NovelToon NovelToon

Di Balik Jingga Tenggelam

Cek Ombak.

Hai pembaca semua. Kita buat cek ombak sebelum mulai bab 1 ya. 🤗

🌹🌹🌹

Bang Arok menyentil rokoknya. Usai upacara bendera di kantor gubernur hari ini telah usai dan di gantikan dengan acara santai.

Seorang gadis tertawa riang karena akhirnya ia dapat memenangkan lomba paskibra antar kampus bersama rekan satu team nya. Bang Arok terus memperhatikan paras wajah kekasih Letnan Rayzan Al Fath, sahabat sekaligus littingnya. Sesuai namanya Riang Ayu Hanatilar memasang seorang gadis yang riang.

Dering telepon mengalihkan perhatiannya. Ada nama Ranti di ponselnya.

"Hallo."

"Abang dimana?" Tanya Ranti di seberang sana.

"Di kantor, banyak kerjaan." Jawab Bang Arok datar saja. Dulu dirinya sangat mencintai gadis itu namun setelah melihat perselingkuhan nya dengan Rayzan.. hatinya berubah dan dingin.

"Ada apa sih Bang. Abang tidak pernah meluangkan waktu lagi untuk ku." Kata Ranti saat merasakan perhatian Bang Arok mulai berkurang.

"Naik taksi online saja. Saya masih ada kesibukan." Alasan Bang Arok kemudian mematikan panggilan teleponnya.

~

ploookk..

"Aawwhhhh.." Bang Arok mengedarkan pandangan mencari pemilik sepatu yang melayang di atas kepalanya.

"Maaf Pak pelatih..!!" Gadis itu berjalan berjingkat dan berniat mengambil sepatunya yamg sempat melayang di atas kepala Bang Arok.

"Bisa tidak.. sehari saja kamu tidak berbuat onar. Kamu membawa nama kampus mu Anyya..!!" Tegur kesal Bang Arok.

Berhubung acara lomba sudah usai, nyali Annya pun kembali. Tidak ada rasa takut sedikit pun untuk menurut pada Bang Arok sebagai pelatih nya.

"Kembalilah bersama team mu dan jangan merusuh..!!" Pinta Bang Arok.

Annya yang kesal segera melenggang pergi sembari menenteng sepatunya.

Arah pandang Bang Arok tak lepas dari Annya. Teringat pula persahabatannya dengan Ray yang harus merenggang karena permasalahan keluarga.

Flashback Bang Arok on..

"Ternyata kau yang telah membuat Mamaku tiada..!!!" Pekik Bang Ray menunjuk wajah Mama Beeya.

Melihat ibunya diperlakukan dengan tidak pantas, Bang Arok bereaksi dan menepis tangan Bang Ray.

"Jangan kurang ajar kamu Ray. Apa maksudmu bicara seperti itu??" Tegur Bang Arok.

"Aku baru tau kalau ternyata wanita ini menjadi selingkuhan Ayah dan membuat Mamaku bunuh diri karena sakit jiwa. Dimana hatinya sebagai sesama perempuan???"

"Ray.. lebih baik kita duduk dan bicara baik-baik..!!" Ajak Ayah Dallas.

"Nggak perlu.. aku akan membuat perhitungan dengan perempuan ini..!!"

"Berani kamu menyentuh kulit Mama ku. Mati kau Ray..!!" Ancam Bang Arok.

Bang Ray meninggalkan rumah membawa wajah marah.

Ayah Dallas menarik bahu Bang Arok. "Kamu jangan se emosi itu Arok. Kenapa sih kamu ini selalu tarik urat leher kalau ada masalah?" Tegur Ayah Dallas.

"Aahh persetan..!!" Bang Arok mengajak Mama Beeya untuk duduk kemudian memeluknya. "Jangan nangis Ma, masih ada aku."

Ayah Dallas duduk termenung. Kisah masa lalunya yang menyakitkan kini harus kembali lagi. "Mama mu tidak pernah salah, begitu juga dengan Almarhumah Mama Indira. Semua adalah salah Ayah yang terlalu mendewakan emosi hingga akhirnya berimbas pada semua pihak."

"Apa aku salah menebak, sejak Oma Kemala ada disini.. Ray jadi begitu Yah." Tanya Bang Arok.

Ayah Dallas tersenyum kecut lalu mengusap rambut sang istri yang masih menangis di pelukan putranya.

Ayah bungkam, Mama menangis seperti ini. Mungkin semua ada hubungannya dengan Oma Kemala. Tapi seandainya ada fitnah yang terjadi.. kenapa Papa Aves diam saja??"

.

.

.

.

1. Was was

"Oma Kemala tetap Oma mu Le. Tidak boleh bicara begitu..!!"

Bang Arok hanya bisa mengepalkan tangan. Ada banyak hal yang belum bisa sepenuhnya di mengerti, tapi yang ia pahami saat ini adalah.. keadaan keluarganya sedang tidak baik-baik saja. Sering ia melihat sang Ayah merokok dan merenung sendirian sedangkan Mama lebih banyak mengurung diri karena kesehatannya semakin lama semakin menurun.

'Aku janji akan mengubah keadaan ini Yah. Aku paham Ayah terlalu banyak beban pikiran.'

Flashback Bang Arok off..

Senyum licik Bang Arok tersungging sinis. "Kamu milik Ray dan aku akan membuatmu menangis seperti Mama ku menangis. Ranti hanya selingan, tapi kau kesayangan. Jangan sebut aku Arok kalau tidak bisa membalas Ray."

Bang Arok melangkah mendekati Annya. "Temanmu sudah pulang semua?" Sapa Bang Arok dengan nada lembut.

Annya menoleh, tidak biasanya pelatih garangnya itu bernada lembut.

"Sudah, Om." Jawab Annya. Sudah melewati masa pelatihan nya, maka Annya pun kembali pada mode awal menyapa Bang Arok.

"Saya antar pula pulang ya..!! Bukankah arah rumah mu satu jalur dengan saya..!!" Kata Bang Arok memberi tawaran manisnya.

"Jangan sembarang membawa anak gadis orang ya..!!" Annya memalingkan wajahnya.

'Sombong sekali gadis kecil ini. Baru sekutil saja lagaknya sudah seperti boss besar.'

"Hmm.. tapi mulai besok tugas saya mengawal kamu. Jadi.. secara logika, per hari ini saya sudah bisa bertugas." Alasan Bang Arok.

"Oke kalau begitu. Ini.. bawa tas ku..!!" Annya menyerahkan tasnya agar Bang Arok bisa segera membawanya.

'B*****t, dasar bocah. Sekarang kau bisa seperti ini Annya, tapi nanti.. tangismu akan membuat Ray hancur.'

...

Bang Arok memberi hormat pada Pak Braga. Ia sudah mengantar putri bungsu komandan besar itu. Gadis kesayangan satu-satunya milik Pak Braga.

"Silakan duduk Arok. Jadi kamu sudah paham ya kalau besok kamu akan bertugas mengawal putri saya..!!" Kata Papa Braga.

"Siap.. sudah komandan."

"Sebenarnya kamu harus mengawal saya, tapi saya lebih was-was dengan tingkah polah putri saya, jadi biar nanti Ray saja yang mengawal saya, lagipula saya takut Ray tidak bisa membedakan tugas dan perasaan. Ya sudah kalau begitu, kamu bisa kembali dengan kegiatan mu. Selamat bertugas Letnan Shaga."

"Siap Komandan. Laksanakan sesuai perintah." Jawab Bang Arok.

Bang Arok memberi hormat lalu menutup pintu dengan rapat. Senyum liciknya menghias wajah tampannya.

***

Pagi hari Bang Arok dan Bang Ray bertemu wajah. Tidak ada tegur sapa di antara keduanya.

"Abaang..!!" Annya langsung menghambur memeluk Bang Ray.

Senyum Bang Ray pun mengembang. "Huusstt jangan begitu. Nggak enak sama Papa dek..!!" Tegur lembut Bang Ray yang memang sangat menyayangi Annya.

"Makanya cepat lamar Annya donk Bang." Rengek Annya.

"Annyaaaa.. apa-apaan kamu???? Cepat berangkat..!!!" Teriak Papa Braga maalu sendiri melihat tingkah laku putrinya yang kecentilan. "Arok.. cepat antar Annya.. dan kamu Ray, kamu ikut saya pertemuan di luar kota." Perintah Papa Braga.

"Siap Dan." Jawab Bang Arok.

"Siap Dan.." Bang Ray tak bisa berbuat apapun meskipun hatinya geram karena Bang Arok yang akan bertugas mengawal Annya.

...

"Kita nggak usah ke kampus ya Om. Annya ada janji dengan teman Annya di cafe Star."

"Tugas saya mengantar kamu ke kampus untuk menimba ilmu, bukan cari ilmu sesat di cafe." Jawab Bang Arok karena tau dengan keadaan cafe tersebut.

"Alasan apa saja, yang penting Annya bisa main di cafe." Perintah Annya.

Bang Arok tak peduli dan tetap melajukan mobilnya hingga ke kampus.

"Ooomm.. cafenya sudah lewat." Teriak Annya yang kesal.

"Kamu harus belajar..!! Jangan buat ulah Annya..!!" Ucap tegas Bang Arok.

Annya mengambil satu buku di tas nya kemudian menepak kepala Bang Arok.

plaaaakk..

Bang Arok merasa geram, gadis itu tidak ada sopan santun nya sama sekali. Tapi dirinya memilih diam tanpa kata, tak mau menanggapi ulah kekanakan kekasih Letnan Rayzan Al-Fath.

//

Pikiran Bang Ray masih melayang tak tentu arah. Inginnya membalas dendam dengan mendekati Ranti nyatanya tidak membuat reaksi apapun dari Bang Arok padahal dalam hatinya ingin Bang Arok mengajaknya duel hingga 'sahabatnya' itu mendapat teguran keras dari kedinasan.

'Bagaimana cara membalas Arok, biasanya dia sudah ngamuk kalau ada hal yang menyenggol harga dirinya.'

"Ray..!!" Sapa Papa Braga.

"Siap Dan.. ijin arahan." lamunan Bang Ray buyar karena Papa Braga menyapanya.

"Nggak ada, balik sekarang saja ya..!! Sepertinya saya masuk angin." Ajak Papa Braga.

"Siap." Bang Ray segera membuka pintu mobil untuk calon mertuanya.

"Ngomong-ngomong kapan kamu mau melamar Annya?" Tanya Papa Braga. "Terus terang saya ingin ada yang segera menjaga Annya. Kamu tau sendiri bagaimana kelakuan Annya."

"Insya Allah secepatnya Pa. Saya juga sudah ada rencana untuk mengikat Annya biar nggak bisa nakal sama laki-laki lain." Jawab Bang Ray.

"Arok maksudmu??"

Bang Ray hanya tersenyum saja mendengarnya.

"Nggak mungkin Ray, dia juga mau tunangan sama Ranti.. kemarin Om Pongge cerita sama saya." Kata Papa Braga.

"Baik Pa, saya akan segera melamar Annya." Jawab Bang Ray tegas.

.

.

.

.

2. Tak paham dengannya.

Bang Arok memilih menunggu Annya di kampus. Beban tanggung jawab di pundaknya bukanlah hal yang ringan untuk di lakukan.

Dari kejauhan, sudut mata elangnya melihat Annya mengendap dan mengintai ke arah sekitar, mungkin memastikan bahwa Bang Arok tidak akan pernah tau gerak-geriknya, namun Annya tak akan pernah paham bagian intai mengintai adalah salah satu keahlian minimal seorang prajurit terlatih macam Letnan Arok.

~

"Mau kemana?" Bang Arok menghadang langkah Annya.

Mulut Annya ternganga kemudian mendongak. Sungguh dirinya syok melihat Bang Arok sudah berdiri di hadapan nya sambil menyentil puntung rokok di sampingnya.

Annya meneguk saliva nya bingung sendiri bagaimana caranya melepaskan diri. Tapi bukan Annya jika dirinya tidak bisa lolos dari masalah apalagi saat ini dirinya sedang kabur dari salah satu mata kuliahnya.

"Mauu.. cari orang Om." Jawab Annya setengah berbisik.

"Untuk apa? Kamu sedang kuliah dan kamu keliaran hanya untuk cari orang??" Tegur Bang Arok.

Annya mengangguk pelan. "Om mau bantu Annya??" Tanya Annya pelan.

Bang Arok memutar otak dan berpikir keras. Annya ini gadis kecil yang 'licik', salah penanganan sedikit saja gadis kecil ini bisa kabur, apalagi tujuannya ke cafe yang sudah mendapatkan tanda bintang merah. Tak mau mengambil resiko besar, Bang Arok pun menyetujui.

"Oke.. butuh bantuan apa?"

~

Bang Arok begitu geram namun tidak bisa berbuat apapun juga. Ia melihat surat perjanjian di hadapannya sembari sesekali melirik Annya yang sudah tersenyum penuh kelicikan.

'Beraninya Annya mempermainkan aku seperti ini.'

"Ini perjanjian dari kami bahwa kami tidak akan menyebarkan data apapun terkait praktikum ini." Kata penanggung jawab praktikum. "Kami berterima kasih atas kerja samanya. Memang hanya Annya saja yang belum dapat pendonor."

Bang Arok memijat pelipisnya tak tau harus berbuat apa di kala situasi nya sudah terjepit.

:

Di ruangan kecil itu Bang Arok duduk dan menyandarkan punggungnya. Sebagai pria dewasa tentu mudah saja untuk mencari titik 'penyesuaian', namun saat ini tidak ada satu pun hal yang membuatnya bergairah.

"Kurang ajar betul si Annya itu? Bisa-bisanya dia mau memeriksa 'sample sel tubuhku'." Gerutunya namun di saat seperti ini Bang Arok tidak bisa mengelak lagi. Ia membuka ikat pinggangnya lalu memejamkan mata. Terbayang sosok wanita yang berkelebat di dalam pikirannya. "Aahh.. s*it, kenapa wajahnya?????" Lama kelamaan Bang Arok tenang dan dapat menyesuaikan diri.

Menit demi menit, detik demi detik Bang Arok mengatur nafasnya, desah pelan terlepas hingga usai tugasnya.

:

"Pucat amat Om..!!" Ledek Annya melihat raut wajah lelah Bang Arok.

"Nggak usah banyak mulut kamu, kalau bukan karena praktikum kamu, saya nggak akan mau berbuat hal gila seperti ini." Ucap gemas Bang Arok.

"Hwuuuu.. takuutt..!! Mana barangnya..!!" Annya menodongkan tangan meminta 'sample sel tubuh' Bang Arok.

"Pegang baik-baik..!! Jangan di buat mainan anak kita." Kata Bang Arok.

"Iiihh.. apa sih." Annya menerimanya tapi tak sengaja tangannya tidak memegang dengan baik hingga isinya tumpah setengah.

"Annyaaaaaa.. saya korban tenaga demi tugasmu..!!!" Tegur keras Bang Arok.

"Ii_ini masih banyak Om." Kata Annya kemudian tak sengaja saling bertemu mata dengan Bang Arok.

Tiba-tiba wajah Bang Arok dan Annya memerah, mereka saling membuang pandangan dengan salah tingkah.

"Cepat kerjakan tugasmu..!!" Saya tunggu di mobil..!!" Bang Arok pun melenggang pergi seakan tidak terjadi apapun.

'Duuhh Gusti, nyuwun ngapunten. Niatku nggak begitu.'

Bang Arok mengusap dadanya yang belum berangsur tenang.

Annya hanya bisa kembali ternganga lalu kemudian melirik sample yang tercecer di pakaian hingga kakinya.

ggllkk..

:

"Waaahh.. inilah yang terbaik. Gen nya bagus sekali. Siapa donatur mu?" Tanya Siska sahabat Annya.

Annya diam saja dan masih terbawa lamunan. Masih saja terbayang wajah Bang Arok. Ada rasa takut dan sedih bercampur menjadi satu.

"Annyaaa..!!" Siska menepuk bahu sahabatnya. "Kenapa kamu melamun?"

"Hmm.. yakinkan padaku sekali lagi tentang proses pembuahan manusia."

"Ya kalau sel pria terkena kulit dan sampai ada yg tembus pasti hamil." Jawab Siska.

Annya menunduk sedih kemudian segera menyelesaikan hasil praktikumnya.

...

Annya membuka pintu mobil dan melihat Bang Arok sedang tidur pulas, wajahnya terlihat begitu lelah seolah pasrah tanpa perlawanan.

"Oom..!!" Annya menyenggol lengan Bang Arok tapi pria tersebut tidak meresponnya.

Mata Annya berkaca-kaca, kakinya menendang kesana kemari. Ia sesenggukan, ingin marah tapi bingung mengungkapkan nya.

Annya bersandar dalam tangisnya sampai akhirnya ia benar-benar ikut tertidur.

~

Bang Arok menggeliat dan terbangun. Saat itu ia melihat Annya tertidur denga wajah sembab.

"Ini bocah kenapa nangis?? Siapa yang ganggu??" Gumam Bang Arok waspada.

"Annyaa.. bangun..!!" Bang Arok mencoba membangunkan Annya tapi tak kunjung bangun. "Kenapa sih si Annya??"

...

Annya terbangun dari tidurnya dan melihat Bang Arok sedang mengemudikan mobilnya.

"Kamu kenapa?" Tanya Bang Arok.

"Antar Annya ke suatu tempat..!!" Pinta Annya.

.

.

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!