NovelToon NovelToon

Kejar Daku Kau Kujerat

Merantau ke Jakarta

Alden membuka pintu lemari, lalu memilih dan mengeluarkan beberapa pakaian dari dalamnya. Saat tengah melakukan itu, pintu kamarnya terketuk. Dari arah luar, masuk Alisha. Mata Alisha langsung tertuju pada pakaian sang anak yang ada di atas kasur. Di sebelahnya terdapat koper yang masih kosong dan dibiarkan terbuka.

“Belum selesai, Al?”

“Baru juga mulai beres-beres ma, hehehe..”

“Sini mama bantu.”

Alisha membantu melipat pakaian dan memasukkannya ke dalam koper. Alden baru saja menyelesaikan kuliahnya dan menyandang gelar Sarjana Hukum. Dia langsung mengikuti seleksi sebagai CPNS di Kejaksaan RI dengan formasi sebagai jaksa. Berkat otak encernya, dia berhasil diterima dan sekarang harus mengikuti pendidikan Jaksa Penuntut Umum di Jakarta. Pria itu akan berada di sana, antara delapan bulan sampai satu tahun. Alden yang sejak duduk di bangku SMA bercita-cita sebagai Jaksa, perlahan mulai mencapai impiannya.

Viren sudah menyiapkan satu unit apartemen untuk anaknya tinggal selama di Jakarta. Juna juga sudah menyiapkan satu buah mobil untuk aktivitas cucunya. Sepenuh hati Juna mendukung keinginan cucunya yang ingin bercita-cita menjadi abdi negara, seperti Azzam. Kevin yang awalnya tidak setuju, akhirnya merelakan cucunya menjalani pilihannya.

“Kalau libur, jangan lupa pulang.”

“Iya, ma. Kan Bandung – Jakarta ngga jauh.”

“Pokoknya harus sering-sering kasih kabar.”

“Iya, mamaku sayang.”

Alden menghentikan apa yang dilakukannya, kemudian memeluk wanita yang sudah mengandung dan melahirkannya. Wajar saja kalau Alisha terus mengingatkan anaknya untuk memberi kabar atau pulang di saat libur, wanita itu belum pernah berpisah lama dari anak bungsunya ini.

Selesai membantu Alden mengurus barang bawaannya, Alisha mengajak anaknya keluar kamar. Dia juga sudah menyiapkan makanan yang bisa dibawa Alden ke Jakarta nanti. Vanila juga menyempatkan diri membuatkan makanan untuk adiknya. Alden menuju ruang tengah. Di sana, Juna dan Nadia tengah duduk sambil menonton televisi. Pria itu duduk di antara kakek dan neneknya.

“Persiapanmu sudah selesai?” tanya Juna.

“Sudah, grandpa.”

“Baik-baik ya, selama di Jakarta. Jaga pergaulan, jangan sampai terbawa pergaulan yang tidak baik.”

“Iya, grandma sayang.”

“Teman satu kampusmu, siapa saja yang ikut ke Jakarta?”

“Cuma Yonas aja.”

“Dia tinggal di mana selama di Jakarta?”

“Belum tahu.”

“Kalau dia belum punya tempat tinggal, ajak saja tinggal bersamamu.”

“Iya, grandpa.”

Alden memang berencana mengajak Yonas tinggal bersamanya. Uang untuk biaya sewa selama tinggal di Jakarta bisa digunakan untuk keperluan lain.

“Jangan lupa, pulang dari Jakarta, bawa calon istri,” sambar Vanila yang baru saja datang. Wanita itu mencium punggung tangan Juna dan Nadia bergantian kemudian mendudukkan diri di samping Nadia.

“Ck.. gue ke Jakarta buat belajar ya, bukan cari jodoh.”

“Ya sambil menyelam nangkep ikan, emangnya ngga bisa? Atau jangan-jangan lo ngga laku ya.”

“Sembarangan. Kaga lihat muka gue ganteng?’

“Ya ganteng lah, lo kan laki. Kalau cantik berarti perempuan.”

Alden hanya berdecak saja. Kakak satu-satunya ini tidak pernah mau mengakui kegantengannya. Walau sampai sekarang dia masih berstatus jomblo, tapi bukan berarti tidak ada perempuan yang mau padanya. Hanya saja pria itu sekarang tengah berkonsentrasi meraih cita-citanya.

“Tenang aja, kalau pulang dari Jakarta dia masih jomblo, grandpa dan kakek Abi siap mencarikan jodoh buat dia.”

“Oh iya, sampai lupa. Grandpa sama kakek Abi kan udah buka biro jodoh, hihihi..”

Vanila terkikik sendiri mendengar ucapannya. Sejak pensiun, aktivitas pandawa lima berubah haluan. Dari yang semula adalah pengusaha, menjadi pak comblang. Sudah banyak pasangan yang berhasil disatukan oleh mereka. Tapi tentu saja, klien mereka adalah cucu sendiri.

🍄🍄🍄

Keesokan paginya, Alden sudah bersiap untuk berangkat ke Jakarta. Barang-barang pria itu sudah semuanya masuk ke dalam bagasi, termasuk bekal makanan yang sudah disiapkan oleh Alisha juga sudah masuk. Alden hanya tinggal menunggu Yonas yang masih dalam perjalanan. Rencananya pria itu akan pergi bersama dengan Yonas.

Tak butuh waktu lama, orang yang ditunggu muncul juga. Yonas turun dari taksi online yang ditumpanginya. Dia membawa sebuah koper berisi pakaian, tas ransel berisi keperluannya yang lain dan juga tas berisi laptop. Alden segera membukakan bagasi untuk barang-barang temannya itu.

“Sudah siap semua? Tidak ada yang ketinggalan?” tanya Alisha.

“Ngga ada, ma.”

“Hati-hati di sana, Al. Belajar yang benar. Pilih teman yang bisa membawamu pada kebaikan.”

“Siap, pa.”

Satu per satu Alden menyalami Alisha, Viren, Juna dan Nadia. Yonas pun ikut menyalami keluarga dari temannya itu. Dia beruntung Alden menawarkan tempat tinggal selama di Jakarta. Dengan begitu dia bisa mengirit pengeluaran. Alden mendekati Vanila yang sengaja datang untuk melepaskan kepergiannya.

“Kak, gue pergi dulu, ya.”

“Hati-hati, Al. Jangan lupa makan dan jaga kesehatan.”

“Iya, kakak juga. Jangan terlalu capek.”

Alden memeluk Vanila. Hubungan keduanya memang dekat. Walau kadang keduanya sering terlibat perdebatan, namun nyatanya keduanya saling menyayangi. Alden melepaskan pelukannya, kemudian menghampiri Rakan yang juga ikut mengantarnya pergi. Rakan memeluk adik iparnya itu seraya menepuk pelan punggungnya.

“Sukses buat karirmu. Kalau abang ke Jakarta, abang sempatkan untuk menengokmu.”

“Iya, bang. Makasih. Aku titip kak Ila.”

“Iya, tenang aja.”

Dari arah rumah Abi, nampak Gilang datang mendekat dengan keranjang yang sudah dibungkus kertas kado transparan. Sambil melemparkan cengiran khasnya, pria itu mendekati Alden yang sudah bersiap untuk pergi.

“Bang.. udah mau pergi?” tanya Gilang.

“Iya.”

“Weh ada studio foto,” Gilang melihat pada Yonas yang nampak mengernyitkan keningnya.

“Studio foto?” tanya Yonas.

“Yoi.. nama abang kan sama kaya nama studio foto di jalan Banda, hahaha..”

“Asem.”

Gilang tertawa puas melihat kekekian di wajah Yonas. Kemudian pria itu menyerahkan bingkisan yang sedari tadi berada di tangannya pada Alden.

“Apaan ini?”

“Bekal dari gue, bang.”

Alden memandangi keranjang buah yang isinya hanya jagung rebus sebanyak lima buah.

“Lo kaga niat banget ngasih gue beginian.”

“Eh jangan salah. Itu jagung rebus bisa buat ganjel perut. Bisa digerogotin sambil nyetir. Udah gitu ini makanan ngetop, sampe ada lagunya.”

“Oh yang liriknya bikin salfok,” ceplos Yonas.

“Ketika dibuka bajunya, kelihatan bulunya. Idiih.. idiih.. terlihat pula bijinya. Bentuknya ada yang panjang, juga ada yang pendek. Idiih.. idiih… tapi banyak yang suka.”

Gilang menaruh kepalan tangan di depan mulutnya. Dia menyanyikan lagu jagung rebus yang liriknya sukses membuat orang yang mendengarnya traveling otak. Alden hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tingkah saudara sepupunya yang gilanya tidak ada obatnya.

“Ma, pa, grandpa, grandma, kak Ila, bang Rakan aku pergi dulu. Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam. Hati-hati sayang,” seru Alisha.

“Sama gue kaga pamit, bang?” protes Gilang.

“Males.”

Alden segera masuk ke dalam mobil bersama dengan Yonas. Pria itu menurunkan kaca jendela setelah menyalakan mesin mobil. Sambil melambaikan tangannya pria itu menjalankan kendaraan roda empatnya. Dia sudah siap merantau ke Jakarta untuk mengikuti pelatihan sebagai langkah awal untuk mencapai cita-citanya sebagai Jaksa.

🍄🍄🍄

Haiii.. Cerita baru sudah hadir. Kisah sepupu Azzam yang masih menjomblo pada jamannya. Jangan lupa like, komen dan rate bintang 5 ya.

Karena masih bingung dengan sistem retensi NT. Berdasarkan pengalaman Azzam, aku akan libur per 4 hari ya. Ini salah satu cara yg aku pakai biar retensi nya sampai target. Terima kasih🤗

Bantuan Kecil

Hari pertama pendidikan sebagai Jaksa Penuntut Umum dimulai. bersama dengan Yonas, Alden berangkat ke kantor Kejaksaan Republik Indoneisa yang berada di daerah Kebayoran Baru. Letak kantor Kejaksaan tersebut tidak terlalu jauh gedung apartemen tempat Alden tinggal. Viren memang sengaja mencari tempat yang dekat dengan kantor tersebut atas rekomendasi Rakan.

Kuota yang disediakan pihak Kejaksaan untuk CPNS tahun ini sebanyak 2000 orang. Alden termasuk CPNS yang masuk melalui jalur cumlaude, sementara Yonas melalui jalur umum. Dari 2000 orang, hanya sepuluh persennya saja atau 200 orang yang masuk melalui jalur cumlaude, termasuk Alden. Di kantor ini mereka akan bertemu dengan para sarjana hukum dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Dari Bandung sendiri mengirimkan 50 orang.

Sebelum memulai pendidikan, seperti biasa, mereka akan berkenalan lebih dulu. setelah berhasil mengikuti seleksi dan terpilih sebagai CPNS, Alden akan menjalani masa pelatihan atau yang biasa disebut masa prajabatan. Selama satu tahun ini dia akan mengikuti latihan dan mempersiapkan diri untuk tugas-tugas yang lebih berat. Selama masa prajabatan, Alden juga akan menjalani pendidikan intensif selama satu bulan.

CPNS untuk mengisi formasi jaksa lebih banyak didominasi oleh kaum adam. CPNS wanita mungkin hanya sekitar sepuluh persen saja dari keseluruhan CPNS yang diterima di Kejaksaan Negeri Republik Indonesia. Nampak dua orang gadis mendekati Alden dan Yonas. Sejak acara pembukaan, mereka memang terlihat mencuri pandang pada Alden. Maklum saja, mungkin karena usia Alden yang masih muda dan wajahnya yang tampan.

“Hai..” sapa salah satu gadis itu.

“Kalian sedang ikut prajabatan juga?” tanya Yonas.

“Iya.”

“Kenalin, aku Yonas. Ini temanku, Alden.”

Kedua gadis itu segera menyambut uluran tangan dua pia di depannya sambil menyebutkan nama masing-masing. Kedua gadis itu adalah Kartika, dia berasal dari Tangerang. Usianya baru 22 tahun. Yang kedua adalah Niluh, berasal dari Bali, usianya 24 tahun. Ini tahun ketiganya mencoba peruntungan sebagai CPNS dan akhirnya di terima.

“Semoga kita bisa berteman dekat ya,” ujar Kartika.

“Aamiin.. kalian tinggal di mana?”

“Aku di Bintaro, kalau Niluh kost-nya ngga jauh dari sini. Kalian di mana?”

“Di apartemen Boulevard.”

“Oh ngga jauh dari sini ya. Kalian ke sini pakai mobil atau jalan kaki?”

“Jalan kaki, kan tinggal jalan sedikit terus naik jembatan penyebrangan.”

“Enak ya. Kalau aku harus berangkat pagi. Soalnya pasti macet banget,” seru Kartika.

Dalam waktu singkat keempatnya langsung membaur dengan baik. Kartika dan Niluh adalah gadis supel, jadi tidak sulit berteman dengan mereka. Begitu pula dengan Yonas yang aktif berbicara. Meskipun lebih banyak diam, namun sikap Alden tidak ketus seperti kebiasaannya waktu kuliah. Dia sadar kalau masuk ke dunia kerja, maka dirinya harus lebih bisa bersikap fleksibel.

Percakapan seru di antara mereka harus segera berakhir karena waktu untuk pelatihan sudah dimulai. Mereka segera memasuki ruangan untuk menjalani pelatihan. Kebetulan pula keempatnya berada dalam satu ruangan yang sama.

🍄🍄🍄

Tidak terasa satu bulan sudah Alden dan Yonas berada di Jakarta. Alden belum bisa kembali ke Bandung karena banyak tugas yang harus diselesaikannya. Dia mendapat banyak contoh kasus yang membutuhkan analisanya. Bersama dengan Yonas, Alden kerap berdiskusi membahas kasus beku yang jumlahnya tidak sedikit.

“Al.. gimana kalau kita jalan-jalan? Biar ngga nge hang otak lihat tumpukan berkas mulu.”

“Boleh-boleh. Nanti aja abis ashar, biar tenang jalannya. Lagian tinggal lima menit lagi.”

Yonas mengiyakan apa yang diusulkan sahabatnya. Sejak bergaul dengan Alden, pria itu jadi lebih rajin menunaikan ibadah shalat lima waktu. Dia kagum pada Alden yang berasal dari keluarga konglomerat, berwajah tampan dan berotak encer, tapi tidak pernah lupa menjalankan kewajibannya.

Usai melaksanakan shalat ashar, keduanya segera keluar dari unit apartemen yang mereka tinggali. Alden bermaksud berjalan-jalan ke daerah blok M bersama dengan Yonas. Pria itu menjalankan kendaraan roda empatnya keluar dari parkiran gedung apartemen yang ditinggalinya.

Di hari libur, banyak warga Jakarta, khususnya kawula muda yang menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan atau nongkrong di café bersama teman-temannya. Alden dan Yonas memasuki sebuah kedai kopi yang sore ini cukup ramai didatangi pengunjung.

“Jalan, yuk,” ajak Yonas.

“Kemana?”

“Keliling aja. Sekalian cuci mata lihat barang-barang yang dijual atau cari kulineran khas Betawi.”

“Boleh.. boleh.”

Alden mengambil gelas kopi miliknya, kemudian keluar dari kedai tersebut bersama dengan Yonas. Mereka bermaksud menuju taman yang letaknya sekitar tiga ratus meter dari tempatnya sekarang. Di sana banyak gerobak pedagang makanan berkumpul. Alden mengambil jalan yang tidak banyak dilalui orang untuk sampai ke taman. Tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan suara teriakan seseorang.

“BERHENTI!!”

Refleks kedua pria itu menolehkan kepalanya ke belakang. nampak seorang pria berlari ke arah mereka, dan dari arah belakang seorang pria mengejarnya.

“BERHENTI!!”

Teriakan terus keluar dari mulut Zayn yang tengah mengejar buruannya. Lelaki tegap itu terus berlari memburu orang yang menjadi incarannya selama seminggu ini. Pria berambut ikal itu terus berlari. Sebisa mungkin menjauh dari kejaran Zayn. Dia harus bisa menyelamatkan diri kalau tidak mau mendekam di dalam penjara.

Pria bernama Felix itu terus menolehkan kepalanya ke belakang, memastikan menjaga jarak aman dari Zayn. Namun kaki Zayn yang lebih panjang darinya, membuat pria itu bisa memangkas jarak yang tadinya cukup jauh. Felix meraih apapun yang ada di dekatnya kemudian melemparkannya pada Zayn.

BUK

Sebuah botol air mineral yang masih menyisakan air setengah di dalamnya tepat mengenai kening Zayn, membuat pria itu meringis dan menghentikan langkahnya sejenak.

“Shit!”

Zayn mengusap keningnya yang sedikit nyeri kemudian kembali mengejar buruannya. Beberapa kali dia terpaksa menghindari barang-barang yang berterbangan ke arahnya. Pria itu mempercepat larinya.

Ketika Felix semakin mendekati Alden, dengan cepat Alden menjulurkan kakinya untuk menahan pergerakan Felix. Namun pria itu berhasil menghindarinya. Alden ikut mengejar kemudian menendang punggung pria itu hingga jatuh tersungkur.

BUGH

Tubuh Felix mencium aspal. Bersamaan dengan itu, Zayn sampai di belakangnya. Melihat Zayn, Felix berusaha bangun namun tendangan pria itu kembali membuatnya tersungkur. Zayn mendekat kemudian menekan punggung Felix dengan lututnya.

“Aaaarrgghhh…” Felix mengerang kesakitan.

Zayn menarik kedua tangan Felix ke belakang, diraihnya borgol yang ada di saku belakang celananya kemudian memborgol kedua tangan Felix. Dia berdiri kemudian menarik tubuh Felix. Dengan kasar ditariknya tubuh Felix. Beberapa anak buahnya yang tadi ikut mengejar tersangka sampai di dekatnya. Zayn mendorong tubuh Felix dan ditangkap oleh Tomi.

“Bawa ke kantor.”

Tomi menganggukkan kepalanya, lalu menyeret Felix yang masih berusaha memberontak. Di belakangnya Zayn berjalan mengekor seraya mengusap keningnya yang berkeringat. Tak sia-sia pengintaiannya selama seminggu. Akhirnya salah satu bandar judi online berhasil dibekuknya. Sepeninggal Tomi, Zayn melihat pada Alden, pria yang sudah membantunya tadi menangkap buruannya. Zayn segera mendekati Alden.

“Terima kasih,” ujar Zayn.

“Sama-sama. Hanya bantuan kecil.Senang bisa membantu.”

Zayn menganggukkan kepalanya, kemudian dia segera meninggalkan Alden dan Yonas. Menyusul Tomi dan beberapa anak buahnya yang lebih dulu membawa Felix ke kantor tempatnya bertugas.

🍄🍄🍄

Ada yang tahu Zayn itu anaknya siapa?

Teringat Mantan

“Aku mau kita putus!” cetus Felicia.

Felicia adalah kekasih dari Zayn, Sudah dua tahun mereka menjalin hubungan. Namun hubungan mereka tidak sama seperti pasangan lainnya. Selain tidak pernah melakukan kontak fisik, selama dua tahun bersama, mereka lebih sering bertengkar ketimbang akurnya.

“Apa alasanmu?” tanya Zayn.

Ini sudah ke sekian kalinya Felicia meminta putus darinya. Bukannya terlalu cinta yang membuat Zayn tidak menerima ajakan putus Felicia. Namun dia sudah berjanji pada sang ayah, Nick untuk tidak mempermainkan hubungan. Apalagi Felicia sudah tidak mempunyai orang tua lagi. Zayn merasa sudah kewajibannya untuk menjaga dan melindungi gadis itu.

“Kamu terlalu posesif!”

“Aku tidak pernah melarangmu melakukan apapun. Aku hanya memintamu memilih teman dan pergaulan yang baik. Apa itu salah? Sebagai seorang perempuan, kamu juga harus menjaga penampilanmu. Jangan sampai memancing hasrat lelaki saat melihatnya.”

“Kamu terlalu banyak mengaturku, dan kamu juga tidak punya banyak waktu untukku. Bagimu, aku hanya nomor sekian setelah pekerjaan dan yang lain.”

Zayn menghela nafas panjang. Apa yang dikatakan oleh Felicia benar adanya. Dia memang tidak punya banyak waktu untuk gadis itu. Karir Zayn di kepolisian memang terbilang cemerlang. Di usia 21 tahun dia sudah menyelesaikan pendidikan Akpol dan langsung ditarik ke bagian reskrim karena otak encernya. Wajar saja kalau waktunya banyak dihabiskan di tempat kerjanya. Namun begitu dia selalu berusaha meluangkan waktu untuk kekasihnya itu.

“Ok.. kalau soal waktu, aku minta maaf karena tak bisa punya banyak waktu untukmu.”

“Akhirnya kamu mengakuinya juga. Pokoknya aku mau putus! Aku sudah tidak mencintaimu lagi!”

Setelah mengatakan itu, Felicia segera masuk ke dalam mobilnya lalu menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Tentu saja Zayn terkejut dibuatnya. Takut sesuatu terjadi pada Felicia, pria itu segera menyusulnya. Dia segera masuk ke dalam mobilnya dan segera menyusul mobil Felicia yang sudah melesat lebih dulu.

Kejar-kejaran segera terjadi. Zayn menambah kecepatan mobilnya. Dia sudah tertinggal jauh dari Felicia dan hampir kehilangan jejaknya. Pria itu terpaksa menginjak pedal rem ketika lampu di depannya berubah merah. Matanya terus menatap mobil yang dibawa Felicia yang terus melaju ke arah depan.

Begitu lampu berubah hijau, Zayn langsung tancap gas. Dia terus melajukan mobilnya mencari keberadaan kendaraan Felicia. Sekitar tiga ratus meter di depannya, dia melihat mobil Felicia berbelok ke kanan. Zayn menekan pedal gas lebih dalam lagi. Dia sedikit menurunkan kecepatannya ketika berbelok ke kanan. Baru saja mobilnya berbelok, dia melihat mobil milik Felicia berjalan tak tentu arah. Kendaraannya oleng ke kanan dan kiri, kemudian menghantam jembatan yang ada di sisi kiri jalan. Felicia tidak bisa mengendalikan mobilnya yang terjun ke bawah jembatan.

CIIIIITTTTT

Zayn mengerem mobilnya kuat-kuat. Kemudian pria itu segera berlari menuju jembatan. Mobil milik Felicia jatuh ke kali yang ada di bawah jembatan, menghantam sebuah batu besar dan tak lama kemudian terdengar ledakan keras. Mobil tersebut meledak.

“FELIIIII!!!”

Zayn terbangun dari tidurnya. Nafasnya nampak terengah, keringat membasahi sekujur tubuhnya. Pria itu menyusut keringat yang membasahi keningnya. Peristiwa kecelakaan yang menimpa Felicia terjadi dua tahun lalu, namun rasanya baru kemarin itu terjadi. Zayn mengambil gelas yang ada di atas nakas, lalu meneguknya sampai habis. Pria itu bangun dari duduknya kemudian membuka kaos yang dikenakannya.

Zayn melemparkan kaos yang basah oleh keringat itu ke keranjang pakaian kotor yang ada di pojok ruangan, kemudian melangkah menuju lemari. Di punggung kekar Zayn terdapat sebuah luka tembak, tepat berada di bahu sebelah kirinya. Luka itu didapat ketika dirinya bertugas menjadi tentara perdamaian di Afrika. Setahun setelah kematian Felicia, Zayn memutuskan untuk bergabung dengan tentara perdamaian.

Saat itu wakil presiden tengah mengadakan lawatan ke negara tempatnya bertugas. Tiba-tiba terjadi serangan pemberontak. Zayn berhasil menyelamatkan nyawa wakil presiden yang hampir saja terkena tembakan dengan menjadikan punggungnya sebagai tameng.

Berkat aksi heroiknya, nyawa wakil presiden berhasil diselamatkan, namun dirinya harus menjadi penghuni rumah sakit hampir sebulan lamanya. Sepulang dari Afrika, pria itu menerima penghargaan sekaligus kenaikan pangkat khusus. Di usianya yang baru menginjak 26 tahun dirinya sudah menyandang pangkat AKP atau dulu biasa disebut Kapten.

Selesai berganti pakaian, Zayn segera masuk ke kamar mandi. Waktu menunjukkan pukul tiga lebih sepuluh menit. Yakin tidak bisa tidur kembali, Zayn memilih untuk menunaikan shalat tahajud untuk menenangkan diri. Sejak kepergian Felicia, pria itu memang sering bermimpi tentang kejadian naas yang menimpa kekasihnya. Sejak saat itu juga Zayn tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun lagi. Menenggelamkan diri dalam pekerjaan.

🍄🍄🍄

Alden dan Yonas baru saja menyelesaikan pelatihannya. Mereka segera menuju mushola untuk menunaikan shalat dzuhur. Setelah shalat keduanya mencari makanan untuk mengganjal perut mereka. Ketika sedang berjalan, telinga keduanya menangkap suara orang tengah berdebat.

“Kenapa kamu sampai bisa kehilangannya? Apa kamu tahu berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk menangkapnya?” berang Zayn pada salah satu jaksa yang berdiri di depannya. Jaksa tersebut baru saja kalah di persidangan, dan tersangka yang susah payah ditangkap oleh Zayn dibebaskan begitu saja.

“Kamu tahu kalau kami kekurangan bukti.”

“Kurang apalagi? Kami sudah memberi semua buktinya!”

“Itu hanya bukti tidak langsung! Aku butuh sesuatu yang lebih meyakinkan untuk mengirimnya ke balik jeruji. Lagipula senjata pembunuhnya tidak ada!”

“Aku sudah memberikannya padamu, dan anak buahmu menghilangkannya!!”

“Zayn.. sudahlah.”

Atasan Zayn segera menenangkan anak buahnya ini. Dia segera membawa Zayn jauh dari jaksa tersebut. Sudah menjadi rahasia umum kalau Zayn kerap terlibat adu mulut dengan jaksa penuntut umum karena mereka sering kehilangan tersangka di pengadilan akibat kurangnya bukti atau ketidakmampuan mereka meyakinkan hakim untuk menjatuhkan hukuman.

“Zayn.. sudahlah. Kamu tidak perlu mengurus kasus itu lagi. Surat pemindahanmu sudah keluar. Lusa kamu sudah dipindahkan ke kantor reskrim di Bandung.”

“Bapak sengaja menyingkirkanku?”

“Bukan begitu. Di sana ada posisi kosong untukmu. Lagi pula kalau kamu tetap di sini, dengan sikapmu yang seperti ini tidak baik untukmu. Karirmu akan terhambat atau bisa jadi nyawamu yang melayang. Kembalilah ke Bandung, di sana lebih cocok untukmu.”

Dengan kesal Zayn segera meninggalkan atasannya. Karena tidak melihat jalan, tanpa sengaja dia menyenggol bahu Alden. Pria itu mengangkat kepalanya. Untuk sejenak dia terdiam menatap pada Alden.

“Kamu.. yang waktu itu membantuku menangkap tersangka?”

“Iya. Namaku Alden,” Alden mengulurkan tangannya.

“Zayn.”

“Kenalkan, ini temanku, Yonas.”

Zayn menjabat tangan Alden dan Yonas. Bertemu dengan kedua orang itu membuat emosinya yang sempat naik mulai mereda.

“Kamu jaksa juga di sini?”

“Masih CPNS, belum diangkat jadi jaksa,” ralat Alden.

“Aku harap kamu bisa bekerja lebih baik dari jaksa-jaksa bodoh itu.”

Hanya kekehan kecil saja yang terdengar dari mulut Alden. Dia memang sudah mendengar gossip yang beredar di kalangan jaksa penuntut umum. Mereka memiliki satu musuh bersama, yakni seorang anggota kepolisian yang selalu mengkritik kinerja mereka. Tidak disangka ternyata orang dimaksud adalah pria yang sekarang berdiri di dekatnya.

“Sudah makan siang? Bagaimana kalau kita makan siang bersama?” ajak Alden.

“Boleh. Aku akan membawamu ke tempat makan enak. Tempatnya tidak jauh dari sini. Ayo..”

Alden dan Yonas segera mengikuti langkah Zayn yang berjalan di depannya. Mereka keluar dulu dari kantor kejaksaan. Dua ratus meter kemudian berbelok ke kiri. Mereka masih berjalan sampai akhirnya berhenti di depan tempat makan yang dimaksud. Tempat makan ini menyediakan menu prasmanan dengan meja dan kursi panjang untuk pengunjung yang datang.

Zayn memberitahukan menu apa saja yang menjadi favorit di sini. Setelah mengambil makanan, mereka segera menuju meja yang kosong. Alden menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, ternyata rasa makanannya memang benar-benar enak.

“Gimana?” tanya Zayn.

“Memang enak. Aku baru tahu ada tempat makan enak di sini.”

“Lebih enak makan di sini dari pada di kantin.”

“Abang sudah lama tugas di kepolisian?” tanya Yonas.

“Sudah lima tahun.”

“Cukup lama juga.”

“Iya, dan sekarang aku dipindah tugas ke Bandung. Ini adalah acara makan pertama dan terakhir kita.”

“Kami juga tinggal di Bandung, bang.”

“Oh ya? Keluargaku juga tinggal di Bandung. Bisa dibilang aku pulang kampung, hahaha..”

“Mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi, bang.”

“Aamiin.. dan ketika bertemu, aku harap kalian sudah menjadi jaksa yang baik dan pintar. Tidak seperti jaksa bodoh di sini.”

“Hahaha.. abang bisa saja.”

“Bang Zayn..”

🍄🍄🍄

Siapa yang manggil tuh?

Udah kejawab ya di atas, Zayn anak siapa.

Ini aku kasih penampakan Alden dan Zayn versiku sendiri ya

Alden

Zayn

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!