NovelToon NovelToon

DAFFIN ALENIO ROBERTSON

Awal

                    Prolog🐻

Setiap orang pasti tak akan tau apa yang akan terjadi dimasa depan, semua itu sudah tertulis digaris takdir mereka masing masing begitu pun dengan Daffin atau biasa disebut Afin, ia tak tau kenapa dirinya berada di panti asuhan, Afin berpikir mungkin orang tuanya tak mengharapkannya dan berakhir membuangnya

Afin bocah lelaki dengan senyum manis yang mampu membuat siapa saja terhipnotis oleh senyuman manis di wajah menggemaskannya, Afin berusia 14 tahun namun ia sudah berada di sekolah menengah atas sebagai siswa baru, ia itu pintar sampai beberapa kali melompat kelas dan tentunya dengan beasiswa di sekolah ternama

Ia sangat menyayangi bunda lili sang pengurus panti yang sudah merawatnya dari kecil sampai sekarang dengan penuh kasih sayang layaknya putra kandung sendiri, Afin juga adalah anak panti tertua di sana

Afin hidup bahagia dengan keadaannya biarpun sesekali ia tak merasakan makan karena mendahulukan adik adik panti serta bunda lili, ia sadar bahwa ekonomi mereka saat ini berada di titik labil, sehingga membuatnya harus selalu mengalah demi yang lainnya, itu semua kehendak dan keinginan dirinya sendiri padahal bunda lili selalu memaksa agar ia mau makan namun dia tetap tak ingin dengan alasan sudah makan

Daffin Alenio . R itulah namanya, jangan tanya ia tentang 'R' yang tersemat di belakang namanya ia pun tak tau karena saat ia bertanya kepada bunda lili, sang bunda juga tak tau karena memang nama itu ia dapat dari kalung yang ia temui sudah terpasang di leher Afin saat ia temukan

                      🐻

Di sebuah kamar minimalis dengan warna baby blue di setiap sudut, seorang bocah lelaki sedang melihat pantulan dirinya dari cermin di depannya dengan sedikit kekehan kecil

bocah lelaki itu adalah Daffin, ia terkekeh geli melihat penampilannya saat ini dengan seragam sekolah menengah atasnya, setelah seminggu mengikuti masa orientasi siswa akhirnya ia menggunakan seragam yang ia dambakan, dari sekolah impiannya yaitu Robertson High school

Afin sangat senang karena ia berhasil masuk dengan mendaftar beasiswa ke sekolah tersebut tentu karena usahanya sendiri dengan mengandalkan otak pintarnya itu

"Bunda...!!!" teriaknya saat sudah sampai dilantai dasar mencari sang bunda

"aduh aduh apa nak? Bunda lagi urus adik adik kamu yang lain" heboh bunda lili yang baru saja datang dengan anak perempuan digendongannya

"hehe maaf bund, Afin mau berangkat" ucap Daffin dengan cengengesan serta menggaruk tengkuknya yang tak gatal

"oh yaudah ini bekal kamu ya, dan ini uang nya juga" ucap bunda lili dengan menyodorkan bekal dan uang berwarna biru pada Afin

"gakusah pake uang bund, buat adik adik yang lain aja" ucap Daffin mencoba untuk menolak dengan alasan yang logis, sebenarnya ia butuh juga untuk kas kelas namun ia tak mau

"kamu nolak bunda? Padahal bunda udah usaha loh cari uang buat kamu ini" ucap bunda lili dengan wajah sedih

"eh eh yaudah bund, Afin terima ya, tapi ibu jangan sedih" ucap Daffin dengan senyuman manisnya, bunda lili pun mengangguk dengan tersenyum kepada Daffin

"yaudah bund aku pergi dulu ya, dadah Talita.. Kakak sekolah dulu" pamit Daffin pada bunda lili dan juga anak digendongan nya yang bernama Talita

Bunda lili tersenyum melihat tingkah daffin yang riang dengan melompat lompat menuju luar

                     🐻

Tibalah Daffin di depan bangunan besar yang akan menjadi tempatnya untuk menuntut ilmu

Daffin mendongak keatas dengan tatapan kagum, dirasa cukup ia segera masuk kedalam sekolah tersebut namun sebelumnya ia telah menyimpan sepeda kesayangannya di parkiran motor

bocah itu cukup risih sekarang karena ia menjadi sorotan utama di sepanjang lorong yang ia lalui, banyak yang memekik gemas karena melihat tubuh mungil Daffin yang dibalut seragam di sana, karena malu ia menunduk dalam sampai...

Bruk

ia menabrak seseorang di depannya, dapat ia lihat sepatu hitam di depannya ini dengan tatapan takut dengan perlahan namun pasti ia mendongak dan terlihat lah seorang lelaki tinggi yang menatapnya dengan tatapan datar nan dinginnya

Daffin yakin itu adalah kakak kelasnya karena terlihat dari seragam yang sama persis seperti dirinya namun dengan nama kelas yang berbeda di seragam lelaki itu

"berdiri" ucap lelaki itu dengan wajah yang masih sama yaitu datar dan dingin

Semua siswa dan siswi yang ada di sana hanya bisa diam tak tau harus berbuat apa, di satu sisi mereka kasihan dengan bocah menggemaskan itu namun di sisi lain mereka juga takut dengan lelaki yang ada dihadapan bocah itu

Daffin langsung berdiri dari posisinya setelah mendengar yang diucapkan oleh lelaki menyeramkan di depannya ini

"Ma-af" ucap Daffin yang masih menundukkan kepalanya karena takut

"angkat wajahmu" ucap lelaki itu, tanpa ba-bi-bu Daffin segera mendongak untuk menatap lelaki menyeramkan itu

deg

Lelaki itu terpaku dengan wajah manis nan menggemaskan itu, namun bukan itu yang membuat nya terkejut, tapi wajah itu wajah yang sama dengan seseorang yang sangat ia sayangi

sadar dengan keterkejutannya lelaki itu segera menormalkan kembali raut wajahnya menjadi seperti semula

"pergilah" ucapnya pada Daffin, Daffin mengangguk lalu melenggang pergi dari sana

Lama Daffin mencari kelasnya dan akhirnya dapat juga kelas X IPA 1

Ia segera masuk dan duduk di bangku yang kosong di sebelah lelaki dengan tatapan tajam yang duduk di bangku paling belakang pojok kanan , karena memang hanya tempat duduk itulah yang kosong

tak lama seorang guru datang

"Halo anak anak perkenalkan nama ibu adalah ibu Dena, saya wali kelas kalian... Hari ini kita gunakan untuk mengenal satu sama lain" itulah pembukaan yang Bu Dena ucapkan lalu seterusnya setiap siswa mulai memperkenalkan diri mereka masing masing

🐻

Berbeda dengan Daffin yang menyimak nama nama teman kelas barunya, di sini diruangan yang terdapat dua orang pria berbeda umur sedang mengobrol dengan serius

"bagaimana? Daddy yakin kamu sudah mendapat petunjuk kan?" tanya pria yang lebih tua

"ya, aku sudah mendapatkan petunjuk namun, aku belum menemukan titik tepatnya, maaf" ucap pria yang lebih muda dengan lirihan diakhir katanya

"tak apa boy, Daddy yakin baby akan segera berkumpul kembali bersama kita" ucap pria yang lebih tua dengan mengusap surai yang lebih muda dengan penuh kasih sayang, walaupun keduanya berwajah datar nan dingin mereka tetaplah ayah dan anak yang sedang merindukan seseorang

"aku berjanji akan secepatnya menemukan dia, dan setelahnya aku tak akan melepaskannya" ucap pria yang lebih muda dengan seringai tipis diwajahnya

"ya, Daddy pun sama" ucap pria lebih tua dengan seringai yang tak kalah menakutkan dari sang anak

🐻🐻🐻

Like + Comment ❤️

Teman Baru

Sinar matahari pagi masuk menerobos melalui celah jendela kamar milik pemeran utama kita, ia masih terlelap tanpa terganggu sedikit pun dengan bisingnya kegiatan orang orang yang sudah memulai aktivitas pagi mereka

Eungh

Akhirnya daffin terbangun karena suara jam weker di sampingnya

"buset jam berapa nih?" ucapnya bertanya tanya ntah pada siapa, cahaya yang masuk sangat terang seperti sudah siang? Batinnya

"waduh, bundaaaa kenapa gak bangunin Afin sih!!" heboh Daffin saat melihat jam yang sudah menunjukan pukul 07.45 sedangkan masuk sekolah pukul 08.00 sudah pasti dia akan terlambat sampai, sialnya lagi dia murid baru dan ini adalah hari keduanya

Dengan gerakan cepat Daffin mandi dan segera memakai seragam nya, ntah benar atau tidak yang jelas ia harus segera sampai secepatnya

"BUNDA... BUNDA...!?" teriak Daffin mencari sosok sang bunda yang ntah kemana

"apa nak? Maaf ya bunda lupa karena Yafi sakit" ucap bunda lili yang baru saja datang dengan penampilan yang dapat dibilang aut autan

"gapapa bund, Afin berangkat ya.. Maaf gakbisa bantuin urus adik adik" ucap Daffin

"iya nak gapapa, hati hati" Daffin mengangguk lalu segera melenggang pergi keluar mengingat ia sudah terlambat

                      🐻

Benar saja Daffin terlambat masuk ke sekolah dan sekarang ia berakhir berjemur di lapangan besar sekolahnya ini dengan beberapa siswa yang terlambat lainnya

setelah melaksanakan hukuman berjemur di tengah lapangan yang luas dengan cuaca yang sangat panas, kini Afin sudah berada di kantin sekolah untuk mengisi energinya yang hilang

"emang boleh seenak ini" ucap Afin setelah menelan mie ayam yang ia pesan dengan jus favorit nya yaitu jus alpukat

"hey.." panggil seseorang yang jelas padanya karena bahunya ikut ditepuk, dengan cepat Afin menoleh ia melihat dua lelaki yang berada di kelas X sama sepertinya namun dengan kelas yang berbeda

"ah ya?" ucap Afin dengan menampakan raut wajah kebingungan

"kita duduk dulu gaksi, kosong tuh" ucap lelaki satunya lalu Afin mengangguk reflek, kedua lelaki itupun duduk dihadapan Afin

"murid baru juga?" tanya Afin

"iya nih kita berdua juga baru kenal barusan dikelas" ucap lelaki yang tadi menepuk pundaknya

"oh iya iya" ucap Afin sembari mengangguk ngangguk paham

"Lo sendiri aja?" lelaki itu kembali bertanya, Afin yang mengangguk canggung sambil tersenyum manis kearah keduanya

"aku belum dapet teman hehe" ucap Afin

"yaudah kita temenan aja, gapapa beda kelas juga" ucap lelaki yang sedari tadi diam

"okee kenalin nama Afin itu Daffin Alenio.R" Afin memperkenalkan dirinya dengan antusias

"gua Regi Pratama" ucap lelaki yang tadi menepuk pundak Afin dengan senyum tipis

"kalo gua Leonardo Dicaprio" ucap lelaki yang sedari tadi tak banyak bicara

"Oh haii Regi dan Leon, kita temenan sekarang hehe" ucap Afin dengan antusias, Afin sebelumnya memang tak mempunyai teman karena dia tak pernah mau memulai untuk berteman dan tak ada yang mengajaknya berteman, tapi sekarang dia diajak berteman itu membuatnya sangat senang akhirnya dia tak harus memulai untuk mempunyai teman

"hahaha seneng banget kayanya" ucap Leon dengan gemas sembari mencubit pelan pipi Afin yang akan tumpah itu

"eh iya, R itu apa sih?" tanya Regi yang akhirnya bertanya apa yang ia ingin tau sedari tadi

"emm Afin juga tidak tau, Karena memang bunda panti bilang kalo saat dia menemukan Afin bayi nama Afin sudah ada di kalung ini dan untuk R nya Afin juga tidak tau" ucap Afin dengan senyuman manis diwajahnya, walau suara nya terkesan pilu saat menceritakan itu semua

"ah maaf gua gak tau" ucap Regi dengan cengengesan karena selain tak enak ia juga ditatap tajam oleh Leon disampingnya

"tidak apa, Afin senang kok karena dirawat oleh bunda lili yang baik sama Afin dan sekarang Afin punya dua teman juga" ucap Afin dengan masih memperlihatkan senyuman manis nya itu

                      🐻

"Fin, kapan kapan kita main ya" ucap Leon sembari merangkul pundak Afin yang memang jauh lebih pendek darinya dan juga Regi

"okee, sekarang juga boleh kok tapi mainnya ke panti ya biar adik adik Afin yang lain juga bisa kenal sama kalian" ucap Afin

"boleh deh sekarang aja gaksi mumpung bisa nih gua" ucap Regi dan dibalas anggukan oleh Leon serta Afin

mereka memang sudah berada di parkiran sekolah saat ini, dengan Afin ditengah tengah mereka

"yaudah Afin ambil sepeda Afin dulu ya" ucap Daffin lalu hendak pergi menuju sepedanya namun lengannya dicekal oleh Leon

"biar gue aja, nanti kita naik mobil gue sepedanya juga bawa" ucap Leon saat melihat Afin memberi kan ekspresi bertanya

"em oke makasih Leon"

                      🐻

disinilah Afin dan kedua teman barunya berada di dalam mobil milik leon dengan Afin yang ada di samping Leon dan Regi di kursi belakang sendirian

"oh iya, Afin kok pendek sih, yaa em maksudnya kan yang lain juga banyak yang pendek cuman Afin kaya lebih pendek gitu haha" ucap Regi dengan sedikit candaan

"kan Afin masih 14 tahun" ucap Afin melirih karena jujur saja setiap ia dikatai pendek ia selalu merasa sedikit tersinggung

Regi dan Leon terkejut dengan apa yang Afin ucapkan, pantas saja anak itu terlihat lugu nan polos ternyata memang bocah itu masih kecil ya walaupun hanya dua tahun dibawah mereka

"widih kok udah sekolah menengah atas sih?" lagi lagi tanya Regi bertanya karena memang rasa penasarannya sangat tinggi terhadap bocah itu

"kan Afin pintar jadi Afin loncat kelas terus hehe" ucap Afin yang tak bisa lepas dari perasaan senang nya itu

Mereka bertiga pun mengobrol sepanjang perjalanan menuju panti 'kasih ibu' tempat Afin tinggal dari kecil hingga saat ini

🐻

"Dahh Regi... Dahh Leon... hati hati yaaa" teriak Afin pada kedua temannya yang hendak pulang karena memang sekarang sudah pukul 16.00

"wah seneng banget kayanya" ucap bunda lili dari belakang Afin dengan memangku Talita

"iya dong, Afin punya dua teman baru sekarang" ucap Afin dengan sangat antusias, bunda lili yang melihat itu hanya tersenyum serta mengusak rambut Afin gemas

"yasudah masuk sekarang ya sudah mau malam" ucap bunda lili dan dibalas anggukan oleh Afin, lalu ketiganya masuk kedalam rumah panti dengan Afin yang terus menerus menceritakan keseruannya bersama kedua temannya tadi pada bunda lili

🐻

Sementara itu di sebuah mansion besar dengan warna hitam yang menjadi dominan di setiap sudut nya, lima pria berbeda umur sedang membicarakan hal penting menyangkut dengan permata mereka yang hilang

"dad, aku sudah menemukan keberadaannya" ucap salah satu dari mereka

"apa? Benarkah? kapan kita akan menjemputnya?" tanya salah satu pria di sana

"secepatnya, namun Daddy butuh bukti tes DNA dan beberapa bukti lainnya" ucap pria paling tua diantara mereka berlima

"bukti apa lagi dad? Daddy meragukan bahwa dia bukan permata kita yang hilang?" protes pria lain dengan tampang marah serta kecewa di dalamnya

"bukan seperti itu, Daddy yakin dia pasti tak akan percaya begitu saja lagi pula aku yakin dia permata ku yang dulu sempat hilang" jelas yang paling tua

"baiklah, akan aku Carikan dan kau bagaimana pun caranya kau harus mendapatkan helaian rambut miliknya" ucap pria lain dengan menunjuk yang paling muda di sana

🐻🐻🐻

Like + Comment

Titik terang

Disiang yang cerah ini ditemani dengan riuh angin yang menyejukkan hati bocah lelaki dengan wajah bulat sedang diam merenung di taman belakang panti

Yaps bocah itu adalah afin, ia sedang berpikir bagaimana caranya ia mendapatkan uang untuk membantu bunda lili menghidupi adik adiknya

Karena hari ini hari minggu afin memutuskan untuk bangun sedikit siang dan menikmati hari liburnya, namun saat terbangun Afin melihat bunda lili sedang mengobrol dengan pria berbadan besar dan memiliki wajah yang menyeramkan

Afin yang memang memiliki sifat penasaran yang tinggi diam ditempatnya dengan mendengarkan apa saja yang bunda lili serta pria itu bicarakan

Ia seketika sedih saat mendengar kan semuanya, ternyata pria besar itu adalah pemilik bangunan panti ini dan sedang menagih janji bunda lili yang akan membayar sewa nya hari ini namun bunda tak memiliki uang untuk sekarang dan berakhir pria besar itu memarahi nya

Afin yang melihat itu hendak membantu tapi ia juga bingung bagaimana harus membayar itu semua sedangkan ia tak mempunyai uang , dan berakhirlah Afin di sini dengan lamunan nya

"Afin harus cari pekerjaan" ucap nya melirih saat mendapat ide bahwa ia harus bekerja untuk membantu biaya yang dibutuhkan bunda panti dan yang lainnya

"iya harus" lanjutnya dengan tangan kanan terkepal yang diangkat keatas sebagai bukti bahwa ia harus semangat dalam hal ini

🐻

Sedangkan di tempat lain, Lima pria berbeda usia sedang berkumpul untuk melihat foto bocah yang mereka cari

"matanya sangat mirip dengan mendiang mommy" lirih salah satu diantara mereka

"dia bocah yang tak sengaja bertabrakan denganku seminggu lalu" ucap yang paling muda diantara mereka berlima

"jadi kau sudah bertemu dengannya langsung?" tanya yang lain dengan wajah terkejut

"hemm aku bertemu dengannya namun pertemuan yang tak menyenangkan" jawab yang paling muda

"kapan kita akan menjemputnya dad?" tanya yang lain pada yang paling tua

"besok saat sekolah kita datangi tempat tinggalnya" jawab yang lebih tua dengan raut yang sulit diartikan

"kenapa tak langsung mendatanginya langsung tanpa harus mendatangi tempat tinggalnya?" tanya salah satu dari mereka

"kita harus berterima kasih kepada orang yang sudah merawatnya dengan baik dan memberi imbalan mungkin" ucap yang lebih tua

"tak ada bantahan apapun, sekarang kembali pada kegiatan kalian masing masing besok siapkan diri kalian untuk menyambut anggota baru" lanjut yang lebih tua dan dibalas anggukan oleh yang lainnya, mereka semua pun keluar dari ruangan yang lebih tua menyisakan sang pemilik ruangan sendiri

"Daddy akan segera menjemput mu baby" gumam nya dengan senyuman tipis yang ia tampilkan di wajahnya

🐻

Sore hari menyapa dengan langit yang sedikit mendung seolah paham dengan perasaan pemeran utama kita, Afin. Bocah itu sekarang sedang berjalan di trotoar jalan untuk mencari pekerjaan yang dapat menerimanya dengan baik karena memang ia yang masing sekolah membuatnya kesusahan karena usia nya yang belum legal

"Afin harus kemana lagi ya.." gumamnya lesu

"udah beberapa cafe Afin datangin tapi belum juga ada yang mau nerima Afin" lanjutnya terus bergumam dengan perasaan sedih

Afin terus menyusuri jalan sampai ia melihat sebuah cafe yang sangat ramai oleh pelanggan, namun pegawai di sana kelihatan kewalahan untuk menanganinya

"emm permisi kak" ucap Afin pada salah satu pegawai di sana

"iya dek? Mau pesan apa? Sebentar yaa" ucap pegawai lelaki itu tanpa memalingkan tatapannya dari nampan yang ada di lengannya

"saya mau cari kerja kak" ucap Afin, pegawai itu seketika diam dari aktivitas nya dan langsung menoleh pada Afin

"Ade mau cari kerja?" tanya pegawai itu dengan menelisik Afin dari atas hingga bawah

"tapi Ade masih kecil" lanjut sang pegawai

"tapi kak Afin mohon beri Afin pekerjaan, Afin gapapa kok cuci piring juga, Afin udah nyari kerja kesana kemari tak belum dapet kak" ucap Afin memohon karena memang ia sudah lelah dan putus asa

"tapi dek gak-" ucapan pegawai itu terpotong oleh perkataan seseorang

"Roki ada apa?" suara berat itu berasal dari pria dibelakang pegawai yang bernama Roki itu

"eh bos maaf ini adeknya nyari kerja" ucap Roki

"kamu lanjut bekerja, anak itu ikut saya saja keruangan saya" ucap sang bos dan dibalas anggukan oleh Roki

"tuh dek ikutin sana" ucap Roki lalu pergi dari sana untuk segera melanjutkan pekerjaan nya

***

Di sinilah Afin berada di ruangan sang bos dengan duduk berhadapan langsung dengan sang pemilik ruangan

"jadi? Kamu sedang mencari kerja?" tanya bos itu dengan wajah datar dan dingin nya, Afin yang melihat itu menelan ludah kasar karena gugup

"i-iya" jawab afin dengan kepala yang masih menunduk kebawah

"ucapkan yang benar" ucap bos dengan nada yang masih sama, Afin dengan cepat menegakkan pandangannya lalu menatap mata tajam sang bos

"i-iya saya lagi cari kerja, saya sudah mencari kesana kemari tapi belum juga dapet" jawab afin

"kamu masih kecil, kenapa kamu mencari kerja?" tanya sang bos

dengan singkat Afin menjelaskan kenapa ia mencari kerja, Afin menjelaskan bahwa ia ingin membantu ekonomi bunda lili dan kebutuhan panti termasuk adik adik panti nya

"baiklah, besok mulai bekerja setelah pulang sekolah sampai jam 10 malam, apa sanggup?" tanya bos

"sanggup Afin sanggup pak bos" ucap Afin dengan antusias

"perkenalkan saya Calvin Antonio, panggil Abang saja oke" ucap Calvin dengan tatapan sedikit melembut saat melihat Afin

"baik" jawab afin

Akhirnya mereka melanjutkan pembicaraan mereka dari Afin yang pulang sekolah pukul berapa, gaji yang akan di dapat dan lainnya

🐻

Akhirnya Afin sudah bisa beristirahat dikasur nya yang nyaman, setelah melalui hari yang panjang

Afin baru saja selesai bersih bersih dan sekarang ia duduk di tepi kasurnya yang langsung menghadap jendela kecil kamarnya

"akhirnya Afin dapet kerja, dan bisa membantu bunda" gumam Afin dengan senyuman manis diwajahnya

"semoga Afin dikelilingi orang orang baik" Afin kembali bergumam dengan perasaan senang di campur sedih ntah karena apa

toktoktok

"masuk.."

"Afin belum bobo nak?" ternyata bunda lili yang masuk dan duduk di samping Afin

"belum bunda Afin baru selesai bersih bersih" jawab afin

"yasudah setelah itu istirahat ya" Afin mengangguk paham

"bunda.." panggil Afin

"sebenarnya orang tua Afin kemana? Apa mereka tidak menginginkan Afin lalu Afin dibuang ya bunda?" tanya Afin dengan suara sedikit melirih

"tidak sayang, Afin jangan berpikir seperti itu.. Bunda yakin orang tua Afin menyayangi Afin sama seperti bunda" ucap bunda lili sembari mengusap pundak Afin dengan lembut

"tapi kenap-" ucapan Afin terpotong

"sudah sayang sudah, jangan memikirkan hal yang tidak jelas ya.. Sekarang Afin bobo ya besok sekolah" potong bunda lili lalu membantu Afin merebahkan dirinya dan menyelimutinya

Setelah Afin tertidur, bunda lili keluar kamar dengan mata yang sudah berkaca kaca siap untuk menumpahkan tangis, ia tak sanggup dengan ucapan dan tatapan Afin tadi, hatinya sangat sakit

🐻🐻🐻

Like + Comment

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!