Dewa Askara seorang pria sukses pendiri Askara Company yang ternama dan memiliki cabang perusahaan di mana-mana bahkan di luar negeri. Ia sempurna sebagai pria, tampan rupawan banyak harta dan memiliki seorang istri yang cantik selebriti pula.
Daniela Askara, wajahnya campuran terlihat cantik dengan bola mata kuning kehijauan. Tinggi dan langsing kulit putih bersih. Ia selebriti ternama memiliki banyak penggemar. Hidupnya bahagia dengan bersuamikan seorang pria kaya yang jadi idaman banyak wanita yaitu Dewa Askara. Apapun yang Daniela minta Dewa akan memberikannya.
Vania, gadis polos lugu bekerja sebagai sekretaris baru Dewa di kantornya. Vania yang lemah lembut cantik sederhana berhasil membuat Dewa terpikat. Vania mencoba menolak cinta Dewa tapi ia malah terjebak dalam pernikahan rahasia dengan pria itu.
***
Askara Company
Vania meletakkan berkas di atas meja kerja CEO utama. Sembari menata meja kerja yang sedikit berantakan. pintu ruangan terbuka, Dewa berjalan santai memasuki ruang kerjanya. Ia melirik Vania yang sibuk membereskan meja kerjanya.
"Selamat pagi pak, berkas yang anda minta sudah saya siapkan" kata Vania segera menghindari tatapan Dewa padanya.
"Hmmm, Oke" kata Dewa masih menatap lekat Vania.
Vania berjalan keluar ruang kerja Dewa dengan hati berdebar kencang. Setiap kali didekat bos nya itu ia seperti senam jantung karena Dewa selalu menatapnya dengan intens. Entah apa maksud tatapan pria itu Vania sendiri tidak mengerti.
Malamnya di rumah Dewa sedang ada perayaan mewah pesta ulang tahun Daniela. Dewa menjamu para tamu undangan hingga ia di kejutkan dengan kehadiran seseorang di ruangan pesta itu.
"Vania? Kenapa kau bisa disini?" Dewa mendekati Vania dan meraih pergelangan tangan gadis itu. Vania yang merasa risih dan takut mencoba melepaskan genggaman tangan Dewa sebelum ada yang melihat mereka.
"Sayang...." Daniela datang menghampiri Dewa dan Vania.
"Aku yang meminta Vania dan staf kantor untuk datang ke sini"
Dewa terdiam memandang Vania yang salah tingkah.
"Ayo Dewa, kita kembali ke pesta aku mau potong kue"
Tepuk tangan membahana di ruangan pesta saat Daniela menyerahkan potongan kue ulangtahun pada Dewa sembari berciuman mesra. Vania menyaksikan pemandangan itu di sudut ruangan. Dewa dan Daniela terlihat sebagai pasangan yang serasi. tampan dan cantik tidak ada cela diantara mereka. Tapi terkadang Vania bisa melihat sorot tidak bahagia dari mata Dewa.
Apa yang kau pikirkan Vania?! Jangan sok tahu memangnya kau ahli nujum bisa membaca hati orang bahagia atau tidak?!
Vania memaki dirinya sendiri yang mulai terpengaruh dengan suasana. Ia meraih tasnya dan bergegas berjalan menuju halaman rumah. Ia memesan taxi online untuk pulang.
"Vania! Tunggu dulu" Daniela mengejar Vania ke halaman sembari membawa kantung bingkisan.
"Ini untuk mu dan tolong bagikan juga besok ke staf lain yang tidak bisa hadir" kata Daniela.
"Baik bu" Vania menerima beberapa jumlah bingkisan hingga ia terlihat kerepotan membawanya.
"Van kau pulang naik taxi? Biar diantar Rafli" kata Dewa. Rafli adalah asisten pribadi Dewa.
"Tidak perlu pak, saya sudah terlanjur pesan taxi online" kata Vania menolak.
"Sudahlah sayang, Vania biar pulang sendiri ayo kita masuk" Daniela menggamit lengan Dewa.
Malam semakin larut tapi pesta ulang tahun Daniela masih berlangsung. Teman-teman Daniela yang mayoritas adalah artis dan model sepertinya belum berminat untuk pulang. Minuman tersaji di meja lengkap dengan kudapan dan berbagai makanan lainnya.
Dewa meneguk wisky di gelas nya rasanya ia sudah muak berada di kerumunan itu. Dengan langkah terhuyung Dewa pergi berjalan menuju mobil. Rafli bergegas mengejar bosnya membukakan pintu mobil.
"Pak Dewa mau kemana? Ini sudah larut malam pak" kata Rafli yabg nampak segan karena sepertinya Dewa sedang suntuk. bosnya itu juga terlihat sedikit mabuk, matanya sudah memerah dan terlihat lelah.
Dewa terdiam di kursi belakang mobilnya, ia mengamati rumahnya yang mewah dan didalam sana penuh keramaian. Hatinya terasa hambar dan kosong, rumah yang seharusnya bisa menjadi tempatnya melepas penat setelah seharian bergelut dengan bisnisnya kini malah menjadi tempat yang ingin ia hindari.
"Raf kita ke perumahan Graha" kata Dewa.
"Baik pak"
Perumahan Graha? Mau kemana lagi si bos? Perumahan itu kalau tidak salah adalah tempat tinggal Vania. Apa bos mau ke rumah Vania malam-malam begini?
Rafli menyalakan mesin mobil BMW X7 keluaran terbaru. Mobil berwarna putih itu terlihat melaju pergi meninggalkan halaman rumah.
Vania terbangun dari tidurnya ketika pintu rumah terdengar di ketuk dengan tidak sabaran.
Siapa malam-malam begini? Apa orang iseng?
Vania terlihat cemas dan takut, ia berjalan perlahan mendekati pintu.
"Ada apa mbak?" Arsya adik Vania terlihat ikut terbangun karena mendengar ketukan pintu.
"Vania!" Dewa memanggil nama Vania.
"Maaf pak mungkin Vania sudah istirahat, lebih baik kita pergi saja" kata Rafli yang panik melihat tingkah bos nya. Bisa-bisa mereka di keroyok warga karena bertamu tengah malam buta.
Vania sengaja tidak membuka pintu ia tahu di luar ada Dewa yang akan membuat kekacauan. Vania terdiam berdiri di balik pintu.
Paginya di kantor Dewa terlihat sedang bad-mood, ia uring-uringan sejak datang. Para staf dan direktur tidak luput dari amukannya. Dewa baru terlihat berhenti marah ketika Vania memasuki ruang kerjanya.
"Maaf pak, apa bapak baik-baik saja?" tanya Vania cemas. Di lihatnya wajah Dewa nampak lelah dan pucat.
Dewa menatap dalam wajah Vania, ia lalu duduk di kursi kerjanya sembari menghela napas kasar.
"Saya minta air putih" kata Dewa.
"Baik pak" Vania berjalan mengambilkan segelas air putih untuk Dewa ia meletakkan gelas air putih itu di atas meja tapi Vania tidak sengaja menumpahkan minuman hingga mengenai jas yang di kenakan Dewa.
"Maaf pak saya tidak sengaja"
Dewa meraih tangan Vania lalu menggenggamnya dan menatap ke arah wajah Vania yang ketakutan. Dewa mendekatkan wajahnya ke wajah Vania .
"Ehm! Maaf pak mengganggu" Rafly muncul di ruangan itu. Ia sebenarnya cukup terkejut melihat apa yang terjadi.
Dewa melepaskan tangan Vania ia berdiri membelakangi Vania dan Rafly.
"Ada apa?"
"Mobil baru untuk bu Daniela sudah dikirim ke rumah pak"
"Hmm kalian boleh pergi"
Rafly dan Vania berjalan meninggalkan ruang kerja Owner. Disaat yang sama ponsel Vania berdering ada telepon dari dokter yang biasa menangani Arsya. Beberapa bulan ini Arsya memang rutin check up ke dokter karena kondisi jantungnya sedikit bermasalah.
Dokter memberi tahu Vania jika Arsya di rawat di rumah sakit dan harus segera di adakan operasi. Vania bergegas meminta izin pada Rafly untuk pergi ke rumah sakit.
Setibanya di rumah sakit Vania melihat Arsya sudah terbaring di ranjang perawatan.
"Vania kita harus segera menangani kondisi Arsya sebelum semua terlambat"
"Baik dokter" jawab Vania sambil menangis tidak tega melihat adiknya. Vania pergi mengurus administrasi biaya yang di perlukan untuk operasi Arsya.
"Total tiga ratus juta bu"
Vania tidak memiliki uang sebanyak itu, tabungannya sangat tidak cukup. selama ini ia bekerja untuk membiayai dirinya dan kuliah Arsya di fakultas kedokteran yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Vania mencoba menuruti cita-cita kedua orang tuanya yang sudah tiada dengan menjadikan Arsya seorang dokter seperti harapan mereka. Tapi kesehatan Arsya terganggu di beberapa bulan terakhir ini di pertengahan semester kuliahnya.
Vania kalut, ia tidak tahu lagi harus meminjam uang kemana. Jika meminjam ke bank tentu ada jaminan dan Vania tidak memiliki apapun untuk di jaminkan lagi pula ia juga tidak sanggup membayar bunganya.
***
Dua hari Vania tidak masuk bekerja karena menjaga adiknya, hingga Dewa mencari keberadaannya.
"Kemana Vania? Kenapa tidak terlihat?" tanya Dewa yang pagi itu baru saja tiba di ruang kerjanya.
"Vania izin bekerja karena harus menjaga adiknya di rumah sakit" jawab Rafly.
"Memangnya adiknya sakit apa?"
"Saya dengar adiknya akan operasi jantung dan membutuhkan biaya yang cukup banyak pak"
Dewa terdiam sesaat, ia meraih ponselnya mencoba menghubungi Vania tapi tidak di jawab.
"Antar saya ke rumah sakit tempat adik Vania di rawat"
"Baik pak" kata Rafly tanpa curiga jika bosnya memiliki niat tersembunyi pada Vania.
Setibanya di rumah sakit Dewa segera mencari keberadaan Vania.
"Pak Dewa? Kenapa bapak bisa disini?"
Pagi itu Vania terlihat sangat lelah, wajahnya pucat dan matanya sembab. Dewa berjalan menghampiri Vania.
"Bisa bicara sebentar?" tanya Dewa. Vania melirik Rafly yang berdiri di belakang Dewa lalu ia mengangguk.
"Saya dengar biaya pengobatan adik mu cukup besar dan saya tahu kau pasti tidak memiliki uang untuk menutup semua biaya itu"
Vania tertunduk lesu, yang di katakan bos nya memang benar. Sampai hari ini ia belum mendapat pinjaman untuk biaya operasi Arsya.
"Raf urus semua administrasi nya dan biaya pengobatan setelah operasi serta biaya pemulihan"
"Baik pak" Rafly dan Vania cukup terkejut dengan Dewa yang terlihat begitu dermawan sepagi itu. Tapi karena Vania memerlukan uang itu jadi ia tidak menolak bantuan Dewa.
"Terimakasih pak, pak Dewa sudah mau membantu saya, saya akan menggantinya dengan mencicil uang tersebut" kata Vania terlihat lebih lega.
"Van saya membantu mu tentu ada imbalannya" Dewa tersenyum memiringkan sudut bibirnya.
"Maksud bapak?"
"Kau tidak perlu mengembalikan uang yang sudah saya keluarkan untuk biaya adik mu tapi kau harus mau menikah dengan ku"
"Apa?! Menikah?!" Vania memundurkan langkahnya. Ini gila sangat gila bagaimana ia dan Dewa akan menikah sementara pria itu sudah beristri.
"Tapi ini mustahil pak! Bapak susah menikah dengan bu Daniela saya tidak mungkin menikah dengan bapak!"
"Apanya yang tidak mungkin? Kau cukup menjadi istri kedua ku dan status mu tidak akan di ketahui oleh Daniela, bagaimana?"
"Tidak! Saya tidak mau menjadi duri di pernikahan bapak dan bu Daniela"
"Vania...kau tahu pernikahan ku dan Daniela sudah di tepi jurang? Tidak ada kebahagiaan di rumah tangga kami. Ia bahkan menolak memiliki anak!"
"Tapi..."
Vania tahu Daniela artis tenar yang sedang naik daun. Ia pasti menolak memiliki anak karena sibuk dengan kariernya.
"Kau hanya perlu melahirkan seorang anak untukku, setelah itu terserah padamu"
"Saya tidak bisa pak, maaf" Vania masih mempertahankan pikiran warasnya. Jika pria tampan dan kaya raya di hadapannya sudah menjadi milik orang lain.
"Kalau begitu coba lihat adik mu dan pikirkan baik-baik, saya ingin persetujuan mu hari ini juga"
Dewa melangkah pergi di ikuti Rafly yang sempat mendengar pembicaraan bosnya dengan Vania. Rafly tahu jika Dewa tidak bahagia dengan pernikahannya. Bahkan Daniela semakin menjadi-jadi dengan kesibukannya. Tak jarang Daniela pulang malam dalam kondisi mabuk berat setelah party dengan teman-temannya. Dewa sempat mengancam akan menceraikan Daniela tapi wanita itu jelas tidak mau berpisah dari Dewa tapi Daniela juga tidak merubah sikapnya.
Meski kali ini perbuatan Dewa juga tidak bisa di benarkan tapi Rafly terpaksa mendukung, ia kasihan melihat Dewa dan berharap bos nya itu bisa bahagia meskipun itu dengan Vania dan harus menipu Daniela.
Vania telah bersiap dengan gaun putih panjang, rambutnya tergerai indah di hiasi bando dari bunga segar. Riasan wajahnya natural tapi membuat Vania terlihat semakin cantik. Dewa sudah siap dengan stelan jas pengantin. Ia terlihat gagah dan tampan. Posturnya yang menjulang tinggi tegap di balut jas membuatnya terlihat seperti pangeran di negeri dongeng.
Dewa terpana melihat Vania yang berdiri di hadapannya. Ia mengulurkan tangannya memasangkan cincin pernikahan di jari manis Vania.
"Akhirnya kau menjadi milik ku Vania, kita telah menikah dan aku harap kau bisa membawa kebahagiaan untuk ku" kata Dewa sambil tersenyum sumringah.
Vania menahan air matanya ia sedang membayangkan bagaimana perasaan Daniela jika tahu suaminya telah menikah lagi. Rasanya Vania malah frustasi sendiri. Dewa membawa kehidupan baru untuk Arsya tapi Vania merasa tersiksa dengan rasa bersalah nya pada Daniela.
Sejak hari itu Vania adalah istri kedua Dewa Askara yang di rahasiakan statusnya. Hanya Rafly yang tahu semua rahasia itu. Vania pindah ke rumah baru yang di belikan oleh Dewa sementara Arsya setelah sembuh ia akan tinggal di rumah lama karena tidak ingin mengganggu Vania dan Dewa.
"Mbak apa semua ini karena aku? Apa mbak berkorban menikah dengan pak Dewa karena biaya operasi ku?" tanya Arsya yang sudah mulai pemulihan.
"Bukan Sya, kau jangan berpikir yang berat-berat, mbak melakukan semua ini karena mbak memang ingin menikah dengan pak Dewa"
Setelah acara pernikahan nya selesai Vania memang pergi ke rumah sakit untuk menemani Arsya sementara Dewa ia pulang ke rumahnya dengan Daniela.
Dalam hati Vania ia menangis karena pernikahannya tidak seperti yang ia bayangkan dan ia impikan. Ia berharap akan menikah dengan pria yang ia cintai dan mencintainya sepenuh hati. Tapi di pernikahannya ini Vania tidak bisa memiliki Dewa sepenuhnya karena ia masih berstatus suami Daniela.
Air mata Vania mengalir ia bangkit dari duduknya dan bergegas pergi ke toilet. Vania tidak ingin Arsya ikut mencemaskan dirinya.
***
"Dimana Daniela?" tanya Dewa saat tiba di rumah.
"Nyonya masih tidur tuan" kata pelayan. Dewa melirik jam tangannya wajahnya terlihat kesal. Daniela pulang menjelang pagi dengan alasan syuting tapi Dewa tahu istrinya pasti pergi ke club selesai syuting.
"Raf belikan aku stelan baju baru dan kirim ke rumah Vania" kata Dewa sedikit memelankan suaranya.
"Baik pak"
Dewa tidak ingin membuat Daniela curiga, jika ia mengirim beberapa baju dan barang-barangnya ke rumah Vania pasti Daniela akan langsung mencari tahu.
Dewa pergi ke kamarnya, di lihatnya Daniela masih tertidur pulas padahal hari menjelang sore. Diamatinya wajah istri pertamanya itu. Cantik tapi Dewa tidak menemukan cinta yang utuh untuk Daniela. Ia dulu menikahi Daniela karena melihat wanita itu selevel dan setara dengan dirinya dan keluargan besar Askara.
Dewa meletakkan selembar cek di atas meja rias untuk keperluan Daniela selama tiga hari. Ia mencium kening Daniela lalu bergegas pergi meninggalkan rumah selama tiga hari untuk menikmati bulan madunya dengan Vania.
Daniela mungkin tidak akan curiga karena Dewa memang sering bepergian ke luar negeri atau luar kota untuk perjalanan bisnis.
Sementara di rumah barunya Vania terlihat membereskan barang-barangnya dan pakaian milik Dewa yang baru saja di antarkan oleh Rafly. Vania termenung memeluk pakaian milik Dewa. Sekarang ia benar-benar sudah menikah sudah menjadi istri orang. Meski pernikahannya tidak wajar karena tidak ada wanita yang mau menyakiti wanita lain begitu pula Vania. Ia tidak bermaksud merebut Dewa dari istri pertamanya tapi ia sungguh tidak ada pilihan.
Tuk tuk,, pintu kamar Vania di ketuk oleh pelayan.
"Iya bi ada apa?"
"Ada tuan Dewa di bawah bu"
Vania mengangguk ia merapikan penampilannya. Memandang bayangan dirinya di cermin. Entah kenapa jantungnya berdebar begitu kencang.
Vania berjalan menuruni anak tangga dengan wajah tegang, di lihatnya Dewa sedang duduk di sofa sembari memegang ponselnya. Vania berdiri mematung di dekat sofa seperti menunggu titah Dewa.
"Kenapa hanya berdiri di situ?" tanya Dewa tanpa melihat Vania ia masih sibuk dengan ponselnya. Vania langsung mengerti dan mengambil posisi duduk tepat di samping Dewa.
Dewa meletakkan ponselnya ia melepas jasnya lalu mengendurkan dasinya. Wajahnya terlihat sangat tampan dengan kemeja berwarna putih yang membuat kulitnya semakin terlihat terang. Dewa tersenyum tipis ia tahu gadis di hadapannya sedang mengagumi dirinya.
"Kau mau bulan madu kemana?" tanya Dewa sembari membelai lembut wajah mulus Vania. Detik itu juga rasanya Vania seperti orang kesetrum. Saat Dewa menyentuh wajahnya ia merinding dan jantungnya seakan mau lepas dari tempatnya. Vania menggeleng bingung ia tidak tahu dan tidak berpikir tentang bulan madu. Ia juga belum siap melayani Dewa sepenuhnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!