NovelToon NovelToon

Nabila Dan Bian

Episode 1

"Bilaaaaa.....bangun!! sudah jam 7 lewat lho, kamu bisa telat ke kampus nanti!" teriak Nuna, sang Mamah.

Nabila menggeliat dan mengerjap kan matanya, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retinanya.

Ketika pandangannya tertumpu pada jam dinding bermotif keroppi yang menempel cantik di dinding kamarnya, mata Nabila melotot sempurna, seakan biji mata tersebut ingin melompat keluar, jam menunjukkan pukul 7 lewat sepuluh menit.

"Ya Allah...Mamah kok baru bangunin Bila sih! alamat telat Bila sampai kampusnya nih!" gerutu Nabila sambil mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi,

"kamu kebiasaan banget, udah Mamah bilangin, jangan tidur selepas shalat subuh! kamu tetep aja molor! kan jadi kesiangan bangunnya!" gantian Mamah Nuna yang mengomeli Nabila.

Nabila yang sudah masuk ke dalam kamar mandi, mengabaikan omelan pagi Mamahnya.

Mamah Nuna merupakan sosok ibu hebat dan siaga, bagaimana tidak? Dia mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan anak anaknya dengan tangannya sendiri, tidak gampang mengasuh 5 orang anak sekaligus.

Nabila yang sudah kuliah semester 6, sementara sang adik Yudis duduk di bangku SMA, kelas 11, lalu adik kembar mereka Dezna dan Dezta yang duduk di bangku SD, kelas 4 dan si bungsu Dimas yang hanya terpaut setahun dengan si kembar, kini duduk di bangku kelas 3 SD.

Setiap paginya, suasana akan riuh dengan suara suara mereka, ada yang kehilangan kaos kaki, ada yang kehilangan buku dan lain sebagainya, padahal Nuna sudah mempersiapkan segalanya dengan baik.

Walau Nabila sudah dewasa, tapi segala sesuatunya masih tergantung pada Mamahnya, alhasil Nabila selalu kerepotan setiap paginya, belum lagi dia harus mengurus keperluan sang suami, Dika, yang juga akan berangkat ke kantor.

Semenjak memutuskan untuk menikah dengan Dika, Nuna yang merupakan seorang wanita karier, memilih resign dari pekerjaannya dan fokus mengurus keluarga di rumah, walau sudah ada asisten rumah tangga yang membantunya, Nuna tetap mengerjakan pekerjaan rumahnya sendiri.

"Mah.. Bila pinjam mobil Mamah aja ya? kayaknya ga memungkinkan untuk naik bus, Bila masih harus ke halte, nunggu bus datang, mana pake berhenti segala buat cari penumpang!" kilah Bila.

"nebeng Papah aja sayang!" sahut Mamah.

"aduh Papah juga udah telat Mah, ga bisa nganter Nabila ke kampusnya!"

"tuh kan Mah.. boleh ya Mah pinjam mobil Mamah?" rengek Nabila dengan wajah memelas.

"ya udah.. tapi untuk hari ini aja ya!" akhirnya Nuna menyerah dan mengijinkan Nabila membawa mobilnya untuk kek kampus.

Nuna melarang Nabila membawa mobil sendiri bukan tanpa alasan, Nuna masih khawatir karena Nabila belum terlalu mahir mengendarai kendaraan beroda empat tersebut..

"hati hati dijalan Bila, jangan ngebut dan patuhi segala peraturan lalu lintas jika ingin aman!" pesan Nuna pada putri sulungnya tersebut,

Nabila hanya mengangguk karena mulutnya penuh dengan roti, Nabila berlari ke garasi dan segera menyalakan mesin mobil, setelah itu dia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang sesuai dengan perintah sang Mamah.

Matanya kembali terbelalak ketika melihat jam di tangannya sudah menunjukkan hampir pukul delapan pagi.

"Allah.. kenapa cepet banget muter nya nih jarum jam!" gerutu Nabila yang menambah kecepatan laju mobilnya karena Nabila sudah sangat telat.

Karena pandangannya tidak fokus saat menyetir, Nabila tidak menyadari ada mobil yang berhenti di bahu jalan, sepertinya mobil itu mogok, moncong mobil Nabila menyundul body belakang mobil mogok tersebut.

Brakk....

Nabila tersentak dan seketika kakinya reflek menginjak rem, membuatnya terpental ke depan, kepalanya benjol karena menghantam setir mobil.

"auw..." ringisnya sambil mengusap kepalanya yang benjol dan bergegas keluar dari mobilnya.

Nabila hendak meminta maaf pada sang pemilik mobil,

"Astagfirullah....maafkan saya Pak!" ujar Nabila sambil membungkukkan badannya pada pemilik mobil yang dilihatnya adalah seorang bapak bapak yang jika di taksir, usianya sama dengan Papahnya sendiri.

Sang pemilik mobil bukannya marah malah tersenyum ramah pada Nabila, membuat Nabila kikuk,

"sekali lagi maafkan saya Pak, saya benar benar tidak sengaja!" ujarnya lagi.

"tidak apa apa nak.. namanya juga kecelakaan!" sahut pria paruh baya tersebut.

"apa mobil Bapak mogok?" tanya Nabila kemudian sambil melihat bagian depan mobil, kapnya terbuka dan ada asap yang mengepul di sana, sepertinya berasal dari mesin mobil.

"iya.. sepertinya mobil saya habis di pakai balapan jadinya mesinnya panas sampai mogok disini!" sahut pria tersebut.

"em..Bapak mau kemana? kalau ga keberatan, saya bisa antar Bapak ke tempat tujuan, hitung hitung sebagai permintaan maaf saya karena telah menabrak mobil Bapak!" ujar Nabila menawari tumpangan pada pria yang baru daja di kenalnya tersebut.

"wah benar kah? apa tidak merepotkan? kebetulan saya juga sedang buru buru, ada meeting di kantor!" jawabnya dengan antusias.

"tentu tidak merepotkan Pak!" sahut Nabila dengan cepat, dia sudah pasrah karena mau bagaimanapun juga dia akan tetap terlambat sampai di kampus, ada atau tidak ada insiden tersebut.

"baiklah... terimakasih sebelumnya, apakah kau bisa mengantarkan Bapak ke Suroyo Group?" sahutnya.

"Suroyo Group? yang di jalan simpang lima?" tanya Nabila untuk memastikan.

"iya benar, kau tahu?" kata pria itu balik bertanya pada Nabila.

"ya tahu lah Pak.. itu kan searah dengan kampus saya!" sahut Nabila dengan senang, senang karena alamat yang di tuju satu arah dengan kampusnya jadi Nabila dapat mempersingkat waktunya.

Setelah pria itu masuk ke dalam mobil, Nabila segera melajukan mobilnya, kali ini dia harus lebih berhati hati karena bukan hanya dirinya yang ada di dalam mobil tapi ada pria paruh baya yang mobilnya di tabrak oleh Nabila tadi.

"kamu kuliah di Hang Tuah?" tanya pria tersebut.

"iya Pak.. kok Bapak tahu?" tanya Nabila dengan polosnya.

"gimana mau ga tau, tadi kamu sendiri yang bilang kalau Suroyo Group searah dengan kampusmu!" jawab pria itu sambil terkekeh melihat ekspresi Nabila yang salah tingkah.

"eh iya.. saya lupa Pak, hehe...!" jawab Nabila sambil nyengir kuda, meratapi kebodohannya.

Sampai tak terasa, mereka sudah sampai di depan gedung Suroyo Group, gedung pencakar langit yang sangat megah yang akan membuat takjub siapapun yang melihatnya.

"sudah sampai......" ujar Nabila sambil tersenyum manis.

"alhamdulillah.. terimakasih banyak ya nak..." ucap pria itu dan sebelum turun dia bertanya siapa nama Nabila.

"oya nama kamu siapa?" tanyanya sebelum membuka pintu mobil.

"Nama saya Nabila Pak.. kalau Bapak sendiri namanya siapa?" Nabila bertanya balik.

"Nama saya Banu, Banu Suroyo" jawabnya lalu tersenyum.

"oh Banu Su...ro..yo.." kata Nabila dengan terbata, setelah sadar mendengar nama itu disebut.

"apa Bapak Banu Suroyo, Presdir dari Suroyo Group yang terkenal itu?" tanya Nabila yang tak percaya, orang yang diberinya tumpangan adalah orang penting dan terkenal.

Untung saja, tadi dia membawa mobil dengan sangat hati hati, jika sampai terjadi sesuatu pada pria berpengaruh tersebut maka tamatlah riwayat Nabila.

"jadi kamu sudah mengenal saya?" tanyanya dengan ramah.

"kenal sih enggak Pak, cuma siapa sih yang ga tau sama Bapak? wajah Bapak sering muncul di tipi!" ucap Nabila dengan wajah polosnya.

"hehe.. wah sepertinya kamu sering nonton tipi ya!" sahut pria itu lagi.

"hehe.. kalau lagi libur ngampus aja Pak!" kekeh Nabila.

Setelah pria itu turun, Nabila segera melajukan mobilnya kembali menuju kampus, sembari menyiapkan mental dan telinganya yang jelas akan mendapat omelan dari sang Dosen.

🔉🔉🔉🔉🔉🔉🔉

***Yuhu... gimana nih sama episode satunya? seru ga?? kalau seru mau author lanjutin yah...

Para reader ku yang setia, jangan lupa untuk terus mendukung author ya, dengan komen, like , rate bintang 5 dan vote sebanyak banyaknya.. dukungan kalian membuat author lebih bersemangat untuk up lagi dan lagi.

Author ucapkan terimakasih yang sudah sudi meninggalkan jejaknya di Novel ini.

Salam Hangat Author

Gek Nanie***

Episode 2

Dan benar saja dugaan Nabila, sampai di ruang kuliahnya, sang Dosen langsung mencecarnya dengan berbagai pertanyaan menyudutkan, membuat Nabila tidak bisa berkutik, alhasil dia harus di keluarkan karena terlambat hampir satu jam lamanya.

"hadeh, kalo Mamah sampai tahu aku dikeluarkan dari kelas dan mobilnya menabrak! habis lah aku!!' gerutu Nabila yang kesal pada dirinya sendiri

"inilah akibatnya Bil.. karena kau selalu mengabaikan ucapan Mamah!" sesalnya dalam hati.

Nabila terpaksa duduk di taman kampus sampai jam kuliah berakhir, karena jika dia pulang sekarang, maka Mamah akan curiga dan memarahinya habis habisan.

Suntuk juga berlama lama duduk sendirian di taman, main game sampai ponselnya lowbat pun tidak mampu mengusir kesuntukan Nabila.

Jadilah Nabila memilih untuk jalan jalan mengitari kampus, ketika sampai di lorong, sayup sayup dia mendengar suara dua orang yang berbeda jenis kelamin, sedang bertengkar hebat, entah apa yang membuat mereka semarah itu, bahkan si wanita sampai menangis tersedu sedu.

Nabila merasa tidak berhak ikut campur urusan mereka dan akhirnya memilih menjauh dari tempat itu, tapi sebelum dia melangkah menjauh, ada tangan yang menarik bahunya dengan kasar.

Nabila tersentak dan tubuhnya terdorong ke tembok dengan sedikit keras, sampai Nabila mengaduh,

"auw...." kata Nabila sambil meringis dan mengusap bahunya yang terbentur tembok.

"itu akibatnya jika kau suka menguping dan ikut campur urusan orang lain!" sentak laki laki dihadapannya tersebut, Nabila tidak mengenalnya.

"heh.. yang nguping dan mau ikut campur siapa???" sungut Nabila maju selangkah dengan berani pada laki laki yang telah menariknya dengan kasar.

"kalau bukan nguping, ngapain kamu tadi berdiri di sana?" kata laki laki itu, agak terkejut mendengar Nabila menyentaknya.

"aku kebetulan lewat!!!! aku tidak tertarik mengurusi urusan orang lain!!!" jawab Nabila.

"apa saja yang sudah kau dengar?" tanya laki laki itu lagi dengan tatapan curiga.

"jika aku mendengar semuanya, apa masalahmu?" sahut Nabila dengan berani.

"jadi benar kau menguping? dasar Setan!!!!" maki laki laki tersebut, bahkan tangannya sudah melayang ke pipi kiri Nabila.

Nabila sampai menoleh karena mendapat tamparan yang cukup keras, Nabila geram di perlakukan kasar oleh laki laki yang tak di kenalnya tersebut.

Tanpa ancang ancang, Nabila langsung mendaratkan tendangan mautnya pada pipi lak laki kasar di hadapannya, hingga bibirnya mengeluarkan darah dan Nabila lanjutkan dengan meninju wajahnya sampai babak belur.

"itulah balasannya jika kau mengusik ketenangan ku!" sungut Nabila dengan nafas terengah engah.

Nabila meninggalkan laki laki yang sudah tersungkur di lantai itu begitu saja, tanpa dia sadari ada seseorang yang melihat aksinya dari balik rimbunnya bonsai cantik yang menghiasi setiap sisi lorong.

"wah.. wanita yang berbahaya!" gumam seseorang yang mengintip tersebut.

🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀

Nabila bergegas pulang ke rumahnya setelah memastikan mobil sang Mamah baik baik saja, Nabila sudah membawanya ke bengkel sebelum pulang.

"assalamualaikum..." ucap Nabila setelah masuk kedalam rumah.

"waalaikumsalam!" sahut Nuna, sang Mamah yang sudah menunggu kedatangan Nabila sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Mamah kenapa berdiri disini? udah mirip satpam aja gayanya!" celetuk Nabila.

Wajah sang Mamah berubah masam mendengar ucapan putrinya tersebut, bukan hanya itu, Mamah juga sudah mengetahui jika Nabila di usir dari kelas karena terlambat datang, Mamah sengaja menelepon Sarah, salah satu teman kampus Nabila.

"kamu tadi kuliah?" tanya Mamah sambil memicingkan matanya ke arah Nabila, membuat nyali Nabila menciut.

"ii..iya.. kuliah Mah!" sahut Nabila dengan terbata.

"kamu yakin?" kata Mamah lagi tetap memicingkan matanya kearah Nabila.

"ya.. yakin lah Mah!" jawab Nabila tanpa berani menatap wajah sang Mamah.

"kalau yakin kenapa kamu gugup begitu dan kenapa juga kamu menghindari tatapan Mamah?"

"abisnya Mamah nakutin kaya hantu!"

Nuna menjewer telinga Nabila dan mengomel panjang kali lebar, Nabilq benar benar tidak menyangka, Mamah sudah tahu jika Nabila usir dari kelas.

Nabila terpaksa mendengarkan semua omelan sang Mamah, jika tidak, dia akan di jewer lagi, asal kalian tahu, jeweran Mamah Nuna itu sangat sakit, bahkan telinga rasanya mau copot.

Nabila saja ngeri walau hanya sedang membayangkannya saja.

🥅🥅🥅🥅🥅🥅🥅

Nabila sudah berniat dalam hatinya, selepas shalat subuh tidak akan tidur lagi, dia tidak mau terlambat lagi hari ini.

Hari ini, Nabila bersiap lebih dulu dan nebeng Papah Dika untuk ke kampus,

"wah.. tumben, anak Papah jam segini udah cantik?" sindir Dika yang melihat Nabila sudah rapat.

"ish.. Papah ni lagi muji atau lagi nyindir sih?" desis Nabila.

"dua duanya..hahaha..." sahut Papah lalu terbahak.

"kalo kamu udah selesai, seharusnya bantuin Mamah di dapur, anak gadis masak musuhan sama dapur?" kata Nuna menimpali.

"Bila kan udah wangi Mah, kalau ke dapur lagi, bau lagi donk ntar!" kilah Nabila cemberut.

"alasan aja!" sahut Mamah tak kalah sewot.

"kenyataan Mah bukan alasan, kalau baju Bila kena cipratan minyak gimana coba? lagian kan ada bik Sani mah!" kata Nabila lagi mencari alibi kuat.

"huh.. kamu memang pinter nyari alasan! kamu harus belajar masak dan mengurus rumah tangga dengan benar karena suatu saat kamu bakal jadi istri dan ibu!" kata Mamah menasehati.

"belajarnya nanti nanti aja Mah, lagian Nabila kan belum mau menikah!" sahut Nabila tak mau kalah.

"jodoh siapa yang tahu? kita bisa berencana tapi semua keputusan Allah!" kata Mamah.

Nabila hanya bisa mendengus.

Nabila masih betah dan senang jadi anak Mamah dan Papah.. Bila ga bisa bayangin gimana jadinya Nabila tanpa kalian, lagian Bila juga ga ingin cepat cepat menikah apalagi punya anak, jauh dalam angan Bila, Batin Nabila bergejolak hebat.

♥♥♥♥♥♥♥

Episode 3

Kuliah hari ini, Nabila berangkat dengan di antar oleh papanya, papa Dika, papa terbaik di seluruh dunia menurut Nabila karena Papa lah yang paling mengerti perasaan dan hati Nabila lebih dari siapapun juga.

Sedang adik adiknya, di antar oleh mang Ujang, sopir pribadi keluarga mereka, Mang ujang sudah menjadi sopir pribadi keluarga Dika semenjak Nabila masih kecil.

"Pah" panggil Nabila, membuat fokus Papanya pecah.

"ehm.." sahut Dika tanpa menoleh karena fokus menyetir.

"kenapa sih Papa sama Mama selalu aja bahas masalah nikah?" tanya Nabila.

"Nikah?" sahut Dika tak mengerti.

"iya.. kaya tadi tuh di dapur! Mamah bilang Nabila harus belajar masak dan bla bla karena Nabila bakalan jadi istri orang!"

"kamu kan perempuan sayang, wajar dong kalau Mamah nyuruh kamu belajar masak!"

"bisa ga sih Nabila jadi anak Mama dan Papa aja tanpa harus menikah?" tanya Nabila serius.

"Nabila sayang, kamu akan selalu jadi anak Mama dan Papa meskipun sudah menikah nanti, tapi selain Mama dan Papa, kamu juga membutuhkan seseorang yang bisa menjagamu!" sahut Dika menasehati Nabila.

"buat apa Bila di jagain pah? Bila kan jago bela diri!" kilah Nabila.

"menjaga bukan hanya dalam artian itu Bil, menjaga hati dan perasaan kamu juga penting! kamu butuh orang lain yang dapat menerima kamu apa adanya dan melengkapi segala kekuranganmu!"

Nabila tampak manggut manggut karena kehabisan kata kata.

Sesampai di depan kampus Bila turun dengan tergesa,

"hem kebiasaan!" ujar Papa sambil menyodorkan tangannya agar di salami oleh Nabila.

"hihi...lupa Pah!" sahut Nabila sambil nyengir kuda lalu menyalami tangan sang Papa.

"semangat belajarnya ya, jangan sampai di usir lagi dari kelas!" kata Papa mengingatkan.

"siap Pah! dah Papa!" sahut Nabila sambil melambaikan tangannya ke arah Dika.

Sebelum masuk ke ruangannya, Nabila mencari cari sahabatnya Sarah dan Nina,

"kemana dua kunyuk itu ya!" gumam Nabila sambil menyapukan pandangannya ke seluruh sudut.

Saat sibuk mencari, malah ada yang menepuk bahu Nabila hingga dirinya tersentak kaget,

"aduh copot!" seru Nabila karena kaget, dan menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang menepuk bahunya, ternyata itu Sarah dan di sebelahnya ada Nina yang sibuk dengan novelnya.

"ngapain bengong disini?" tanya Sarah yang menepuk bahu Nabila.

"bengong? ga banget kaliiii!!! aku lagi nyari kalian daritadi!" sahutku jengah.

"kamu baru datang?" tanya Sarah lagi.

"iya, kalian darimana?" tanya Nabila penasaran.

"abis liatin cogan!" sahut Sarah dengan gemasnya.

"cogan? cogan apaan?" tanya Nabila kepo.

"cowo ganteng!" sahut Nina menimpali dengan semangat.

"ish aku kirain apaan!" desis Nabila tak suka.

"kamu ga suka liat cogan juga?" tanya Sarah.

"Cogan di rumahku udah banyak, lebih dari cukup buat cuci mata!" sahut Nabila dengan bangga.

Cogan yang dimaksud Nabila adalah Papanya, Papa Dika, adik adiknya Yudis, Dezta dan Dimas.

"tapi cogan di rumah kamu cuma bisa di liatin doang!" sahut Sarah kemudian.

"emang cogan yang di kampus bisa di makan?" tanya Nabila sinis.

"astaga ini cewe ya bikin gregetan aja! masa iya cogan mau di makan?" sahut Nina dengan gemas.

"trus?"

"cogan tu di miliki, di kasihi dan dicintai!" sahut Nina.

"ckck.. bahasamu Nin Nin.. !!" Nabila berdecak mendengar penuturan Nina.

Mereka bertiga berjalan menuju kelas sambil bercanda dengan riang, selalu ada saja bahan yang di bicarakan setiap harinya.

"jadi tadi kalian tuh darimana sih sebenarnya?" tanya Nabila lagi setelah mereka di dalam ruangan kuliah namun dosen belum hadir.

"dari taman belakang!" jawab Sarah.

"kalian jalan jalan sampai ke taman belakang?" seru Nabila tak percaya.

"tadinya kami lagi nungguin kamu di depan gerbang, eh tiba tiba ada cogan lewat, ya udah kita ikutin sampai ke belakang kampus!" cerita Sarah pada Nabila.

"cogan lagi! seganteng apa sih dia sampai kalian rela muter muter di taman sepagi ini?" tanya Nabila mulai penasaran pada sosok cogan.

"mirip Idol Kpop!" celetuk Nina.

"Idol? hahahahahha...!" ucap Nabila tak percaya.

"malah ketawa! kamu ga liat sendiri sih!" sungut Sarah.

"emang ada ya yang mirip Idol ngampus disini?" sahut Nabila setelah menyelesaikan tawanya.

"ntar jam istirahat kita cari dia dan kamu liat sendiri!" kata Sarah lagi dengan penuh penekanan.

"kurang kerjaan banget nyariin orang ga penting! males ah!" jawab Nabila.

Obrolan terhenti ketika dosen sudah memasuki ruangan dan mereka memulai kuliah hari itu penuh dengan semangat.

Sepulang kuliah, seperti biasa Nabila berdiri di depan gerbang kampus untuk menunggu jemputan, Mang ujang sopir pribadi keluarga Dika, yang sudah lama bekerja dengan keluarga itu.

Nabila tampak gusar sambil melirik arloji di tangannya,

"mang Ujang ini kemana sih! tumben lama banget!" gerutu Nabila karena sudah setengah jam dia berdiri di sana.

Karena lelah, Nabila memutuskan untuk berpindah tempat, menunggu di seberang jalan yang ada bangkunya sehingga dia bisa duduk sambil menunggu mang Ujang datang.

Kepalanya menengok kanan dan kiri sebelum menyebrangi jalan tersebut, di rasa sudah sepi, Nabila menyebrangi jalan dengan setengah berlari, tapi Naas, tiba tiba ada sepeda motor dengan kecepatan tinggi mendekatinya, jika saja Nabila tidak di tarik oleh seseorang, mungkin dia sudah tertabrak motor tersebut.

"aaaaaaa" jerit Nabila sambil menutup kepalanya dengan kedua tangan, lalu sedetik kemudian tangannya di tarik kasar oleh seseorang sampai tubuhnya terasa seperti di seret.

"dasar bodoh!" gerutu orang tersebut setelah mereka berhasil menghindar dari motor tersebut.

Nabila mengatur nafasnya dan mendongak untuk melihat siapa yang mengatainya bodoh,

"siapa yang kamu bilang bodoh?" sahut Nabila tak terima.

"emang ada orang lain lagi selain kamu disini?" sahutnya, wajahnya belum terlihat jelas karena pantulan sinar matahari yang begitu menyilaukan mata.

"eh jangan sembarangan ngomong ya, ku gampar baru tahu rasa!" ujar Nabila jengkel.

"dasar ga tau diri!!! di tolongin bukannya bilang terimakasih malah mau di gampar!" sahut orang tersebut.

"nolong sih nolong tapi tuh mulut di jaga dikit napa!!! enak aja ngatain orang lain bodoh!!" sungut Nabila tambah kesal.

"kalau kamu ga bodoh, ngapain kamu malah jongkok di tengah jalan saat ada motor ngebut hah?" sentak orang itu.

"itu bukan bodoh! itu reflek namanya!" jawab Nabila tak mau kalah.

"reflek? kamu lagi berusaha bunuh diri?"

"enak aja! hidupku terlalu berharga untuk mati secepat itu!" sahut Nabila lagi.

"dasar cewe aneh!" ucapnya lalu berjalan dengan sangat cepat menjauhi Nabila, padahal Nabila belum sempat mengenali wajahnya, hanya suaranya yang khas saja yang bisa di ingat oleh Nabila.

"yeee.. tuh orang kenapa cobak? sensi banget, bukannya nanya kek, kamu gapapa atau apa kek! malah marah marah!" gerutu Ara sambil mengusap pergelangan tangannya yang memerah akibat cekalan kuat dari laki laki tadi.

♈♈♈♈♈♈♈

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!