NovelToon NovelToon

Demon Lord Vampire

Pemuda cupu

Disekolah SMA Gray Wild tepatnya berada dikota Aksara datanglah seorang pemuda berusia delapan belas tahun bernama Rendi Wilson. Dia berada dikelas sebelas A satu tahun yang lalu Rendi sering tidak sekolah ibunya Mira Oliver meninggal akibat kecelakaan sejak saat itu Rendi sering tidak sekolah. Rendi tinggal dirumah besarnya bersama sang ayah yang bernama Jhon Wilson yang terkenal kekayaannya dikota Aksara dan mempunyai perusahaan besar miliknya. Meski begitu sejak kecil Rendi tidak punya teman meski hidup dalam kemewahan dirinya menghabiskan waktu membaca buku saja. Seperti saat ini Rendi baru pertama kalinya masuk sekolah karena terus didesak guru SMA Gray Wild untuk masuk sekolah.

"Hei kau, "Panggil seorang pria yang terkenal diSMA Aksara akan ketampanannya Sean Ederson.

"Ada apa?... "Rendi yang polos akibat jarang bergaul dengan murid lainnya menghampirinya bertanya sambil menundukkan kepala.

"Aku tidak memanggilmu, "Ternyata Sean hanya mengerjai Ray saja dia juga paling sering mengerjai Rendi dengan macam macam cara agar memalukan Rendi dihadapan semua orang.

"Haha, dia bodoh sekali, "Tawa dua temannya Leon dan Jay.

"Permisi, "Merasa dipermainkan Rendi hendak pergi dari sini.

"Buuukk, "Rendi terjatuh kelantai sampai membuatnya sedikit terluka.

"Jalan itu pakai mata, "Sean menertawakan Rendi yang terjatuh padahal dia sendiri yang mengait kaki Rendi hingga terjatuh.

"Baru masuk sekolah Ren?... "Tanya seorang wanita cantik yang paling populer diSMA sambil membantu Rendi.

"Iya, "Jawab Rendi singkat sambil berdiri menolak bantuan wanita itu.

"Apa ada luka ditubuhmu?... "Tanya wanita itu yang bernama Alsya Lawrence itu.

"Tidak, "Jawab Rendi singkat.

"Pergi sana dari sini, "Usir Sean pada Rendi setelah berdiri dari jatuhnya.

"Permisi, "Rendi langsung pergi begitu saja takut Sean akan menghajarnya.

"Rendi, "Panggil Alsya yang mencoba mengejar Rendi.

"Jangan dikejar, biarkan saja dia pergi, "Cegah Sean memegang tangan Alsya agar tidak bisa mengejar Rendi.

"Lepaskan, "Alsya memberontak melepaskan tangannya dari Sean.

"Alsya kamu disini ternyata, "Teman Alsya bernama Ella Keyla.

"Ayo kita pergi dari sini, "Ajak Alsya pada Ella.

"Baiklah, "Ella setuju lalu pergi bersama kekelas meninggalkan Sean dan dua temannya.

"Sialan, pasti menggunakan cara licik mendapatkan hatinya, "Sean menebak Alsya sudah diguna gunai oleh Rendi.

Tak mungkin seorang paling pendiam disekolah justru memikat hati seorang Alsya. Alsya sendiri mempunyai paras yang cantik dan juga populer disekolah banyak siswa laki laki lainnya yang menembaknya tapi semuanya ditolak Alsya dengan alasan fokus sekolah. Bahkan banyak siswa lain iri pada Rendi yang pendiam bisa dekat dengan Alsya. Oleh sebab itu Rendi sering dijauhi murid lainnnya tak kadang mereka menjahilinya.

"Taaak, "Rendi meletakkan buku dimeja lalu membacanya.

"Si kutu buku sudah sekolah sekarang, "Ledek teman disebelahnya bernama Billi William.

Sama seperti Sean sebelumnya Bill juga anak orang kaya yang juga sering membuli Rendi dikelasnya. Rendi hanya diam dan fokus membaca buku saja tidak menghiraukan teman sekelas yang mengejeknya.

"Hei, Billi kau ketua kelas!...

"Jaga sikapmu itu, "Alsya yang baru masuk kelas bersama Ella langsung menegur Billi.

"Ya, ya baiklah, "Billi kembali ketempat duduknya setelah ditegur Alsya wakil ketua kelasnya.

"Kita hajar Rendi nanti setelah pulang sekolah!... "Sean berniat menghajar Rendi bersama dengan dua temannya.

"Siap bos, "Leon setuju dengan ide Sean.

"Kita masuk kelas saja dulu, "Joy menyuruh mereka masuk kelas karena guru yang akan mengajar akan masuk kedalam kelas.

"Yaudah ayo, "Sean dan dua temannya masuk kedalam kelas dengan bangganya selama ini tidak ada murid lain yang berani dengannya kecuali Billi dan Alsya yang sama sama dari keluarga kelas atas kota Aksara.

"Selamat pagi anak anak, "Guru wanita yang mengajar matematika bernama Bu Vallen menyapa murid murid.

"Pagi bu, "Ucap para murid serempak menyambut Bu Vallen yang akan mengajar hari ini.

"Silahkan kumpul tugas yang kemarin Ibu kasih, "Pinta Bu Vallen menyuruh mengumpulkan tugas mereka.

"Baik bu, "Semua murid berdiri dari kursi duduknya dan mengumpulkan tugas mereka masing masing dimeja Bu Vallen.

"Ini bu, "Rendi yang kebetulan dikasih tahu sama Alsya tugas kemarin dan beruntungnya masih sempat mengerjakannya tadi meski sikapnya kurang disiplin.

"Baru masuk Rendi?... "Tanya Bu Vallen pada Rendi yang meletakkan tugas dimejanya.

"Iya bu, "Rendi mengangguk kepala lalu kembali ketempat duduknya.

"Ini Billi bagikan keteman sekelasmu, "Perintah Bu Vallen pada Billi selaku ketua kelas.

"Baik bu, "Billi berdiri lalu mengambil semua buku yang sudah dinilai dan membagikannya sesuai nama yang tertulis dibuku.

"Oke murid murid buka halaman 139, pahami terlebih dahulu lalu kerjakan hari ini juga, "Perintah Bu Vallen pada semua murid.

"Oke bu, "Semua murid mulai mengerjakan soal halaman 139.

"Ini gimana sih rumusnya?... "Sean gelisah tidak bisa mengerjakan rumus yang dituliskan dibuku.

"Shttts!...

"Aku contek punyamu!... "Karena tak kunjung menemukan rumusnya Sean berbisik pada Ella agar mau memberi bukunya untuk dicontek.

"Ini ambillah, "Ella memberikan bukunya karena tak mau berurusan dengan keluarga Sean yang terkenal angkuh.

"Gini dong, "Sean senang dan segera menulis jawaban Ella dibukunya.

"Bos kami mau lihat juga, "Leon duduk dibelakang Sean meminta memberikannya padanya juga.

"Gantian lah, "Jay juga kesulitan jadi dia mau meniru jawabannya juga.

"Ini, "Setelah selesai Sean memberikan buku milik Ella pada Leon.

Dengan cepat Leon langsung menulis agar tidak ketahuan Bu Vallen tak lama Leon selesai dan memberikannya pada Jay. Sama dengan Leon yang takut ketahuan Bu Vallen Joy menulis secepatnya tak lama selesai.

"Terima kasih Ella, "Jay mengembalikan bukunya pada Ella.

"Sama sama, "Meski sebenarnya tidak mau memberikannya mau tidak mau dia harus menuruti Sean jika tidak keluarganya akan bahaya.

"Itu anak gak kapok kapoknya, "Bu Vallen sedari tadi memantau mereka bertiga hanya diam saja menunggu waktu memberi hukuman pada mereka.

"Isi asal asalan ajalah daripada gak dijawab, "Billi menjawab rumus soal yang diberikannya dengan rumus yang diingatnya saja.

"Sudah selesai, "Alsya menjawab soalnya dengan mudah tak cuma cantik Alsya juga pintar dan mendapat ranking satu setiap kelasnya.

"Huh, "Keringat bercucuran didahi Rendi yang kesulitan menjawab soal.

"Kenapa bisa lupa begini?... "Rendi mencoba mengingat rumus matematika tapi sia sia saja padahal sering baca buku tapi entah mengapa bisa lupa rumus yang diingatnya.

"Isi dengan ini saja!... "Rendi menjawab rumus soal dengan salah satu dari ratusan rumus matematika diotaknya.

"Akhirnya selesai juga, "Setelah menyelesaikan soal itu Rendi bersandar dikursi sambil menyapu keringatnya.

Entah apa yang terjadi padanya sudah banyak buku yang dibacanya serta mengingat semua yang dibacanya. Tapi anehnya saat sedang belajar tiba tiba saja semua ingatannya menghilang dengan sendirinya.

Maaf jika ada kesalahan kata karena saya baru pertama kali membuat novel.

Kena Fitnah

"Kumpul tugasnya jika sudah seleai!... "Perintah Bu Vallen karena bel istirahat sudah berbunyi.

"Ini bu, "Alsya memberikan soal yang sudah dijawabnya diikuti murid lainnya satu persatu mengumpulkannya.

"Ada yang belum?... "Tanya Bu Vallen pada semua murid barangkali ada yang belum mengumpul soalan.

"Tidak ada lagi kayaknya, "Ellla yakin semuanya sudah terkumpul.

"Apa ada diantara kalian semua yang belum mengumpulkan jawaban kalian?... "Tanya Alsya pada teman sekelasnya.

"Semua sudah terkumpul, "Kata salah satu murid teman sekelasnya.

"Kalau begitu kalian bisa istirahat terlebih dahulu, "Bu Vallen menyuruh mereka istirahat sudah ada bel berbunyi dan banyak murid lain pergi kekantin sekolah.

"Ibu permisi, "Bu Vallen pergi keluar kelas setelah memeriksa dan menilai tugas yang diberikannya.

"Buku ini terlihat menarik, "Rendi berada diperpustakaan mencari buku yang hendak dibacanya tanpa sengaja menemukan sebuah buku yang terlihat menarik untuk dibaca menurutnya.

"Vampire?... "Kaget ternyata buku yang dibacanya berupa kisah tentang vampire penghisap darah manusia.

"Baca sajalah, "Tanpa membuang waktu Rendi mengambil buku itu lalu duduk dikursi dan meletakkan bukunya dan juga membaca mulai halaman pertama.

Tak lama setelah cukup lama waktu istirahat bel berbunyi yang menandakan waktu sudah habis. Semua siswa yang berada dikantin bergegas memakan makanannya agar tidak dimarahi guru mereka.

"Ayo cepat, "Desak Sean pada dua temannya yang sedang makan.

"Siap, "Mereka berdua menyelesaikan makanannya dan membayar makanan yang dibeli pada pemilik kantin.

"Kok waktu istirahat cepat sekali?... "Sambil berjalan menuju kelas Leon bertanya pada Sean dan Joy.

"Padahal baru juga mau makan, "Joy mengeluh waktu istirahat terlalu sedikit.

"Kaliannya aja baru mau bel masuk kelas malah jajan, "Sean menanggapi keluhan mereka.

"Sok bijak, "Billi berdiri didepan pintu kelas membalas perkataan Sean sambil melipat kedua tangannya didada.

"Siapa yang ngajak kau bicara?... "Tanya Sean tak terima dengan perkataan Billi tadi.

"Maaf permisi, "Rendi berjalan melewati mereka yang ribut sambil membawa buku yang dibacanya tadi.

"Lantang sekali kau melewati kami!... "Teriak Sean pada Rendi yang memasuki kelasnya.

"Biarkan sajalah, "Rendi tidak menghiraukannya dan langsung duduk dikursinya.

"Cepat masuk sana, "Sebagai ketua kelas Billi mencoba bersikap tegas pada teman sekelasnya.

Sean dan dua temannya masuk kelas kesal dengan Billi dan Rendi yang tidak menghormatinya. Padahal dia berasal dari keluarga elite dengan kekayaan yang melimpah.

"Cuma banyak omong saja!... "Gumam Billi dalam hati yang masih berdiri didepan pintu kelas.

"Ada apa sih?... "Alsya bertanya pada Ella disampingnya duduk.

"Biasa mereka berdua selalu bertengkar, "Jawabnya Ella pada Alsya siapa lagi kalau bukan Billi sama Sean.

"Hiraukan saja mereka itu, "Balas Alsya yang sudah sering melihat dua orang itu saling bertengkar.

"Huft, sudah tamat, "Rendi sudah berhasil membaca buku hingga selesai yang dibacanya tadi.

"Tapi apa itu nyata ya?... "Gumam Rendi didalam hati bertanya tanya baru pertama kalinya dirinya membaca buku tentang vampire biasanya Rendi membaca buku tentang pelajaran saja.

"Lupakan saja, "Tak mau memikirkannya Rendi memilih melupakan apa yang dibacanya meski keraguan menyelimuti dirinya.

"Semuanya kita keperpustakaan!... "Perintah Billi pada semua temannya.

"Ngapain kesana?... "Tanya Sean yang tak mau diperintah Billi.

"Ngak ngapa ngapain, cuma katanya guru yang mengajar kali ini tidak hadir!...

"Bisa disimpulkan pelajaran kosong daripada berada didalam kelas mending keperpustakaan baca buku atau mengisi waktu luang sebelum bel pulang berbunyi, "Terang Billi pada semuanya.

"Kau saja sana sendirian, "Sean merasa tidak akan ada yang mau menurutinya.

"Wah ide bagus tuh, "Ella setuju dengan pendapat Billi daripada berkeliaran tidak jelas mending keperpustakaan membaca buku.

Semua murid pergi dari kelas mereka menuju perpustakaan sambil membawa tasnya masing masing jika bel pulang berbunyi maka tidak perlu lagi bolak balik kekelas. Lagi lagi Sean kesal dengan Billi yang mampu membuat semua teman sekelasnya menurut padanya.

"Kita ikuti saja dia, "Sean dan dua temannya juga menuju perpustakaan.

"Ditinggal lagi, "Rendi seorang yang ditinggal dikelas seolah dirinya karakter figuran yang tak berguna.

"Emang lebih baik sendiri saja, "Rendi mengangkat tasnya dibahu lalu berjalan keluar kelas.

"Siapa itu?... "Saat hendak menutup pintu kelas yang sepi Rendi merasa ada orang yang dilihatnya tapi setelah ditelusuri tidak ada apa apa.

"Tak, "Rendi menutup pintu kelas lalu setelahnya berjalan menuju perpustakaan dimana teman sekelasnya berada.

"Apaan tadi ya?... "Sambil berjalan Rendi bertanya didalam hati apa yang dilihatnya barusan.

Sesampainya diperpustakaan Rendi terkejut melihat semua temannya asyik membaca buku. Termasuk Sean dan Billi yang jarang membaca buku kini dilihatnya membaca buku ditempat berbeda.

"Ini sajalah, "Rendi mengambil satu buku dirak buku tak lupa juga Rendi mengembalikan buku yang dibacanya tadi tentang vampire.

"Tik!...

"Tok!...

Dua jam telah berlalu terdengar suara detakan jam dinding saja yang terdengar karena semua yang ada didalam masih fokus membaca. Termasuk Rendi yang sudah terbiasa membaca buku dirinya menganggap buku temannya. Tidak seperti murid lainnya Rendi terbiasa menyendiri tidak punya teman ngobrol.

"Tingtong, "Bel pulang berbunyi.

Sontak semua teman sekelasnya menghentikan membaca buku dan mengembalikannya pada tempatnya. Rendi yang sudah berada diluar hendak pulang tapi dicegat Billi dengan suara lantangnya.

"Ren, "Teriak Billi dengan emosi marahnya menghampiri Rendi.

"Maksudnya apaan hah, Kau memasukkan kalajengking ke tas aku hah, "Billi yang marah menarik kerah baju Rendi hingga terangkat.

"Aku tak tahu, "Karena tubuhnya sedikit lebih pendek dari Billi dan teman sekelasnya Rendi terangkat keatas.

"Jangan membuat keributan Billi, "Teriak Ella dan murid lainnya yang mencoba melerai pertengkaran mereka.

"Jangan ganggu mereka berkelahi, "Bukannya melerai temannya yang sedang ribut Sean malah membiarkan mereka bertengkar.

"Mampus kau Rendi, "Tawa Sean dalam hati ternyata dia dan kedua temannya tadi menangkap kalajengking dan memasukkannya kedalam tas milik Billi.

"Ngaku aja, "Teriak Billi dengan marahnya menggema diruangan sekitar.

"Tidak, bukan aku yang melakukannya, "Bela Rendi yang tak mungkin melakukan hal yang tak berguna lagian dirinya dari tadi cuma membaca buku saja.

"Bugh, "Billi meninju Rendi hingga terpental kebelakang dan jatuh kebawah.

"Anak pendiam bikin ulah inilah akibatnya, "Cibir murid lainnya menertawakan Rendi yang dihajar Billi.

"Hentikan Billi, "Teriak Alsya yang mencoba menahan Billi yang akan menghajar Rendi.

"Jangan mendekat, berbahaya, "Tahan Sean yang memegang tangan Alsya agar tidak menggangu Rendi yang dipermalukan disemua murid lain.

"Bugh, "Billi menghajar Rendi hingga tak berdaya lagi.

"Aaargh, "Rendi meringis kesakitan didalam hati.

"Aku tak boleh nangis, "Rendi menahan air matanya yang ingin menetes karena ulu hatinya terasa sakit ditinju Billi.

"Bugh, "Billi menghajar Rendi hingga terbaring dilantai memegangi perutnya sambil meringis kesakitan.

Sekali Bertindak Langsung Mendapatkan Masalah

"Cepat ngaku saja kau, "Teriak Billi yang kembali memancing keributan.

"Bukan aku, "Rendi yang berdiri perlahan membela dirinya sambil menahan tubuhnya yang babak belur.

"Orang sepertimu lebih baik mati saja seperti ibumu yang jalang itu, "Teriak Billi lagi menyebut ibunya Rendi dengan sebutan wanita penghibur.

"Kenapa diam?... "Tanya Billi pada Rendi yang terdiam.

"Ren jangan dengarkan dia!... "Tegur Alsya yang melihat perubahan sikap Rendi.

"Di.. a !... "Ella juga melihat mata Rendi tertutupi rambut sambil terdiam seribu bahasa.

"Haha, Palingan cuma gaya doang!... "Sean yang melihat Rendi diam saja menghiraukannya saja bersama dua temannya.

"Hei kutu buku cepat minta ampun saja sama Billi, "Peringat seorang murid wanita lain memang Billi disukai banyak murid wanita karena ketampanannya.

"Mengaku saja kau yang melakukannya, "Teriak Billi sambil melayangkan tinjunya dengan keras kearah Rendi.

"Krek, "Rendi menahan kepalan tinju Billi dengan satu tangannya.

"Jika kau menghinaku, Hina saja aku ini!...

"Tapi jika kau menghina ibuku, Maka kalian semua sekalipun akan kuhadapi!... "Teriak Rendi melayangkan tinjunya tepat diwajah Billi dengan begitu kuatnya.

"Bugh, "Billi terguling guling dilantai menabrak dinding kelas.

"Argh, "Billi meringis kesakitan tangannya kanannya patah dipatahkan Rendi ditambah mukanya bercucuran darah.

"Billi, "Banyak murid yang membela Billi daripada Rendi dan membantunya berdiri yang tidak berdaya lagi.

"What the hell?... "Sean terbelalak matanya melihat Rendi hanya satu tinju saja mampu hampir menghancurkan wajah Billi.

"Tik, "Darah berjatuhan kelantai akibat luka diwajah Billi.

"Aargh, "Rendi yang melihat darah ingin sekali dia meminumnya tapi ditahan sekuat tenaganya.

"Minum saja darahnya!... "Suara terdengar jelas dari kedua telinga Rendi entah suara siapa itu.

"Kau kenapa Ren?... "Alsya mendekati Rendi yang menutup kedua telinganya.

"Huh!... "Huh!... "Rendi kembali tenang serta suara yang didengarnya tidak berkata lagi menyuruhnya minum darah.

"Tidak apa!...

"Terima kasih!... "Rendi segera melepas tangan Alsya yang ingin membantunya.

Rendi kembali menjadi pendiam dan pemalu entah apa yang terjadi pada saat dirinya marah tadi. Seakan tubuhnya bergerak dengan sendirinya saat dalam kondisi marah.

"Maafkan aku!... "Rendi mengutkan keberaniannya menghampiri Billi yang dikerumuni banyak siswa dengan gugup.

"Plak, "Billi menepis tangan Rendi yang ingin meminta maaf.

"Dasar orang gila, "Billi yang diobati oleh beberapa murid tidak jera dibuat Rendi hampir kehilangan wajah tampannya.

"Pantesan gak ada yang mau berteman!...

"Ternyata orangnya emosian, "Cibir salah satu murid wanita yang mengobati luka wajah Billi.

Rendi hanya menundukkan kepalanya padahal Billi sendiri juga emosi sampai membuatnya babak belur. Giliran dirinya emosi seakan akan menjadi penjahat yang serba salah dimata orang baik.

"Kalian kalau punya mulut dijaga!...

"Bisanya cuma omong kosong saja padahal gak punya prestasi apa apa sok bijak pula, "Balas Alsya disamping Rendi yang tertunduk lesu.

"Awas saja kau, "Wanita itu tak berani membalas perkataan Alsya karena berasal dari keluarga elite kelas atas dan jika dia membuat masalah maka keluarganya akan menerima akibatnya.

"Sudah!...

"Tidak perlu, "Rendi menghentikan Alsya yang membelanya dirinya tidak mengharapkan siapapun untuk membelanya dan juga merasa malu dibela seorang cewek.

"Ada apa ini ribut ribut?... "Tanya pak Taylor guru olahraga yang kebetulan lewat dan melihat banyak murid yang berkerumun.

"Ini pak .... !... "Alsya menjelaskan detail kejadiannya dari awal hingga selesai.

"Jadi begitu!... "Pak Taylor paham mengangguk sambil mengelus jenggot putihnya yang tak panjang.

"Kalian berlima ikut saya keruang BK, "Perintah pak Taylor pada Billi, Sean , Leon, Joy dan Rendi.

"Baik pak, "Jawab mereka lalu mengikuti pak Taylor dari belakang.

"Kita pulang saja!... "Usul Alsya pada murid lainnya.

Semua siswa setuju lalu mengikuti sarannya dan berjalan pulang termasuk Alsya sendiri yang dijemput sopir pribadinya. Mereka berlima berdiri didepan meja pak Taylor duduk menyilangkan kedua tangannya didada.

"Cepat mengaku saja Sean kau yang melakukannya kan, "Tanya pak Taylor menatap tajam pada Sean yang gugup.

"Mereka berdua pak!... "Tunjuk Sean pada dua temannya.

"Bukan pak!...

"Kami hanya disuruh saja pak, "Leon dan Joy tentunya tak mau disalahkan.

"Ngaku!...

"Bugh!... "Pak Taylor menghempaskan penggaris besar dimejanya menyuruh Sean mengaku siapa lagi kalau bukan dia yang selalu membuat masalah.

"Iya pak, "Sean mengakuinya dengan gemetar takut dipukul penggaris besar yang dipegang pak Taylor.

"Sudah kuduga, "Batin Rendi didalam hati dari awal dirinya dituduh Sean malah tertawa melihat mereka berdua ribut.

"Ni orang kurang kerjaan atau gua hajar juga?... "Billi menatap Sean ingin sekali dia menghajar Sean namun ada pak Taylor disini.

"Minta maaflah kalian berdua!...

"Sudah tahu kan siapa yang bersalah!... "Tegas pak Taylor pada Rendi dan Billi yang diam didepannya.

"Maaf, "Ucap Rendi menyodorkan tangannya.

"Aku juga minta maaf, "Billi juga meminta maaf langsung menghajar tanpa mencari bukti.

"Ya, "Jawab Rendi singkat sambil menyalami tangan Billi.

"Wuuus, "Mereka berdua beradu aura siapa yang kuat diantara mereka berdua tapi tidak terlihat siapapun termasuk didalam ruang BK sini.

"Sudah hentikan!... "Pak Taylor yang takut jika mereka berdua kembali bertarung setelah pulang sekolah menghentikan mereka bersalaman.

"Kali ini kau selamat, "Billi menganggap Rendi selamat dari amukannya hari ini.

"Kalau bukan ada orang disini sudah kulempar kau kelaut, "Gumam Rendi didalam hati yang tak mau kalah.

"Sekarang giliran kalian bertiga meminta maaf pada mereka berdua!... "Perintah pak Taylor pada Sean dan dua temannya dengan mata menyeringai seperti predator mengintai mangsanya.

"Iya pak, "Jawab mereka bertiga serempak meski malas sekali meminta maaf pada mereka berdua.

"Maafkan kami, "Mereka bertiga meminta maaf pada Rendi dan Billi disampingnya.

"Baiklah kalian masih selamat hari ini, "Billi membalas permintaan maafan mereka bertiga.

"Ya, "Jawab Rendi singkat memaafkan mereka bertiga tanpa menoleh kearahnya.

"Karena kalian membuat keributan hari ini!...

"Kalian akan dihukum membersihkan semua kelas setelah pulang sekolah setiap harinya, "Pak Taylor memberikan mereka berlima hukuman agar tidak mengulanginya lagi.

"Tapi pak ....?... "Sean ingin menolak.

"Tidak ada tapi tapian!... "Pay Taylor juga mengancam nilai pelajaran olahraga mereka kosong jika tidak menurut.

"Baik pak, "Jawab mereka serempak daripada nilai mereka kosong lebih baik mendaptkan hukuman saja.

Semua murid sudah pulang kerumah mereka masing masing termasuk guru sekolah sudah pulang. Hari sudah sore mereka berlima masih bersih bersih dikelas yang berbeda beda.

"Ayo pulang!...

"Sudah selesai juga!... "Ajak Sean pada dua temannya.

"Siap bos, "Mereka berdua mengangguk lalu berjalan pulang.

Mereka bertiga berjalan dan sampai didepan halaman sekolah lalu masuk kedalam mobil diikuti dua temannya masuk dibelakang. Demikian juga dengan Billi yang berjalan pulang tak lama Billi mengeluarkan honda ninjanya dan segera menjalankannya dengan cepat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!