Burung besi yg akan membawa Oka pulang ke Indonesia sudah mulai bergerak meninggalkan landasan Narita Jepang. Pesawat bergetar dan tanpa sadar, hati Oka juga bergetar, tak terasa bulir bening menetes deras dari kedua mata indahnya. Seakan merasa akan meninggalkan tempat yg tidak mungkin akan dia datangi lagi. Setahun sudah terlewati, waktu yg diberikan oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk belajar sebanyak yg dia mampu dan mau. Oka yg pulang sekarang sudah berbeda dari saat dia pergi. Dirinya bukan lagi gadis suci, karena sebuah kejadian membuatnya berubah menjadi wanita dewasa. Tanpa dia sadari, perasaannya menjadi hampa. Ada yg hilang dari dirinya. Perlahan dia usap air matanya, berusaha untuk menenangkan diri. Dipejamkan matanya dan menarik nafas pelan, agar semua kesedihannya mengendap dan tersimpan disudut hati terdalam. Sudah bisa dibayangkan, setelah sampai di rumah pasti akan sangat lelah. Belum lagi besok harus datang ke perusahaan untuk mempresentasikan training kerjanya selama setahun dan kroscek pemindahan tabungan dari rekening bank di sana. Baru kemudian akan di transfer ke masing-masing karyawan yg baru kembali dari training kerja di Jepang.
***
Setelah hari kemarin yg sangat melelahkan, pagi ini Oka sudah berada di perusahaan sebelum jam 8. Karena belum memiliki tempat, dia menunggu di lobby. Laporan sudah dia siapkan, tinggal mempresentasikan saja. Dan Oka sudah sangat siap, apalagi ujian tulis dan praktek saat bulan ke 3 masa training nya, nilai yg didapat sangat bagus mendekati sempurna.
Menjelang istirahat siang, dengan perasaan bahagia Oka pulang. Presentasinya berjalan lancar dan uang tabungan sudah berpindah ke rekeningnya. Sambil menuju ke halte bis, diamatinya sekitar perusahaan tempatnya bekerja. Banyak perubahan terjadi selama 1 tahun ini. Diseberang halte, warung makan yg menjual bebek dan ayam goreng sekarang sudah direnovasi menjadi lebih luas, meja kursi untuk pembeli semakin banyak. Pembeli terlihat juga ramai karena sudah memasuki jam makan siang. Bis menuju rumahnya akan lewat setiap 15 menit. Jadi lumayan lama Oka mengamati perkembangan lingkungan sekitar perusahaan tempatnya bekerja.
***
Setelah libur 3 hari, Oka akhirnya kembali masuk kerja. Dengan prestasi yg didapat selama masa training, Oka yg sebelumnya bekerja di bagian produksi dipindahkan ke office. Karena Oka sangat teliti dan pandai bermain angka, akhirnya ditempatkan di bagian procurement. Antara senang dan sedih, karena sudah terlanjur terbiasa diruang produksi. Kemudian sekarang akan berada diantara orang-orang kantor yg tampaknya penuh persaingan. Tapi, Oka berusaha bekerja sebaik mungkin dan menjadi diri sendiri. Karena kerja kerasnya selama ini akhirnya bisa memetik hasil yg baik untuk dirinya.
***
Tanpa terasa sudah 1 tahun Oka bekerja di bagian procurement. Karena kepintarannya, sekarang Oka sudah menjadi asisten manager. Jabatan yg sangat jauh dari bayangannya, mengingat pertamakali Oka bekerja hanyalah sebagai karyawan di bagian produksi. Sepulang dari Jepang, uang tabungannya dibelikan rumah dipinggir kota. Karena di sana lingkungannya masih asri dan yang utama harga rumah sesuai uang yg dimilikinya. Walaupun jaraknya dengan tempat kerja lumayan jauh. Setidaknya setelah memiliki rumah sendiri, Oka tidak lagi memikirkan bayar kontrakan, yg tiap tahun harganya naik terus. Sisa tabungannya dipakai untuk melanjutkan kuliah, karena ijazahnya hanya SMU. Dan beruntungnya lagi, Oka dinaikkan jabatannya menjadi asisten, setelah atasannya tau Oka melanjutkan pendidikannya. Padahal Oka belum lulus bahkan baru tahun pertama kuliah, tapi atasannya sudah percaya dengan kemampuan dan loyalitas kerjanya. Apalagi tahun depan atasannya sudah memasuki usia pensiun.
Bisa dibayangkan bagaimana reaksi orang-orang yg selama ini mengincar posisinya. Oka sangat paham bagaimana persaingan dunia kerja. Apalagi pengalaman sebelumnya, 3 tahun di bagian produksi. Benar-benar sangat membantu Oka sebagai bekal menghadapi orang-orang julid. Ada golongan orang yg tidak menyadari kemampuannya, tidak mau belajar tapi sangat ambisi dengan jabatan. Yang mereka andalkan hanyalah hubungan personal dengan atasan. Sehingga saat sang atasan rolling jabatan atau keluar dari pekerjaannya, dia akan kelabakan dan merasa diposisi tidak aman. Pada akhirnya, dunia kerja menempa diri Oka menjadi seorang yg tangguh, kuat, smart dan luwes dalam bekerja. Walau harus berjuang dengan keringat dan airmata, akhirnya semua bisa terbayar dengan hasil yg sekarang mulai bisa dinikmati. Bersyukur dengan pencapaiannya sampai saat ini.
***
Sementara di negeri sakura, Rimba juga memiliki karir yg sangat bagus. Mungkin sebenarnya memang jiwa pebisnis yg mengalir dalam darahnya, bawaan dari orang tua nya yg pengusaha sukses. Awal bekerja hanya sebagai staf keuangan, setelah 3 tahun bekerja keras akhirnya Rimba dipercaya sebagai kepala cabang perusahaan makanan kaleng yg cukup terkenal di dunia. Tetap memegang cabang di Jepang, bukan negara lain. Sebenarnya Rimba berharap dipercaya memegang perusahaan yg di Indonesia. Karena mamanya sering mengeluh, betapa susahnya untuk bertemu si bungsu. Sebenarnya, ada hal yg sangat penting juga yg harus Rimba selesaikan dengan seseorang. Rimba hanya bisa berharap, semoga semuanya baik-baik saja.
Karena kepiawaiannya dalam memegang perusahaan, Rimba berhasil mengeluarkan beberapa product baru dan menjadi sangat laku. Sehingga pada waktu 1 tahun, produksi meningkat dengan pesat. Rimba berhasil membuktikan bahwa dirinya layak diperhitungkan. Sehingga pada saat pergantian para pemimpin perusahaan, Rimba akhirnya dipercaya menduduki cabang Indonesia. Sesuai dengan yg diharapkan selama ini. Karena perusahaan cabang Indonesia adalah yg terbesar dari semua cabang.
Rimba sangat tidak sabar menanti kepulangannya ke Indonesia. Terutama tidak sabar untuk bertemu dengan wanita yg sangat dirindukannya.
'Semoga dia masih tetap sendiri. 'bathin Rimba penuh harap.
Iya, Rimba berharap pertemuan singkat bersama Oka disalah satu kota kecil di Jepang tahun lalu akan berlanjut saat dia kembali ke Indonesia. Karena dia tau, wanita itu baik-baik saja dan tetap bekerja di perusahaan yg sama dengan Rimba. Info itu dia dapatkan dari orang kepercayaannya yg dia tugaskan untuk menjaga dan mengawasi Oka. Dipertemuan terakhir itu Rimba meninggalkan Oka, karena harus mengejar jadwal kereta pertama yg menuju stasiun besar untuk berpindah menaiki kereta api cepat atau orang Jepang biasa menyebut Shinkansen, menuju Tokyo dimana kantor pusat berada. Hari itu jam 11 siang Rimba akan menandatangani kontrak kerja memegang salah satu cabang di Shizuoka.
Liburan musim panas di Jepang selama seminggu di awal bulan Agustus. Sebelum liburan Rimba sudah mengantongi kepastian untuk memegang perusahaan cabang Indonesia. Tanpa menunda lagi, Rimba langsung terbang pulang.
Rasanya berbeda dengan perjalanan pulang sebelum-sebelumnya. Karena kepulangan yg sekarang, sudah ada banyak rencana di kepalanya. Apalagi sekarang Rimba memiliki tujuan dan harapan untuk masa depannya.
Sampai di rumah, Rimba disambut dengan suka cita oleh mamanya. Bagaimana tidak bahagia, putra bungsu kesayangannya mau kembali pulang dan menetap di rumah.
"Capek banget ya, nak? Kamu mandi dulu terus istirahat. Mama akan siapkan makan malam. " ucap Mama Rimba setelah suka cita menyambut putra bungsunya.
"Iya, mama jangan capek-capek ya. " Rimba kembali memeluk sang mama. Kemudian menuju kamarnya yg sudah lama sekali tidak dia tempati. Hanya saat pulang lebaran atau akhir tahun saja Rimba pulang. Selesai mandi, Rimba merebahkan diri. Rasanya capek banget, penerbangan selama kurang lebih 8 jam. Memang membuat otot kaku.
Liburan musim panas seminggu dinikmati Rimba di Indonesia.
Waktunya dipakai untuk menemani sang mama kemanapun ingin pergi. Atau kalau ingin menghabiskan waktu di rumah saja, Rimba tetap menemani mama, menebus waktu beberapa tahun berpisah.
Sampai tiba hari masuk kerja, waktu subuh mama sudah menggedor pintu kamar.
Brak... brak... brak...
Pintu kamar Rimba bergetar saat sang mama membangunkan anak bungsunya. Bergegas Rimba membuka pintu, karena kaget.
"Mama, ada apa sih? Nanti pintunya jebol kalau mama gedor-gedor seperti ini. " gumam Rimba.
"Mama kuatir kamu lama di luar negeri jadi gak terbiasa bangun pagi. " kata mama sambil tersenyum.
"Mana ada yg seperti itu. Rimba sudah terbiasa bangun sebelum subuh. Malah kalau di Jepang pas musim panas, waktu sholat subuh jam 3." jawab Rimba sambil membuka lebar pintu kamarnya. Memberi jalan agar sang mama bisa masuk dan melihat kamarnya yg sudah rapi.
"Wah, putra manja mama sudah berubah menjadi anak yg rajin dan mandiri. " dan benar saja, sang mama terpukau dengan kamar putranya yg sudah rapi dan bersih, tidak ada barang berserakan. Pakaian kotor sudah masuk dalam keranjangnya. Dipeluknya putra tersayang dengan haru.
"Ya sudah, sana ke masjid bareng papa. Tadi mama bangunin kamu, papa masih di kamar mandi. "
"Iya, ma. Bentar lagi berangkat. "
"Mau sarapan apa? Bukankah hari ini kamu pertama kali masuk kerja dengan jabatan baru? " tanya mama.
"Iya, nanti berangkat lebih pagi. Biar bisa melihat-lihat seluruh area perusahaan. "
"Ya sudah, mama balik ke kamar dulu. "
"Iya, ma... terima kasih. "
Setelah pulang dari masjid, Rimba berolahraga lari sekitar 1 jam disekitaran komplek perumahannya. Tiba di rumah kemudian bersiap-siap untuk sarapan dan kerja. Hari ini sebenarnya hanya acara perkenalan di jam makan siang. Tapi Rimba ingin hari ini juga melakukan factory tour. Sekalian ingin mengenal bagaimana kondisi perusahaan yg kabarnya paling besar di negeri ini.
Jam 9 pagi, Rimba tiba di perusahaan. Semua kaget dengan kedatangannya yg lebih awal dari jadwal yg seharusnya, jam 12 pas waktu makan siang. Tanpa perduli dengan karyawan kantor yg heboh, Rimba lebih memilih diantar ke ruangannya. Ternyata ruang kerja Rimba ada di lantai 3. Satu lantai khusus untuk Presdir dan asisten. Sementara lantai 2, juga khusus untuk bagian keuangan dan 5 ruang istirahat staf training dari Jepang. Jangan dikira hanya karyawan Indonesia yg mengikuti training kerja. Para karyawan di Jepang pun, yg akan mendapatkan promosi kenaikan jabatan juga dikirim ke cabang terbesar yaitu di Indonesia.
Sementara lantai 1 kantor yg menjadi pusat kegiatan, di sana juga ada meja kerja Presdir. Deretan sebelah kiri, dekat jendela kaca di sana berderet meja pejabat tinggi perusahaan dan Presdir. Deretan depannya secara berkelompok meja saling berhadapan ada beberapa bagian diantaranya procurement, marketing, HRD dan IT. Semua meja tanpa sekat, jadi bisa dilihat hanya dengan duduk di meja Presdir, bagaimana semua karyawan bekerja.
Rimba sangat suka suasana kerja yg seperti ini. Setelah melihat 3 lantai kantor, Rimba mengajak asisten nya untuk melihat bagian luar produksi. Karena malas berganti baju khusus untuk masuk ruang produksi, akhirnya Rimba memilih keliling di bagian luar saja. Hampir 2 jam Rimba melakukan factory tour. Setelah semua bagian dikunjungi, Rimba kembali ke kantor lantai 3 untuk beristirahat dan mendinginkan tubuhnya yg berkeringat. Masih ada waktu kurang dari 1 jam untuk makan siang. Waktu yg ada di pakai untuk melihat-lihat data karyawan dari PC yg ada di mejanya. Dari situ Rimba bisa mengakses semua bagian tak terkecuali juga data HRD. Utamanya Oka yg menjadi tujuan utama sebenarnya. Begitu besar rasa bersalah Rimba atas apa yg terjadi waktu itu.
Setelah melihat dimana posisi Oka sekarang, Rimba merasa lega. Ass manager procurement, sebuah prestasi yg sangat baik, mengingat Oka awalnya hanya karyawan bagian produksi.
' Wanita tangguh, calon masa depan. Akan aku kejar sampai hatimu luluh' bathin Rimba.
Waktu untuk makan siang tiba. Acara penyambutan kedatangan presdir baru dan penyerahan jabatan dari presdir lama, sekaligus sayonara party untuk pejabat lama. Acara diadakan di ruang meeting besar yg bisa menampung 250 orang. Letaknya dilantai 2, ada 2 ruang meeting. Yg satunya hanya bisa menampung sekitar 40 orang, biasa disebut ruang meeting kecil.
Dimulai dengan sambutan dan kata perpisahan dari presdir lama. Kemudian berlanjut dengan serah terima jabatan, diteruskan dengan ucapan selamat datang. Setelah itu sambutan dari pejabat baru. Dan baru diteruskan dengan makan siang bersama. Hanya ada meja panjang berderet sepanjang sisi kiri kanan yg menghidangkan aneka menu khas Indonesia, tidak ada tempat duduk. Acara seperti itu dibuat agar yg hadir bisa saling berinteraksi satu dengan yg lain. Karena walaupun bekerja di perusahaan yg sama, mereka belum tentu bisa saling ngobrol kecuali ada acara seperti ini. Jika komunikasi lewat telepon bisa setiap hari, terkadang dalam sehari bisa sampai beberapa kali. Tapi untuk bertemu akan sulit, karena jam kerja dan istirahat berbeda. Kecuali mereka yg memang bersahabat, biasanya akan menyisihkan waktu untuk bersama. Atau jika ada factory tour, bisa menjadi waktu berharga untuk menyampaikan masalah yg timbul di dalam proses produksi.
Hari ini untuk pertama kalinya Rimba bertemu kembali dengan Oka setelah berpisah waktu masa training waktu itu. Baru 2 tahun tidak bertemu ternyata sudah banyak memberi perubahan pada diri Oka. Oka terlihat begitu cantik dan matang dalam usianya menjelang 30 tahun. Ditambah kesan acuh dan tak perduli yg sangat dominan. Walaupun begitu, Oka sangat baik dan perduli kepada orang yg dikenal.
Rimba tidak ingin membuat kekacauan di hari pertamanya, jadi hanya bisa melihat dari jarak yg agak jauh agar dia tidak sampai bertatap muka dengan Oka.
Bisa dilihat oleh Rimba betapa santainya Oka saat makan, semua menu yg menarik dia coba dalam porsi sedikit. Seperti team juri penilai lomba masak dengan gaya khasnya makan dengan tanpa perduli sekitar. Walau pernah bersama hanya dalam waktu 2 minggu, tapi sangat berkesan. Kebersamaan sepanjang waktu, karena Oka yg diberi tugas mendampinginya saat itu.
Sementara Oka masih dengan kebiasaannya yg cuek dan tidak perduli dengan presdir baru. Hanya melihat sekilas saat presdir baru itu berbicara menyampaikan kata sambutan. Tapi Oka tidak memperhatikan dengan jelas. Seperti kesehariannya selama ini, Oka hampir tidak pernah menyapa dan menghampiri orang-orang yg memiliki jabatan diatasnya. Dia selalu merasa lucu dan aneh kalau melihat teman-temannya kelihatan mendekati jajaran manager. Kesannya cari muka banget, memalukan bagi Oka.
Sebenarnya acara makan siang ini, Oka tidak ingin hadir. Tapi karena sekarang sudah menjadi staf penting membuat dia tidak bisa menghindar. Oka sebenarnya tau kalau Rimba adalah presdir yg baru. Dia berusaha untuk tetap tenang dan berharap Rimba benar-benar sudah melupakannya. Sejujurnya walaupun ingin melupakan tapi Oka selalu gagal. Ada getaran di hati setiap kali Oka mengingat Rimba. Ada perasaan lega karena Rimba tidak menghampirinya, namun disisi lain hatinya ada rasa sedih yg tidak bisa dijabarkan. Acara makan siang pun berakhir dengan lancar dan aman. Oka merasa lega untuk hari ini. Dia berharap Rimba memang sudah tidak ingat terhadap dirinya.
Sementara Rimba juga merasa bahagia, orang yg selama ini dia khawatirkan ternyata baik-baik saja. Bahkan terlihat jauh lebih baik daripada saat awal mereka bertemu 2 tahun lalu.
Hari berganti, yg pasti hari ini adalah hari pertama Rimba bekerja kembali. Masih pagi, Rimba sudah tidak sabar ingin segera berangkat kerja. Jarum jam masih diangka 5:30 tapi sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Untuk mengisi waktu luangnya, dilihatnya email masuk dan beberapa pesan. Jam 6:00 segera Rimba menuju meja makan untuk sarapan. Tentu saja mamanya kaget, masih sepagi ini anak kesayangan sudah siap di meja makan.
"Mau sarapan apa, nak? Mama belum selesai masaknya. "
"Kopi sama roti saja, ma. " jawab Rimba.
"Apa memang harus sepagi ini jam kerjanya? " tanya mama heran.
"Ya enggak juga sih, ma. Rimba lagi semangat saja. " sambil nyengir Rimba menjawab pertanyaan mamanya.
"Apa ada sesuatu yg membuat putra tampan mama begitu semangat? "
"Hehehe... mama bisa aja. "
Akhirnya kopi dan roti isi selai kacang coklat dihidangkan sang mama dihadapan Rimba.
"Kopi racikan mama selalu terbaik. "
"Pagi-pagi kamu sudah muji mama, tumben. Kemarin-kemarin gak ada komentar kopi. Anak mama beneran lagi seneng ya?"
"Ma, doakan Rimba berhasil dalam misi ini ya. " pinta Rimba yg pasti langsung di Aamiin kan sang mama.
"Iya, mama selalu berdoa semoga putra kesayangan mama ini segera membawa pulang mantu buat mama. " doa mama yg di Aamiin kan Rimba. Berakhir dengan pelukan hangat mama.
"Ada apa ini, masih pagi sudah berpelukan? Dan kamu Rimba, rajin banget kerja ikut orang? Kenapa gak pegang perusahaan sendiri saja? " tanya papanya beruntun.
"Papa bisa aja. " Rimba nyengir mendengar papanya bicara.
Setelah selesai sarapan, Rimba bergegas berangkat kerja. Sampai di perusahaan masih jam 7 pagi. Karena ingin melihat suasana pagi, Rimba pagi ini tidak langsung ke ruangannya di lantai 3. Dengan langkah pasti, Rimba menuju meja kerjanya di lantai 1. Sepertinya akan menyenangkan, walau yg sebenarnya Rimba ingin melihat Oka pagi ini. Saat mendekati pukul 8 pagi, kesibukan mulai terlihat. Sat persatu mulai berdatangan menuju meja masing-masing. Sepertinya mereka tidak menduga kalau Rimba datang paling awal.
Sudah menjadi tradisi bahwa yg datang belakangan wajib mengucapkan salam. Seperti mendengarkan nyanyian merdu, silih berganti salam itu terucap.
"Selamat pagi. "
"Ohayou gozaimasu. "
Setelah jam 7:50 semua sudah menempati meja masing-masing. Ternyata tempat Oka agak jauh dari meja Rimba. Karena didepan Rimba adalah divisi marketing. Baru di seberangnya lagi bagian procurement. Di Sana Oka duduk bersebelahan dengan meja Managernya. Bersyukurnya Rimba karena duduknya Oka menghadap ke arahnya. Dan Rimba benar-benar ingin berbicara dengan Oka. Akhirnya, setelah 1 jam di lantai 1 melihat kesibukan pagi pertamanya, Rimba bergegas menuju lantai 3 ruangannya. Banyak hal yg ingin dipelajari, karena perusahaan ini sangat bagus product dan pendapatannya dibandingkan cabang lain. Produksi rata-rata 150 kwintal per hari. Bisa eksport ke beberapa negara Asia, Eropa, Amerika dan Australia. Diraihnya telepon di mejanya.
"Halo, tolong laporan 3 bulan terakhir bawa ke meja saya. " perintah Rimba.
"Halo, iya Pak. Baik, akan segera saya bawa kesana. " jawab Oka.
Deg... perasaan Oka tak menentu, karena barusan suara yg sudah lama tidak dia dengar. Ada perasaan takut tapi juga rindu. Ya, Oka akhirnya menyadari dia merindukan orang yg 2 tahun terakhir ini selalu memenuhi pikirannya.
Deg... perasaan Oka tak menentu, karena barusan suara yg sudah lama tidak dia dengar. Ada perasaan takut tapi juga rindu. Ya, Oka akhirnya menyadari dia merindukan orang yg 2 tahun terakhir ini selalu memenuhi pikirannya.
Bergegas Oka membuka file yg dimaksud. Kemudian setelah di cetak, dibawanya menuju lantai 3.
tok... tok... tok...
Dengan ragu Oka mengetuk pintu didepannya.
"Masuk."
Terdengar jawaban dari dalam, dibukanya perlahan pintu itu. Segera Oka membuka pintu dan menuju meja Rimba menyerahkan beberapa lembar laporan yg diminta oleh bos baru itu.
"Duduklah, aku ingin melihat sebentar. Nanti kalau ada yg kurang paham, kamu bisa menjelaskan. " kata Rimba dan menyuruh Oka duduk. Sebenarnya Rimba tidak serius dengan laporan itu, dia hanya ingin melihat Oka lebih dekat dan lebih lama.
"Kabarnya manager procurement mau pensiun. Kapan itu? "
"Masih 2 tahun lagi, Pak. " jawab Oka sopan.
"Masih lama, apakah kamu yg akan menggantikannya? " tanya Cakra lagi.
"Em... sepertinya bukan Pak, karena banyak yg lebih kompeten dibandingkan saya. "
"Baiklah, kamu bisa kembali ke meja kamu. "
"Saya permisi Pak. " sambil membungkukkan badan, Oka pamit dengan perasaan lega. 'Ternyata dia tidak ingat sama sekali. ' bathin Oka sambil kembali menuju tangga ke lantai 1. Walaupun perusahaan besar, tapi tidak ada fasilitas lift di sana. Ada perasaan kecewa dan marah dalam dirinya.
'Mengapa sepertinya dia lupa. ' Oka tiba-tiba menjadi sedih. Dengan wajah murung dia melanjutkan pekerjaannya. Masih jam 10, tetapi semangat Oka sudah tertinggal di ruangan Rimba.
Sementara Rimba juga merasa kehilangan setelah melihat Oka menghilang di balik pintu. Sungguh orang-orang yg rumit, karena tidak mampu mengekspresikan perasaan mereka. Akhirnya setelah makan siang, kembali Rimba menghubungi Oka.
" Halo. " Oka.
"Bawa laporan tahunan. Dari 1 Januari sampai produksi kemarin. "
"Maaf pak, kalau sampai kemarin laporannya belum masuk. Terakhir laporan masuk 2 hari yg lalu. Nanti jam 3 baru fix untuk produksi kemarin. " jawab Oka, berharap tidak ada perintah menghadap sang Bos.
"Ya, bawa yg itu. " klik, bunyi telepon ditutup.
Dengan setengah hati, Oka mencetak sesuai kemauan Pak Bos. Kemudian menaiki tangga menuju lantai 3, dimana ruangan Bos berada. Karena Oka di kantor tidak mempunyai teman dekat, jadi tidak bisa berbagi cerita kekesalannya pada temannya. Kalau sebelumnya masih bekerja di ruang produksi, Oka punya 3 teman dekat. Sekarang jam kerja mereka berbeda, jadi agak sulit untuk berkumpul bersama.
tok... tok... tok...
"Masuk."
"Ini laporan yg bapak minta. " kata Oka sambil menyerahkan beberapa lembar kertas.
"Sudah berapa lama kamu bekerja di perusahaan ini? " basa basi Rimba.
"Sekitar 10 tahun, Pak. " jawab Oka sopan.
"Apakah kamu sudah lupa sama aku, hem? " tanya Rimba kemudian dengan wajah sendu.
"Maaf, saya tidak tau. " sekilas Oka bisa melihat wajah sendu Rimba, tapi kemudian segera mengalihkan pandangannya ke meja didepannya.
"Aku sudah menunggu sekian lama untuk bertemu kamu. Kalau kamu marah, aku bisa mengerti. " ucap sendu Rimba.
"Pak, kalau tidak ada yg ditanyakan lagi saya akan kembali ke meja saya. Permisi. " pamit Oka dan langsung meninggalkan ruangan itu. Hatinya sekarang menjadi berdebar-debar karena ternyata Rimba mengingat dirinya. Ada perasaan cemas, bagaimana dengan karir yg sudah dibangun selama ini. Oka tidak mau kalau perjuangannya selama ini menjadi sia-sia.
'Ya Allah, tolonglah hambaMu ini. ' doa Oka dalam diam. Tanpa disadari, wajahnya merona. Oka juga merasa heran dengan dirinya, mengapa tidak bisa marah atau benci. Perasaannya menjadi lemah di depan sang Bos baru ini.
Sampai tiba waktu pulang, Oka lebih banyak melamun daripada menyelesaikan pekerjaannya. Menuju halte yg ada di depan perusahaannya, kembali Oka melamun. Akhirnya bis yg ditunggu sudah lewat tapi dia tidak menyadarinya. Kemudian sebuah mobil berhenti di depannya. Penumpangnya keluar menghampiri Oka.
"Ayo aku antar pulang. Sebentar lagi gelap, semakin jarang bis yg lewat. " kata orang tersebut.
"Terima kasih, saya naik bis saja karena rumah saya jauh. " jawab Oka.
"Aku ingin membicarakan sesuatu sama kamu, bisakah kamu luangkan waktu? " kembali Rimba meminta waktu untuk bersama.
"Maaf Pak, saya harus segera pulang. " tolak Oka.
"Kalau begitu, ayo aku antar. "
"Sebaiknya anda segera pergi, beberapa karyawan melihat anda. Apa bapak tidak malu? "
"Kenapa harus malu? " tanya Rimba yg malah duduk di sebelah Oka.
"Kalau kamu tidak mau aku antar pulang, aku akan mengikuti bis yg kamu tumpangi. Bagaimana? " jawab Rimba dengan santai. Oka menjadi semakin tidak nyaman karena ada beberapa orang kantor mulai keluar dan melihat mereka.
"Baiklah." jawab Oka sambil berdiri. Kemudian Rimba membukakan pintu mobilnya. Sebenarnya Oka tidak nyaman, karena ada beberapa orang yg keluar perusahaan. Tapi biarlah, akan dia abaikan jikalau besok terjadi gosip tentang dirinya.
Setelah perjalanan yg memakan waktu setengah jam lebih, sampailah mereka di depan sebuah rumah sederhana. Perumahan bersubsidi di pinggiran kota. Rumah yg sangat imut tapi asri dan rapi. Itu yg dilihat sekilas oleh Rimba. Karena didepan rumah ada beberapa pot tanaman hijau. Seluruh luas tanah full bangunan, mungkin karena luas tanah yg kecil. Rimba dipersilahkan masuk, ruang tamu dibuat terbuka. Semacam teras merangkap ruang tamu. Yang pasti, Rimba benar-benar bahagia bisa diterima di rumah Oka.
"Bapak mau minum apa? Kopi? " tanpa sadar Oka memberi peluang untuk Rimba berada di rumahnya lebih lama.
"Teh saja, aku minum kopi hanya pagi hari saja. " jawab Rimba.
"Tunggu sebentar. " kemudian Oka masuk ke dalam rumahnya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Oka sudah keluar dengan baju rumahan dan nampan berisi teh dan kue muffin keju. Rimba sangat senang dengan penerimaan Oka terhadap dirinya. Setelah menaruh teh dan kue di meja, Oka duduk di sisi kiri Rimba.
"Silahkan diminum Pak. Setelah itu bapak bisa mengatakan apa yg ingin disampaikan ke saya. " kata Oka dengan tanpa ragu.
Tiba-tiba kemudian Rimba beranjak dari duduknya, bersimpuh di hadapan Oka.
"Maafkan aku untuk malam itu. Sungguh aku tidak pernah berfikir untuk melakukannya. Orang-orang itu yg sepertinya ingin menghancurkan aku. Ayo kita menikah, untuk menebus dosa-dosa kita. " Rimba menggenggam erat kedua tangan Oka dan menciuminya, sambil terus mengulang kata maafnya. Sementara Oka terpaku mendengar apa yg diucapkan Rimba. Tanpa terasa, airmata nya mengalir deras di pipinya. Oka tidak mampu berkata-kata.
Melihat Oka yg seperti itu, perlahan Rimba mendongakkan kepalanya. Diusapnya airmata Oka, dengan penuh kelembutan. Oka masih saja menangis dan sesaat kemudian, Oka mendadak tubuhnya lunglai dan jatuh ke sandaran sofa.
"Oka... Oka... " seru Rimba sambil menepuk-nepuk pipi Oka, tapi tidak ada reaksi. Perlahan diangkatnya tubuh Oka yg pingsan. Akan di baringkan di sofa, tapi ruang tamu itu agak dingin karena terbuka. Akhirnya Rimba membawa masuk ke kamar Oka. Dibaringkannya tubuh wanita yg selama 2 tahun ini menghiasi mimpi-mimpinya.
"Sayang, bangunlah jangan seperti ini. " gumam Rimba sambil menepuk-nepuk pipi Oka. Diambilnya minyak kayu putih yg ada di meja rias. Dibalurkan di kaki dan tangan, juga pelipis Oka dengan minyak kayu putih. Kemudian di oleskan di hidung Oka. kemudian ditepuk-tepuk nya pipi Oka, tapi masih tidak ada pergerakan. Karena panik, akhirnya Rimba menghubungi dokter keluarganya yg tak lain adalah kakaknya sendiri. Karena Rimba tau, dari rumah kakaknya ke rumah Oka hanya butuh waktu 10 menit. Tadi dalam perjalanannya mengantar Oka, mereka melewati rumah kakak sulungnya.
"Kak, apa sekarang masih di rumah sakit atau masih di tempat praktek? " tanya Rimba.
"Ini baru selesai praktek, mau tutup. Ada apa? "
"Kak, aku share lokasi tolong datang. Ada yg pingsan dan sudah aku kasih minyak kayu putih tapi belum bangun, cepetan ya kak. "
klik.
Telepon dimatikan Rimba tanpa menunggu jawaban kakaknya. Kemudian dia kirim lokasi rumah Oka. Dan menunggu sang kakak dengan tidak sabar.
Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu pagar. Rimba segera keluar dan menyuruh kakaknya masuk, langsung dibawanya ke kamar Oka. Tanpa banyak tanya, Kakak Rimba itu langsung memeriksa pasien istimewanya. Setelah selesai kemudian dibuatkan resep obat tapi tidak diberikan pada Rimba, resep itu masuk saku jas putihnya.
"Kak, kenapa dia pingsan? "
"Kecapekan dan stress banyak beban pikiran. Sementara itu yg kakak lihat. "
"Kasian dia hidup sendiri. "gumam Rimba.
"Kakak menunggu penjelasan kamu, awas kalau kamu gak mampir ke rumah. " ancam kak Alma.
"Makasih kak, jangan cerita sama mama. " pesan Rimba, kuatir sang mama heboh.
"Sebentar lagi biar bik Sum kesini jagain, kamu harus pulang. Gak boleh menginap di sini. " pesan kak Alma. Wah, sepertinya dia takut adiknya gak pulang.
"Makasih kakakku yg paling cantik dan baik hati. "
Selang 30 menit kemudian, bik Sum datang dan memberikan obat dari dokter Alma.
"Mas Rimba bisa pulang sekarang. Bibik yg ditugaskan buat merawat mbaknya. " kata bik Sum begitu tiba di rumah Oka.
"Baiklah bik, jangan lupa nanti suruh dia makan. Aku sudah periksa di meja makan kosong tapi di kulkas sepertinya ada beberapa makanan. Tinggal dipanaskan saja. " pesan Rimba.
"Iya mas, tadi bibik sudah bawa sup hangat dari rumah. Kebetulan sup sehat, menu sore ini di rumah bu dokter. "
"Saya pulang bik, nitip calon istriku ya. " ucap Rimba.
"Inggih Mas. " bik Sum kemudian meletakkan obat dan sup di meja kamar. Kemudian mengantar Rimba pulang dan mengunci pintu. Kembali masuk rumah, bik Sum ke dapur membuat teh panas untuk Oka. Kemudian di bawanya ke kamar Oka. Bik Sum kemudian memijit pelan kaki Oka. Dipijit dari telapak kaki ke betis, otot-otot kakinya biar lemas.
Setelah dipijit kakinya, ternyata Oka kemudian terbangun dan kaget ada orang yg tidak dikenal di kamarnya.
"Alhamdulillah, mbaknya sudah bangun. Maaf, saya ditugaskan bu dokter untuk menjaga mbaknya. Kasian, sakit sendirian di rumah. " kata bik Sum.
"Maaf, bibik siapa ya? " tanya Oka, karena dia merasa tidak pernah melihat di sekitar rumahnya.
"Saya bik Sum, mbak. Saya pembantunya bu dokter Alma, kakaknya mas Rimba. " jelas bik Sum. Reflek Oka langsung bangun dari tidurnya begitu nama Rimba disebut.
"Dimana sekarang pak Rimba nya, bik? " tanya Oka.
"Sudah pulang mbak. Saya disuruh menggantikan menemani mbak sama bu dokter. " jelas bik Sum. Kemudian wanita paruh baya itu mengambil sup yg dia bawa tadi, diberikannya kepada Oka.
"Mbaknya makan dulu, biar ada tenaga. " Sambil memberikan segelas teh hangat, bik Sum membantu Oka minum. Dan Oka akhirnya makan dan minum obatnya. Setelah merasa jauh lebih baik, Oka pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah berganti baju dengan piyama, Oka menghampiri bik Sum yg beres-beres dapur dan cuci piring.
"Bik, jangan beres-beres dapur. Besok saja biar saya yg kerjakan. " cegah Oka.
"Gak papa mbak, sudah biasa begini. Mbak istirahat saja biar cepat pulih. "
"Sudah jam 10, bibik setelah ini segera tidur ya. Mau tidur sama saya atau di kamar sebelah? "
"Mbak sudah beneran sehat? kalau sudah enakan, saya tidur di kamar sebelah saja. Terima kasih ya mbak. "
"Saya yg terima kasih karena sudah ditemani dan dirawat. " jawab Oka.
Kemudian Oka beranjak ke kamar untuk beristirahat. Disisihkannya semua masalah yg menjadi beban pikirannya. Entahlah, tiba-tiba dia merasa hari ini sangat berat. Tak lama setelah membaringkan tubuhnya, Oka langsung terlelap.
Beberapa saat kemudian, bik Sum membuka pintu kamar Oka. Dilihatnya sudah tidur nyenyak, bik Sum bernafas lega. Karena merasa Oka orangnya sangat baik dan tidak manja. Biasanya kekasih para majikan suka banyak perintah-perintah, tapi yg ini tidak sama sekali. Kemudian bik Sum menuju kamar satunya untuk beristirahat juga. 'Semoga besok calon istri mas Rimba sudah sehat. ' doa bik Sum dalam hati. Kemudian tertidur menyusul Oka.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!