Hari yang begitu indah, langit biru cerah dihiasi awan putih terlihat di atas sana. Burung berkicau seakan bernyanyi dengan sangat riang. Cahaya sang mentari menghangatkan badan bagaikan selimut di malam yang dingin.
Bunga yang bermekaran di taman menambah keindahan pagi hari itu. Inilah kenikmatan yang diberkahi sang ilahi untuk dirasakan setiap makhluk ciptaannya.
Diatas pohon beringin yang lebat, didalam rumah kayu yang dijadikan base camp mereka. Terlihat beberapa remaja yang sedang berkumpul, seperti menyusun sebuah rencana yang sudah disepakati oleh para anak manusia itu.
(Ya iya lah tor anak manusia, masa iya anak burung. Mentang-mentang ngumpulnya diatas pohon.Ckck)
Akhirnya sesuai dengan kesepakatan, mereka berangkat jam 10.00 pagi hari itu menuju ke tempat yang sudah direncanakan Sebelumnya. Mereka pun tak lupa berpamitan kepada orang tua masing-masing.
"Mom, dad, aku berangkat hari ini ya. Gak usah khawatir, aku berangkat sama yang lain kok!" Ucapnya berpamitan.
"Tapi, kamu harus tetep hati-hati ya sayang!" Balas kedua orang tuanya.
*
"Nyak, aye mo pegi sekarang ye. Minta bekel donk!" Mencium punggung tangan ibunya sambil menengadahkan telapak tangan.
"Lah bocah. Elu yang mau pegi sendiri, minta bekel. Enyak kan kagak nyuruh elu pegi, tong!" Kata enyak dengan kesal.
*
"Mak, Ujang mau jalan dulu sama temen-temen. Emak nanti jangan kangen ujang dulu, ya." Berpamitan seraya mencium punggung tangan si ibu.
"Sabodo ah, jang." Balas emaknya malas.
*
"Biyunge, aku pamit ya." Mencium pipi si ibu untuk berpamitan yang di balas perkataan datar. "Arep mangkat yo ngonoh. Tapi ojo sambi kecup-kecup, yo. Awakmu kuwi wes gedhe."
*
"Bundo, ambo mau pergi sama anak-anak yang lain. Mungkin beberapa hari." Pamitnya pada sang ibu.
"Iyo, tapi kamu harus tetep hati-hati yo, sayang!" Mengelus kepala putrinya dengan lembut.
*
Itulah acara ritual mereka kepada orang tuanya masing-masing, sebelum menuju ketempat yang sudah ditentukan.
Akhirnya, Gunung besar yang tinggi menjulang dan terkenal angker, yang berada di daerah xx jadi tujuan mereka.
Dengan menempuh perjalanan selama empat jam menggunakan bis kota, dilanjutkan Satu jam menaiki mikrolet, dan berjalan kaki memanjat gunung itu selama dua jam.
Menyusuri hutan yang lebat, sungai yang jernih, dan akhirnya mereka sampailah ke tempat itu.
Karena waktu sudah menunjukan senja, tanpa membuang waktu lagi, mereka langsung mendirikan 2 tenda. Yang satu untuk perempuan dan satu lagi untuk laki-laki.
Mereka juga tak lupa membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka yang kedinginan. Karena, udara malam diatas gunung itu terasa begitu dingin bray.
(Pasti dingin lah. Namanya juga diatas gunung, langit aja serasa deket tuh!)
Oh iya, kita lupa ngenalin nih. Kita itu Tim Ekspedisi yang ingin menaklukan ketinggian gunung ataupun mencari fakta dari mitos yang beredar di masyarakat. Walopun anggota kita ada yang gak percaya hal mitos ya, gengs.
Tim ini kita kasih nama MA(My adventure). Dibentuk karena setiap anggota senang dengan berpetualang ya, guys. Ketua dari tim ini ialah seorang gadis cantik yang tinggi, putih, imut, berambut pirang dan bermata hitam. Sedangkan wakilnya seorang pemuda tampan, tinggi nan gagah. Tim ini beranggotakan 5 orang, dua gadis cantik dan tiga pemuda tampan.
Rutinitas selayaknya anak kemahan pun dilakukan mereka tanpa terlewatkan. Memetik gitar dan menyanyi-nyanyi ria menjadi pilihan mereka.
Sepenggal lagu Mahameru dari dewa 19 melantun ditengah malam dipuncak gunung.
Di lanjutkan dengan lagu "Metal vs Dugem" nya projek pop.
Dengan suara yang kencang dan berjingkrak-jingkrak, mereka menyanyikan lagu dari projek pop. Tentu hal itu mendapat protes dari salah satu kawannya.
"Eh bro, jangan terlalu berisik nih. Kata warga sekitar, disini angker tau. Akeh medine (banyak hantunya). Hiiiiyyy, kan sereeeem!" Sambil bergidik memeluk tubuhnya sendiri.
"Alach, elu mah bilang aja penakut. Elu jadi cowok cemen banget, sih. Gue mah gak percaya hal begituan!" Tukas si gadis cantik.
Tanpa memperdulikan omongan temennya, merekapun bernyanyi ria sampai puas dan lelah. Malam semakin larut, udara terasa sangat dingin menusuk tulang.
Akhirnya setelah makan malam, tidur pun jadi pilihan mereka untuk mengistirahatkan otot-otot yang terasa begitu kaku. Karena perjalanan yang begitu melelahkan, membuat mereka terlelap dalam mimpi.
Suara binatang malam yang bersahutan, seakan menjadi pengiring tidur menuju alam mimpi mereka pada malam ini.
"Hiks ... hiks.," Terdengar sayup-sayup suara seseorang yang sedang menangis dari kejauhan. Tangisan yang begitu memilukan hati, bagi siapa saja yang mendengarnya.
Ternyata, tangisnya itu di dengar salah satu dari mereka. Yaitu, si gadis cantik ketua tim. "Hah, ada orang yang lagi nangis di sekitar sini. Kira-kira, siapa yah? Apa ada orang lain lagi selain kita disini?" Batinnya sambil mengerjapkan mata dan menajamkan pendengarannya. Dia mencoba membangunkan teman disampingnya untuk memastikan apa yang ia dengar.
Tapi, temannya seolah tak terganggu dengan apa yang ia coba lakukan. Karena tak mendapatkan respon, ia pun keluar dari tenda yang ia tempati itu. Mencari darimana asal suara tangisan tersebut.
Dengan menajamkan pendengarannya, akhirnya ia tahu suara tangisan itu berasal dari arah sungai tak jauh dari tempat mereka mendirikan tenda.
Gadis itu berjalan perlahan menghampiri suara yang ternyata berasal dari seorang perempuan yang duduk diatas batu dekat sungai.
Perempuan yang terlihat sedang menyamping dengan rambut panjang yang menutupi wajahnya, serta baju putih lusuh yang ia kenakan bercampur tanah. Tangan dan kaki tak terlihat karena tertutupi pakaiannya yang panjang menjuntai, terlihat kedodoran di tubuh kecilnya.
Gadis itu mendekat sambil memperhatikan. "Hemh, kok ada perempuan disini? Siapa dia? Terus, kenapa dia menangis disini? Apa dia dijahati seseorang, ya?" Banyak pertanyaan yang menari difikirannya seolah meminta jawaban secepatnya.
Dia pun maju lebih dekat untuk bertanya. "Mbak, kenapa menangis? Apa mbak terluka?" Akhirnya, dia bertanya karena penasaran.
~ Hening tak ada jawaban~
Ia pun mencoba memberanikan diri mendekati seraya menepuk pelan pundak perempuan itu. "Mbak, gak apa-apa kan?" Pertanyaan kedua pun meluncur dari mulut kecilnya, namun wanita itu masih diam.
~Masih tak bergeming dari tempatnya~
Karena tak ada respon, akhirnya gadis itu berbalik untuk pergi dari tempat itu. "Mungkin dia tidak mau bercerita." Pikir gadis itu seraya melangkah.
Tanpa ia sadari, perempuan itu berdiri dan memegang pergelangan tangannya.
Nyesss
Rasa dingin dari tangan yang menggenggam pergelangan tangan si gadis, membuat dirinya membeku seketika. Hawa dingin di area itu pun menambah suasana angker dan membuatnya bergidik takut.
"Mungkin dia tercebur ke sungai sampai seluruh tubuhnya dingin." Tepisnya tak mau berpikiran yang tidak-tidak. "Karena hawa disini juga begitu dingin, membuat bulu kuduk ku merinding." Mengusap tengkuknya dengan sebelah kanan.
Ia pun menoleh ke arah perempuan itu. Terlihat wajah yang putih pucat pasi dengan kelopak mata tertutup.
"Tolllooooong!" Dengan suara yang serak dan bergetar
"Mbak, mau minta tolong apa? Kalo sekiranya bisa, nanti aku bantu." Berusaha berbicara lembut, supaya wanita tersebut merasa nyaman.
Namun, wanita itu tak merepon pertanyaan darinya. Sehingga ia menjadi ragu. Tapi, selanjutnya dia berbicara juga.
Masih dengan suara yang serak dan bergetar, terdengar datar dan dingin membuat jantung siapa pun berdebar dengan kencang.
Perempuan itu berkata sambil membuka kelopak matanya, "TOLONG KEMBALIKAN B*LA MATAKU!"
"Apa?" Dia yang terkejut, sontak mundur dua langkah untuk menghindar. Walaupun tangan wanita itu masih menggenggam. "Haaaaaaaaaa." Gadis itu menjerit saat wanita yang tadi membuka matanya dengan sempurna.
Lengkingan suaranya tak sedikitpun di dengar oleh kawan-kawannya, ataupun orang yang kebetulan lewat di sana. Karena, tak ada siapapun yang dapat mendengar teriakannya.
...*****...
Masih dengan suara yang serak dan bergetar, terdengar datar dan dingin. Perempuan itu pun berkata sambil membuka kelopak matanya.
"KEMBALIKAN B*LA MATAKU"
Saat ia membukanya, rasa takut dan ngeri menghinggapi gadis cantik itu. Ia tak kuasa memandang ke arahnya. Karena takut, ia pun melangkah pergi namun tertahan oleh genggaman tangan sosok itu.
Sosok itu menggenggam erat tangan si gadis dan tak mau melepaskannya. Jari-jari yang tadi terlihat biasa, kini mulai menampakan kuku panjang dan hitam yang menancap di pergelangan tangan si gadis. Sehingga, dirinya tak bisa bergerak sedikitpun.
"Hahh!" Ia pun tertegun seketika dengan mulut yang menganga, seolah tak percaya dengan apa yang di alaminya saat ini.
Tubuhnya seketika merasa lemas, seperti tak bertenaga dengan kaki yang seperti terpaku di tempat itu.
Setelah kesadarannya kembali, tanpa berpikir panjang, ia pun menghempaskan jari yang berkuku hitam itu dengan sangat kencang. Sehingga meninggalkan luka di pergelangan tangannya sendiri.
Telat sih, mbak.
Ia tak memperdulikan rasa sakitnya, karna mencoba berlari sekuat tenaga dari tempat itu. Nasib beruntung tak berpihak padanya.
Karna tidak fokus menjaga penglihatan dan kakinya, ia pun menginjak sesuatu yang membuatnya tergelincir dan jatuh ke tanah.
"Aduh, aw ... sakit banget sih!" Rengeknya mengaduh, karena bokongnya mendarat tepat di atas dahan yang patah dengan sangat keras. "Sshh." Desisnya lagi sambil menahan rasa sakit dipergelangan tangan tersebut.
Dia terduduk di tanah dengan menggerutu. "Sialan. Emang gue nginjek apaan sih nih, ampe bikin gue jatoh segala? Mana sakit banget lagi." Gerutunya kesal sambil mengulurkan tangan ke depan, untuk mengambil sesuatu yang terinjaknya tadi.
(ya iya lah sakit, jatohnya kenceng gitu.)
Rumput yang tumbuh subur di area itu, membuat dia agak kesusahan untuk mengambil sesuatu yang terinjak tadi. Ternyata, benda itu berbentuk bulat dan berwarna putih.
"Ini apaan, ya?" Membolak balikan benda itu sambil memperhatikan dengan seksama. "Kok item ditengahnya, ya!" Terus memperhatikan benda di tangannya itu. "Lho kok, se-seperti bo-bola ma ...!"
"KEMBALIKAN B*LA MATAKU"
Suara itu kembali terdengar memekakkan telinga si gadis, dan makhluk itu berdiri tepat dibelakangnya. Dengan tangan terulur ke depan seperti meminta benda bulat itu untuk di kembalikan.
"Aaaaaaa ...!"Teriak si gadis sambil melempar benda itu kearahnya.
(kena kagak tuh yah lemparannya)
Dengan sedikit tertatih ia berusaha bangkit dan berlari dari tempat menakutkan itu. Walaupun nafasnya terengah-engah, ia terus berusaha berlari sekuat tenaga sambil berteriak minta tolong.
Tapi apalah daya, suara teriakannya bahkan tak keluar dari mulutnya. Ia seperti dibuat bisu dengan keadaan ini. Walaupun demikian, ia harus tetap berlari karena suara mengerikan itu masih terdengar jelas seperti mengikutinya dari belakang. Rasa takut yang menemani sejak tadi, membuat dirinya tak fokus menatap jalan, karena terus menoleh ke belakang.
Brukk
Dia harus kembali terjatuh setelah menabrak sesuatu di depan nya dan kembali meringis menahan sakit karena tersungkur ke belakang.
Rengekan kesakitan kembali terdengar dari mulut kecilnya. "Sial banget sih gue, masa dari tadi jatoh mulu. Apa gue bakal punya ade, ya?"
(secara kata orang tua dulu, katanya kalo kita jatoh mulu bakal punya ade. Ck, apa kalian percaya?)
Dia berusaha bangkit dan menepuk-nepuk telapak tangan, serta celana yang kotor terkena tanah. Mulutnya kembali menganga tak percaya, setelah matanya menatap apa yang ia tabrak tadi.
"Astaga, apa lagi ini? Ini sepertinya bukan pohon, deh!" Terus memperhatikan yang ada di depannya. "Ini lebih terlihat seperti ... KAKI!oh ya ampun." Menutup mulut tak percaya, "Kaki nya item, gede banget lagi." Sambil mendongakan kepalanya keatas.
Lagi dan lagi dia di buat terkejut dengan apa yang di lihatnya tepat depan mata. "Omegot ... omaywey ... omaynow .... ini sih raksasa!" Serunya tak percaya.
Dengan debaran jantung yang tak karuan, ia pun bangkit perlahan untuk pergi dari tempat yang mengerikan itu. Gadis itu mengendap-endap melewati si Mr Rak, karena tak ingin makhluk besar itu melihatnya berada di sana. Dia tak ingin mengejutkan makhluk besar itu dengan kehadirannya, supaya tak membahayakan nyawanya.
Tapi apalah daya, ia tidak tahu jika si mr Rak bisa mencium bau darah yang keluar dari luka di pergelangan tangannya yang sobek tadi.
Tanpa ia sadari, sosok hitam yang tinggi dan besar tadi sudah berdiri tepat berada di belakangnya.
Dengan suara yang menggelegar bagaikan petir di hujan badai, yang mungkin bisa membuat gendang telinga kita rusak. Mahkluk itu mendekat dan mengeluarkan suara ciri khas nya yang tak dimiliki mahluk lain.
(ceritanya dia gak mau saingan ama mahluk lain, tuh)
"HEMH ... BAU DARAH MANUSIA SANGAT ENAK, MEMBUATKU LAPAR. HAHAHA!" Tawanya menggelegar di tengah malam buta.
Dengan tak menghiraukan tawa si mr Rak, gadis itu kembali berlari sekuat tenaga untuk mencari dimana keberadaan kawan kawannya. Tapi, mengapa tak ada satupun yang terlihat bahkan bisa menolong. Bukannya tempat itu deket dengan tenda mereka?
(entah lah otor pun tak tahu)
"Haish, dimana sih tenda mereka? Bukannya tadi tidak jauh? Kenapa ga ketemu ketemu sih!" Menggerutu kesal sambil menghentakkan kakinya.
(Lah mana otor tau mbak, yang kemping kan situ sama temennya gak ajak otor)
Dia pun terus berjalan untuk mencari keempat sahabatnya yang tak tahu dimana keberadaannya. Langkahnya tertuju ke arah hutan belantara, masih di area gunung itu.
Saat menyusuri hutan belantara, jelas terlihat ada dua anak kecil yang sedang berlari kejar-kejaran.
Tapi pada saat ingin menghampiri mereka, untuk sekedar minta tolong ingin ditunjukan arah jalan yang benar, seketika anak itu berubah menjadi dewasa dengan muka yang cukup serem membuatnya bergidik takut.
Wajahnya terdapat luka gores, serta sedikit hancur. Entah karena apa, yang pasti membuat nyali gadis itu menciut karena takut.
Sepertinya, takdir kali ini sedang mempermainkan gadis itu. Di saat ingin minta bantuan, dia malah bertemu dengan beberapa makhluk ghaib yang terus mengikutinya. Karena takut, ia pun berlari sangat kencang sampai di rasa sudah cukup jauh.
Tapi, entah mengapa dia seperti balik lagi ke tempat semula. Batu besar pinggir sungai, tempat pertama ia bertemu perempuan tanpa b*la mata.
(udah gak usah di bayangin,takutmya ke bawa mimpi)
Benar adanya, perempuan itu masih setia duduk di atas batu besar dengan wajah tertutup telapak tangan dan rambut panjang yang terurai.
(lah duduk mulu,emang gak pegel apa gitu mbak)
Si gadis berusaha menghindar dengan mundur ke belakang secara perlahan.Tapi naas, karna itu pinggir sungai, batu disekitar pun menjadi basah dan licin. Sehingga, membuat dirinya tercebur ke dalam sungai.
Glup ... bluk ... glup ... bluk.
Yang pasti bukan suara kentutnya si Mr Rak, karna ini bisa dipastikan air yang memenuhi mulut si gadis dan pasti membuatnya basah kuyup.
Dengan susah payah, dia mencoba berdiri supaya tidak tenggelam. Namun lagi-lagi dia tak bisa menstabilkan dirinya, karna kondisi airnya cukup deras dan bebatuan yang licin. Akhirnya, dia pun kembali tercebur lagi dan lagi ke dalam sungai.
Tangannya menengadah keatas, berharap tangannya dapat meraih sesuatu untuk berpegangan supaya tidak tersereret air sungai.
"Tolong ... toooolloooong!" Suaranya kian melemah, karna dipastikan dia kelelahan setelah berlari kesana kemari.
(Siapa suruh elu lari larian, kan jadinya capek)
~
Saat dia hendak terseret arus sungai yang deras, tiba-tiba sebuah tangan terulur meraih tangannya. Tangan itu memegang erat pundaknya dengan sedikit mengguncangkan tubuhnya.
Gadis itu tersentak saat ada tangan yang meraih tangannya, serta memegangi pundaknya. "Ya tuhan, tangan siapa ini? Apa ini tangan perempuan tanpa b*la mata? Atau si Mr Rak? Atau mungkin juga, dua anak kecil yang menyeramkan itu?" Banyak sekali pertanyaan yang tak terucap dari mulutnya, namun dia hanya bisa mengira-ngira.
Rasa putus asa kian menghampiri, karena dia sendiri gak bisa menebak tangan siapa yang memegang tangannya.
Pupus sudah harapan untuk selamat. Mungkin ini takdir yang harus di terimanya, atau juga harapan itu tetap ada walaupun hanya seujung jari.
@@@@@
Kira-kira, tangan siapa ya yang terulur untuk menolong si gadis?
yakin menolong dia atau jangan-jangan membahayakan nyawanya?
(Otor pun tak tahu, karena otor berani bersumpah, itu bukan tangan otor. Karena, otor dari tadi jongkok di pojokan sambil bikin lingkaran. Dududu)
◇◇◇◇◇◇◇
Dia berlari kesana-kemari dengan tak tentu arah. Terpontang-panting sampai tercebur kesungai, dengan aliran arus air yang cukup deras. Bebatuan yang besar disekitar sungai, menyelamatkan dia dari terseret arus.
Apakah akan mati, atau ada yang menolong? Entah lah! Berbaiklah pada nasib, biar dia yang menolong disaat titik terakhirmu.
"Apa ini takdir yang harus gue terima, kalo gue harus mati disini dengan tenggelam?" Rasanya dia sudah sangat putus asa, sampai tak percaya diri untuk bisa selamat.
"Enggak! Gue gak boleh mati! Gue harus berusaha sekuat tenaga, supaya gue selamat." Tekadnya dalam hati.
Namun, lagi-lagi ia di buat putus asa, dengan keberadaan para sahabatnya.
"Dimana yang lainnya? Kenapa gak ada?" pikirannya terus menerawang ke sana kemari. Dan yang pasti otor pun tak tahu.
Sebuah tangan terulur menggenggam tangan si gadis dengan erat. Dia sempat berpikir, apa ini pertanda jika dirinya akan selamat atau malah dalam bahaya.
"Tooolloooooong ... Toooolloooong! ."Suaranya lirih sampai nyaris tak terdengar lagi.
BYUUURRR
Seember air, terjun bebas membasahi tubuh sang pemilik mimpi.(sekalian aja suruh mandi)
PLAKK
"Woy sherly, bangun lu! Tidur teriak-teriak ga jelas, minta tolong udah kaya diapain aja.
Bikin orang kaget nyampe mikir yang iya-iya" Berbicara setelah menggeplak lengan temennya.
" Ya ampun ... banjir! Tolong, gue bisa mati. Selamatin gue, tolong!" Sherly yang terlonjak kaget, langsung berdiri saat tubuhnya terkena hujan lokal.
Iren yang mendengar ocehan temannya itu, langsung menghentikan aksi gilanya yang sedang melompat terus karena terkejut "Elu belum mati kok, Sher! Asli masih idup. Tuh kaki lu masih napak dan juga disini ga banjir. Cuma gue ... hehehe!" Iren gak bisa melanjutkan kata-katanya sambil memperlihatkan ember bekas nyiram Sherly.
Melihat itu, sontak mata Sherly membulat sempurna. "Astaga, elu nyiram gue?" Pertanyaannya hanya di tanggapi cengengesan saja. "Sialan emang! Elu itu temen macam apa sih?" Hardik sherly kepada temannya sambil mengelap wajah cantiknya menggunakan telapak tangan.
"Gue udah panggil nama lu, goyangin bahu, nyipratin air. Bukannya bangun, elu malah teriak minta tolong. Kenceng banget lagi." Tutur Iren menjelaskan. "Mangap-mangap kek ikan kehabisan aer, tangan ngegapai keatas narik tiang tenda, bikin mau rubuh nih!" Panjang kali lebar penjelasannya, dan untungnya gak pake kali tinggi. "Tadinya kalo belum bangun, gue mau nyuruh si Dika buat ..."
"Buat apa? Jangan macem-macem lu ya." Potong Sherly cepat. "Lagian, kenapa pake disiram segala sih! Kan jadinya basah baju gue! dasar lu, temen kurang di hajar." Gerutunya mencebik sebal.
Iren hanya cengengesan menanggapi gerutuan sahabatnya itu. "Gue kira lu kesurupan, makanya gue siram. Sorry ya! Hehehe." Ucapnya sambil cengengesan mengangkat jari telunjuk sama jari tengah ke depan wajah cantiknya "peace, ah".
Sherly tertunduk lesu mengingat mimpi barusan yang terasa nyata.
Melihat Sherly murung, Iren kembali bertanya. "Lu ga apa kan Sher? Sorry deh, gue gak lagi-lagi oke!" Ucap Iren meyakinkan.
Sherly menoleh sekilas. "Lu gak liat ini tanduk angel gue udah patah satu, gegara lu siram? Kalo ultramen, udah bunyi ting nong ting nong kehabisan baterai!" Hardiknya kesal.
"Eh si neng, pinter amat! Mana ada angel bertanduk, yang ada itu lingkaran putih atas kepala. Devil tuh yang bertanduk." Ujar Renita tak terima.
"Ah sama aja." Ucap Sherly malas.
Iren masih keukeuh. "Idih, di bilangin ngeyel"
Saat sedang ribut kecil, salah satu temannya datang menghampiri. "Elu ga apa-apa kan Sher?" Tanya Dika. "Gue khawatir banget pas Iren bilang, kalo elu ga bisa dibangunin sama sekali!" Ujar Dika lagi.
"Gak apa-apa! Gak usah khawatir, santei ae oke!" Jawab Sherly dengan menarik tangan Iren supaya mengikutinya.
Melihat mereka akan pergi, dengan cepat Dika menarik tangannya. "Elu mau kemana? Perlu gue temenin?"
"Elu gak liat, bajunya basah kaya gitu? Dia mau mandi, lah!" Bukannya Sherly yang menjawab, melainkan Iren yang sebelumnya menepis pelan tangan Dika. "Emangnya elu mau ikut?" Tanya Iren kemudian.
Mendengar itu, Dika cengengesan sambil menggaruk kepalanya. "Kalo boleh sih, hehehe!"
"Pengennya. Huuuuhh!" Serempak mereka mencibir.
Keduanya melangkah pergi ke arah sungai.
Beberapa saat kemudian ...
Sherly celingukan kesana-kemari. "Geri sama Indra keman, Dik? Kok gak kelihatan!"
"Mereka pergi ke selatan gunung, di ajak Rendi. Katanya banyak hewan buruan di sana." Jelas Dika.
"Rendi? Siapa dia?"
"Orang yang kemping di sini juga. Tendanya sebrang sungai, deket pohon gede itu!" Menunjuk ke arah sungai.
DEG
Sebrang sungai, deket pohon gede? Kok kaya mimpi gue semalem, ya.
Wajah cantiknya berubah menjadi tegang menerawang kedalam lamunan. Mengingat apa yang di mimpikan semalam, itu begitu nyata.
Dia sedikit takut, saat bertemu beberapa makhluk halus dengan penampakan menyeramkan. Namun, dia tetap tak percaya dengan hal ghaib seperti itu.
Ah, itu hanya kebetulan saja kali. Gue kan cuma mimpi.
"Ternyata selain kita, ada orang lain yang berani kemping di sini juga lho, Sher. Padahal, dia cuma berdua." Ucap Iren membuyarkan lamunan Sherly.
Sherly mengerutkan dahinya. "Oh, ya. Berani benar, mereka!"
Iren mengangguk penuh semangat. "Heemh, selain keduanya ganteng, mereka juga sangat pemberani. Ouch, jadi bingung mau milih yang mana!"
Mendengar racuan gak jelas Iren, Dika memutar bola mata malas tentu sambil protes. "Eh bocah, lu pikir mereka mau apa sama elu yang somplak, alay, dan gak jelas modelnya. Udah suara lu kaya toa mesjid, badan pendek kaya pohon toge, idung kecil kaya ..."
"Terus aja ngerendahin gue. Entar lu sendiri yang jatuh cinta sama gue, sampe jungkir balik." Renita dengan nada kesalnya.
"No no no. Gak bakalan ya gue terjebak sama cewek modelan lu gini." Ucap Dika sambil menggoyangkan telunjuknya di depan. "Lagian, udah ada cewek spesial di hati gue. Jadi, elu jangan ngarepin gue jatuh cinta!" Imbuhnya lagi.
Gadis itu mendelik sebal. "Ih kocak nih bocah, pede gila. Emangnya elu paling ganteng, apa?"
"Emang nyatanya, gue ganteng abis!" Ucap Dika congkak.
"Iya, gantengnya lu udah abis dimakan rayap. Yang tersisa cuma jeleknya doank, heh!" Ketus Iren tak suka.
Mereka terus saja ribut membuat Sherly pusing. Kelakuan mereka udah seperti anak kecil saja.
"Woi, stop! Gue pusing denger kalian terus ribut. Lama-lama, gue kawinin juga lu berdua!" Ujar Sherly melerai pertengkaran mereka.
"Nikah!" Serempak Dika dan Renita meralat.
"Kalo kawin mah, ayam jago si babeh hampir tiap hari ngejar ayam betina tetangga cuma buat gitu doang!" Ucap Dika.
Sherly terkekeh sendiri dengan perkataannya. "Eh iya, nikah maksudnya. Hehehe. Tuh kompak!"
Iren dan Dika saling melirik, kemudian memalingkan wajah secara bersamaan. "Najong, hemh!"
"Jodoh mana tau, guys. Hahaha!" Ledek sherly kepada mereka berdua.
Dika kesal karena Sherly meledeknya. Dia langsung melangkah pergi untuk mencari kedua sahabatnya. "Yuk ah, cari mereka. Udah kelamaan nih perginya!" Ajaknya pada kedua gadis cantik itu.
Iren mengiyakan ucapan Dika. "Eh, iya juga. Mereka kan perginya dari tadi. Yuk cari!"
Sebelum pergi, Sherly merengek pada keduanya. "Guys, laper nih!" Wajah tak berdaya bertengger di sana sambil memegangi perutnya.
Dika dan Iren menoleh ke arahnya. "Elu mau makan?" Dia mengangguk cepat.
Dika langsung mengambil semangkuk mie instan yang sudah di masak tadi. Dia lupa kalau udah masak buat Sherly saat keduanya pergi ke sungai tadi. "Huh, Astuti. Bangun tidur minta makan." Menyodorkan mangkuk yang langsung di sambut girang. "Yeeeaahh, makan!"
Setelah Sherly puas memanjakan perut, akhirnya ketiganya pergi untuk mencari kedua sahabatnya yang di ajak pergi oleh orang asing yang baru mereka kenali.
*
*
*
Geri dan Indra yang sudah kelelahan mencari hewan buruan yang gak ketemu-ketemu, langsung bertanya pada Rendi dan Iqbal.
"Ren, Bal, dimana sih tempatnya? Perasaan dari tadi kagak nemu-nemu, deh!" Ucap Geri kesal
Rendi dan Iqbal menoleh ke belakang. "Sabar, mungkin di depan sana. Yuk!" Menepuk pundak keduanya dan melangkah terlebih dahulu.
"Kalian berdua kan udah janji sama mereka, kalau mau bawa pulang sesuatu untuk di masak. Yuk ah, cepetan!" Ajaknya lagi.
Geri dan Indra hanya bisa saling pandang tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Memang benar, mereka udah janji. Tapi untuk masuk kesana, rasanya ada sedikit ketakutan di hati mereka. Keduanya tampak ragu untuk melangkah, sebelum Rendi mendorong keduanya masuk.
"Ren, apa tidak apa-apa? Ini kek semacam pintu goa, deh!" Tukas Geri yang ragu.
"Gak apa-apa. Ayo, masuk!" Kata Rendi dan Iqbal sambil mendorong keduanya.
Keduanya di dorong paksa oleh kedua orang asing tersebut sampai ke mulut goa. Namun, sesuatu membuat mereka berhenti, dan tak masuk lebih dalam lagi.
**
"Geri ... Indra ... Dimana kalian?"
Sontak keduanya menoleh. "Eh, lu denger gak? Kaya ada yang manggil kita deh!" Ujar Geri bertanya pada Indra.
"Heemh. Keknya mereka khawatir, makanya sampai nyari kesini!" Kata Indra mengiyakan.
Keduanya berbalik untuk menyahuti saat mendengar teriakan lagi dari mereka. "Kita di sini!"
Ketiga temannya berteriak memanggil nama mereka lagi. "Geri ... Indra ... elu berdua dimana, sih!" Teriakan kencang itu terdengar tak jauh. Malah kini tampak di depan mata.
Geri dan Indra sontak melambaikan tangan saat sudah melihat mereka di sana. "Hei guys, kita di sini!"
Namun, sepertinya ada yang aneh. Lambaian tangan keduanya tak bisa di lihat oleh ketiga temannya yang sedang sibuk mencari.
Ketiganya sudah berdiri di depan mata, namun seolah mereka tak terganggu oleh lambaian tangan keduanya. Mereka terus berteriak memanggil nama Geri dan Indra.
"Geri ... Indra ...!" Mereka terus berteriak memanggil-manggil nama keduanya walau sudah tepat berada di depan mata.
Melihat kejanggalan itu, ada rasa takut dalam diri Indra maupun Geri. "Kok mereka gak bisa liat kita ya, Ren. Ada apa sebenarnya?" Bertanya pada orang asing yang batu mereka kenali.
Tapi, lagi-lagi keduanya di buat bingung dengan menghilangnya Rendi dan Iqbal dari tempat itu. "Lah, tuh bocah dua pada kemana? Rendi ... Iqbal." Namun tak ada jawaban dari kedua orang tersebut.
"Jangan-jangan mereka itu ... Aaaaaaaaaaa!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!