NovelToon NovelToon

Perasaan Tak Terbendung (Kelana Dan Mataharinya)

Kenangan

Aku kembali lagi ke kota ini, kota yang penuh misteri yang menggugah sekeping hati ku yang hancur, bagiku kota ini hanya paparan luka yang tiada henti menghantui. Bus yang aku tumpangi perlahan memasuki kota yang menghadirkan sejuta rasa. Setelah ku tinggalkan 5 tahun lalu, kota ini masih sama suasananya, hanya beberapa cafe kecil bermunculan disini, tidak ada penambahan yang cukup signifikan.

Sepertinya pemerintah daerah lamban menangani infrastruktur disini. Pikiranku menerawang jauh

Mungkin karena badan ku lelah setelah 16 jam perjalanan darat yang panjang, sesampainya di gedung DPR di kota ku, aku meminta sopir bus menurunkanku mengingat rumahku posisinya tak jauh di belakang gedung tersebut. Seharusnya aku naik ojek atau aku minta jemput adik atau abangku tapi ku putuskan untuk berjalan kaki saja, lelah perjalanan ku selalu duduk selama di bus, sebaiknya aku berjalan kaki saja. Aku menyusuri sepanjang jalan ini, jalan yang selalu kulewati dengannya penuh canda tawa dan bagiku di sertai debaran indah.

Setelah sekitar 15 menit aku berjalan tak terasa sampai juga aku di rumah dan ku ketuk perlahan pagar dengan gembok terkunci yang tergantung di slot pintu pagar. Perasaanku mulai berkecamuk.

Aku melihat pintu rumah mulai terdengar dibuka kuncinya dari dalam, aku melihat sosok yang tak asing dia yang selalu ku rindukan, aku butuh pelukannya dan berharap tercipta berjuta kedamaian dan kehangatan. Dia adalah ayahku.

"Lanaaa.. kamu pulang? Duh Gusti kamu kok ga bilang sama ayah kalau kamu pulang" berlari kecil sambil mencari serenceng kunci gembok.

"Iya yah, biar jadi kejutan "Lana berhamburan langsung masuk kepelukan ayah.

"Biar Lana peluk ayah yang lama yah.. Lana kangen ayah" Lana masih memeluk erat ayahnya.

"Aah manja mu kok ga ilang - ilang sih Lan" menyambut pelukan anaknya masih di depan pagar.

"Ini sampai kapan kira - kira kita disini Lan, kamu nggak kepanasan ? kamu nggak mau masuk?" sambung ayahnya.

"Maaf yahh, ya udah ayo masuk " Lana melepaskan pelukan eratnya. Ayahnya pun kembali mengunci pagar kemudian mereka bersama memasuki rumah.

Aku langsung menuju dapur mancari keberadaan ibu ku, jam segini ibu pasti sedang menyiapkan makan siang, aku lupa meletakkan tas ranselku.

"Mbok ya dilepas dulu tas ranselmu, ga capek apa kemana - mana di gendongin?" ayahku akhirnya melepaskan tas ku dan di letakkan di kamar ku.

"Yaa-.." Lana memanggil ayahnya

"Ibumu lagi pergi ke rumahnya bu Broto, ini ayah mau jemput, kamu inget to bu Broto, ibu nya Marvin? " ayahku tiba - tiba memotong pertanyaanku, ayahku tau aku pasti akan menanyakan keberadaan ibu.

"Ngapain kesana yah?" sambil buka kulkas dan mengambil sebotol air putih dingin dan ku tuang ke dalam gelas.

" Ibu mu di minta tolong bantuin masak - masak, buat acara tahlilan nanti malam ?" ayah memakai jaket yang berada tak jauh darinya.

Deg

" Hah?! tahlilan? siapa yang meninggal yah?" Aku berhenti menuangkan botol air minum di dalam gelas.

"Papanya Marvin udah meninggal Lan, kena serangan jantung, hari ini tepat 40 hari kepergian Pak Broto"

"Ya ampun, semoga amal ibadahnya di terima di sisi Tuhan. Marvin pasti sedih " gumamku sambil meneguk air minum dingin.

" Abangmu pulang malem, adikmu lagi nginep di rumah nenek, besok ayah jemput. Sebentar ya, ayah mau jemput ibumu dulu, kamu istirahat dulu jangan kemana - mana" kata ayah seraya mengambil kunci mobil.

" Apa ga sebaiknya aku ikut ke rumah Marvin yah, setidaknya untuk memberi ucapan bela sungkawa ke Marvin dan keluarganya?" Aku mengekor langkah Ayah menuju garasi.

" Nduk cah ayu.. sebaiknya jangan dulu, jangan membuka luka lama, Marvin sudah bertunangan dengan adiknya Sita " Ayah membuka pintu pagar lebar - lebar dan mengeluarkan mobilnya.

Deg !

Rima? jadi Rima gadis beruntung itu?

" Ayah ga lama ini, kamu tutup pagarnya terus di kunci, sebaiknya teman - teman kamu jangan tau dulu kalau kamu pulang, Lan" sang Ayah melajukan mobilnya menuju rumah Marvin.

Aku tidak menyahut perkataan Ayah dan akhirnya aku mengunci pagar dan masuk ke dalam rumah, pintu pun aku tutup dan menguncinya dari dalam. Itu sudah menjadi kebiasaan keluargaku, maklum rumah kami di pinggir jalan raya utama kota, Ayah dan Ibu merasa was - was bila pagar dan pintu tidak di kunci.

Aku merebahkan badanku di kamar ku dulu, yang kini di tempati adikku, kamar ini tidak banyak berubah, the best fotoku, foto keluarga dan foto-foto ku bersama teman - temanku masih tergantung disana, lemari dan meja belajar di dekat jendela juga masih sama posisinya.

Aku memandangi langit - langit kamarku, 5 tahun terasa lama sekali mungkin karena aku menjalani hidupku dengan penuh beban. Aku rindu diriku yang dulu ceria dan tanpa beban, setelah wisuda sarjana ekonomi aku langsung bekerja di tempat magangku saat kuliah. Akhirnya aku di angkat karyawan tetap di sebuah Perusahaan export import yang cukup kenamaan dengan jabatan Accounting Public, semua telah kucapai dengan mudah tapi entah mengapa aku tetap saja merasa hidupku belum mencapai apa - apa. Bukan kah ini arti masa depan yang sesungguhnya? bukan kah cita - cita ku sejak SMA telah tercapai ?

Drrrrtttt.... Drrrtttt.

Ponsel lama ku bergetar, sepertinya ada pesan masuk dan aku buru - buru membukanya.

'Gaya lo ga berubah ya Lan, tapi lo tambah cantik, ga nyangka gue lo jadi cantik banget, pasti lo di kota metropolitan selalu perawatan ya Lan'. Surya

Deegg. Deeegg

Kok surya tau ya aku pulang, apa jangan jangan dia melihat ku tadi. Duh males banget deh nih bocah, kenapa surya sih yang selalu nongol duluan , selalu aja jadi orang yang tidak di harapkan hadir ! Males jawab.

Kuletakkan ponselku dan mengacuhkan pesan Surya, aku perlahan memejamkan mataku. Sosok demi sosok sahabatku dimasa SMA bermunculan di kepalaku.

Sita, Maya, Dion, Marvin, Teguh, Putra, Surya, apa kabar mereka semua? apakah kalian baik baik saja? apakah kalian bahagia semenjak kejadian itu? semenjak kejadian itu kita saling menjauh dan berusaha saling melupakan kecuali si kunyuk satu ini.

Drrrtttt. Drrrtttt.

Ponselku menunjukkan ada pesan masuk lagi, dengan malas malasan aku buka pesan lagi.

'Apa sebaiknya gue panjat pager samping rumah lo ya Lan? terus ngadem di kamar lo, kaya jaman SMA dulu. Kalau gue nanya langsung pasti lo jawab cepet, kalau lewat ponsel lama lo' bocah kunyuk itu lagi.

'Apaan sih Sayur, ganggu aja lo. Tau dari mana lo gue balik?' aku terpaksa membalas pesan Surya, dari dulu aku selalu memanggilnya Sayur, semacam acak kata dari namanya.

' Gue liat lu jalan di samping gedung DPR, gue mau negur lu takut salah, gue pangling banget soalnya, lo tambah cakep aja Lan and sexy pula' balas Surya lagi.

'Eh Sayur, mata lo ada lasernya ya, tau aja gue lewat. padahal gue udah pake topi pake kacamata, masih aja lo ngenalin gue' Balas ku

'Hahaha selalu ada laser cinta buat lo Lan di mata gue.. sapa aja yang udah tau lo dateng Lan?' balas Surya lagi.

'Kayanya lo doang deh, gimana kabar temen temen Sur? kata bokap gue, Marvin udah tunangan ya ama adiknya Sita?' tanyaku penasaran.

'Selalu Marvin yang lo tanyain duluan, masih aja tuh cinta lo pendem pendem? tumbuh kaga berbuah juga kaga, ga membusuk tuh di hati lo?' Bales Surya menusuk tajam, dari dulu Surya kalau ngomong memang luar biasa pedes kalau menyangkut sesuatu yang prinsip dan perihal kebenaran yang menurut dia benar.

'Aauuu ahh.. males banget chat ama lo, bye !' balesku ketus

Dan ponsel lamaku pun bergetar panjang tanda telpon masuk, Surya masih sama seperti yang dulu bila chat ku ada kata 'bye' Surya pasti langsung telpon, dan seperti biasanya aku angkat telpon Surya di penghujung panggilan.

Hobi nelpon nih Sayur.

"Hmmmm.. apaan" kataku datar.

"Lan, apa kabar.. lama banget ga denger suara lo, buseett gue kaya di padang pasir terus di guyur air segalon Lan" Surya terlihat girang.

"Kabar gue baik lah, jawab dong chat gue tadi, itu Marvin bener udah tunangan ama adiknya Sita?" kataku penuh selidik.

" Yaelaahh gue kek Lan lu tanyain kabarnya.. dia mau nikah kalo ga salah sehabis 100 hari bokapnya, lo bener-bener menghilang ya Lan dari peredaran " tanya Surya lagi.

"Gue selalu yakin lo baik baik aja Sayuuurrr.. rugi nanya kabar lo.. eh sayur, itu kok bisa Marvin ama adiknya Sita sih, bagaimana cerita itu" aku mencoba menanyakannya lagi.

"Perhitungan banget deh lu ama gue.. itu ceritanya panjang Lan.. itu enaknya ngobrol aja.. gue tau lo ga bakal bisa keluar rumah, pasti lo hari ini di kekepin ama keluarga lo, gimana kalau besok kita ketemuan makan siang Lan?" jawab Surya.

"ehm.. Dima-.

thekkk theekkk theekkk theeekk

" Lan.. Lanaaa. buka pagernyaa " suara ayah dan ibunya dari luar.

"Sur, udah dulu yaa.. kita chat aja " kata Lana.

"Iyaaa yahhh " teriak Lana kepada ayahnya.

"O- . Surya belum sempat menjawab tiba tiba telpon di matikan Lana.

Dasar Lana, dari dulu ga pernah berubah. Lan, gue kangen sama lo ! batin Surya menggelora.

***

"Kamu ini bisa ga sih Lan, kalo pulang ngabarin dulu? kamu dari jaman kuliah sampai udah kerja kalau pulang kok hobinya tiba-tiba" Lana masih bergelayut manja di pundak ibunya dari belakang, memperhatikan ibunya membuka beberapa bungkusan dari rumah keluarga Marvin, wangi masakannya menggelitik perut Lana.

"Ibu ini kebiasaan kalau anaknya pulang malah di omelin, harusnya seneng bu anaknya pulang " kata sang ayah sambil menarik kursi di meja makan, kemudian duduk.

"Bu, itu masakan ibu? enak banget bu kayanya, Lana mau dong bu, Lana kangen masakan ibu " kata luna masih gelayutan di pundak ibu nya.

"Ibu kan masaknya ramean Lan, ihhh kamu sana Lan duduk sana, ibu risih kamu nempel kaya cicak gini " kata ibu ngusir halus dari gelayutan Lana.

"Aah ibu kalo di gelayutin ayah ga risih " kataku menarik kursi di meja makan di samping ayah.

"Wah ibu mu malah ketagihan terus Lan " kata ayah sambil nyruput teh yang telah tersedia di meja.

Iiihhh.. jijik banget sih ayah. Dalam hati Lana.

"Hahaha ayah bisa aja.. " kerling ibu ke Ayah.

"Istri itu ga boleh nolak suami kalau suami mau manja-manja, kalau nolak nanti suami bisa melukin janda Lan" kata ibu lagi.

Kreeesss kriuuukk kriukk. Lana melahap krupuk, yang ada di meja.

Dihh.. sunat aja bu kalo ayah gitu. Batin Lana.

"Dihh apaan sih bu, bikin geli aja" kata Lana bergidik pelan.

"Ah kamu belum tau aja rasanya, makanya buruan cari pacar Lan, biar kamu ga beku gitu" kata ibu sambil menuangkan nasi dan lauk di piring ayah.

" Udah ga usah dengerin kata-kata ibumu, ayo kita makan aja Lan, pacar ga penting yang penting berkarya Lan" kata ayahnya sambil menyuap nasi.

Keluargaku memang terkenal asik di mata sahabat-sahabatku, itu karena ayah dan ibu ku tak sungkan mengumbar kemesraan mereka tapi masih dalam bentuk sewajarnya, dengan di selipkan petuah-petuah untuk menjalani bahtera kehidupan.

Kami anak-anaknya tak heran melihat Ayah yang tiba-tiba mencium pipi ibu bila ayah di masakin makanan kesukaan ayah atau tiba-tiba ibu mencubit hidung ayah atau pipi ayah ketika ibu merasa di goda ayah, kadang itu membuat kami risih berkolaborasi dengan cemburu tapi kami cukup bahagia melihat mereka bahagia.

Gelak tawa di meja makan inilah yang selalu aku rindukan bila aku jauh dari mereka, belum lagi di tambah abangku Ryan dan adikku Lila bila kita semua berkumpul, akan jadi kolaborasi yang sangat rame mengalahkan group arisan emak-emak.

Sendau gurau di sela-sela makan ini yang selalu menghangatkan keluargaku, tak terasa acara makan siangku dengan mereka pun selesai, aku segera membereskan piring-piring kotor dan segera mencucinya, setelah selesai aku kembali ke meja makan dimana ayah dan ibu belum juga beranjak dari sana, aku kembali dengan plastik untuk kulit mangga, pisau di tanganku dan sebuah piring kosong karena aku melihat buah mangga yang sudah matang bertengger di keranjang buah, aku yakin ini dari kebun belakang rumah.

"Sekarang cerita ke ayah, kamu pulang dalam rangka apa?" tanya ayah tiba-tiba. Ayah sangat mengenalku dengan baik, tau betul bagaimana kegundahan hatiku, Ibu cukup menyimak dan menunggu jawabanku.

"Lana diminta audit salah satu anak perusahaan di sini yah, cuma 3 hari kerja targetnya tapi Lana mau lama-lama in aja plus Lana mau ambil cuti 5 hari. Lana bosen disana.. rasanya Lana ingin tinggal disini lagi, Lana selalu resah disana belakangan ini dan pengen pulang aja, nih hati Lana udah tenang aja yah.. kaya hati ama nyawa kembali menyatu gitu yah" kataku panjang kali lebar dengan asik mengupas mangga, diawal serius dan berakhir cengengesan.

"Halah Lan, kamu ini cuma kangen Marvin" celetuk ibu yang hampir membuatku tersedak.

" Lupakan dia, Lan... Marvin udah bertunangan sama adiknya Sita itu lho, si Rima" lanjut ibu.

"Denger-denger karena kecelakaan Lan, kepergok di kamar apa gimana gitu" tambah ibu lagi.

Hatiku kok masih sakit ya ngedengernya, tapi mau gimana lagi, waktu ga bisa diputer lagi. Batin Lana.

"Sejak kapan ibu jadi tukang gosip gini" kata Ayah

"Udah Lan ga usah di dengerin gosip murahan ibu mu" kata ayah kepadaku.

"Ini santer di arisan ibu yah, kebenarannya ya hanya mereka yang tau " ibu membela diri.

Apakah bener begitu? kenapa hatiku kaya di iris begini sih. Marvin, kenapa susah sekali melupakanmu? Pengen nangis tapi rasanya ga pantes. Apa ini yang membuatku resah belakangan ini? karena Marvin bertunangan?

"Lan itu pisaunya tajem lho, jangan sampai mengiris nadimu, potong mangga yang bener" ledek ibu membuyarkan lamunanku.

"Apaan sih bu " aku cemberut di sambut gelak tawa ayah dan ibu, ledek-ledekan udah menjadi makanan sehari-hari di keluarga ku.

"Besok ayah dan ibu mau jemput Lila ke rumah nenek, kamu mau ikut enggak Lan?" tanya Ayah

"Enggak yah, besok Lana kayanya mau ketemu Surya dan temen-temen yang lain mungkin" kataku sambil memotong mangga yang telah berhasil aku kupas.

"Bagus deh Lan, biar ayah dan ibu pacaran berduaan tanpa gangguan, ya yah ?" kata ibu kepada ku dan ayah

"Marvin juga ikut Lan? Ati-ati ya Lan, jangan sampai bikin cemburu si Rima, kata Bu Broto Rima itu anaknya cemburuan Lan, apalagi bu Broto masih berharap kamu jadi menantunya Lan" sambung ibu lagi.

Ibu tahu banget lah aku juga pengen jadi menantu keluarga Subroto, aku menyukai Marvin dari kecil, tapi entahlah aku harus berhenti menyukainya karena keadaan. Perang batin Lana kembali terjadi.

"Ga tau bu besok, yang tau aku pulang kan cuma Surya bu" jawabku.

"Emang kamu ngabarin dia Lan " tanya Ayah.

"Enggak yah, Surya liat Lana pulang kemarin" Jawabku.

"Hahahah Surya mah saben hari lewat depan rumah Lan" sahut ibu lagi.

"Masa sih bu, kan rumahnya ga nglewatin rumah kita bu seharusnya" tanya ku heran. Ada getaran aneh tiba-tiba menggelitik hati ku.

"Lana, kamu tau ga istilah kalau kangen atau cinta itu, liat genteng rumahnya aja udah bahagia, Surya mungkin kaya ayah dulu Lan, liat sendal jepit ibu mu aja udah seneng" kata ayah polos, membuat aku dan ibu tertawa terbahak-bahak.

"Ga mungkin Surya sampai segitunya yah" aku masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Surya itu sampai sekarang masih menjomblo kaya kamu lho Lan, sampai-sampai mau di jodohkan sama gadis kampung saudara jauh ibu nya" kata ibu

"Apaaa!!" tawaku tiba-tiba berhenti dan aku spontan berteriak.

"Biasa aja dong Lan, ga usah bikin jantungan" kata ayah ngelus dada.

"Hahahaha maaf yah, aku ga percaya si kunyuk itu mau laku" jawabku getir.

"Kalau Surya jadi nikah, tinggal kamu lho Lan yang jadi obat nyamuk kalau reunian" ledek ibu lagi.

"Enggak bisa bu, dia harus jadi manusia terakhir yang nikah, bukan Lana" kataku nyaris emosi.

Surya, awas aja lo sampe nikah duluan! . batin Lana

Dari ketujuh sahabatku memang tinggal aku, Marvin dan Surya yang belum menikah. Sebentar lagi Marvin yang akan menikah, kalau Surya menyetujui perjodohan itu dan apa kabarnya dengan aku? siapa kelak jodohku nanti? Pacaran saja enggan rasanya, entahlah... Bukan karena tak laku, banyak banget cowok yang mendekatiku ketika aku kuliah di kota metropolitan, belum teman kerja ku di departemen keuangan yang datang silih berganti tapi tak satupun yang ku tahan, mereka semuanya ku biarkan pergi.

Entahlah apa yang aku rasakan, apakah aku sudah mati rasa ataukah aku selalu menganggap diriku tak layak. Apakah aku masih terjebak di kejadian 5 tahun yang lalu? Umurku semakin bertambah dan cap 'Perawan Tua' akan segera bersemayam bila aku masih belum bisa membuka hati ku. 5 tahun yang lalu, rasanya aku ingin kembali kesana memperbaiki semuanya, tapi itu tidak mungkin.

Ehmm Surya.. ehh mana ponsel ku.

Lana setengah berlari meninggalkan meja makan dan menuju kamarnya, teringat pembahasan terakhirnya dengan Surya.

Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐

Berdesir Lembut

20 misscall

15 pesan

'Lan.. gimana besok? ke tempat biasa ya.. di lantai dua deket sekolah'

'Oo iyaa.. namanya bukan domino lagi, tapi cafe corner bentuknya masih sama, cuma isinya yang beda'

'Lan besok jam berapa?' Gue jemput apa gimana?'

'Lan lagi ngapain sih lo lama bener'

'Jawab cumii'

'Woi.. gue perlu panjat pagar samping rumah lo ga nih'

'Seeeeettt dah Landaakk.. lama bener'

'Gue perlu hubungin yang lain ga nih'

'Lan... Lann.. Landakk'

'Apa malem ini gue maen ke rumah lo ya Lan, dengan cara wajar?'

Haahaha... temen-temen gue dulu kalau mau maen selalu bilang cara wajar apa enggak.. kalau cara wajar lewat pintu artinya melewati penjagaan ayah ibu, kalau cara yang ga wajar lewat jendela, mereka akan memanjat pagar samping rumah dan masuk lewat jendela. Lana melirik ke jendela.

Ehmm.. apa perlu jendela di renovasi? di pasangin tralis atau pintu jendelanya di bikin keciĺ ga gede gini.. baru sadar pintu ama jendela gedenya saingan.

'Lan, lagi di interogasi bokap nyokap ya? atau nyokap lo pasti lagi gosipin gue di jodohin ya Lan'

Deg

Kok tau nih kunyuk, udah kaya peramal aja. batin Lana

'Lan, lo mau gue tungguin apa barengan kita nikahnya atau gue nikahin hahahaha... pilih Lan'

'Gue mau cerita banyak Lan'

'Mau gue kenalin calon gue ga sekalian besok?'

Deg.

Lana langsung keluar menu chat menelpon Surya, dan di dering pertama langsung di angkat

"Hal-. kata-kata Surya di potong

"Hehhh Sayuur.. ga ada yaa besok lo bawa-bawa calon bini lo dan inget lo nikahnya belakangannn catetttt tuh" Lana setengah berteriak.

Mulai deh nih kaleng rombeng duhhhh. Batin Surya

"Apaan sihh teriak-teriak.. Lo baca chat terakhir gue kaga? " Tanya Surya di telpon.

"Kaga" kata Luna datar.

"Yeeee.. Orang tuh kalo baca ampe selesai Non, emosian aja lo.. gimana besok gue jemput apa gimana.. sebelum jam 12 ya Non" kata Surya melembut.

Non, panggilan kesayangan Surya ke gue, kangen gue dipanggil Non. Lana.

"Gue jalan sendiri aja, kita ketemu di sana" jawab Lana.

"Gue udah ga sabar ketemu lo, apa gue ke rumah lo malem ini Lan?" tanya Surya.

"Ga usah, besok aja.. gue mau pijet terus tidur, badan gue sakit semua" kata Lana ketus.

"Ya udah deh kl gitu mimpiin gueeee ya Landaakk" pinta Surya bersemangat.

Dari SMP si kunyuk manggil gue landak kalau lagi kesel atau lagi jahil. Lana.

"Ogahhhh amat, byee" kata Lana langsung menutup telponnya tiba-tiba.

Dasar Landak.. Kebiasaan maen tutup. Gerutu Surya.

Setelah mengakhiri panggilannya, Lana pun membuka kembali chat terakhirnya Surya.

'TAPI BOHONG, LANDAAAKKK'

Dasar Sayur, nyebelin banget lo!. Batin Lana.

*****

Di Kediaman Surya.

Aku masih memandangi ponsel ku, melihat-lihat lagi chat ku dan Lana yang membuatku tersenyum sendiri, saat terakhir berbicara dengan Lana hati ku masih terasa hangat ada rasa yang mencair disana. Sejak kejadian 5 tahun lalu hatiku menjadi beku, hatiku menjadi dingin kepada siapapun, pintu hatiku pun otomatis tertutup rapat dengan ruang yang kosong, namun semua orang tahu betul bahwa ruang itu hanya aku sediakan untuk Lana, entah kapan dia mau menempatinya.

Tok.. Tokk..Tokk..

Pintu diketuk dan langsung dibuka cepat oleh sang pengetuk. Bu Laras, ibunda Surya tiba- tiba menghampiri kamar Surya.

"Surya kamu nanti jangan ada acara kemana-mana ya, kamu nanti anterin mama ke rumah teman-teman mama, cuma anter-anter cake kok, mama udah janji mau kasih tester cake, itu lho resep baru dari tante Winy yang di Holland" kata ibunya masih berdiri dekat pintu.

"Yaaellaah mama, kenapa ga nyuruh Toni aja sih ma" gerutu Surya. Hobi mamanya ini yang kadang bikin kesel, suka janji-janji ngasih kue atau cake ke temen-temen dekatnya kalau dapet resep baru, akhirnya kadang Surya atau adiknya Toni yang jadi korban di suruh anterin mamanya kemana-mana.

"Toni ngapel lah kan ini malem minggu, yang jomblo di rumah ini cuma kamu Surya, buruan jam 5 berangkat" kata ibunya sambil keluar kamar menutup pintu kembali meninggalkan Surya dengan gerutuannya.

Surya kembali memandangi ponselnya lalu membuka galeri foto, disana terpampang ribuan foto kenangan bersama gengnya, lalu dia membuka folder dengan nama LANDAK di galerinya juga. Folder itu berisi foto Lana dan dirinya, semua kenangan manis ada di ponselnya dari SMP masih singgah dengan manis di ponselnya. Perasaan yang mendalam kepada Lana dari dulu tak terbalaskan, Surya terus menscroll ponselnya dari atas sampai ke bawah, membayangkan betapa manisnya mereka dulu, rasanya ingin mengulang masa itu. Tanpa sadar Surya mencium ponselnya lalu perlahan memejamkan matanya, pikirannya terbang ke masa 5 tahun lalu, kejadian yang susah di lupakan, kejadian yang ingin dia kubur tapi selalu saja muncul dan efeknya memancing emosinya.

"Aaarrrrggghhhh.... Damn it !" umpat Surya memukul kasur lalu di meletakkan ponselnya ke meja kerjanya lalu menuju kamar mandi, dia membiarkan air dingin menghunjam kepalanya, meredakan emosinya dan juga semua hasrat yang selalu ia bendung agar tak meluap dahsyat.

*****

Jalanan terasa ramai di malam minggu, kemacetan dimana-mana maklumlah hari dimana banyak orang menghabiskan waktu mereka di luar rumah di pusat perbelanjaan, tempat kuliner atau coffee shop tak terlihat sepi selalu ramai dan padat di kunjungi hanya sekedar melewati malam minggu malam yang panjang istilahnya. Surya melajukan mobilnya bersama mamanya menuju rumah teman-teman ibunya, diseputaran kotanya. Semenjak ayahnya meninggal 10 tahun yang lalu, mamanya lebih banyak menghabiskan waktunya di toko roti yang sebelumnya di serahkan kepada Gita kakak perempuan pertamanya yang telah berkeluarga, sedangkan kakak keduanya Reno lebih memilih tinggal di luar negeri menikah dan tinggal disana. Usaha roti itu dibangun oleh nenek Surya, dengan memberi nama toko roti itu ' Denisha Bakery ' sesuai nama neneknya, yang akhirnya di teruskan oleh mamanya Surya setelah neneknya meninggal sehingga mamanya menjadi penerus usaha toko kue yang telah berkembang pesat di kota itu. Tadinya toko roti itu di kelola penuh oleh Gita, namun sejak sepeninggalan papanya, mamanya sering mengunjungi toko roti itu sebagai hiburan dan melupakan rasa kehilangannya karena laki-laki yang dicintainya.

Setelah mengantar empat tempat ke teman mamanya tinggal satu tempat lagi yang tersisa, hampir dua jam Surya berkeliling menemani mamanya, lelah dan jenuh dirasakan Surya saat menuju rumah terakhir yang akan di kunjungi.

"Hooooaammmmss " menguap untuk kesekian kali.

"Kemana lagi ma" kata Surya semakin tak bersemangat.

"Ke rumah yang bikin kamu bersemangat, ke tante Maryam" kata mamanya santai.

"Apa!" Surya kaget.

"Kok mama ga bilang sih ma kalau mau ke rumah Lana, mana Surya cuma pake celana pendek, duhhhh mamaaa " kata Surya lagi dengan sedikit kesal.

"Emang kenapa? Kan cuma ketemu tante Maryam ama om Aldi, biasanya juga kamu pake celana pendek" kata mamanya santai.

"Duh mama nih... Lana tuh lagi dirumah Ma " kata Surya memelas.

"Haahh.. Lana pulang? Kok kamu juga ga bilang ke mama kalau Lana pulang, tau gitu mama bawa kue sus juga kesukaan Lana" kata ibunya protes juga.

" Ya udahlah mau gimana lagi " kata Surya pasrah.

"Kamu tetep ganteng kok Sur, meskipun pake celana pendek, heemmmphh masih wangi juga kok" kata mamanya sambil mengendus kaos polo biru muda yang di kenakan Surya.

"Apaan sih Ma, minimal rapi gitu lho Ma mau ketemu Lana, ini pertama kalinya ketemu Lana setelah sekian lama Ma" gerutu Surya.

"Halah sudahlah, apa adanya saja Surya. Cewek itu suka yang apa adanya, yang penting kamu tuh wangi" kata mamanya Surya berusaha menenangkan.

Gedung DPR telah terlihat dan tak lama lagi akan sampai di rumah Lana, jantung Surya pun berdegup kencang membuatnya duduk tak tenang, gelisah serba salah, perasaannya berkecamuk melebur menjadi satu, antara bahagia rindu dan sakit hatinya sebentar lagi akan beradu. Tak lama merekapun sampai di depan rumah Lana dan mamanya segera turun sementara Surya memarkirkan mobilnya, dari jauh terlihat om Aldi membuka pagar dan mempersilahkan mamanya masuk.

Kenapa kaki ku susah digerakkan kaya kesemutan sih, duhhh... semoga Lana udah tidur. Harap Surya

"Woiii Suurrr, ayoo masuk" teriak Ayah Lana.

"Iyaa Om.. Sebentar Om, saya parkir dulu" jawab Surya mencari alasan. Setelah parkir sempurna Surya menyempatkan dirinya melihat kaca spion dan merapikan rambutnya. Surya pun akhirnya turun dengan sejuta rasa perasaan berkecamuk di hatinya.

"Ayo sini masuk " kata Om Aldi.

" Iya Om, apa kabar Om tambah seger aja om " sapa Surya menjabat tangan Ayah Lana dan meletakkan di dahinya dengan membungkuk.

" Baik dong, kamu juga makin gagah aja, padahal dulu kamu kerempeng banget lho" kata Om Aldi

"Ayo sana masuk " tambah om Aldi.

Surya masuk di sambut Tante Maryam ibunya Lana.

"Sur.. sini ayoo masuk, tambah keren aja kamu Sur" kata Tante Maryam.

"Aahhh tante bisa aja tan, tante apa kabar tan?" kata Surya sambil menjabat tangan Maryam dan meletakkan di dahi dengan membungkuk.

"Baik dong Sur, tuh sana masuk ke ruang tengah, Lana lagi di pijet di depan tv, sana masuk aja temuin Lana, kalian pasti saling kangen, kita mau ngrumpi dulu" usir Tante Maryam.

" Anggep rumah sendiri Sur kaya biasanya " tambah Om Aldi.

" Hehehe.. iya Om Tante, Surya permisi dulu " kata Surya grogi.

" Halaahh tadi aja udah ngantuk nguapp terus sepanjang jalan, sekarang aja semangat 45" ledek Mamanya Surya.

" ihh mama kebiasaan deh " pelotot Surya sambil ngeloyor pergi masuk ke ruang tengah.

Sesampainya di ruang tengah, Surya berdiri terpaku hatinya berdesir lembut, melihat pemandangan yang tak biasa setelah 5 tahun. Posisi badan Lana tengkurap dengan hanya memakai kain batik terbalut sampai dada, pundak dan betisnya terlihat putih mulus sedang asik di pijat bi Inah, tukang pijat langganan keluarga Lana. Surya gemetar hebat, badannya terasa panas area di bawah pusarnya terasa menggeliat tapi Surya menahannya dan mengambil nafas dalam-dalam.

" Ehemm.. La.. Lann, lagi ngapain lo ?" Surya basa basi dengan suara parau.

"Haaahhh.. kunyuk jadi lo kesini beneran?" bangun dari posisi tengkurap dan menghampiri Surya lalu memeluknya.

Lan, astaga ga pake bra pula.. Lana, please gue laki-laki normal yang ga perlu lo buktiin. Jerit Surya dalam hati, merasa tertindas.

"Sini lo, duduk... eh bentar ya gw ganti baju dulu" Lana berlari kecil menuju kamarnya. Tubuhnya tercetak samar-samar tapi terlihat jelas bentuk tubuh Lana yang tak pernah bisa Surya lupakan dan geraian rambutnya yg panjang menari-nari sampai pinggangnya.

Tambah sexy aja tuh bocah, panjang banget rambutnya pengen gue jambak rasanya. Batin Surya

"Bi pijet nya udah aja ya besok lagi" kata Lana dari kamar dan bi Inah pun berlalu dari ruang tengah. Lana keluar kamar beberapa menit kemudian dengan setelan baju tidurnya.

"Lo seriusan kesini ngapain lo? Ga sabar banget lo buat ketemu besok " Lana celingukan sambil menggulung-gulung rambutnya ke atas sehingga menampakkan leher indahnya.

Aduh Lan, leher lo... kenapa ga lo kondisikan sih, bikin jakun gue turun naik aja lo. Surya mengambil nafas dalam-dalam.

"Gue ama nyokap, ga tau juga nyokap tiba-tiba kesini ternyata udah janjian ama nyokap lu" kata Surya merebahkan diri di sofa.

"Bentar gue temuin nyokap lo dulu deh, eh lo kalau mau minum ambil aja sendiri ke dapur ya " kata Lana langsung meninggalkan Surya.

"Yeee main cabut aje" gerutu Surya.

Luna setengah berlari menuju ruang tamu menemui mamanya Surya.

"Tanteee Laraaasss... apa kabar" kata Lana mencium punggung tangan tante Laras dan berhamburan memeluknya.

"Kabar baik sayang, kamu makin cantik aja sih" menerima pelukan hangat Lana dengan penuh kasih sayang.

"Tante sehat-sehat saja kan, kok pas banget sih tan kesini pas Lana pulang, kangen dehh ama tante" kata Lana masih memegang kedua tangan Tante Laras.

"Tante sehat-sehat Lan... Tante ga tau kamu pulang Lan, ini tante emang sengaja kesini mau kasih kue ke mama kamu, biasa resep baru" kerling hangat tante Laras.

"Kalau tau kamu pulang, pasti tante bawain kue sus kesukaan kamu " tambah Tante Laras.

"Udah lah tan, kue bikinan tante udah pasti enak tiada duanya" kata Laras.

"Tadi Tante juga abis dari Tante Veronika mama nya Sita tapi ga ketemu Sita katanya ke rumah Marvin menghadiri tahlilan, bentar lagi kan mereka iparan " kata Tante Laras mengisyaratkan sesuatu.

Deg. Deg.

"Ohh yaaa Tante.. ehmmm kue nya aku minta ya tan, aku ke dapur dulu nemuin Surya mau ngobrol-ngobrol" kata Lana mengalihkan pembicaraan.

"Ya udah sana kangen-kangenan dulu" kata Tante Laras.

"Kasih minum atau suruh makan sana Lan si Surya" sambung ibunya Lana.

"iya bu beres.. dia mah udah nyomot sendiri pasti" kata Lana ngeloyor pergi.

Lana berjalan gontai menuju ruang tengah tapi Surya tak ada disana.

Kemana tuh anak, paling di dapur. Pikir Lana

Benar saja Surya berada di dapur dan duduk di beranda dapur yang sampingnya ada kolam ikannya sedang mengaduk dua cangkir kopi secara bergantian. Surya sudah dianggap keluarga sendiri jadi Surya terbiasa di rumah Lana.

" Kok muka lo loyo sih dateng-dateng, lo melukin nyokap gue kok lo ga apain gue gitu, kita baru ketemu lho ini" protes Surya.

"Kan tadi udah meluk lo gue" Lana sewot.

"Yaeellaahh itu tadi tuh cuma kaya kesamber gledek Lan, ga di tambahin apa gitu Lan?" nyodorin muka ke Lana.

"Setelah kejadian 5 tahun lalu, emang bisa ya lebih dari peluk?" tanya Lana.

"Gue sih bisa Lan" jawab Surya datar.

"Dan lo tau kan jawaban gue apa?" kata Lana lagi

Degg ! Jantung Surya berdetak cepat.

Iya Lan, lo ga bakalan bisa lebih dari itu sekedar pelukan. Muka Surya memerah.

"Nih kopi lo, bisa gitu yaa tamu bikin kopi buat tuan rumah" Surya mengalihkan pembicaraan menghindari pertanyaan Lana.

Lana menatap tajam mata Surya, Lana tahu betul kalau surya menghindarinya, Surya pun tertunduk mengamati pusaran kopi yang di aduk dengan dada bergemuruh.

"Lo tadi dari rumah Sita kan? Tapi Sita ke rumah Marvin menghadiri tahlilan, pasti sama Rima juga. Kenapa lo ga kesana juga?" tatapan Lana tajam bak pisau yang membelah hati Surya.

"Gue kan dari sore udah nemenin nyokap keliling anterin kue, lagian gue udah dateng kok ke pemakaman bokapnya Marvin" kata Surya berusaha tenang.

"Tahlilan mah ga harus, yang kesana paling sita doang, temen-temen yang lain juga ga bakalan dateng" sambung Surya lagi.

Lana menghela nafas panjang dan meraih kopi yang dibuat Surya untuknya, menyesap perlahan kemudian meletakkan cangkir kopi itu ke meja.

"Besok ada perubahan rencana, gue mau ke rumah Marvin, setelah itu kita makan siang di tempat biasa" kata Lana dengan pandang kosong.

"Lan" kata Surya setengah berteriak dengan meletakkan cangkir secara kasar.

"Lo yakin? udah lah Lan, kenapa sih lo ga coba untuk menghindar aja?" kata Surya lagi.

"Gue cuma mau ngasih ucapan bela sungkawa kok, nggak lebih dari itu" kata Lana protes.

"Lo yakin Marvin udah maafin lo, gue takut reaksinya kalau lihat lo Lan?" kata Surya.

"Gue ga perduli dia maafin gue atau enggak, yang pasti gue berniat memberi ucapan bela sungkawa walaupun itu terlambat" kata Lana penuh tekad.

Airmata Lana menggenang dan siap turun, entah sanggup atau tidak tapi Lana harus melakukannya.

Mereka saling diam dan berpikir dengan pikirannya masing- masing.

"Surya.. Marvin udah semakin jauh ya? Gue ga bakalan bisa meraihnya lagi dan ga akan ada lagi keajaiban, gue bener-bener menyedihkan" kata Lana berbisik pelan nyaris tak ada harapan.

Menyedihkan karena lo buat sendiri Lan. Batin Surya

"Lo mau gue peluk Lan?" kata Surya meraih dan menggenggam tangan Lana.

Lana pun mengangguk pelan dan berhamburan ke pelukan sahabat nya itu, orang yang selalu menjadi penerang bagi hidup Lana adalah Surya, orang yang selalu ada dan siap berkorban adalah Surya karena Surya telah mencintai Lana dari SMP, Surya menjadi bayangan Lana sejak saat itu sampai SMA, 6 tahun harus selalu menekan dan menyembunyikan perasaannya adalah waktu yang tak mudah Surya lalui tapi sejak kejadian 5 tahun lalu bayangan itu harus lepas dari sisi Lana. Bagi Lanapun Surya hanyalah seorang sahabat yang dia butuhkan dan juga bergantung kadang Lana berharap bisa mengubah perasaan sahabat menjadi perasaan cinta, tapi Marvin cukup kuat memenuhi rongga hatinya walaupun tak bisa di miliki Lana.

Surya perlahan mencium pelan dahi Lana, yang sedari tadi di pelukannya, ada perasaan hangat yang sangat ramah mengeriap di sanubarinya.

"Lo nyium gw yee barusan" kata Lana mendongakkan kepalanya ke arah Surya.

"Ge er banget lo, jidat lo di pipi gue dari tadi ternoda, gue mau liat muka lo, gue pikir lo merem, pastilah jidat lo kena bibir gue" Surya ngeles sambil melepaskan pelukan nya.

Tiba-tiba terdengar suara dari jauh yang mendekati mereka.

"Kalian berdua tuh mendingan kawin sono deh, udah ga ada lagi yang mau ama kalian berdua" kata suara itu.

Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐

Perdebatan

Tiba-tiba terdengar suara dari jauh yang mendekati mereka.

"Kalian berdua tuh mendingan kawin sono deh, udah nggak ada lagi yang mau ama kalian berdua" kata suara itu.

"Abaaannggg !" teriak Lana menghampiri suara itu dan memeluknya. Ryan, kakak Lana rupanya sudah datang.

"Eh bang.. apa kabar " kata Surya menyambut Ryan, tangan mereka mengepal dan beradu, itu salam pergaulannya seperti biasa mereka lakukan bila bertemu. Ryan duduk dan seperti biasanya Lana minta pangku abang dengan manja.

"Abang pulang kerja langsung ngapel ya bang " kata Lana manyun.

"Ya iyalah Lan, gue juga kalau punya pacar pasti nggak bakalan mau anter nyokap ke rumah lo" serobot Surya.

"Dihh lo mah kalau punya pacar tetep gue suruh ke rumah gue dan awas aja kalo lo nggak mau" ancam Lana.

"Lagian kenapa kamu nggak bilang kalau pulang, tau gitu abang pulang dari tadi atau ajak Moniq kesini, makanya jangan Surya aja yang di kabarin" ledek Ryan.

"Dih Lana nggak ngasih tau dia yaa.. dia aja berkeliaran nggak jelas sampe tau Lana pulang" kata Lana sampai membuat muka Surya memerah.

Seru nih peperangan di mulai. Ryan

"Lan, lo nggak bisa apa duduk sendiri? Kasian abang lo capek, udah bangkotan juga masih gelendotan kaya anak TK keliatan jones banget lo" protes Surya.

Cemburu di balik protes. Hmmm. Batin Ryan

"Tau nih, duduk sendiri napa Lan " Ryan menggeser tubuh Lana.

"Apaan sih lo sirik aja, jones an juga elo tuh" bantah Lana ke Surya.

"Hahahaha..." tawa Ryan

"Dih gue mah kalo mau banyak Lan yang antri, besok nikah juga udah siap gue mah, udah ada jodohnya" kata Surya berusaha membela diri.

Aku akan menilai mereka berdua. Dasar pasangan bodoh. Batin Ryan

"Halaahh paling juga nggak bisa di tenteng ke kondangan" ledek Lana lagi.

"Hahahahaha " Ryan terbahak-bahak mendengar kelakuan mereka.

Lana nggak sadar kalau itu bentuk cemburunya Surya. Batin Ryan lagi.

"Yaahhh nggak tau lo Lan, cewek di kantor gue cakep-cakep Lan, kalau mau tinggal pilih. Lo tau kan Gisel adik kelas idola angkatan kita, yang dulu pernah pacaran ama Marvin, sekarang kerja di kantor gue , dia tiap hari pengennya nempel aja kaya laler kalau lihat gue " timpal Surya bikin panas hati Lana.

Kalian bener-bener pasangan yang serasi, kapan adikku menyadari perasaannya ke Surya. Ryan

"Aahh ujung-ujungnya bekasan lagi lo terima" ledek Lana lagi tidak mau kalah.

"Hahahaha" tawa Ryan lagi menyimak pertengkaran mereka.

"Setidaknya ada Lan dari pada nggak ada sama sekali kaya lo, bucin lo nggak kelar-kelar ama Marvin" kata Surya menohok hati Lana.

Aduhh.. Surya sangat ceplas ceplos, rumah kalian nanti tak akan sepi seandainya kalian hidup bersama. Ryan

"Ya udah sana pacarin sana kalau lo mau, tetep aja kan lo jones kaya gue" balas Lana tak kalah menohok.

Yakin Lan? abang nggak bisa bayangin kalau itu terjadi, kamu pasti akan menyesal. Ryan

"Kan gue bilang kalau gue mau Lan, gue nggak mau karena ada sekeping hati yang harus gue jaga Lan" kata Surya percaya diri.

Pinter juga Surya jawabnya. Ryan

"Siapa tuhh, anak mana" tanya Lana curiga.

"Kepo lo, itu rahasia lah" jawab Surya bikin kesel Lana.

Elo! bodoh. Surya

Udah pasti kamu lah adekku sayang. Ryan

"Stooopp... Stooppp.. Kalian berdua lama-lama abang kawinin lho, mumpung orang tua udah pada berkumpul di depan, gimana? Ide bagus kan" kata Ryan menengahi.

Jedeeeerr! dan mereka pun terdiam. Lana melengos dan Ryan tersenyum tipis.

Mau banget bang, aku terus menunggu keajaibanku walaupun itu bukan keajaiban buat Lana. Batin Surya menjerit.

Malam semakin merangkak naik, meniti waktu yang akan diubahnya menjadi hari esok, Surya dan Mamanya pun akhirnya pamit. Obrolan ringan kembali mewarnai keluarga Lana sebelum mereka memasuki kamar masing-masing untuk tidur karena malam benar-benar telah larut.

'Surya, besok pagi lo jemput gue aja' Lana mengirim pesan singkat ke Surya, saat mau tidur.

'Ok Non, good night and sleep tight Non' Balas Surya membuat senyum merekah terlukis di wajah Lana, mengiringinya terjun ke alam mimpi.

*****

"Laannn.. Lanaaa.... bangunnn " Ryan menggoncang-goncangkan tubuh Lana.

"Emmm.. " jawab Lana tanpa bergerak masih menikmati tidurnya.

"Laann.. Lannn.. di suruh bangun ibuuu.. ada yang nyari tuh" Ryan menarik selimut Lana.

"emmmm.. abangg ahhh" Lana meraih guling lalu memeluknya.

"Ya Tuhaann.. Kelaannaa di cariin Marvinn nohh, anak perawan susah banget bangunnya " teriak Ryan

Lana membuka mata bulatnya dan langsung duduk, melihat jam, masih jam 7 pagi.

" Serius bang?" mata Lana terbelalak, rasa kantuknya segera di usir.

" Hahaha... Tapi bo'ong" kata Ryan menggoda Lana dan beranjak membuka jendela.

"Huuuhhhhh abang mah, malesin deh aahhh" kata Lana kesal lalu merebahkan tubuhnya memeluk guling lagi menghadap tembok memunggungi jendela. Ryan pergi keluar kamar angkat tangan kalau di suruh bangunin Lana.

"Heehh Landak, lo ga bayangin tuh guling jadi Marvin kan?" suara Surya tiba-tiba jelas di telinganya.

"Sayuur, ngapain lo di sini pagi-pagi?" tanya Lana berteriak kaget dan langsung duduk kembali.

"Sarapan lahh" kata Surya ngeloyor pergi ke arah dapur.

"Hehhh Sayur kemana lo" Lana terpaksa bangun dari tempat tidur dan mengekor Surya ke arah dapur, tapi sesampainya di ruang tengah sebelum ruang keluarga Lana membelokkan badanya ke arah kamar mandi tamu untuk membersihkan dirinya.

Di pagi hari di meja makan lah, tempat berkumpul dengan spot favorit mereka diberanda dapur dekat kolam ikan yang menghadap ke pekarangan yang banyak di tanami tanaman hias, apotik hidup dan beberapa pohon buah-buahan pada umumnya.

Sudah ada Ayah, Ibu, Ryan dan Surya yang duduk santai menikmati sarapan yang di sediakan, mereka lebih suka di meja makan yang letaknya di beranda dapur, di bandingan meja makan di dalam rumah, tempat Surya dan Lana semalam adu mulut.

Biasanya meja makan di dalam rumah hanya untuk makan malam saja atau jamuan khusus. Sementara itu terlihat mbok Jum masih mondar mandir antara dapur dan ke beranda menyiapkan sarapan mereka semua.Tawa mereka pecah di pagi hari, penuh kehangatan dan keharmonisan, mereka menikmati sarapan pagi ini.

Lana pun segera bergabung, menarik kursi dan bergabung duduk di antara ayahnya dan Surya, di seberang nya ada ibu dan kakak nya, lalu Lana langsung meneguk kopi di sebelahnya dia tau itu milik Surya kemudian menyenderkan kepalanya di lengan ayahnya bermalas-malasan.

"Kopi Surya itu Lan" kata ibunya.

"Mbok Jum, tolong bikinin kopi Lana ya " sambung Ibunya lagi.

"Lagian ngapain sih lo kesini pagi-pagi Sayur" kata Lana sinis. Surya masih asik mengoles roti dengan butter dan selai coklat

"Lan itu ayah susah makannya kamu senderin gitu " kata abangnya juga.

"Gapapa nanti kalau udah nikah susah manja-manja ke ayah" kata Ayahnya belain.

"Eeett Sayurrr jawaabbb, ngapain kesini lo pagi-pagi" Lana merebut roti yang sudah di olesi butter dan coklat oleh Surya lalu memasukkan ke mulutnya, Surya mendelik melengos lalu mengambil roti lagi kemudian mengoles butter dan coklat lagi. Sementara itu mbok Jum datang dengan secangkir kopi milik Lana.

"Lan bikin sendiri dong, kasian Surya mau sarapan" omel ibunya.

"Kan lo bilang pagi Lan, Lo ga nyebutin jam berapa nya, ya gue kesinilah pagi-pagi, tuh nyokap bikinin kue sus kesukaan lo" kata Surya menikmati roti nya.

"Wow tante Laras tau banget, kesukaanku" mengembalikan roti yang udah di gigit ke piring Surya lalu mengambil kue sus.

"Tuh gue balikin, makan tuh, awas nggak lo makan" ancam Lana ke Surya menerimanya dengan bahagia.

"Jahat banget sih kamu Lan, masa di kasih bekas gigitan kamu" kata Ryan.

"Lan nggak boleh gitu ih" kata ibu nya juga.

" Ibu juga suka kok bekas gigitan ayah" kata ayah menggoda Maryam.

Mereka semua tertawa.

"Kan kalau ibu dengan kerelaan, lihat aja anak kamu itu dengan paksaan, kan kasian Suryanya" kata Maryam ke suaminya.

"Waktu masih sekolah dulu lebih parah tan, dia mah suka ngabisin jatah makan siang Surya" kata Surya menghabiskan sisa gigitan roti Lana.

"Ooh jadi lo nggak ikhlas? " kata Lana sambil memukul lengan Surya.

" Kamu nanyanya sambil mukul yaa pasti Surya bilang ikhlas, pantesan dulu Surya kerempeng" kata ayahnya tertawa, Ryan pun tertawa geli melihat tingkah adiknya itu.

"Ikhlas banget Lan, apa sih yang enggak buat lo" jawab Surya sambil mengelus lengannya menahan sakit.

"Tuh Lan kurang apa sih Surya ama kamu, coba deh perhatiin, Surya sekarang keren, mapan apalagi yang kurang, ?" kata Ryan.

Lana menoleh ke dan menatap Surya jail.

"Iya yaa.. Lo sekarang kok berubah gini sih Sur, badan lo gede banget, berisi dan kekar gini" kata Lana sambil memijat lengan pundak Surya kesana kemari dan berhasil membuat muka Surya memerah.

"Sering ngegym dia di tempat Teguh, abang sering liat, kan rumah Moniq deket tempat Gym nya Teguh" kata Ryan.

" Kenapa nggak ikutan nge gym bang" kata Surya ke Ryan.

"Nggak sempet Sur, kerjaanku keteteran" kata Ryan

" Kebanyakan pacaran juga, kamu mah bang " kata ibunya

"Udah ya ayah mau siap-siap jemput Lila ke rumah nenek, kamu mau acara kemana jadinya Lan " tanya ayahnya pada Lana yang berkutat dengan ponselnya.

"Ehm.. Lana mau ke rumah Marvin terus nongkrong di tempat biasa yah" kata Lana pelan-pelan. Semua saling pandang kecuali Surya yang tertunduk dan terpaku pada kopi, wajahnya menyiratkan kecemasan dan kesedihan.

"Lan, ayah nggak masalah kamu mau kesana tapi kamu harus menjaga sikapmu, jaga lah perasaan orang-orang di sekitarmu" kata Pak Aldi dengan hati-hati.

"Sur, tante percayain ke kamu... tante nggak mau ada cerita aneh-aneh setelah Lana kesana nanti, kamu tolong jaga dia" sambung Bu Maryam.

"Iya tan, asal Lana nya mau nurut aja" kata Surya.

"Apa mau abang temenin juga Lan?" Ryan menawarkan diri.

"Ga usah bang " kata Lana datar.

"Ya udah Lana siap-siap dulu" sambungnya pamit.

"Ayah salamin buat nenek ya " kata Lana saat bangkit dari tempat duduknya.

"Iya ntar ayah sampein" kata Ayah.

"Ehm, Lana kan udah di bookingin hotel 5 hari ama sekretaris Lana di deket kantor yang akan Lana audit, nanti kalau pulang ke sekolah atau kapan sempet mau berenang di hotel tinggal dateng aja yah, bilang aja kamarnya Lana" kata Lana lagi.

"Lho kamu nggak nginep rumah Lan?" tanya ibunya

"Itu kan fasilitas kantor bu, Lana paling nginep di hotel 5 hari dan nginep di rumah 5 hari" jawab Lana.

" Kamu minta pindah kesini gimana Lan?" tanya Ryan

"Nggak tau Lana masih bingung bang, enaknya gimana yah?" Lana kembali duduk dan malah bertanya ke ayahnya. Surya hanya diam menyimak dan merekam pembicaraan mereka.

"Terserah kamu Lan, ayah dukung kamu selalu, cuma kalau disini kan deket keluarga, kamu disana sendirian kalau sakit atau apa, ya sendiri.. kecuali kamu masih tinggal sama budhe Lastri" kata Ayahnya.

"Lana tuh males ama tetangga budhe yah, ihh norak ngejer-ngejer Lana terus" kata Lana kesal.

"Lo terlalu cantik sih Lan" kata Surya memuji.

"Woooo.. kecantikan yang di salahin" memukul lengan Surya.

Tiba-tiba telpon Lana berbunyi, Lana berdiri dan menjauh dari meja makan ke arah pekarangan.

"Halo Rob, apaan lo pagi-pagi telpon gue? " Lana semakin menjauh dan tak terdengar lagi pembicaraan mereka, hanya di kejauhan Lana terlihat bercakap-cakap dengan akrab dan sangat dekat.

Lana berjalan kesana kemari, sambil tertawa riang, hati Surya penuh selidik, siapa gerangan orang yang di panggil 'Rob' itu.

"Laaaannn" ibunya memanggil. Lana pun mendekat.

"Ayah ama ibu mau berangkat dulu jemput Lila, nanti kamu kabarin mama kamu mau pulang ke hotel atau ke rumah" tambah ibunya.

"Iyaa buuu !" kata Lana setengah teriak.

"Eeh Rob udah dulu yaa.. pokoknya koper gue lo taroh aja resepsionis aja ya, thank you lho Rob" Lana mengakhiri panggilan telponnya.

"Ya udah ayah dan ibu hati-hati ya" kata Luna lalu memeluk ayah ibunya.

"Nanti kabari ayah kalau ada apa-apa, jangan lupa ya Lan" kata Ayahnya lagi.

"Beres yah" balas Lana.

Setelah berpamitan dengan Surya dan Ryan, mereka pun bergegas pergi.

"Sapa sih tadi Lan" tanya Ryan

"Temen kantor bang, dia bawain koper Lana karena dia audit juga disini tapi beda perusahaan, dia berangkat pake pesawat makanya Lana nitip koper" jawab Lana.

"Kenapa kemaren lo ga naik pesawat aja Lan" tanya Surya.

"Sengaja.. biar berasa piknik" kata Lana polos.

"Itu temen apa temen Lan, telpon nya gitu banget" kata Surya mulai menunjukkan sikap tidak suka.

Ryan tersenyum tipis, melihat Surya yang sudah menunjukkan rasa curiga ke Lana.

"Temen beneran, padahal cakep banget anaknya, udah gitu baik hati, mapan aduhh pokoknya keren deh, badannya juga atletis kaya lo Sur" jelas Lana.

"Kaga nanyaa!" kata Surya ketus.

"Yeeee tadi nanya" kata Lana mencibir.

"Kenapa ga kamu pacarin Lan?" tanya Ryan.

"Hahahaha.. pengennya sih gitu bang, sayangnya dia homo bang" jawab Lana. Surya pun terlihat lega tapi sekilas masih tampak kuatir.

"Seriusss?" tanya Surya nggak percaya.

"Serius pake banget lahh.. pikiran lo udah aneh-aneh pasti" ledek Lana.

"Udah mandi sana, buruan jangan pake lama" kata Surya.

"Iyee baaawwaaallll" jawab Lana.

Sementara Ryan dan Surya masih melanjutkan obrolan mereka sambil menunggu Lana selesai mandi.

Bila kamu menyukai Novel ini, Jangan Lupa Dukungan Vote, Like, Komen, Koin, Poin dan Rate bintangkuu yaa Reader Tersayang. 😘😘🥰🥰💕💐

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!