamku kepadamu Leo. Lihat apa yang akan aku lakukan kepadamu dan kepada kekasihmu itu. Aku akan membuat hidupmu hancur karena kehilangan satu satunya orang yang kau cinta. Kau akan merasakan apa yang aku rasakan sekarang." Ujar Lervia di dalam hati.

" Hei kenapa kau melamun seperti itu? Apa kau sedang berencana menemui papanya Leo diam diam dan mengadukan perbuatan Leo kepadamu supaya papanya Leo bersimpati padamu dan meminta Leo kembali kepadamu?" Astrid menjentikkan jarinya di depan wajah Lervia membuat Lervia tersadar dari lamunannya.

" Jangan bermimpi Lervi, meskipun kau melakukan itu Leo tidak akan pernah mau kembali padamu. Bukan begitu sayang?" Ucap Astrid manja.

" I.. Iya sayang." Sahut Leo gagap membuat harga diri Lervia terinjak.

" Memangnya sepenting apa Leo untukku hingga aku harus mengadukan perbuatannya kepada papanya dan memintanya kembali padaku? Aku tidak sepertimu yang suka menghujatku demi mendapatkan perhatian Leo, mantan sahabat." Ucap Lervia menekan dua kata terakhirnya.

" Dan perlu kau ingat! Kalaupun Leo mau kembali padaku, aku yang tidak sudi menerimanya kembali. Karena bagiku sampah hanya akan berada di tempat sampah bukan di tempat yang bersih. Kau paham kan apa maksudku?" Sinis Lervia.

" Kurang ajar sekali kau, aku... "

Tidak mau meladeni makhluk tidak punya hati dan pikiran itu, Lervia mengajak Lea meninggalkan tempat itu dengan mengendarai motornya. Leo yang melihatnya pergi begitu saja merasa sakit karena di abaikan. Entah apa yang sedang ia rasakan saat ini, ia merasa nyaman dengan Astrid namun ia merasa berat kehilangan sosok wanita yang telah menemaninya selama ini seperti Lervia. Ada rasa penyesalan karena ia telah mengkhianati wanita yang dulu sangat ia cintai. Hanya karena menuruti nafsu dan egonya, ia kini terjebak dalam dilema.

" Ayo Leo! Aku harus ke salon dulu sebelum menemui papamu. Aku harus terlihat cantik supaya papamu mau menerimaku sebagai calon menantunya." Astrid menggandeng tangan Leo menuju mobilnya. Leo hanya mengikuti apa yang Astrid katakan, saat ini ia merasa kehilangan gairah hidupnya karena Lervia tidak bersamanya.

Lervia membelokkan motornya di sebuah coffe shop yang berada di pinggir jalan. Ia mengajak Lea duduk sambil minum kopi latte yang menjadi kesukaannya sambil melihat kendaraan yang berlalu lalang di depannya.

" Vi." Panggil Lea, Lervia menatap ke arahnya.

" Ya... Apa ada yang ingin kamu ketahui?" Lervia tahu benar jika sedari tadi di dalam pikiran sahabatnya ini ada tanda tanya besar tentang hubungan mereka bertiga.

" Leo selingkuh dariku, dan wanita tadi selingkuhannya yang tak lain sahabat kita sendiri." Lea tidak terkejut dengan ucapan Lervia karena ia sudah melihat dengan jelas semuanya. Ia juga sama sekali tidak heran dengan apa yang Astrid lakukan. Wanita sepertinya bisa menghalalkan segala cara demi mencapai keinginannya termasuk merebut kekasih sahabatnya sendiri.

" Lalu kau diam saja?" Tanya Lea.

" Tentu saja tidak, aku akan membalas perbuatan mereka sepuluh kali lipat lebih sakit dari apa yang aku rasakan saat ini." Sahut Lervia menggebu gebu. Lea tahu benar bagaimana sifat sahabatnya ini jika sudah tersakiti.

" Aku akan membantumu." Ucap Lea sambil menyeruput kopinya. Namun ia bingung, bagaimana ia bisa membantu sahabatnya jika masalah percintaan saja ia tidak tahu. Selama ini ia benar benar menjadi gadis polos yang tidak mengenal pacaran.

Tiba tiba Lervia teringat dengan ucapan Astrid tentang papanya Leo. Ia segera mengambil ponsel dari dalam tasnya lalu membuka aplikasi berita online. Bukankah papanya Leo seorang pengusaha sukses? Bahkan beliau merupakan orang terbesar di kota ini, jadi tidak sulit untuk mencari informasi tentangnya. Lervia menscroll layar ponselnya, matanya berbinar saat menemukan berita tentang peresmian perusahaan yang di bangun oleh papanya Leo di negara ini.

" Malam minggu jam delapan malam di hotel xx." Gumam Lervia membuat Lea heran.

" Ada apa sih? Ada apa di hotel mewah itu? Apa kau berencana mau ke sana? Kalau iya buang saja pikiranmu itu! Aku rasa tidak akan mungkin orang seperti kita bisa masuk ke sana, kecuali kalau lo mau bersih bersih di sana ha ha ha." Cerocos Lea sambil tertawa. Ia merasa lucu membayangkan Lervia menyanar menjadi tukang bersih bersih demi bisa masuk ke dalam hotel itu. Hotel mewah milik para pejabat dan petinggi perusahaan.

Lervia mengangguk anggukkan kepalanya karena kembali menemukan ide cemerlang untuk aksi balas dendamnya.

" Hei.. Kenapa malah manggut manggut gitu? Lo sedang joget tanpa di iringi musik?" Melihat sahabatnya yang menurutnya tidak normal membuat Lea semakin penasaran saja. Sebenarnya apa yang sedari tadi Lervia pikirkan.

" Lerviiiii" Teriak Lea dengan suara cemprengnya membuat gendang telinga Lervia terasa mau pecah. Ia bahkan sampai menutup kedua telinganya menggunakan tangannya.

" Apaan sih teriak teriak kayak di hutan aja." Cebik Lervia.

" Lagian elo di tanya malah manggut manggut gitu, bikin kesel aja deh." Sewot Lea kembali menyesap kopinya.

" Lo mau bantu gue kan?" Tanya Lervia menatap Lea yang menganggukkan kepala tanda ia setuju untuk membantunya.

" Gue punya rencana dan lo harus bantu gue." Sambung Lervia.

" Apa rencana lo?" Tanya Lea.

Lervia mendekatnya wajahnya ke telinga sahabatnya. Ia membisikkan sesuatu yang menjadi rencananya. Mata Lea membola mendengar apa yang sedang Lervia katakan padanya. Ia tidak pernah menyangka jika sahabatnya ini memiliki pemikiran kotor seperti itu.

" Apa????" Pekik Lea. Lervia segera menutup mulutnya supaya tidak ada yang mendengarnya.

" Tidak Vi, ini terlalu beresiko. Lo tidak boleh mengorbankan masa depan lo demi membalas sakit hati lo pada kedua makhluk durjana itu. Gue nggak rela Vi lo kawin sama tuh aki aki. Masa depan lo masih panjang, dan lo harus bisa meraih masa depan yang cerah bukan malah menikahi aki aki tua seperti papanya Leo." Lea terus mengoceh mengeluarkan ketidaksetujuannya dengan rencana Lervia.

" Yei... Justru dengan gue menikah sama papanya Leo, masa depan gue bakal terjamin Lea. Gue menikah dengan pengusaha sukses bukan dengan penggali kubur." Ucap Lervia.

Lea tersentak mendengar ucapan Lervia yang memang ada benarnya. Bagaimana ia bisa berpikir masa depan sahabatnya suram jika sahabatnya saja menikah dengan orang terkaya di negara ini? Lea memukul pelan kepalanya. Tapi apapun alasannya, Ia tidak rela Lervia memberikan hidupnya untuk seorang pria yang dua puluh lima tahun lebih tua darinya. Pria itu pantas di panggil ayah bukan di panggil suami.

" Malahan nih ya, kalau gue nggak ambil kesempatan ini yang ada gue nggak bakalan bisa nikah sama seorang pengusaha. Yang ada hidup gue bakal gini gini aja, jadi karyawan toko seumur hidup gue. Emang lo nggak mau lihat gue seneng gitu, banyak duit." Sambung Lervia memasang muka sedihnya.

Lea mengangguk anggukkan kepala membenarkan semua perkataan Lervia. Kapan lagi ada kesempatan seperti yang Lervia katakan tadi. Ya.. Lervia tidak boleh melepaskan kesempatan ini, kesempatan emas untuk membalas dendamnya kepada duo durjana itu. Benar benar tidak punya prinsip yang namanya Lea ini.

" Gimana? Lo mau bantu nggak?" Tanya Lervia menatap Lea.

" Oke siap, gue akan bantu lo sampai ke titik darah penghabisan." Sahut Lea memberi hormat kepada Lervia.

" Yei.. Emang gue mau perang apa, sampai ke titik darah penghabisan segala." Ucap Lervia terkekeh. Sahabatnya yang satu ini memang bisa membuat Lervia tertawa setiap saat. Selain otaknya yang sedikit somplak, ia juga suka bercanda.

" Baiklah mari kita susun rencana dengan matang, lo hanya punya waktu satu hari saja dari hari ini jadi kita harus menyusunnya dari sekarang. Dan pastikan rencana lo bakal berhasil" Ujar Lea mulai serius.

" Oke... Gua akan... "

Kira kira rencana apa nih yang akan Lervia lakukan? Ada yang bisa tebak? Tulis di kolom komentar ya, terima kasih

Miss U All...

TBC....

MISI DI MULAI

Akhirnya malam yang Lervia tunggu tunggu datang juga. Malam ini tiba waktunya acara peresmian perusahaan milik papanya Leo. Ia akan menjalankan rencananya bersama para krunya. Rencana harus berhasil sesuai apa yang ia inginkan karena ia telah menghabiskan semua tabungannya untuk membayar orang orang yang bekerja sama dengannya. Beruntung Lervia memiliki teman yang bekerja di hotel xx tersebut sehingga ia dan Lea berhasil masuk walaupun hanya sebagai pelayan saja di acara itu.

Tito, teman pria Lervia satu satunya yang akrab dengannya bekerja sebagai manager di hotel tersebut. Ia memiliki kuasa untuk mengatur jalannya acara yang di adakan oleh papanya Leo sehingga dengan mudah ia bisa membantu Lervia menjalankan rencananya. Namun semua ini ia lakukan bukan karena semata mata ingin membantu sesama, tentunya ada maksud lain, apalagi terhadap gadis yang selama ini menjadi pujaan hatinya, entah apa itu hanya dia sendiri yang tahu.

Dengan memakai seragam pelayan seperti pelayan lainnya, Lervia dan Lea nampak anggun dengan nampan di tangannya. Jangan lupakan masker penutup wajah mereka agar mereka tidak di kenali duo durjana saat mereka datang ke sana. Suasana ballroom hotel nampak sangat ramai di padati oleh ribuan tamu undangan. Dan berdasarkan informasi, acara akan segera di mulai. Sang pembawa acara sudah berdiri di depan podium dan mulai membuka acara peresmian perusahaan baru milik papanya Leo.

Acara ini hanya acara jamuan para tamu undangan saja, sedangkan acara potong pita akan di lakukan di perusahaan besok pagi. Acara pembukaan sudah selesai kini tiba acara penyambutan dari pemilik perusahaan AA Group dimana papanya Leo sebagai pembicara. Mendengar itu jantung Lervia berdetak sangat kencang, bahkan lima kali lipat dari biasanya. Keringat dingin mulai menetes di dahinya sebesar biji jagung, entah kenapa Lervia bisa seperti itu ia sendiri tidak tahu. Menyadari hal itu Lea menggenggam tangan Lervia seolah menyalurkan kekuatan dari sana.

" Tenang Vi, jangan gugup atau rencana ini tidak akan berhasil." Ucap Lea.

Lervia menarik nafasnya dalam dalam lalu menghembuskannya lewat mulut berharap debaran jantungnya kembali normal.

" Mari kita sambut pemilik AA Group, Tuan Adrian Anggara." Terdengar suara dari Sang pembawa acara di depan sana.

Lampu menyorot ke arah pintu yang terhubung dengan lorong kamar yang di huni oleh papanya Leo. Semua mata tertuju ke sana menantikan seseorang yang telah lama mereka tunggu tunggu sebagai puncaknya acara. Tak lama pintu pun terbuka, nampak dua bodyguard berbadan kekar membungkukkan badan pada seorang pria yang mereka yakini sebagai Tuan Adrian.

Seorang pria berjalan dengan gagahnya menuju panggung sambil melempar senyuman yang terlihat begitu manis di mata para wanita. Lervia tertegun melihatnya, matanya melotot lebar sambil meneguk kasar salivanya. Jika ia tidak menggunakan masker saat ini semua orang bisa melihat mulutnya yang terbuka lebar. Ia begitu kagum melihat sosok pria matang yang menjadi sasarannya. Begitupun dengan sahabat di sampingnya. Ia benar benar terpesona dengan sosok pria yang saat ini sedang menjadi perhatian semua orang.

" Gila Vi, itu mah bukan aki aki namanya tapi sugar daddy." Ujar Lea tanpa mengalihkan pandangannya.

" Iya Le, gue nggak nyangka kalau bokap Leo setampan dan semuda ini. Gue pikir dia setua almarhum ayah gue karena mereka seumuran, ternyata benar benar menawan Le." Sahut Lervia memperlihatkan kekagumannya.

" Kalau gini mah gue juga mau Vi jadi istrinya. Biar gue aja yang gantiin lo Vi." Lea mulai berandai andai dalam pikirannya.

" Emang lo mau jadi ibu tiri Leo." Ujar Lervia.

" Idih sorry ya.. Gue mau jadi istri papanya Leo tapi gue nggak mau jadi ibu tirinya Leo." Memang dasar si Lea super somplak jadi pikirannya ya begitu. Mana bisa menikahi papanya tapi menolak menjadi ibu tiri anaknya, menang ada ada saja.

" Gak bisa gitu dodol." Lervia menoyor kepala Lea pelan agar sahabatnya ini sadar dengan kekonyolannya.

" Eh bener juga ya." Ujar Lea nyengir.

Di depan sana Adrian mulai memberikan sambutannya. Gerakan bibirnya terlihat sensual di mata Lervia membuat niatnya semakin menggebu untuk mendapatkan pria matang di depan sana.

Seorang duda empat puluh tahun yang memiliki tubuh tinggi, kulit putih, hidung mancung dan senyuman yang menawan membuat para wanita yang hadir meneriakkan namanya. Acara kali ini bukan lagi seperti acara peresmian tapi lebih mirip acara konser sebuah boy band ternama. Sering kali Adrian melempar senyuman kepada mereka membuat mereka semakin melayang, bahkan mereka tidak menyadari umur yang sudah tidak muda lagi.

Setelah memberikan sambutan, tiba pada acara jamuan makan malam. Adrian meminta seluruh tamu undangan untuk menikmati hidangan yang sudah di sediakan pihak hotel. Saat ini adalah saat yang tepat untuk Lervia memulai rencananya. Rencana busuk yang tidak pernah terpikirkan olehnya untuk melakukannya sebelumnya.

" Saatnya kita beraksi Le." Bisik Lervia di balas acungan jempol oleh Lea.

Lea membawa sebuah nampan berisi jus anggur menuju ke arah Adrian yang sedang berbincang dengan rekan bisnisnya. Meskipun tangannya gemetaran karena takut ketahuan tapi Lea tetap bersikap setenang mungkin layaknya seorang pelayan profesional.

" Maaf tuan Adrian, saya di minta oleh tuan Leo untuk memberikan minuman ini pada anda." Lea menyodorkan nampannya ke arah Adrian.

" Terima kasih." Tanpa banyak bicara Adrian mengambil gelasnya. Begitulah Adrian, ia tipe orang yang simple, pendiam dan tidak banyak bicara.

Lervia tersenyum melihatnya, beruntung Leo pernah cerita kalau papanya suka dengan jus anggur hingga memudahkan rencananya. Lea kembali berdiri di samping Lervia sambil terus mengawasi Adrian. Ia celingak celinguk takut Leo datang mengacaukan rencananya. Namun sedari tadi tidak kelihatan batang hidungnya, mungkin sedang asyik bercumbu dengan kekasihnya, pikir Lervia.

Lima belas menit kemudian, Adrian mulai nampak gelisah. Sering kali ia menyeka keringat di dahinya. Lervia yakin jika obat yang telah ia campurkan ke dalam jus Adrian mulai bereaksi. Merasa tidak enak badan, ia pamit kepada rekan kerjanya untuk kembali ke kamarnya. Melihat hal itu Lervia bersorak dalam hatinya.

Tanpa membuang waktu Lervia segera mengikuti Adrian dari jauh supaya tahu dimana kamarnya. Setelah Adrian masuk ke dalam kamar vvip nomer tiga, Lervia segera menelepon rekannya. Lervia tidak takut berdiri di depan kamar Adrian karena Tito telah mematikan CCTV yang berada di lorong kamar tersebut. Tak lama seorang wanita berpakaian seksi mendekat ke arahnya.

" Sekarang giliranmu, padamkan lampunya dan ingat! Jangan sampai tuan Adrian melihat wajahmu atau rencanaku akan gagal. Dan kau konsekuensinya kan? Kau harus mengembalikan uangku tiga kali lipat." Ucap Lervia pada wanita itu.

" Beres mbak." Sahut Wanita yang memiliki postur tubuh mirip dengan Lervia. Lervia pintar mencari umpan, ia menyewa wanita yang memiliki postur tubuh yang sama dengannya hingga tidak ada yang bisa membedakan mereka jika di lihat dari jauh.

Wanita itu berencana membuka pintunya, namun belum sempat pintu terbuka seorang penjaga mengagetkan mereka berdua.

" Sedang apa kalian di sini?"

Lervia memejamkan matanya sambil berpikir mencari jawaban yang tepat agar penjaga itu tidak curiga. Lervia berbalik badan menatap penjaga bertubuh gempal itu.

" Tuan Adrian meminta saya membersihkan kamarnya sebelum beliau kembali Pak." Sahut Lervia.

" Mudah mudahan bapak ini tidak tahu kalau tuan Adrian ada di dalam." Batin Lervia.

" Lalu dia?" Penjaga menunjuk wanita di sebelah Lervia.

" Ini teman saya Pak yang akan menggantikan saya di shift berikutnya, berhubung dia anak baru maka saya akan mengajarinya lebih dulu." Dusta Lervia.

" Baiklah, setelah selesai segera tinggalkan kamar ini." Tanpa rasa curiga penjaga itu pun berlalu dari sana membuat Lervia bisa bernafas lega.

" Buruan masuk! Ingat jangan sampai gagal! Setelah tugasmu selesai segera kabari aku, maka aku yang akan menyelesaikannya." Ujar Lervia di balas acungan jempol oleh wanita itu.

Setelah wanita itu masuk, Lervia bersembunyi di kamar yang telah Tito siapkan, yaitu di depan kamar Adrian. Ia membaringkan tubuhnya di atas ranjang menatap langit langit kamar. Ia tersenyum senang membayangkan rencananya sebentar lagi berhasil.

" Semoga rencanaku berhasil, dengan begitu tidak sia sia aku menyewa wanita malam itu." Gumam Lervia.

Ya.. Lervia menggunakan jasa wanita malam sebagai umpannya. Ia akan membuat seolah olah dirinya lah yang di jamah oleh Adrian. Meskipun ia bertekad mendapatkan Adrian, tapi ia tidak sudi memberikan tubuhnya kepada orang yang belum tentu menjadi suaminya. Masalah jika suatu saat nanti kebohongan ini terungkap, akan ia pikirkan nanti. Yang jelas saat ini ia harus bisa mendapatkan Adrian.

Berhasil gak ya rencana Lervia? Tunggu jawabannya di bab berikutnya ya...

Miss U All...

TBC

Author kasih visual Adrian dan Lervia ya... semoga kalian suka..

Duren mapan nih....

Yang ini gadis cerdik ya... Kalau gak suka bayangin sendiri aja...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!