NovelToon NovelToon

Kulepas Kau Dengan Bismillah

Rahasia di laptop suamiku

"Mas, Mas Danang," panggil Ariana di ruang kerjanya. "Mas Danang mana sih?" gumam Ariana. Ia pun pergi ke teras depan mencari sang suami, tapi tak kunjung menemukannya. "Ih, nih orang ilang kemana sih? Udah kayak hantu, tiba-tiba ngilang gitu aja," omel Ariana. "Mas, Mas Danang, Ana pinjam laptopnya sebentar ya! Aku mau buka file yang baru dikirimkan dokter Rasyid. Laptop aku tiba-tiba aja ngeblank, nggak bisa nyala," pekik Ariana berharap suaminya mendengar apa yang ia katakan.

Ariana pun kembali masuk ke ruang kerja suaminya dan segera duduk di depan laptop yang ternyata dalam posisi menyala.

Ariana pun berniat untuk memasukkan emailnya di sana, namun tanpa sadar ia menekan tab terakhir yang dibuka suaminya.

Seketika Ariana terperanjat saat melihat apa yang terpampang di hadapannya.

"Si-siapa perempuan cantik ini? Ke-kenapa Mas Danang menyimpan gambar perempuan ini di laptopnya?" gumam Ariana gugup bukan main.. Jantungnya kebat-kebit. Bahkan tangannya pun sudah sedikit bergetar.

Di layar segiempat itu terpampang sebuah foto wanita cantik yang tampak masih muda. Mungkin foto itu diambil saat perempuan itu masih berumur awal 20'an. Ariana lantas menggeser slide ke foto berikutnya. Hatinya makin mencelos saat melihat foto suaminya yang sedang berpose dengan perempuan tadi dengan senyuman yang sungguh lebar dan berpakaian santai. Sepertinya foto itu diambil saat sedang berada di sebuah taman. Keduanya tampak bahagia sekali. Tak pernah Ariana melihat suaminya tersenyum selebar ini. Dadanya sakit. Sakit sekali. Bagai ada beban ribuan ton yang dijatuhkan tepat di atas dadanya. Sungguh menyesakkan.

Ariana menelan ludah kasar. Lalu ia membaca sebuah tulisan kecil di bawah foto tersebut.

...From beginning till now...

...❤️Monalisa❤️...

Ariana tidak tahu harus merespon apa dan bagaimana. Yang pasti hatinya sakit. Hatinya hancur berkeping-keping. Lelaki yang ia yakini mencintainya ternyata mencintai perempuan lain.

"Siapa perempuan ini? Apa Mas Danang berselingkuh di belakang ku?" gumamnya dengan nafas memburu dan tenggorokan tercekat.

Tak mampu melihat apa yang ada di depan matanya, Ariana pun segera menutup laptop tersebut. Di saat bersamaan, Danang masuk ke ruang kerjanya. Matanya seketika melotot saat melihat keberadaan Ariana yang sedang duduk di kursinya menghadap ke laptop yang terkapar di atas meja.

"Apa yang kau lakukan di sini? Kau membuka laptopku?" sentak Danang dengan mata melotot. Jelas sekali terlihat ada amarah di netra matanya.

"Mas, aku ... "

"Bukankah kau tahu aku paling nggak suka ada orang lain yang menyentuh barang-barang ku? Kenapa kau masih saja ingin menyentuhnya, hah?" bentaknya lagi dengan wajah merah padam.

"Mas, aku cuma mau pinjam sebentar doang, kok mesti pake marah-marah gitu sih!" berang Ariana. Terlihat sekali kalau laki-laki itu takut rahasianya terbongkar.

Dadanya bergemuruh. Seumur hidup ia tidak pernah dibentak seperti ini. Bahkan ibu sambungnya-Tatiana pun tidak pernah berkata dengan nada tinggi. Baik ayah maupun bundanya selalu memperlakukannya dengan lembut. Tapi untuk pertama kalinya, Ariana dibentak oleh seseorang yang bergelar sebagai suaminya itu.

"Tapi kau menyentuhnya tanpa seizinku. Kau tahu kan, aku paling anti barang-barang ku disentuh orang lain."

"Orang lain? Oh, jadi aku ini orang lain? Begitu, Mas?" Raung Ariana dengan dada bergemuruh dan suara bergetar. "Tadi aku sudah berusaha meminta izin darimu. Aku cari-cari kamu, tapi nggak nemu. Aku mau buka file, tapi laptop ku tiba-tiba ngeblank terus mati. Oke, kalau emang aku nggak boleh sentuh barang kamu. Ya, aku sadar, aku emang orang lain. Fine!" imbuhnya dengan nafas tercekat.

Lalu dengan tubuh yang bergetar, Ariana segera keluar dari ruangan itu dan kembali ke kamarnya. Ia membanting pintu dengan kasar. Apa laki-laki itu pikir hanya dirinya saja yang berhak marah dan dirinya tidak? Ariana jelas saja tidak terima diperlakukan seperti ini. Seperti orang asing.

Danang meraup wajahnya kasar. Ia benar-benar tidak sadar sudah membentak Ariana. Danang pun segera mengejar Ariana ke dalam kamarnya. Di saat bersamaan, Ariana sudah mencangklong tasnya di pundak.

"Ana, maaf, aku nggak bermaksud untuk ... "

"Sudahlah, Mas. Berhenti membela diri. Aku sadar, aku memang orang lain. Istri hanyalah status bagimu. Aku pergi dulu. Assalamu'alaikum."

Ariana meraih tangan Danang dan mencium punggung tangannya. Kemudian ia segera berlalu dari hadapan Danang.

"Ana, kamu mau kemana? Nggak baik menyetir dalam keadaan marah seperti ini?" sergah Danang hendak mencegah Ariana pergi keluar.

"Mau kemana aku memangnya kamu peduli? Aku kan orang lain?" sindir Ariana dengan sudut bibir terangkat.

"Na, maaf kalau kata-kata ku tadi membuat kamu tersinggung. Aku nggak bermaksud mengatakan itu. Sungguh." Danang mencoba membela diri.

Danang pun mencoba meraih tangan Ariana, tapi perempuan itu segera menepisnya.

"Aku mau ke rumah bunda. Mending aku pinjam laptop Gian aja. Dia pasti dengan senang hati meminjamkan laptopnya pada kakak perempuan kesayangannya ini." Ucap Ariana dengan nada sarkas.

"Gini aja, gimana kalau kita beli laptop baru? Mau ya? Kamu mau yang kayak gimana? Nanti aku beliin." Danang berusaha membujuk Ariana. Tapi Ariana yang kadung kesal dan marah atas kata-kata yang Danang tadi ucapkan jelas saja menolaknya.

Kalau cuma sekedar membeli laptop, dia pun bisa membelinya sendiri. Tapi Ariana yang memang selalu diajarkan untuk hidup sederhana tidak ingin membuang-buang uang untuk membeli sesuatu yang belum urgent. Apalagi laptopnya masih tampak bagus. Mungkin baterainya yang sudah kurang bagus dan perlu diganti. Jadi ia bermaksud meminjam laptop Gian untuk sementara saja sembari membawa laptop lamanya ke tempat service.

"Terima kasih. Aku nggak butuh yang baru."

Ariana pun segera masuk ke dalam mobil dan dalam hitungan detik, mobil pun ia lakukan keluar dari pekarangan rumahnya.

Danang berdecak seraya meninju udara. Ia tadi benar-benar kelepasan. Yang membuatnya kelepasan karena di laptop itu banyak foto-foto seorang perempuan yang ia cintai. Ia khawatir Ariana melihatnya sehingga semua rahasianya terbongkar. Ia tidak mau hal itu sampai terjadi.

"Aaargh, sial!" umpatnya kesal.

Kurang lebih satu jam kemudian, akhirnya Ariana tiba di rumah kedua orang tuanya.

"Assalamu'alaikum," ucap Ariana.

"Wa'alaikumussalam. Ana. Masya Allah, anak cantik bunda akhirnya datang. Bunda kangen banget sama kamu, Sayang," sambut Tatiana. (Yang sudah baca Sebatas Ibu Pengganti? pasti masih ingat kan siapa Tatiana.)

"Sama, Ana juga kangen banget sama bunda."

Tatiana dan Ariana lantas berpelukan.

"Yuk, Sayang, masuk. Kebetulan sekali, bunda masak ayam lada hitam kesukaan kamu."

"Wah, bunda memang yang paling mengerti Ana. Bahkan Ana datang tiba-tiba aja kayak udah laporan ke bunda aja sampai dimasakkin makanan kesukaan," seloroh Ariana membuat Tatiana terkekeh.

"Kamu kan anak bunda, Sayang, jadi udah sehati." Tatiana terkekeh.

"Sayang, Bunda."

"Sayang juga sama kesayangan bunda."

"Yah, kok cuma kak Ana aja yang kesayangan, jadi aku nggak dong?" Tiba-tiba si bungsu ikut menimbrung.

Tatiana dan Ariana menoleh. Mereka pun tertawa dan langsung mendekati Mika dan memeluknya.

"Bunda juga sayang Mika kok."

"Unch, kangen banget sama adik kakak satu ini!"

Mikayla yang kerap dipanggil Mika itupun mengembangkan senyumnya.

"Mika juga kangen kak Ana."

Tatiana tersenyum haru. Meskipun keduanya lahir berbeda ibu, tapi anak-anaknya saling menyayangi satu sama lain. Sesuatu yang selalu Tatiana syukuri hingga saat ini.

...***...

...Hollaaaa pembaca setia karya othor D'wie, selamat datang di cerita baru D'wie ya. Ini nih sekuel cerita Sebatas Ibu Pengganti? Kan ada tuh yang waktu itu komen minta cerita anak-anaknya si Samudera dan Tatiana jadi othor buat deh cerita si Ariana....

...Selamat membaca ya!...

...Semoga suka. 🤩🤩🤩...

Maaf othor post ulang ceritanya. Soalnya mau daftar lomba You are a writer. Ternyata mau ikutan itu mesti daftar ulang dari menu deskripsi lomba. Jadi coba posting ulang dulu. Kalo udah terdaftar, yang sebelumnya akan othor hapus. Kalau nggak masuk list, bakal kembali ke yang sebelumnya. 😅

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Sebuah Tekad

"Sayang, kok melamun sih? Kamu ada masalah" tanya Tatiana yang menghampiri sang putri sulung.

Ia duduk di samping Ariana. Ariana yang melihat sang ibu pun segera memeluk lengannya dan merebahkan kepalanya di pundak sang ibu. Tatiana tersenyum. Meskipun ia sudah memiliki anak sendiri dengan Samudera, tapi rasa sayangnya tidak pernah berubah dengan putri sambungnya itu. Sebab berkat putri sambungnya inilah akhirnya ia bisa menemukan kebahagiaan yang sempat hilang dari dalam hidupnya. Meskipun dalam perjalanannya cukup berliku, tapi ia tidak pernah menyesalinya. Bukankah setiap orang memiliki ujiannya masing-masing.

"Nggak ada kok, Bun," dusta Ariana.

"Bener?"

"Bener kok, Bun."

"Tapi kok kamu keliatan murung gitu?"

"Ana beneran nggak papa kok."

"Baguslah kalau nggak ada. Bunda hanya cemas saja. Bunda tuh sayang banget sama kamu. Ingat ini, kalau ada masalah apapun, jangan pernah pendam sendiri, oke? Ingat, kamu punya bunda, punya ayah, Ana punya kami yang akan selalu menerima Ana dengan tangan terbuka. Ayah, Bunda, Gian, Mike, dan Mika sangat menyayangi Ana," ujar Tatiana.

Entah mengapa Tatiana mengatakan itu. Mungkin tanpa sadar ia sudah memiliki firasat yang kurang baik tentang anaknya. Meskipun bukan anak kandung, tapi Tatiana sudah merawat Ariana sejak ia masih sangat kecil. Bahkan tidak sedikit yang mengira Ariana anak kandung Tatiana. Apalagi semakin besar, Ariana justru semakin mirip dengan Tatiana.

Ariana tersenyum lebar, "iya, Bun. Siap, laksanakan!" serunya berseloroh. Ariana lantas mencium pipi Tatiana dengan sayang. Karena memang sesayang itu Ariana pada Tatiana.

"Ih, Gian kok lama sekali sih," omel Ariana.

"Kenapa nggak ditelepon aja? Laptopnya juga ada di kamar tuh. Pake langsung aja, kenapa. Biasanya juga gitu kan!"

"Nggak ah, Bun. Laptop itu kan termasuk barang pribadi jadi Ana nggak mau sentuh sembarangan. Entar kalau ada apa-apa, Ana juga yang repot," ujarnya sambil terkekeh.

Padahal sebenernya ia jadi sedikit trauma menyentuh barang yang bukan miliknya. Padahal biasanya juga ia bebas menyentuh barang milik adik-adiknya. Tapi kini ia justru tidak berani.

Tak lama kemudian, yang ditunggu akhirnya datang. Giandra pulang bersama Michael atau yang kerap disapa Mike. Mereka ternyata pulang dari bermain futsal.

Melihat kedatangan Ariana, Giandra dan Mike pun segera menghampiri sang kakak, mencium punggung tangannya, kemudian mereka saling berpelukan.

"Nggak papa nih kakak bawa laptopnya? Entar kamu butuh, Gi?"

"Nggak papa, Kak. Pake aja. Kalo butuh, aku bisa pinjam yang Mike. Paling juga besok laptop kak Ana udah beres kok. Entar kalo udah beres, Gian segera kabarin deh."

"Makasih ya, Gi."

...***...

Menjelang sore, Ariana baru pulang ke rumahnya. Di sepanjang perjalanan, Ariana tak henti-hentinya menghembuskan nafas kasar. Ia sengaja pulang sedikit sore sembari menunggu sang ayah pulang. Ia pun sudah merindukan ayahnya itu. Apalagi semenjak menikah beberapa bulan lalu, ia baru sempat pulang ke rumah beberapa kali juga.

Ariana memang baru menikah beberapa bulan yang lalu. Danang merupakan putra dari rekan kerja Samudera. Ariana sendiri sudah cukup lama menyukai Danang. Laki-laki itu memang kerap datang bersama sang ayah sehingga dari sana ia dan Danang saling berkenalan.

Sebagai sama-sama calon dokter membuat interaksi keduanya begitu nyambung. Hingga akhirnya mereka menjadi koas di tempat yang sama membuat keduanya kian dekat.

Hingga di hari terakhir Ariana menjalani koas, orang tua Danang tiba-tiba datang melamar. Ariana yang memang sudah cukup lama menyukai Danang pun menerima lamaran itu.

Setelah menikah, Danang memang bersikap baik. Tapi entah mengapa, Ariana merasa Danang memperlakukannya seperti teman biasa. Bukannya seorang istri. Bahkan Danang tidak pernah menatapnya dengan penuh cinta.Tak ada gairah yang membara. Tak ada gelora asmara. Semua terasa dingin dan hambar. Tidak seperti bayangannya selama ini. Tidak seindah impiannya.

Selama ini Ariana pernah bermimpi memiliki rumah tangga kecil yang indah dan bahagia seperti rumah tangga orang tuanya. Sungguh kedua orang tuanya merupakan role modelnya dalam mewujudkan sebuah kehidupan setelah pernikahan. Namun ternyata harapan tak sesuai ekspektasi. Padahal baru beberapa bulan menikah, tapi Ariana merasakan rumah tangganya begitu hambar. Namun Ariana mencoba bersabar sebab ia tahu, tidak semua rumah tangga berjalan manis dan indah. Akan ada kerikil-kerikil tajam yang mencoba menghalangi. Dibutuhkan kedewasaan bersikap dalam menghadapinya.

Namun setelah melihat foto dengan sebuah tulisan ungkapan cinta yang mendalam, membuat Ariana akhirnya berpikir, apakah perempuan ini yang menyebabkan suaminya bersikap dingin seperti itu? Apakah suaminya berselingkuh di belakangnya? Ariana bertanya-tanya dalam hati. Ingin bertanya langsung pun rasanya tak mungkin sebab mana mungkin Danang akan berkata jujur padanya.

"Aku harus mencari tahu, siapa perempuan itu? Siapa perempuan yang sudah menggoda suamiku hingga bersikap dingin padaku?" Ariana bertekad dalam hati untuk mencari tahu sendiri siapa perempuan yang ada di dalam laptop suaminya.

Tak lama kemudian, mobil Ariana akhirnya sudah terparkir di depan rumah. Baru saja Ariana turun, pintu rumah tiba-tiba terbuka. Muncullah Danang dari baliknya dengan senyum yang mengembang. Sebenarnya hati Ariana masih terasa sakit dengan sikap Danang sebelumnya. Namun ia tidak boleh terus bersikap demikian. Biarlah saat ini ia mengalah sembari pelan-pelan mencari informasi mengenai perempuan yang sudah mencuri hati sang suami.

"Ana, akhirnya kau pulang, Sayang." Tiba-tiba saja Danang memeluk Ariana. Pelukan itu terasa hangat di kulit, tapi entah mengapa tidak mampu menghangatkan hati dan jiwanya.

"Ayo, masuk! Mas tadi membuat sesuatu untukmu lho!"

"Membuat sesuatu? Apa?"

Danang tiba-tiba terkekeh, "pancake. Ayo, kita coba bersama!"

Danang membawa Ariana ke dapur. Setibanya di sana, aroma harum bercampur gosong menyeruak.

"Ini ... "

Samudera segera berlari membereskan segala kekacauannya.

"Mas masak? Emang bisa?" beo Ariana sadar kalau kekacauan itu karena aktivitas memasak sang suami.

Danang menggaruk tengkuknya, "baru mau belajar. Ternyata cukup sulit ya!"

"Makanya, kalau aku masak itu dimakan. Sekarang tahu kan gimana repotnya memasak itu."

Danang merasa tertohok. Ia memang kerap mengabaikan makanan yang Ariana masak dengan berbagai macam alasan. Sudah makan lah, tidak lapar lah, tidak berselera lah, dan masih banyak lagi.

"Maaf. Lain kali pasti Mas akan selalu memakan hasil masakanmu."

Hanya mendengar satu kalimat itu saja membuat perasaan Ariana senang. Namun, Ariana tidak mau terlalu banyak berharap. Apalagi setelah tahu kalau suaminya memiliki rahasia di dalam laptopnya.

'Ini baru satu foto. Aku yakin, masih banyak lagi rahasia di dalamnya.'

"Ya udah, aku cuci tangan dulu ya, Mas."

Ariana pun segera menuju wastafel dan mencuci tangan. Setelahnya, ia duduk di kursi dan mencoba pancake buatan suaminya.

"Bagaimana?" tanya Danang harap-harap cemas.

Ariana menatap lekat wajah suaminya "Kemanisan. Hehehe ... Tapi nggak papa, masih layak makan kok. Cuma nggak bisa sering-sering atau kalau nggak kita bisa kena diabetes." Ariana mencoba berseloroh untuk mengurai kecanggungan.

Danang pun ikut mencoba pancake buatannya. Ia lantas tertawa.

"Not bad lah. Baru pertama. Setelah mencoba lagi, pasti akan lebih enak dari ini."

Ariana menatap wajah sang suami yang sedang menyantap pancake buatannya.

'Semoga apa yang ku temukan, tidak seperti apa yang aku pikirkan, Mas. Betapa hancurnya hatiku kalau sampai benar kau mendua di belakangku.'

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Jangan-jangan dia ...

Karena kesibukan beberapa Minggu ini, Ariana jadi sedikit melupakan perihal pertengkarannya tempo hari dengan Danang. Apalagi selama beberapa waktu ini juga, Ariana tidak pernah melihat laptop Danang terkapar begitu saja. Laptop Danang memang kerap dibawanya kemana-mana. Entah kemana diletakkannya laptop itu sepulang bekerja, tapi yang pasti Ariana tidak melihatnya sama sekali.

Sebenarnya Ariana merasa curiga. Pasti ada rahasia besar di dalam benda elektronik berbentuk segiempat tersebut. Sayangnya, Ariana belum menemukan cara untuk menyelidikinya.

"Mas, kamu mau kemana?" tanya Ariana yang baru saja keluar dari dalam kamar.

"Ke toilet. Perutku mulas," jawab Danang sambil lalu. Dahi Ariana mengernyit saat melihat Danang berjalan ke toilet dengan terburu-buru.

Ariana pun segera mengambil tempat, duduk di sofa tempat Danang tadi duduk sambil membaca beberapa lembar laporan riwayat kesehatan pasien.

Ariana yang hendak menonton televisi pun mengambil remote televisi yang terkapar di samping ponsel Danang. Namun baru saja tangannya menyentuh remote televisi, ia mengernyit saat sebuah pesan bernada perhatian masuk ke ponsel suaminya.

Ariana menoleh ke arah belakang, melihat situasi aman, ia mendekatkan wajahnya ke arah ponsel. Layar ponsel itu memang terkunci, tapi Ariana bisa menarik bar notifikasi untuk membaca pesan masuk tersebut.

Dahi Ariana mengerut saat melihat foto profil pengirim pesan tersebut merupakan gambar punggung tangan yang saling bergenggaman tangan tersebut. Jelas sekali dari bentuk tangan, kedua tangan itu merupakan tangan laki-laki dan perempuan. Namun yang membuat jantung Ariana berdetak kencang adalah ia sangat mengenal tangan sang laki-laki. Terlihat jelas dari tanda lahir di punggung tangannya sebab posisi punggung tangan sang laki-laki ada di atas, sementara tangan perempuan ada di dalam genggaman tangannya.

"M?" Ariana menyebut nama kontak perempuan itu. Ia lalu membaca pesannya.

[Dan, perut kamu masih sakit? Udah minum obat? Maaf, ini gara-gara aku maksa kamu makan seblak super pedas punyaku.]

Degh ...

Ariana segera mengunci layar ponsel itu kembali. Lalu kembali duduk di tempatnya. Seketika Ariana kehilangan selera untuk menonton televisi. Dengan hati yang bergemuruh, Ariana justru kembali ke kamar dan membaringkan tubuhnya.

"Na, kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Danang yang sudah masuk ke dalam kamar. Tidak menemukan Ariana di luar, Danang pun segera menyusul ke dalam kamar beberapa saat kemudian.

"Aku ... aku nggak papa kok."

Ya, secara fisik memang Ariana tidak apa-apa, tapi hati ... Hatinya benar-benar sakit saat ini. Kecurigaannya semakin menjadi. Ia yakin, suaminya memiliki wanita lain di belakangnya.

Dipandanginya wajah suaminya yang kini menatapnya.

'Sebenarnya apa yang kau rahasiakan di belakang ku, Mas? Apa benar kau memiliki wanita lain?'

"Kenapa?" tanya Danang saat melihat Ariana menatapnya lekat.

"Mas, boleh aku tanya sesuatu?"

"Tanya saja. Kenapa mesti bertanya lagi? Bukannya kau kalau mau apa-apa, langsung bilang aja tanpa bertanya lagi." Alis Danang naik sebelah merasa heran dengan sikap Ariana.

"Mas, apa Mas Danang mencintaiku?" tanya Ariana mengabaikan kata-kata Danang sebelumnya.

Danang terperanjat. Ia tidak menyangka Ariana akan menanyakan hal seperti itu.

"Pertanyaan apa itu?" Danang justru mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lalu ia pura-pura sibuk dengan ponselnya. Melihat bagaimana sikap Danang membuat Ariana perlahan tahu kalau suaminya tidak pernah mencintainya. Ariana tersenyum sinis. Mengasihani dirinya sendiri yang ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Kenapa Mas nggak mau menjawab?" tanya Ariana retoris.

"Lalu aku harus jawab apa, Ana? Pertanyaanmu itu aneh, tau nggak. Aku nggak biasa bilang begituan. Lagipula cinta itu tak perlu dikatakan, tapi dibuktikan dengan perbuatan. Dan bagiku dengan menikahi mu sudah menunjukkan bagaimana perasaan ku padamu." Danang menjawab dengan nada kesal.

"Jadi menurut Mas ini pertanyaan aneh? Tapi sayangnya hampir semua perempuan bila dalam posisiku pasti akan bertanya-tanya 'cintakah suaminya kepadanya?' Perempuan itu membutuhkan validasi untuk meyakinkan kalau ia tidak salah dalam menjatuhkan cintanya pada laki-laki itu. Begitu pula aku. Aku ingin memvalidasinya. Sebab aku tidak ingin salah dalam menjatuhkan perasaanku. Aku tidak ingin mencintai laki-laki yang perasaannya ternyata bukan untukku." Ariana mengucapkan setiap kata itu dengan sedikit penekanan membuat Danang seketika menoleh.

"Apa maksudmu?"

"Tak perlu tanyakan apa maksudku, tapi cukup pastikan untuk siapa perasaanmu sebenarnya. Seumur hidup itu terlalu lama untuk dihabiskan dengan orang yang salah," ucap Ariana menggebu. Bahkan matanya tampak berkaca-kaca membuat Danang sampai tertegun di tempatnya.

Ariana pun segera membalikkan tubuhnya membelakangi Danang. Lalu memejamkan mata. Membayangkan ternyata suaminya tak pernah mencintainya membuat hatinya sakit.

Danang menghela nafas panjang. Rasa kantuk yang tadi menyergap kini entah hilang kemana. Danang lantas segera beranjak dari tempat tidur dan keluar dari dalam kamar. Saat Danang sudah keluar, Ariana pun membuka mata. Rinai air mata perlahan mengalir membasahi bantal.

"Ya Allah, sebenarnya aku tidak ingin menaruh curiga apalagi berpikiran buruk pada suamiku, tapi ... kenapa semakin aku ingin berpikiran positif, semakin kuat pula pikiran negatif menyerbu otakku. Ya Allah, aku mohon, tunjukkan kebenaran agar aku tidak selalu menduga-duga seperti ini."

...***...

Siang ini Ariana sengaja datang ke rumah sakit dimana Danang bekerja. Mereka bekerja di rumah sakit berbeda. Danang bekerja di rumah sakit yang sama dengan Samudera, sementara Ariana memilih rumah sakit berbeda agar ia tidak dikatakan mendompleng nama sang ayah saya bekerja di sana.

Brukkk ...

"Eh, maaf," ujar Ariana saat tanpa sadar menabrak seorang perawat hingga menjatuhkan lunch box miliknya.

"Ah, tidak apa-apa, Mbak. Untung tidak tumpah," ujar perawat tersebut sambil tersenyum lebar.

Mata Ariana mengerjap saat melihat perawat tersebut. Ia seakan familiar dengan wajah cantik perawat tersebut.

"Apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?" tanya Ariana.

"Ya? Maaf, sepertinya tidak pernah. Apa Anda mengenal saya?"

"Ah, sepertinya hanya perasaanku saja." Ariana tersenyum. Perawat itupun segera berlalu dari hadapan Ariana.

Karena waktu sudah semakin mendekati jam makan siang, Ariana pun kembali melangkahkan kakinya ke dalam rumah sakit.

"Sus, dokter Danang ada di tempatnya?" tanya Ariana ke meja front office.

"Eh, dokter Ariana. Sebentar lagi jam istirahat dokter Danang, Dok. Dokter bisa langsung ke ruangan Dokter Danang." Petugas yang berjaga di meja front office kebetulan mengenal Ariana sebagai putri dari Dokter Samudera sekaligus istri dari dokter Danang.

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih."

Usai mengucapkan itu, Ariana pun segera berjalan menyusuri koridor dan masuk ke dalam lift yang akan mengantarkannya ke lantai dimana ruangan Danang berada. Setelah pintu lift terbuka, Ariana pun segera melangkahkan kakinya sambil melirik ke arah tas kanvas yang dipegangnya. Tas itu berisi makan siang yang ia beli di restoran favorit Danang. Saat beberapa langkah lagi Ariana tiba di ruangan Danang, tiba-tiba ia menangkap sosok perempuan yang keluar dari ruangan Danang. Perempuan itu keluar dengan tersenyum lebar. Wajahnya tampak berseri-seri. Kentara sekali ia sedang bahagia.

Tak ingin menduga-duga, Ariana meneruskan langkahnya. Saat mereka kembali berpapasan, perawat itu tersenyum manis ke arahnya membuat jantung Ariana seketika berdetak kencang.

Degh ...

"Jangan-jangan dia ... "

Ariana membalikkan badannya menatap perawat tersebut yang terus berjalan hingga menghilang dari pandangannya.

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!