NovelToon NovelToon

Pria Kejam Jatuh Hati

Prolog

"Alana Shabilla", seorang wanita miskin yang baru saja mendapatkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah kawasan elit di kota besar. Nasib yang begitu malang telah menempa batinnya menjadi kuat dan tangguh di umur yang masih sangat muda. Delapan belas tahun. Ya delapan belas tahun namun telah memiliki seorang putra berumur satu tahun tanpa mengetahui siapa ayahnya. Sebuah tragedi yang sangat buruk telah membuat hidupnya hancur hingga merusak mentalnya. Akibat semua itu, Alana dirawat di rumah sakit jiwa. Ia dirawat di tempat itu selama beberapa bulan karena tekanan batin yang mendera begitu dahsyat hingga akal sehat tak mampu membendungnya. Kepercayaan diri gadis itu hancur ke titik terendah, entah masa depan seperti apa yang akan dihadapinya. Begitu gelap dan suram jalan yang membentang di hadapannya.

.

.

"Veronica Winata", seorang dokter spesialis jiwa yang baik hati dan sangat menyayangi Alana. Dokter Vero begitulah ia akrab dipanggil. Pertama kali ia bertemu dengan Alana hatinya langsung tersentuh. Nalurinya sebagai seorang ibu begitu terluka melihat apa yang telah dialami gadis muda itu.

Dengan perlahan dokter Vero berusaha membangkitkan kepercayaan diri pasiennya kembali. Ia memberikan perhatian khusus untuk Alana, sedikit berbeda dengan pasien pasiennya yang lain, ia dianggap seperti putri kandungnya sendiri.

Setelah Alana dinyatakan stabil dengan kondisi kejiwaannya, dokter Vero tak melepaskan begitu saja. Ia membawa Alana untuk bekerja di rumahnya. Awalnya ia tak meminta gadis itu untuk menjadi asisten rumah tangga, karena ia murni ingin mengangkat sebagai putrinya dan akan diberikan pendidikan yang sempat tertunda. Namun Alana menolak. Ia tak ingin berhutang budi dan memanfaatkan kebaikan dokter yang baik itu. Ialah yang berinisiatif mengajukan diri untuk bekerja di rumah dokter Vero sebagai pembantu.

Demi kenyamanan Alana, dokter Vero bersedia mengabulkan permintaan itu. Baginya yang terpenting saat ini adalah pasien spesialnya ini mendapatkan tempat berlindung yang layak serta sebuah harapan untuk menata ulang kembali hidupnya yang telah hancur lebur.

.

.

"Agha Syaukhi", putra sulung pasangan Veronica Winata dengan Pieter Spencer. Pria tampan blasteran Jerman Sunda itu sangat mempesona. Ia berumur dua puluh enam tahun saat ini. Bola mata biru dan hidung mancung membuat ia begitu sempurna di mata kaum hawa. Banyak wanita muda yang menggilai nya dan bersedia dengan sukarela menyerahkan diri kedalam pelukannya.

Namun sifat dan perilaku pria ini sangat lah buruk. Berbanding terbalik dengan wajahnya yang rupawan. Ia mengalami masalah dalam pengendalian emosi. Ia akan sangat marah jika apapun yang diinginkan tak tercapai. Menghancurkan barang di sekitar, memukuli dan berkelahi dengan orang yang menghalangi keinginannya adalah kebiasaan yang selalu berulang terus menerus.

Salah satu penyebab kepribadian Agha terbentuk seperti ini adalah tuan Spencer, yang tak lain adalah ayah kandung Agha. Pria itu tak pernah sekalipun memarahi putra kesayangannya. Agha kecil yang telah lama dinantikan dalam lima tahun pernikahan membuatnya terlalu memanjakan sang putra. Ia membiasakan putra mahkota itu untuk mendapatkan apapun yang diinginkan. Ia mengajarkan Agha tumbuh sebagai pria keras kepala dan tak menerima penolakan. Hal inilah sekarang yang membuat penyesalan mendalam di hati pria tua yang bersahaja itu.

Gaya hidup bebas dan urakan adalah gaya hidup yang dijalani Agha saat ini. Ia sangat jauh dari agama dan adab.

Beruntung ia terlahir dari keluarga kaya yang bisa memenuhi semua keinginan dan ambisinya. Segala nasihat dari orang tua maupun keluarga dekat nya tak ada satupun yang mampu merubah sifat buruk Agha. Ia bak monster yang menakutkan.

Saat ini Agha berada di Jerman untuk menjalankan perusahaan keluarga Spencer disana. Hanya sesekali ia kembali ke Indonesia untuk berlibur dan menemui keluarga serta sahabatnya. Tak jarang ia kembali dengan membawa masalah kriminal yang harus diselesaikan oleh orangtuanya. Bu Vero dan suami hanya bisa mengelus dada melihat sifat dan kelakuan buruk anak sulung mereka.

Meskipun sifat yang dimilikinya sangat buruk, namun Agha adalah seorang pebisnis handal. Di tangannya perusahaan Spencer berkembang dengan sangat pesat. Ia disegani berbagai kalangan dan termasuk dalam jajaran top pengusaha muda dunia.

Satu kenyataan kelam yang tersimpan selama ini, Agha adalah pria bejat yang menghancurkan kehidupan Alana. Tak ada satupun yang mengetahui kejadian ini. Bahkan Alana sebagai korban pun tak mengetahuinya.

Namun campur tangan takdir akan membuat mereka kembali dipertemukan. Agha akan mendapatkan karma berat atas apa yang telah dilakukannya selama ini. Ia akan dibuat jatuh hingga tak sanggup lagi berdiri di atas dosa dosanya. Bersujud di kaki Alana sebagai korban kebiadabannya, bahkan mungkin mengemis permintaan maaf hingga akhir hayat.

"Ziya dan Ziyo" dua adik kembar Agha. Keduanya mempunyai sifat baik dan sangat berbeda dengan sang kakak. Keduanya masih berstatus sebagai pelajar SMA dan tinggal bersama kedua orang tua mereka di Jakarta. Dua anak kembar inilah yang akan melengkapi kisah Alana dan Agha. Secara tidak langsung mereka lah yang membuka jalan penyesalan Agha. Dua kembar ini akan menambahkan bumbu cerita yang manis dan menarik. Semoga readers semua menyukai cerita ini ya.

"Apa yang telah ditabur itulah yang akan dituai"

"Satu tetes air mata dari orang yang tersakiti, akan membawa penderitaan seumur hidup bagi pelakunya"

"Percayalah, tak ada satupun di dunia ini yang sia sia, semua ada balasannya"

Suasana hangat dan damai

"Lana, tunggu disini ya" dokter Vero mempersilahkan gadis manis yang dibawanya untuk menunggu di ruang tamu. Sementara wanita paruh baya itu masuk kedalam kamar untuk meletakkan tas dan mengganti pakaian dinasnya.

Saat menunggu, Alana mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Ia sangat gugup dan sedikit takut berada di ruangan besar ini sendirian. Foto foto keluarga dokter Vero yang terpajang di ruang tamu itu menjadi sasaran matanya untuk menghilangkan rasa gugup yang melanda.

"Anak bu dokter ada tiga orang ternyata" Alana bergumam sendiri sambil matanya terus berpindah mengamati foto lain yang terpajang.

"Suami bu dokter bule, bagaimana nanti aku berkomunikasi dengan beliau?" Alana kembali bergumam sendiri.

"Ehmm" sebuah suara deheman dari belakang mengejutkan Alana. Ia segera berbalik badan dan melihat siapa yang sedang berdiri mengawasinya.

"Kamu sedang apa?" suara seorang gadis menginterogasi Alana.

"Maaf kak, saya diminta dokter Vero menunggu beliau disini. Tadi saya hanya melihat foto foto keluarga beliau" Alana berusaha menjelaskan dengan gugup dan ketakutan. Ia terus menunduk tak berani menatap lawan bicaranya.

"Kamu Alana ya?" suara lembut yang menjadi lawan bicara Alana itu terdengar bersahabat dan tak mengintimidasi sama sekali.

"I.. iya kak, saya Alana" gadis itu bertambah gugup.

"Mami udah cerita tentang kamu. Akhirnya kita ketemu ya, aku senang jumpa kamu. Perkenalkan aku Ziya" gadis manis itu menyapa dengan ramah. Ia mengulurkan tangan sebagai tanda penyambutan.

Alana menerima uluran tangan itu dengan takjub. Tak menyangka hari pertamanya di tempat baru ini begitu lancar. Seseorang menyambut kehadirannya dengan hangat, ia merasa dihargai dengan tulus.

Tak berselang lama, seorang wanita yang nampak lebih tua dari dokter Vero muncul dari arah dalam dengan membawa nampan berisi minuman dan cemilan. Ia meletakkan nampan itu di meja dan mempersilahkan Alana untuk mencicipinya. Sementara ia bergegas kembali ke tempat dimana tadi ia muncul. Alana belum mengetahui situasi dan kondisi didalam rumah itu namun sebuah perlakuan manis kembali didapatkan Alana yang membuat hatinya tenang.

"Eh Ziya sudah jumpa Alana ya?" dokter Vero muncul dan bergabung dengan putrinya Ziya dan juga Alana.

Dokter yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda itu telah berganti pakaian dengan lebih santai dan nyaman.

"Nanti Lana akan tinggal disini bareng kita ya nak, kamu gak keberatan kan?" dokter Vero kembali memastikan keputusan yang diambilnya disetujui oleh sang putri.

"Gak apa apa mami, aku malah senang akhirnya punya teman dirumah. Nanti aku kenalin kamu ke sahabat sahabat aku ya" Ziya sangat bersemangat dengan rencananya.

Alana merasakan haru merasuki hatinya. Keluarga ini begitu baik memperlakukan dirinya yang seorang mantan pasien rumah sakit jiwa.

.

.

Sore hari menjelang. Alana sudah bertemu dengan hampir separuh penghuni rumah ini. Ziyo adalah orang terakhir yang ditemuinya. Pria manis kembaran Ziya itu baru pulang sekolah saat hari sudah gelap. Sebelumnya dua orang lagi yang bekerja di rumah dokter Vero juga sudah berkenalan dengan Lana. Mereka adalah pak Jul yang bekerja sebagai sopir pribadi keluarga Spencer dan pak Diman yang bekerja sebagai pengurus tanaman di kebun bunga yang sangat indah di halaman depan rumah milik dokter Vero.

Sambutan hangat dari semua pekerja di rumah dokter Vero menambah ketenangan di hati Lana. Perlahan rasa cemas dan takutnya akan situasi pasca keluar dari rumah sakit menghilang. Ia bersiap menghadapi realita hidup selanjutnya. Seorang bayi kecil menanti ketangguhan hatinya untuk kuat menghadapi masa depan dan melupakan masa lalu yang kelam.

Sedikit nyeri di hati Lana kembali muncul saat mengingat bayi kecilnya yang kini diasuh oleh sang nenek di kampung. Ia terlalu kecil untuk dipisahkan dari ibu yang seharusnya mendekap penuh kehangatan. Bayi kecil itu bahkan tak merasakan nikmatnya menyusu langsung di tubuh sang ibu. Bayi itu langsung dipisahkan dari Lana saat pertama kali lahir. Orang orang di sekelilingnya takut kalau wanita stres seperti Lana akan menyakiti bayi tak berdosa itu.

Saat itu tidak ada yang mempercayai bahwa Lana mau menyayangi bayinya itu. Sekuat apapun Lana memohon untuk tidak dipisahkan dengan darah dagingnya tak ada arti di mata mereka. Bayi merah itu dibawa pergi menjauh ribuan kilometer jaraknya dari Lana. Hal inilah yang membuat kondisi psikologis Lana semakin drop dan berakhir dengan mendekam di rumah sakit jiwa selama enam bulan.

"Dek, nanti ibu jemput ya" rintihan kerinduan bergumam di hati Alana. Aura sendu di wajahnya langsung tampak, tak bisa disembunyikan. Dokter Vero menyadari perubahan emosi Alana. Ia sigap dengan segera merubah suasana. Karena jika dibiarkan berlarut Alana akan kembali terjerumus dalam kepanikan yang membuat jiwanya tak stabil.

"Ayo kita makan dulu, udah disiapkan sama si bibi" dokter Vero merangkul Alana dan membawanya ke ruang makan. Berbagai hidangan lezat menggugah selera telah tersaji di meja makan. Aroma lezat seketika mengusik selera, suasana hati wanita bertubuh kurus itu kembali membaik. Ia bersiap menyantap hidangan bersama keluarga terbaik yang pernah dimilikinya.

"Ayo sayang makan yang banyak, tambah lauknya" dokter Vero tak henti menyodorkan makanan ke piring Alana, begitu juga dengan Ziya, ia bersikap sama seperti sang ibu. Alana hanya mampu tersenyum tipis menghadapi sikap baik kedua pasangan ibu dan anak itu. Dalam relung hati terdalamnya ia sangat bersyukur dan berjanji untuk segera bangkit demi membalas kebaikan hati mereka selama ini.

Pria pemarah dan kasar

Satu minggu telah berlalu. Alana telah menyatu dengan keluarga dokter Vero. Ia bekerja di rumah dokter itu sebagai asisten rumah tangga. Secara kebetulan, bibi yang sebelumnya telah bekerja di keluarga itu selama puluhan tahun mengundurkan diri dan meminta kembali ke kampung halaman untuk berkumpul dengan anak dan cucunya. Dokter Vero berusaha mempertahankan sang asisten rumah tangga senior itu, namun sebuah keputusan telah bulat diputuskan. Perpisahan mengharu biru tak dapat dihindari.

"Bi, mas Agha pasti sedih kalau tahu bibi udah gak kerja disini lagi" Ziya mengingatkan kemungkinan yang akan terjadi.

Agha sang putra sulung memang sangat dekat dengan bibi pengasuhnya itu. Dulu saat kecil bibi lah yang merawat Agha dikarenakan kesibukan kedua orang tuanya. Agha tak pernah sekalipun membantah dan berbuat kasar kepada wanita paruh baya yang dianggap sebagai nenek itu. Bahkan sampai dewasa pun, Agha selalu mengirim langsung dari rekening pribadinya uang bulanan khusus untuk sang pengasuh bijak itu. Uang itulah yang kemudian digunakan bibi untuk membeli kebutuhan pribadi tanpa mengganggu gaji bulanan yang telah ditentukan oleh dokter Vero.

"Sampaikan salam buat mas Agha ya neng. Bibi mohon maaf tak bisa menepati janji untuk selalu berada di rumah ini sampai mas Agha menikah nanti" bibi berkata kepada Ziya dengan suara bergetar menahan tangis.

"Sampaikan juga ucapan terimakasih dari bibi, selama ini mas Agha sangat membantu hidup bibi dan anak anak" wanita paruh baya itu menambahkan.

"Bibi pamit ya" wanita yang berumur lebih dari setengah abad itu memeluk satu persatu penghuni rumah yang mengantarkan kepergiannya. Tak terkecuali Lana sang penghuni baru. "Keluarga ini semua orang baik, yang betah yo nduk" Bibi memberi nasihat terakhir kepada Lana sebelum menaiki mobil travel yang akan mengantarkan nya ke kampung halaman. Lambaian tangan menjadi salam perpisahan terakhir sebelum wanita itu benar benar hilang di ujung jalan.

Semua penghuni rumah kembali kedalam dan melanjutkan aktivitas nya masing masing meski dalam keadaan hati yang masih diliputi kesedihan. , begitu pun dengan Lana. Sekarang semua urusan rumah tangga menjadi tanggung jawab seutuhnya. Pekerjaan yang awalnya dibagi dua dengan bibi sekarang diambil alih oleh Lana secara langsung. Gadis itu semakin sibuk, namun ia melakukan semua dengan happy dan semangat. Perlakuan manis para penghuni rumah membuat semangat tersendiri baginya. Hidupnya kini terasa lebih berguna sebagai manusia.

.

.

"Dek, lagi ngapain kamu sekarang?, ibu pengen banget peluk kamu" sekelibat rindu kembali mengusik batin Lana yang tengah beristirahat siang di kamarnya.

Tak disadari setetes bulir bening mengalir di pipi tanpa polesannya.

"Huftt, aku harus menyibukkan diri, selalu begini kalau lagi diam gak ada kerjaan" Lana bermonolog sendiri. Ia tak menyukai perasaan sedih yang tiba tiba menyerang. Inilah salah satu sebab Lana selalu membuat dirinya terus bekerja dan lelah, agar tak sempat memikirkan hal hal yang merusak kebahagiaannya.

Lana segera bergegas ke arah ruangan laundry di belakang rumah. Ia memilih untuk merapikan beberapa pakaian yang dijemur tadi pagi. Hal ini akan sangat membantunya untuk menghilangkan pikiran pikiran negatif. Healing bagi seorang Alana mantan pasien rumah sakit jiwa yang malang.

"Bughhh".. karena terburu buru gadis itu menabrak seseorang yang berdiri di depan pintu kamarnya.

"Siapa orang ini?" Alana tak berani bertatapan langsung dengan sosok pria bertubuh tinggi besar di hadapannya.

"Ishhh" pria yang masih berdiri berhadapan dengan Lana itu mendengus kesal sambil mengibaskan bajunya seolah kotor karena disenggol.

"Hei kurus, pakai mata mu" sebuah bentakan kasar keluar dari mulut pria itu. Tak hanya membentak ia juga mendorong tubuh Alana hingga hampir jatuh. Untung saja ada pintu di belakang gadis itu yang membuat dirinya masih terlindungi dari cedera.

Alana tersentak. Ia tak menyangka pria ini begitu kasar. Entah siapa dia, muncul tiba tiba dan berbuat seenaknya. Rasa takut dan panik gadis itu sedikit terpancing, ia berusaha menenangkan diri dengan menghirup nafas panjang.

"Kemana semua orang di rumah ini?, bibi mana?" pria itu terus uring uringan.

Alana memberanikan diri melihat lawan bicaranya kali ini. Ia pernah melihat wajah itu di foto keluarga dokter Vero yang dipajang di ruang tamu. Ia adalah putra sulung di keluarga ini yang tinggal di luar negeri.

"Apa yang kau lihat?, jawab pertanyaan ku!" sebuah bentakan kembali diterima Alana.

"Emm... emmm" Alans tercekat. Ia tak mampu mengeluarkan suara untuk menjawab pertanyaan pria itu.

"Arghhh, dasar bodoh, membuang waktu saja" pria yang bernama Agha itu berjalan cepat meninggalkan Lana yang masih kebingungan. Sebuah vas bunga kecil di rak dekorasi menjadi sasaran pelampiasan emosi Agha. Vas itu hancur lebur tak berbentuk karena baru saja dibanting olehnya.

Mata Alana membelalak tak percaya apa yang dilihatnya. Mengapa pria itu nampak sangat marah di hari pertama kedatangannya di rumah ini. Marah tak jelas dan tanpa alasan. Alana kembali menarik nafas dalam untuk menenangkan pikirannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!