NovelToon NovelToon

Obsesi Cinta Mas Bima

Chapter 1

Matahari masih enggan untuk menampakkan dirinya namun ada seorang gadis cantik yang hampir menyelesaikan aktivitasnya. Sudah bangun sejak Shubuh tadi, gadis itu tengah membuat masakan yang ia persiapkan untuk menu sarapan nanti.

" Dara, walah maaf nak ibu bangun kesiangan" ucap wanita berumur yang kini menghampiri si gadis. Saat ini mereka sedang berkutat di dapur bersama.

" Iya tidak apa-apa lah Bu. Dara sudah selesai kok bikin sarapannya, tinggal bikin kopi saja buat bapak" jawab si gadis yang memang bernama Dara.

" Hummmm, bau masakan mu sangat wangi. Beruntung nanti calon suami mu Dar,"

" Ah ibu bisa saja. Dara kan bisa masak karena diajarin sama ibu. Lagian kan masih banyak menu masakan lain yang harus Dara pelajari dari ibu," jawab Dara.

" Kamu sudah bisa masak, sudah cocok kalau menikah" jawab ibu Dara.

" Lho lho lho ada apa to pagi-pagi begini kok ngomongin nikah? Dara kamu sudah mau nikah to nak?" sahut pria paruh baya yang menghampiri dua perempuan yang berbeda umur tersebut. Pria paruh baya itu pun ikut bergabung bersama keduanya.

Mereka bertiga adalah sebuah keluarga dimana pria paruh baya tersebut adalah kepala keluarga di rumahnya. Keluarga mereka terdiri dari tiga anggota yakni ayah, ibu dan satu anak perempuan.

Pak Ahmad dan Bu Yuni telah menikah sejak 26 tahun yang lalu. Mereka dikaruniai satu-satunya anak perempuan yang kini berusia 24 tahun. Namanya Aldara Maheswari, gadis cantik lulusan sarjana keperawatan. Gadis itu kini sudah bekerja di rumah sakit sebagai tenaga kerja perawat.

" Gimana mau nikah to pak, orang pacar aja Dara tidak punya," jawab Dara.

" Dikenalin sama anak temen ibu kamu tidak mau sih," celetuk Bu Yuni.

" Ya tidak mau lah Bu. Sekarang kan bukan jamannya perjodohan lagi," timpal Dara.

" Cuma kenalan doang, siapa tahu jodoh. Kan jodoh bisa datang darimana aja,"

" Ibu ini ada-ada saja,"

" Sudahlah Bu. Biarin aja Dara nentuin pilihannya sendiri. Bapak mah yang penting Dara cepet nikah, biar bapak bisa jadi walinya nanti "

" Bapak akan menjadi walinya Dara. Bapak jangan ngomong gitu lagi ya, bapak sama ibu pasti panjang umur" ucap Dara.

" Ya sudah ibu mau ke depan, mau nyapu halaman. Sudah dua hari tidak disapu,"

" Bapak juga mau lihat ayam dulu. Kayaknya ada yang udah bertelur, soalnya dari semalam berkokok terus,"

" Ya sudah Dara simpan dulu sarapannya. Kayaknya Dara juga mau jogging dulu deh,"

Mereka bertiga pun pergi meninggalkan dapur melanjutkan aktivitas masing-masing. Dara menyimpan semua masakan yang ia buat. Seperti biasa, di keluarganya meskipun sudah ada sarapan pagi mereka selalu suka sarapan siang. Dara pun demikian, ia pergi ke kamar untuk bersiap jogging.

Dara tinggal di kampung yang jaraknya lumayan jauh dari kota. Suasana kampungnya masih asri, terbukti aliran sungainya masih jernih. Banyak juga pepohonan di sepanjang jalan dan hutan. Hasil bumi pun melimpah ruah karena tanah yang masih asli.

Dara terbiasa jogging mengelilingi kampung. Dengan memakai celana legging katun dan kaos panjang berwarna pink serta sepatu olahraga, Dara begitu cantik dibuatnya. Rambut gadis itu dikuncir kuda dengan beberapa helai anak rambut yang dibiarkan menjuntai membuat siapapun mengagumi sosok Dara ini.

" Eh Bu perawat meni geulis pisan, rajin sekali lari paginya," sapa salah satu ibu-ibu yang ditemui Dara di jalan. Baru separuh jalanan kampung Dara tempuh namun gadis itu belum merasa lelah.

" Iya dong Bu, biar sehat badannya" jawab Dara tersenyum. Sebagai salah satu tenaga kesehatan, Dara cukup rajin jika menyangkut tentang kesehatan diri. Ia akan rutin melakukan olahraga dan juga menjaga pola makan.

" Ya sudah sok mangga lanjut jalan lagi bu perawat. Saya teh mau ke kebun," lanjut ibu-ibu itu lagi yang Dara tahu ibu itu asli Sunda.

Dara tersenyum kemudian melanjutkan larinya. Berbicara soal pekerjaan, semua penduduk kampung pun tahu jika Dara bekerja di rumah sakit kabupaten. Dara bekerja sebagai perawat di bagian ruang IGD.

Penduduk kampung sering meminta tolong Dara jika ada sanak saudara yang sakit. Mereka memanggil Dara agar bisa menyembuhkan yang sakit tersebut. Dara sendiri terkadang bingung menjelaskannya, pasalnya untuk bagian mendiagnosa penyakit dan menyembuhkan itu bukan ranah pekerjaannya. Itu adalah tugas dokter, sementara Dara sendiri yang bertugas membantu perawatannya.

Memang penduduk kampung masih awam pengetahuan, mereka pikir setiap seseorang yang bekerja di rumah sakit pasti bisa menyembuhkan. Namun kenyataannya tidak, yang bekerja di rumah sakit bekerja sesuai dengan profesinya masing-masing. Kalau sudah menghadapi hal tersebut Dara hanya bisa membantu sekenanya, jika dirasa gawat pasti Dara akan merekomendasikan penduduk kampung untuk berobat saja ke rumah sakit.

Hari ini Dara kedapatan masuk siang. Di rumah sakit memang untuk tenaga kerja perawat dibagi dalam tiga shift kerja. Setiap shift itu adil mendapatkan delapan jam kerja masing-masing. Dara akan berangkat siang sekitar pukul satu setelah Dzuhur.

************

Teriknya sinar matahari, tak membuat perjalanan Dara surut. Gadis itu dengan semangat pergi ke tempat kerja. Dara berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Dibalut jaket dan helm, tak membuat Dara semakin kepanasan meskipun hari lagi terik-teriknya.

Sesampainya di rumah sakit, Dara lekas memarkirkan motornya di parkiran khusus karyawan. Langkah kakinya bergerak menyusuri lorong rumah sakit di ruangan ia biasa bekerja. Di pojok belakang IGD beruntung disediakan kamar ganti perawat. Di sinilah Dara meletakkan tas dan juga jaketnya.

" Hai jeng, baru datang" sapa salah satu teman Dara yang baru masuk. Usianya lebih tua dari Dara dan sudah menikah.

" Hari ini IGD ramai nggak Kak Lin?" ucap Dara kepada temannya yang bernama Linda.

" Uhhhhh ramai banget jeng. Dari tadi pagi aku terus mondar-mandir. Katanya ada kecelakaan di simpang lima, semua korban dilarikan ke sini. Ini aja aku baru bisa ngaso," jawab Kak Linda.

" Oh oke. Ya sudah aku langsung ke depan ya Kak Lin. Mau langsung ikut briefing pergantian jaga,"

" Eh tunggu sebentar. Takut kelupaan, ini kamu ada surat. Tadi manager rumah sakit titipin ke aku suruh kasih ke kamu langsung," ucap Linda sembari menyerahkan sepucuk surat resmi kepada Dara.

" Surat apa nih? Kenaikan gaji?" Gumam Dara.

" Mana ada kenaikan gaji di pertengahan tahun begini jeng. Kayaknya sih pemutusan kontrak kerja, dengar-dengar banyak perawat berprestasi yang dipindah tugaskan. Mungkin kamu salah satunya. Kamu mau dipindahin ke rumah sakit yang lebih gede kali," tebak Linda.

" Masa sih kak. Padahal udah betah banget kerja di sini aku,"

" Ya namanya karyawan kontrak Dar. Lagian itu ada untungnya juga, kamu bisa kerja di kota. Masih untung tidak pemutusan kontrak terus kamu dipecat, inikan kamu dikasih kesempatan emas"

" Emang iya kak?"

" Iyalah, kalau kamu kerja di rumah sakit swasta-swasta yang gede itu pasti gajinya juga gede. Belum disana peralatannya lebih lengkap jadi skill kamu juga nambah. Aku sih sebenernya juga pingin, tapi aku kasihan anakku kalau harus pindah sekolah,"

Chapter 2

" Jadi kamu mau ninggalin ibu Dar?" ucap Bu Yuni dengan raut wajah yang ditekuk.

" Bukan mau ninggalin Bu, Dara ini kan cuma mau pindah tempat kerja. Bukannya bagus buat batu loncatan Dara biar jadi sukses," saat ini mereka sedang berkumpul bersama di ruang keluarga. Pak Ahmad dan Dara rajin menemani Bu Yuni untuk menonton sinetron kesukaannya. Meskipun keduanya tidak suka tetapi mereka tetap menonton karena itu cukup menghibur.

" Terus gimana nanti perkenalan kamu sama anaknya Bu Tati? Ibu mau ngomong apa sama dia,, nggak enak lah Dara kalau kamu tinggal pergi begitu aja," ucap Bu Yuni semakin ditekuk wajahnya.

" Ya itu salah ibu sendiri, kenapa suka banget jodoh-jodohin Dara. Usia Dara kan baru 24, belum tua-tua amat lah Bu,"

" Ya itu kan karena anaknya Bu Tati naksir kamu duluan. Kamu sih anaknya cuek banget. Betah banget jomblo nya,"

" Berarti Dara pinter anaknya Bu. Sudahlah, memang kamu mau berangkat kapan nak?" sahut Pak Ahmad.

" Tadi aku pas baca suratnya bulan depan pak. Doain ya pak semoga semuanya lancar,"

Sembari mengobrol Dara mengemil kacang yang dibeli ibunya di pasar. Ini adalah camilan kesukaan Dara, ibunya pasti sudah hafal karena camilan kacang selalu tersedia di rumah. Memang Bu Yuni adalah ibu terbaik sedunia bagi Dara, bukan Dara saja semua anak pasti merasa seperti itu. Ibu adalah orang terdekat kita, beberapa diantaranya pasti setuju.

" Pak, Bu, Dara ijin masuk kamar ya. Besok pas turun jaga kayaknya Dara mau ke kota sebentar deh. Dara mau survei rumah sakit tempat kerja Dara yang baru sekaligus mau nyari kost-kostan,"

" Besok biar bapak yang antar, sekalian bapak biar tahu tempat kost mu"

" Oke pak,"

Dara pun beranjak dari kursi ruang keluarga. Ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke kamar. Rumah Pak Ahmad memang tidaklah luas, tetapi halaman depan dan belakang cukup untuk dijadikan lapangan sepak bola. Pak Ahmad sendiri memang tidak berniat membangun rumah yang besar, toh mereka kan juga tinggal hanya bertiga saja.

Kamar Dara sendiri terletak di sudut rumah. Kamarnya bertemakan vintage keinginan Dara waktu jaman SMA dulu. Sampai sekarang pun kamarnya masih terjaga karena Dara sering menambahkan koleksi barang-barang antik. Koleksi barang-barang antik merupakan salah satu hobi Dara. Dara dapat dengan mudah mendapatkan barang-barang tersebut karena peninggalan nenek dan kakeknya berupa barang dan juga tanah.

...****************...

Satu bulan kemudian, Dara sudah resmi pindah dari kampung ke kota. Ia diantar oleh bapak dan juga ibunya. Maklum, ini adalah pertama kalinya Dara dan kedua orang tuanya berpisah jadi dengan berat hati mereka melepaskan Dara untuk lebih mandiri.

Usai kedua orang tuanya pulang, Dara kemudian merapikan tempat kostnya. Bersama bapaknya kemarin Dara memilih kost ini. Kost yang dipilih Dara letaknya tepat berada di belakang rumah sakit. Jadi Dara tidak perlu mengendarai motor ataupun kendaraan lain karena rumah sakit bisa dijangkau hanya dengan berjalan.

Kruk kruk, bunyi perut Dara. Sontak Dara langsung memegangi perutnya. Padahal baru saja ia makan siang bersama kedua orang tuanya. Bahkan jarum jam masih menunjukkan pukul lima, perut nya sudah berbunyi kembali.

" Duh jam segini kok lapar ya?" gumam Dara.

Dara memutuskan untuk menunda merapikan tempat kostnya. Hanya tinggal menyusun baju-baju di lemari semuanya sudah beres. Dara pun duduk di pinggiran kasur sembari mengotak-atik ponselnya. Ia mencoba membuka salah satu aplikasi yang menyediakan layanan pesan antar. Ia menggulirkan layar ponselnya ke atas ke bawah mencari referensi makanan yang pingin ia makan.

" Duh kok mahal banget ya ongkirnya? Kalau di kampung kan tinggal metik daun singkong terus direbus jadi deeh lalapan sama bikin sambel. Kalau di sini apa yang bisa dipetik? Hikmahnya?" gumam Dara sembari menimbang-nimbang.

Di kota memang semua tanah rata-rata full dengan bangunan. Seperti di kost Dara, kanan kiri adalah kamar kost yang lain. Mengenai kost an, Dara memilih kost yang isinya khusus perempuan semua. Ini keinginan bapaknya karena tidak ingin Dara salah pergaulan selama di kota.

" Mending cari warung aja deh. Beli nasi bungkus aja biar ngirit," putus Dara akhirnya.

Dara mengunci kamar kostnya sebelum benar-benar ia tinggal pergi. Ini adalah amanah dari bapaknya, katanya apapun keadaannya kalau kost mau ditinggal pergi entah sebentar atau lama harus dalam keadaan dikunci. Bukannya tidak percaya dengan orang tetapi waspada itu perlu, begitulah kata bapak Dara kemarin. Dara pergi ke warung hanya menggunakan cardigan dan juga celana panjang. Menurutnya ini adalah outfit simpel yang ia biasa gunakan untuk bepergian jarak dekat.

Dara menyusuri jalanan yang ramai. Banyak orang lalu lalang salah satunya adalah Dara. Beberapa pegawai rumah sakit yang masih menggunakan seragam juga ada, mungkin sekarang adalah jam pulang kerja mereka.

" Wah aku baru sadar, ternyata rumah sakitnya besar banget" batin Dara.

Dara terus menatap rumah sakit tempat ia akan bekerja yang tinggi menjulang. Sepertinya ada lima belas lantai mungkin lebih. Oh, jangan lupakan halaman rumah sakit yang luas. Dara bisa bayangkan betapa mewah dan canggih nya rumah sakit tersebut. Ia jadi merasa takut kalau-kalau dirinya terlihat norak di depan klien rumah sakit besok.

Duggggg, tiba-tiba saja Dara bertubrukan dengan seseorang. Salahkan dirinya yang terlalu fokus mengangumi rumah sakit sampai lupa dengan jalanan di depannya. Sontak ia pun memegangi kepalanya yang terbentur.

" Awwwwww, duh sakit banget kepala aku" ucap Dara sembari mengusap-usap kepalanya. Ia memandangi orang yang ia tabrak saat ini. Laki-laki berkulit putih dengan tinggi 20 centi di atas kepala Dara.

" Aduh mbak kalau pingin kenalan sama saya jangan pakai trik nabrak-nabrak segala. Kan jadi sakit kepala kita," ucap laki-laki itu.

" Aduh pak saya minta maaf, saya tidak lihat jalan soalnya "

" Iya saya tahu mbak terpesona kan sama kegantengan saya. Makanya nabrak in diri," jawab laki-laki itu lagi. Dara memicingkan mata, begini kah kelakuan asli orang kota itu, terlalu percaya dirinya sangat berlebihan.

" Bapak kok pede banget ya? Tapi ya sudahlah saya kan sudah minta maaf. Saya permisi dulu," ucap Dara memutuskan untuk pergi.

" Eh tunggu dulu mbak. Mbak tidak bisa main pergi begitu saja, mbak harus tanggung jawab " ucap laki-laki itu.

" Tanggung jawab apa pak?"

" Kasih tahu nama sama nomor ponselnya mbak. Nanti kalau kepala saya ada apa-apa nanti saya langsung minta ganti rugi sama mbak," ucap laki-laki itu dan Dara langsung paham dengan akal bulusnya.

" Istighfar bapak, inget anak sama istrinya di rumah. Ya sudah ya saya pergi dulu" ucap Dara langsung ngeloyor pergi. Ia yakin orang di depannya ini pasti laki-laki super modus.

" Eh eh mbak, kalau tidak mau kasih nomor ponsel tinggalin nama aja mbak. Mbak cantik namanya siapa?" ucap laki-laki itu tidak ingin menyerah dan Dara yang tidak peduli.

Chapter 3

Hari ini adalah hari pertama Dara bekerja. Sebelumnya ia sudah melakukan orientasi tempat kerja bersama manager rumah sakit. Semua sudah dijelaskan termasuk dimana bagain Dara akan bekerja. Manager mengatakan jika Dara mendapatkan bagian di ruang rawat inap VVIP rumah sakit.

“ Terima kasih sudah mau bekerja di sini. Saya harap kamu cepat beradaptasi di rumah sakit ini. Seperti yang kamu tahu rumah sakit ini merupakan rumah sakit terbaik yang pernah ada, klien kami merupakan orang dengan perekonomian tingkat atas, seperti pejabat, artis klien luar negeri dan masih banyak lagi. Jadi saya harap kamu bisa menempatkan diri sebaik-baiknya karena rumah sakit kami menjamin mutu kualitas pelayanan,” ucap si manager.

“ Terima kasih saya akan berusaha dengan baik, pak”

“ Bagus, mari saya antar kamu ke ruangan. Ruangannya ada di lantai 15,”

Dara berjalan beriringan bersama manager menaiki lift yang ada di rumah sakit. Lift di rumah sakit ini dibedakan untuk umum dan khusus. Terdiri dari tiga lift dimana yang satu untuk pasien, karyawan seperti dokter dan perawat serta lift khusus untuk pemilik rumah sakit.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di ruang rawat inap, Dara langsung diarahkan ke tempat kamar ganti perawat. Benar-benar menakjubkan, kamar ganti perawat yang biasanya hanya berisi loker penyimpanan barang di sini juga disediakan kasur super empuk. Jangan lupakan toilet yang sangat bersih dan juga canggih karena menggunakan shower.

“ Hai, salam kenal aku Indira. Kamu Dara kan? Perawat baru pindahan dari rumah sakit kabupaten?” sapa salah seorang perempuan muda yang usianya sepertinya sama dengan Dara.

“ Hai Kak Indira, iya aku Dara. Mohon bimbingannya ya karena aku masih baru,”

“ Tidak usah seformal itulah. Santai aja kalau sama aku, lagian kan kita seumuran nggak usah panggil kak panggil Indira saja,”

“ Baik Indira,”

“ Kamu langsung kerja aja nggak apa-apa, nanti kamu ikutin aku ya. Semisal ada yang ditanyakan kamu juga bisa tanya senior lain,”

Dalam hati Dara begitu senang karena langsung mendapat teman baru yang ramah. Ia pun langsung berganti seragam seperti yang digunakan oleh Indira. Ia menyapa beberapa senior yang juga bekerja pada pagi ini.

“ Kamu Aldara kan? Ini jadwalnya untuk jam kerja kamu besok terus ini data-data pasien kamu pelajari. Kalau ada pasien yang membutuhkan bantuan, kamu bisa langsung bantu tetapi didampingi kami-kami yang sudah senior. Oh ya sampai lupa, saya Bu Reni karu (kepala ruangan) di ruangan ini”

“ Baik bu terima kasih, saya akan bekerja dengan baik”

“ Oke untuk perkenalan dengan teman sejawat itu bisa kamu lakukan sendiri kan? Saya tidak perlu perkenalin satu-satu kan?

“ Iya bu tidak usah,”

“ Baiklah selamat bekerja,”

Perkenalan yang singkat, Dara dituntut utuk beradaptasi dengan cepat. Memang rumah sakit ini bertaraf internasional, semua yang bekerja harus dituntut untuk profesional. Dara mengambil tempat duduk, kemudian mempelajari data-data pasien yang sedang dirawat. Pertama, Dara harus menghafalkan nama dan letak kamar pasien itu dirawat. Kemudian Dara harus menghafalkan kebutuhan perawatan pasien. Saat sedang fokus membaca, terdengar bunyi bel dari salah satu kamar pasien. Terlihat kamar nomor 1504 yang membunyikan bel tersebut.

Rumah sakit akan menyediakan bel khusus di setiap kamar pasien yang ditujukan ke stasiun perawat, akan berbunyi apabila pasien membutuhkan bantuan. Hal tersebut akan memudahkan perawat dan pasien apabila terjadi insiden yang tidak diinginkan.

“ Duh lagi pada sibuk semua, aku aja kali yang kesana ya” batin Dara.

Dara memutuskan untuk mengambil pekerjaan tersebut. Ia tahu semua perawat sedang sibuk, alhasil dirinya kini berjalan untuk memasuki kamar yang membunyikan bel. Sebelum masuk Dara pun mengetuk pintu terlebih dahulu.

“ Ada yang bisa saya bantu tuan, nyonya?” ucap Dara dengan sopan.

“ Tolong panggilkan suster Indira anak saya tiba-tiba muntah” beritahu seorang keluarga pasien yang Dara tahu adalah seorang ibu-ibu.

“ Baik nyonya, tolong tunggu sebentar saya akan panggilkan suster Indira dulu,”

Dara pun berlalu keluar, ia berjalan untuk menemui Indira. Ia terus mencari hingga pada akhirnya Dara menemukan Indira sedang memasukkan obat ke dalam tempat obat khusus. Dara tidak tinggal diam, ia pun memberitahu jika kamar 1504 sedang membutuhkan bantuannya. Indira yang tahu pun langsung menitipkan pekerjaannya kepada Dara.

Waktu pun terus berlalu, ternyata bekerja di ruang rawat inap VVIP begitu menyibukkan sama seperti di IGD. Perawat terus memondar-mandirkan diri karena permintaan-permintaan pasien. Hingga tiba jam selesai bekerja, perawat mengikuti briefing untuk pergantian jaga. Bu Reni memimpin briefing selaku karu di ruangannya.

" Syukurlah tugas shift pagi ini sudah selesai dan selamat bekerja untuk rekan kami yang shift siang," ucap Bu Reni.

" Hari ini ada sedikit catatan khusus tetapi sudah saya catat di buku catatan nanti bisa kalian baca. Dan satu lagi hari ini terjadi komplain oleh keluarga pasien karena kesalahan kita,"

" Ada yang salah memasukkan obat ke tempat khusus sehingga pasien satu dan yang lainnya tertukar. Saya ingin bertanya siapa yang bertugas membagi obat hari ini?" tanya Bu Reni.

" Saya Bu dibantu dengan suster Dara," jawab Indira.

" Benar Dara kamu yang memasukkan obatnya?" ucap Bu Reni memastikan.

" Iya Bu tetapi saya memasukkan obat sesuai dengan yang ada di tulisan," ucap Dara yakin jika yang ia lakukan adalah benar.

" Kesalahan baca bisa saja terjadi. Ini peringatan pertama dan terakhir buat kamu. Kedepannya tolong lebih hati-hati, kamu tahu sendiri kan resikonya kalau sampai obat pasien tertukar? Beruntung mereka cuma komplain karena obat yang biasa mereka minum berbeda. Coba kalau terjadi hal lebih,"

" Saya minta maaf atas keteledoran saya, kedepannya saya akan lebih berhati-hati " ucap Dara pasrah. Tidak pernah sebelumnya terjadi hal seperti ini. Dara adalah tipekal orang yang teliti, tidak mungkin dirinya membuat kesalahan hanya karena salah baca nama obat. Dara merutuki dirinya sendiri yang sangat ceroboh.

" Baiklah kita akhiri briefing kali ini dengan berdoa masing-masing. Selamat bekerja sampai jumpa besok nanti," ucap Bu Reni kemudian briefing berakhir. Dara pun bangkit dan berpamitan. Ia berjalan menuju kamar ganti ruang khusus perawat.

" Dara, kamu yang sabar ya. Baru pertama kerja kalau salah itu wajar. Aku yakin kamu pasti bisa kok," ucap Indira kepada Dara.

" Iya Dira," jawab Dara sekenanya.

" Mau pulang bareng nggak?" tawar Indira.

" Aku ngekost di belakang rumah sakit,"

" Oh Deket berarti, ya sudah ayo aku antar " ucap Indira bersemangat.

" Tidak perlu nanti merepotkan," tolak Dara secara halus.

" Ayolah biar kita lebih dekat,"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!