NovelToon NovelToon

Catatan Perang Besar Rhapsodia

Prolog

Aksa terlihat serius menulis sesuatu di dalam bukunya. Ia sedang menulis katalog dan penjelasan dari teknologi baik yang sudah, yang sedang, dan yang rencana akan mereka buat ke dalam buku tersebut.

Sementara Nata tampak sedang melakukan pemeriksaan pada mesin Pemecah Partikel. Rencananya mereka akan melakukan tes dengan menyalakan mesin tersebut untuk memastikan bahwa mesin itu masih bekerja. Sekaligus untuk melakukan pemeriksaan sistemnya.

Mereka telah menunggu selama dua minggu lebih untuk memperoleh tenaga yang cukup untuk sekedar menyalakan inti dari mesin Pemecah Partikel tersebut.

"Pengaliran energi, dimulai," ujar Nata seraya menekan tombol pada Keybord di depan monitor pemantau alat tersebut.

Tak berapa lama kemudian mesin tersebut mulai mendengung dan bergetar pelan. Meski gelang-gelangnya tidak berputar, namun tampilan dalam layar monitor mengindikasikan bahwa Alat Pemecah Partikel itu sudah mulai aktif.

"Oh, alat ini benar-benar masih berfungsi," sahut Nata yang terdengar sedikit kagum sambil meneliti setiap angka dan grafik yang terlihat di layar monitor tersebut.

"Benarkah?" Aksa yang masih memegang buku dan pena di kedua tangannya beranjak dari meja dan berjalan menuju ke tempat Nata berdiri, karena penasaran.

"Tapi bukannya mesin ini dalam keadaan Standby? Kenapa nilai Output nya bergerak?" tanya Aksa kemudian yang terlihat penasaran.

"Entahlah. Padahal Input nya tidak kita tambah. Apa alat ini tanpa sengaja menyimpan energi dari Lubang Cacing yang sebelumnya?" Nata terlihat memeriksa beberapa program dari mesin tersebut untuk memastikan

"Aneh sekali. Output nya terus bertambah, tapi gelang-gelangnya tidak bergerak sama sekali. Apa sistem pemantaunya mengalami kerusakan?" tanya Aksa yang lebih kepada dirinya sendiri.

"Bisa jadi. Karena seharusnya di angka sebesar ini, lorong dimensi seperti sebelumnya pasti sudah terbuka," balas Nata yang juga terlihat sama herannya dengan Aksa.

"Getaran mesinnya juga terlihat tidak seperti biasanya." Aksa menyelipkan penanya di belakang daun telinga, kemudian mencoba untuk menyentuh mesin tersebut.

"Aks, jangan gegabah." Nata menarik lengan kiri Aksa untuk mencegah sahabatnya itu menyentuh mesin tersebut.

Namun terlambat, Aksa sudah menyentuh mesin tersebut.

Dan kemudian mereka dikejutkan oleh cahaya terang yang datang mendadak di luar Laboraturium tersebut. Udara juga tiba-tiba berubah menjadi lebih ringan dan segar.

"Apa yang terjadi?!" Aksa menjatuhkan bukunya karena terkejut. Tak ubahnya Nata yang segera menjelajahkan pandangannya ke seluruh ruangan.

Dari kaca pintu masuk yang tembus pandang itu, terlihat sabana yang subur dan indah. Sekarang mereka sudah tidak lagi berada di dalam gua.

"Apa yang terjadi, Nat? Apa kita berpindah tempat lagi?" Aksa mencoba menganalisa keadaan mereka saat ini.

"Entahlah," sahut Nata seraya beranjak menuju pintu keluar yang diikuti Aksa di belakangnya.

Area di luar Laboraturium itu terlihat asing bagi mereka berdua. Hamparan hijau terlihat sejauh mata memandang. Mereka seperti berada di tengah dataran sabana yang sangat luas.

"Apa kita berpindah ke dunia yang lain lagi, Nat? Karena jelas ini pasti bukan Bumi kita." Terlihat Aksa berjongkok menyentuh tanah dan rumput di sekitar kakinya.

"Entahlah, tapi alat itu tidak membuka portal seperti sebelumnya. Jadi aku sangsi kita berpindah ke dunia yang lain lagi," jawab Nata yang terlihat sedang berpikir seraya menatap berkeliling.

"Apa mungkin kita hanya berpindah dari tengah Elder ke wilayah atau bahkan benua lain?" duga Aksa.

"Aku juga meragukan hal itu. Karena Alat Pemecah Partikel tidak memiliki setting koordinat. Jadi secara teori harusnya kita hanya akan berada di posisi yang sama. Seperti bagaimana kita jatuh diposisi yang sama dengan Pemecah Partikel tersebut." Nata mencoba menjelaskan dugaannya.

"Benar, juga. Yang membedakan Alat Pemecah Partikel dengan kita saat tiba di daratan Elder ini hanya waktu tibanya... eh, atau jangan-jangan...?" Aksa terlihat seperti baru saja menyadari sesuatu.

"Ya, itu adalah kemungkinan paling masuk akalnya." Nata menjawab cepat.

"Yang benar saja?! Kau mengira kita melakukan perjalanan waktu?" Aksa terlihat kaget sekaligus antusias dengan dugaan tersebut.

"Benar. Dan melihat tanah ini begitu indah dan landai, tak ada jurang dan tebing, maka kemungkinan besarnya kita telah melompat jauh entah ke masa depan atau ke masa lalu," ujar Nata memberikan pendapatnya.

"Kurasa kita kembali ke masa lalu. Jauh sebelum daratan ini hancur oleh suku Ninue dalam perang mereka dengan Pharos." Aksa memberikan dugaan.

"Dugaanku juga seperti itu. Jadi kemungkinan besarnya ini adalah daratan yang disebut Luque sebagai Tanah Rhapsodia," tambah Nata.

"Menarik sekali. Berarti kita bisa bertemu dengan Luque muda di tempat ini," ucap Aksa penuh antusias.

"Atau sang Oracle," sahut Nata memberi pilihan.

"Oh iya, aku ada ide," ucap Aksa kemudian seraya kembali berjongkok dan mulai menggali tanah di bawah tempatnya berdiri.

"Apa yang kau lakukan, Aks?" tanya Nata mengeryitkan dahinya.

"Aku mau mengubur kapsul waktu. Kita akan coba bongkar lagi begitu kita tiba di masa depan," jawab Aksa dengan riang. Tampak tidak perduli tangannya kotor oleh tanah.

"Kamu linglung, ya? Wilayah ini nantinya akan hancur menjadi Tanah Mati yang kita kenal. Kau pikir benda yang kau kubur tidak akan ikut hancur?" sahut Nata mengingatkan Aksa.

Aksa menghentikan menggali tanah. Tampak ia segera berdiri seraya membersihkan tangannya. "Kau memang tidak suka melihat orang bahagian, Nat. Padahal itu adalah hal yang wajib dilakukan setiap orang, bila mereka berhasil kembali ke masa lalu," ujarnya kemudian dengan sedikit kesal.

"Aku hanya mengingatkan. Lakukan saja bila kau mau." Nata menjawab dengan ringan.

"Sudah. Diam saja," sahut Aksa dengan ketus.

"Terlebih dari itu, kita harus segera kembali dan mencari tahu apa yang menyebabkan Pemecah Partikel berprilaku seperti sekarang ini," ucap Nata kemudian seraya berjalan memasuki Laboraturium.

"Iya, kita harus kembali. Aku tidak mau terjebak di masa ini. Karena berarti kta harus bersusah payah lagi untuk menciptakan generator listrik dari nol." Aksa mengikuti Nata masuk.

Begitu mereka berdua berada di depan mesin Pemecah Partikel, tiba-tiba terdengar bunyi alaram dari speaker monitor pemantau mesin tersebut.

"Gawat. Input energinya mulai berkurang dengan cepat," sahut Nata begitu melihat puluhan ribu angka di layar monitor tersebut berkurang dengan cepat.

"Apa yang harus kita lakukan, Nat? Aku tidak mau terjebak di masa ini," sahut Aksa yang terdengar sedikit takut.

"Mengulangi apa yang kita lakukan sebelumnya." Nata menjawab cepat.

"Maksudmu menyentuh mesinnya lagi?"

"Benar. Ayo cepat," jawab Nata seraya memegang lengan kiri Aksa.

Dan tanpa harus diperintah dua kali, Aksa segera menyentuhkan tangan kanannya ke mesin Pemecah Partikel beberapa detik sebelum nilai di layar monitor tadi menyentuh angka 0 dan mesin tersebut berhenti bergetar.

Tampaknya Aksa dan Nata tepat waktu. Karena bersamaan itu pula, ruangan tersebut terlihat kembali suram. Cahaya dari arah pintu masuk tidak lagi terlihat. Udara lembab juga kembali terasa dalam ruangan tersebut.

"Apa kita sudah kembali?" tanya Aksa dengan kuatir.

"Kurasa sudah..." jawab Nata yang terdengar ragu melihat lingkungan yang ada disekeliling ruangan tersebut.

"Tapi ini bukan Laboraturium yang tadi kita tinggalkan. Banyak perubahan dalam ruangan ini. Apa kita benar-benar sudah kembali ke waktu yang tepat?" Aksa masih terlihat ragu dan kuatir membandingkan kondisi ruangan tersebut dengan ruangan saat ia tinggalkan.

Kemudian di tengah-tengah percakapan mereka, tiba-tiba pintu masuk ruangan itu terbuka. Dan tampak sosok Couran muncul dari baliknya.

"Oh, Tuan Couran. Kurasa kita sudah kembali, Nat," sahut Aksa terdengar lega.

Melihat Aksa dan Nata, Couran tampak sangat terkejut. Ia bahkan hampir saja terjauh karena sangking terkejutnya.

"Kenapa, Tuan Couran? Anda seperti baru saja melihat hantu?" tanya Aksa.

"Ka-kalian bukan hantu, kan? Kalian nyata, kan?" Couran segera berlari kemudian meraih tangan Aksa dan Nata, kemudian meraba wajah mereka berdua seoalah sedang memastikan sesuatu.

"Hentikan, Tuan Couran. Apa yang Anda lakukan?" Nata merasa terganggu dengan sikap Couran yang dirasa berlebih itu.

"Oh, ini benar-benar kalian. Kalian sudah kembali." Couran terlihat gembira sekaligus tidak percaya.

"Anda habis minum oplosan apa, Tuan Couran? Aku jadi takut sendiri sekarang." Aksa terlihat mundur beberapa langkah menjauhi Couran.

"Dari mana saja kalian selama ini? Apa yang telah terjadi?" Couran bertanya tidak memperdulikan Aksa.

"Apa yang telah terjadi? Memang terjadi hal apa, Tuan Couran?" Aksa terlihat bingung.

"Sebentar... coba katakan, Tuan Couran, berapa lama kami pergi?" tanya Nata kemudian.

"Kau sudah pikun apa, Nat? Jelas kita baru saja pergi sekitar tiga atau lima menit yang lalu..." Aksa terlihat bingung Nata menanyakan pertanyaan konyol kepada Couran. "Sebentar, jangan bilang..." susulnya kemudian setelah seperti baru menyadari sesuatu.

"Apa yang kalian berdua bicarakan? Kalian hilang selama lima tahun," jawab Couran yang juga terlihat bingung dengan ucapan Nata dan Aksa tersebut.

"Lima tahun?!"

"Wow, kita Back to the Future secara harafiah," celetuk Aksa kagum.

"Berarti Alat Pemecah Partikel itu tidak stabil. Kita harus berhati-hati dan tidak boleh asal menjalankannya sekarang. Kita tidak tahu akan dibawa ke masa kapan oleh alat tersebut." Nata menarik kesimpulan sementara.

"Benar. Berbahaya sekali kalau acak seperti itu. Tapi ngomong-ngomong, apa menurutmu meninggalkan sesuatu dari masa depan ke masa lalu bisa mengacaukan riak aliran waktu yang sudah terjadi?" tanya Aksa kemudian.

"Memang kenapa? Kau masih memikirkan tentang Kapsul Waktu?" Nata bertanya balik.

"Tidak. Aku meninggalkan buku katalog teknologi ku di tempat tadi," jawab Aksa dengan senyum kecut di wajahnya.

Mendengar itu, Nata hanya terdiam sambil menutup wajahnya dengan telapak tangan.

-

\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-\=-

.

Sementara itu sekitar 400 tahun yang lalu. Buku katalog milik Aksa yang tertinggal tadi akhirnya ditemukan oleh seorang pria dari suku Ninue.

Buku itu satu-satunya benda dengan tulisan yang dapat dibaca oleh orang-orang suku Ninue dari seluruh benda yang ada di dalam ruangan aneh penuh logam dan gelas kaca tersebut. Meski pada saat itu mereka masih belum mengerti maksud dan isi dari tulisannya.

Kemudian setelah 2 tahun bergelut dengan misteri dari buku tersebut, orang-orang suku Ninue akhirnya berhasil memahami apa yang tertulis di dalam buku aneh itu. Yang mereka sebut dengan Mahan Gyaan, atau Pengetahuan Agung.

Dan karena ilmu pengetahuan dan teknologi dari buku tersebut lah, peradaban suku Ninue menjadi berkembang dengan pesat. Dan menamakan tempat diketemukannya buku itu dengan sebutan Mahan Staan, Atau Ruang Agung.

Beberapa tahun setelah itu, suku Pharos pun akhirnya ikut mempelajari ilmu pengetahuan tersebut. Yang menjadikannys cikal-bakal dari kebangkitan Peradaban Besar Pharos di masa depan.

-

-

1. Kedatangan Kedua

Couran selesai melakukan pemeriksaan dan pembersihan ruangan yang disebut dengan Mahan Staan di ujung Gua Ceruk Bintang, pagi itu.

Pekerjaan yang setiap hari pria setengah baya itu lakukan selama 5 tahun terakhir. Setelah menghilangnya Aksa dan Nata secara misterius dalam ruangan tersebut.

Awalnya Couran selalu datang ke ruangan tersebut hanya untuk memastikan, apakah kedua pemuda itu sudah kembali atau belum. Namun setelah lewat 2 tahun dan tidak ada tanda-tanda bahwa Aksa dan Nata akan kembali, ia pun mulai berhenti berharap.

Namun meskipun begitu, ia masih terus mengunjungi tempat itu setiap harinya. Hanya untuk sekedar merapikan dan membersihkannya dari debu dan kotoran.

Couran baru saja keluar dari Mahan Staan saat tiba-tiba ia dikejutkan oleh sebuah suara mendengung pendek dan seperti percikan cahaya dari dalam ruangan di belakangnya.

Pria paruh baya itu berbalik. Kemudian samar terdengar suara dari dalam ruangan tersebut. Seperti suara orang yang sedang berbincang. Padahal sebelum ia keluar, ruangan itu kosong. Tidak ada siapa pun.

Mendengar suara tersebut membuat Couran mulai dipenuhi dengan dugaan dan harapan. Sebagian besar hatinya merasa yakin bahwa suara yang ia dengar itu adalah suara Aksa dan Nata. Meski ia juga sadar bahwa ada kemungkinan sekarang ini ia sedang berhalusinasi.

Kemudian Couran dengan sedikit ragu mulai mendorong daun pintu ruangan tersebut seraya menghembuskan nafas panjang untuk menenangkan diri. Dan suara orang berbincang itu mulai terdengar semakin jelas ketika Couran melangkah masuk.

Terlihat Aksa dan Nata sedang berbincang di depan benda yang disebut dengan Alat Pemecah Partikel. Dan melihat hal tersebut membuat Couran nyaris terjatuh karena terkejut. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Oh, Tuan Couran. Kurasa kita sudah kembali, Nat." Aksa berucap saat melihat sosok Couran memasuki ruangan. "Kenapa, Tuan Couran? Anda seperti baru saja melihat hantu?" tanyanya kemudian.

"Ka-kalian bukan hantu, kan? Kalian nyata, kan?" Couran segera berlari kemudian meraih tangan Aksa dan Nata, kemudian meraba wajah mereka berdua untuk memastikan bahwa ia sedang tidak berhayal.

"Hentikan, Tuan Couran. Apa yang Anda lakukan?" Nata merasa terganggu dengan sikap Couran yang dirasa berlebih itu.

"Oh, ini benar-benar kalian. Kalian sudah kembali." Couran merasa sangat gembira karena akhirnya ia bisa melihat Aksa dan Nata lagi.

"Anda habis minum oplosan apa, Tuan Couran? Aku jadi takut sendiri sekarang," sahut Aksa terlihat mundur beberapa langkah menjauhi Couran.

"Dari mana saja kalian selama ini? Apa yang telah terjadi?" Couran bertanya tidak memperdulikan ucapan Aksa.

"Apa yang telah terjadi? Memang terjadi hal apa, Tuan Couran?" tanya Aksa yang terlihat bingung.

"Sebentar... coba katakan, Tuan Couran, berapa lama kami pergi?" tanya Nata tiba-tiba.

"Kau sudah pikun apa, Nat? Jelas kita baru saja pergi sekitar tiga atau lima menit yang lalu..." sahut Aksa menimpali ucapan Nata. "Sebentar, jangan bilang..." susulnya kemudian setelah seperti baru saja menyadari sesuatu.

"Apa yang kalian berdua bicarakan? Kalian hilang selama lima tahun," jawab Couran yang terlihat bingung dengan pertanyaan Nata.

"Lima tahun?!" sahut Aksa dan Nata nyaris bersamaan. Wajah mereka berdua terlihat terkejut.

"Wow, kita Back to the Future secara harafiah," celetuk Aksa yang terlihat kagum.

"Berarti Alat Pemecah Partikel itu tidak stabil. Kita harus berhati-hati dan tidak boleh asal menjalankannya sekarang. Kita tidak tahu akan dibawa ke masa kapan oleh alat tersebut." ucap Nata kemudian yang membuat Couran semakin bingung.

"Benar. Berbahaya sekali kalau acak seperti itu. Tapi ngomong-ngomong, apa menurutmu meninggalkan sesuatu dari masa depan ke masa lalu bisa mengacaukan riak aliran waktu yang sudah terjadi?" tanya Aksa yang terlihat tidak menghiraukan keberadaan Couran yang tampak kebingungan melihat mereka berdua.

"Memang kenapa? Kau masih memikirkan tentang Kapsul Waktu?" Nata bertanya balik.

"Tidak. Aku meninggalkan buku katalog teknologi ku di tempat tadi," jawab Aksa yang membuat Nata menutupkan telapak tangannya ke wajah.

"Sebentar sebentar. Kalian berhentilah berbincang dan jawab pertanyaanku terlebih dahulu." Couran memotong percakapan Aksa dan Nata karena merasa sangat bingung dan butuh penjelasan. "Jadi apa yang tengah terjadi? Kemana kalian selama lima tahun ini? Apa kalian berhasil kembali ke dunia kalian?" tanyanya kemudian.

"Sebentar, aku mau duduk dulu. Kurasa aku sedang Jet Lag Perjalanan Waktu," ucap Aksa yang kemudian merebahkan diri ke atas sofa panjang di tengah ruangan seraya memijat pelan dahinya dengan tangan kiri. "Jadi apa aku baru saja membuat realita baru, atau tanpa sadar aku telah campur tangan membentuk sebuah sejarah?" gumamnya kemudian.

"Kami tidak kembali ke dunia kami, Tuan Couran," ujar Nata kemudian menjawab pertanyaan Couran.

"Lalu kemana kalian selama ini? Dan bagaimana kalian bisa tiba-tiba menghilang dan kemudian muncul lagi dengan begitu saja?" Couran menumpahkan segala pertanyaan yang mengganjalnya selama 5 tahun terakhir.

"Entah cerita kami bisa di pahami atau tidak, tapi sebenarnya kami hanya pergi tidak lebih dari lima menit saja. Setidaknya dari sudut pandang kami," jawab Nata mencoba untuk menjelaskan kepada Couran.

"Sudut pandang kalian? Maksud mu apa, Nat?"

"Sepertinya kami telah melakukan lompatan waktu." Nata menjawab dengan sedikit ragu.

"Lompatan waktu? Maksudmu kau berpindah waktu?" Sedang Couran masih mencoba untuk memahami ucapan Nata.

"Benar. Tadinya kami kembali ke waktu dimana tanah ini masih belum hancur. Mungkin sekitar tiga ratusan atau empat ratusan tahun yang lalu. Atau mungkin lebih lama lagi," jawab Nata kemudian.

"Sebentar, kalian kembali kemasa lalu?" Couran terlihat semakin bingung.

"Ya, memang kedengarannya membingungkan dan tidak dapat dipercaya. Tapi memang begitulah kenyataannya. Kami kembali ke masa lalu, namun hanya berada di tempat itu selama lima menit saja. Lalu kami kembali melakukan lompatan waktu ke masa depan. Yaitu ke masa ini. Lima tahun setelah waktu kami yang asli." Nata berucap tanpa berharap untuk dipahami.

"Sebentar. Jadi maksud mu, kalian melompat waktu lima tahun ke depan, yang berarti saat ini, dari lima menit setelah kalian menghilang?" Couran mencoba keras untuk memahami penjelasan Nata.

"Benar." Nata mengangguk.

"Tepatnya dari waktu lima hari setelah penobatan Sang Putri," celetuk Aksa tiba-tiba.

Kali ini Couran mulai terlihat lebih ke tidak percaya dibanding terlihat bingung. "Berarti sekarang ini kalian masih berusia delapan belas tahun?" tanyanya kemudian seraya memperhatikan wajah Nata yang terlihat tidak bertambah tua dari yang terakhir ia ingat.

"Sembilan belas tahun," ucap Aksa mengoreksi.

"Oh, sulit dipercaya. Dan bagaimana kalian bisa melompat ke masa lalu dan masa depan seperti itu? Apakah menggunakan sihir milik Primaval?" Couran bertanya masih dengan wajah yang terlihat menyangkal.

"Bukan. Tapi karena Alat Pemecah Partikel itu. Kami sedang melakukan pemeriksaan mesin, saat kemudian kami berpindah waktu." Nata menjawab.

"Apa alat itu memang memiliki kemampuan untuk berpindah waktu?" tanya Couran dengan wajah yang terlihat berharap Nata akan menjawab 'tidak'.

"Harusnya tidak. Kami juga terkejut dan tidak mengerti mengapa alat tersebut bisa jadi seperti itu," jawab Nata yang tampak melegakan Couran.

"Tapi syukurlah kalian masih bisa kembali ke tempat ini lagi. Meski di lima tahun kemudian," ujar Couran yang terlihat benar-benar lega dan bersyukur Aksa dan Nata dapat kembali dengan selamat.

"Benar. Dan sekarang giliran kami yang bertanya, apa saja yang tengah terjadi selama lima tahun kami tidak di sini, Tuan Couran?" Giliran Nata bertanya balik.

"Banyak sekali. Tapi sebelum itu, ayo keluar dari tempat ini. Banyak orang yang sedang menunggu kalian," ucap Couran dengan ajakan.

-

2. Time Skip I

"Itu Kereta Besi Anda, Tuan Couran?" Nata bertanya ketika mendapati sebuah Kereta Besi yang belum pernah dilihat sebelumnya berada di depan pintu masuk Laboraturium.

"Benar," jawab Couran. "Kereta Besi seperti ini sudah banyak dimiliki oleh penduduk wilayah kerajaan ini," lanjutnya menjelaskan.

"Anda bisa mengendarainya?" Kali ini Aksa yang bertanya. Tampak sedikit kagum ketika melihat Couran mulai duduk di kursi kemudi.

"Sekarang semua orang sudah bisa mengendarai Kereta Besi seperti ini. Hal itu bukanlah sesuatu yang besar," sahut Couran lagi seraya mulai menyalakan pembakaran mesin pengerak Kereta Besi tersebut.

"Cukup mengesankan," sahut Aksa yang sudah bersiap di kursi belakang, sementara Nata duduk di kursi di sebelah Couran.

Dan tak berapa lama kemudian Kereta Besi yang berisi Couran, Aksa, dan Nata itu mulai melaju pelan menuju ke mulut gua.

"Sepertinya banyak yang telah terjadi selama lima tahun terakhir ini, Tuan Couran," ucap Nata seraya mengamati langit-langit gua yang kini sudah terlihat jauh lebih bagus.

Mulai dari dinding samping hingga seluruh langit-langitnya kini sudah dilapisi dengan semen yang terlihat rapi. Tiang penyangga juga tampak terpasang pada jarak-jarak tertentu, bersebelahan dengan lampu-lampu penerangan jalan yang bersinar tidak terlalu terang.

Kabel yang dulunya tergeletak di pinggir jalan, kini terlihat menggantung di sudut dinding paling atas. Memanjang dari Laboraturium hingga mulut gua. Membuat jalanan yang juga dilapisi dengan semen itu tampak bersih dari benda-benda yang mengganggu.

"Banyak sekali." Couran menjawab dengan nada yang terdengar sedikit getir. "Kerajaan ini menerima serangan mendadak sebulan setelah acara Penobatan. Dan sebulan kemudian perang dengan kerajaan wilayah selatan pun terjadi," tambahnya menjelaskan.

"Wilayah Pusat ini yang mereka serang?" Terdengar Nata penasaran setelah mendengar cerita tersebut.

"Benar. Mereka menyerang Kota Tengah," jawab Couran masih dengan tatapan lurus ke arah jalan.

"Menyerang Kota Tengah? Apakah mungkin mereka menggunakan Batuan Arcane?" duga Nata kemudian.

"Benar. Mereka menggunakan Kristal Arcane. Dan banyak dari warga yang menjadi korbannya," jawab Couran yang terlihat enggan melanjutkan ucapannya. "Untungnya penyerangan itu berhasil ditumpas dengan cepat," tutupnya dengan cepat.

"Lalu? Bagaimana dengan peperangannya?" Nata masih terlihat penasaran.

"Aku tidak terlalu mengerti secara detil, tapi yang jelas kita kalah dalam peperangan tersebut." Couran kembali menjawab. "Tyrion kembali dengan pasukan gabungan dan mulai mengambil alih wilayah bekas Kerajaan Urbar satu demi satu. Dan tiga tahun kemudian seluruh wilayah bekas Kerajaan Urbar berhasil diambil alih seluruhnya. Sedang kita menutup gerbang sejak dari dua setegah tahun yang lalu," ujarnya kemudian masih tidak menatap ke arah Nata.

"Apa ada masalah dengan wilayah ini selama penutupan gerbang dua setengah tahun ini?" Nata bertanya lagi.

"Tidak ada. Malah sebaliknya. Wilayah ini berkembang cukup pesat, menurutku. Kami masih menjalankan Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun yang sudah kalian berikan sebelumnya. Mungkin yang tidak berjalan dengan baik adalah bidang perdagangan dan militer." Couran menjawab.

"Syukurlah bila memang seperti itu," ucap Nata yang terlihat lega.

"Namun meski satu setengah tahun terakhir ini sudah tidak lagi terjadi penyerangan, tetap saja wilayah keempat gerbang terlihat selalu waspada." Couran menambahi. "Tapi itu hanya sepengetahuanku saja. Untuk lebih jelasnya, Yang Mulia Ratu pasti akan membicarakan masalah ini dengan kalian nanti," tambahnya.

"Oh, itu sudah jelas," celetuk Aksa dari belakang. "Tapi ngomong-ngomong, bagaimana kabar Ratu itu selama lima tahun ini? Apakah dia masih kekanak-kanakan seperti yang jelas terekam dalam ingatku ini?" tanyanya kemudian.

"Yang Mulia Ratu sudah jauh berubah dari semenjak kalian tinggal," ucap Couran menjawab.

"Oh, benarkah? Sulit dipercaya gadis itu bisa berubah," balas Aksa yang terlihat meragukan.

"Sudah seharusnya dia berubah. Lagi pula sekarang dia sudah lebih tua dari kita, Aks," sahut Nata menimpali.

"Itu benar. Tapi umur hanyalah angka, Nat. Tidak ada artinya bila gadis itu tidak mau belajar dari pengalaman hidupnya," ujar Aksa tidak setuju dengan Nata.

"Kurasa Beliau belajar dari pengalaman hidup Beliau selama ini. Mungkin bisa dibilang terpaksa belajar. Dan mungkin dengan cara yang sangat menyakitkan." Couran terdengar mencoba membela Lucia dari tuduhan Aksa.

Terlihat Aksa dan Nata sedikit terkejut Couran membela Lucia. Karena hal itu belum pernah terjadi sebelumnya.

"Beliau mengalami hal buruk secara bertubi-tubi di tiga tahun setelah kalian pergi. Mulai dari kepergian Ratu Daisy, kemudian Tuan Mateus," Couran menjedah ucapannya.

Terlihat Aksa dan Nata bertambah terkejut. Mereka tidak menyangka bahwa Bibi Lucia dan Mateus sudah meninggal.

"Kemudian beberapa serangan ke selatan yang gagal, dan malah menimbulkan lebih banyak korban nyawa melayang," lanjut Couran menyambung. "Melihat dari sifat Beliau yang selalu ingin menyelamatkan semua orang, hal itu merupakan sebuah pukulan yang keras dan beban yang berat untuk Beliau."

"Ya, aku bisa membayangkannya. Pasti gadis itu menyalahkan dirinya sendiri," sela Nata menimpali.

"Dan secara perlahan, sifat dan pembawaan Yang Mulia Ratu mulai berubah. Kalian mungkin akan terkejut saat melihatnya nanti. Tapi syukurlah karena perubahan tersebut, Kerajaan ini masih bisa bertahan dari kepungan kerajan-kerajaan lain," ucap Couran lagi menambahi.

"Begitukah? Tak kusangka Lucia mengalami hal menyedihkan seperti itu," ujar Aksa kemudian. Terlihat ia menyesal karena sempat meragukan Lucia sebelumnya.

"Dan bicara soal kepungan, bagaimana dengan Elbrasta?" Nata bertanya lagi. Melanjutkan pembicaraan dengan topik yang lain.

"Tuan Grevier berhasil mengambil alih tahta Elbrasta. Kemudian meminta pertanggung jawaban Yang Mulia Ratu atas meninggalnya Ratu Daisy, dan meminta agar Pangeran Alexander dan Pangeran Eden dipulangkan ke Kerajaan Elbrasta." Couran menjawab.

"Mereka tidak melakukan serangan?"

"Tidak. Aku tidak tahu detilnya, tapi yang ku tahu mereka hanya membuat pos penjagaan di depan Gerbang Utara, dan Pantai Mado saja," jawab Couran lagi ketika di ujung depan cahaya yang berasal dari mulut gua mulai terlihat.

Sedang Nata hanya terdiam mendengar jawaban dari Couran. Terlihat ia sedang berpikir.

.

Kurang dari 15 menit kemudian, Kereta Besi mereka tiba di mulut gua. Matahari terlihat bersinar terik di luar gua. Aksa terlihat sangat antusias dan bersemangat ketika melihat perubahan yang terjadi di wilayah tersebut.

Wilayah di dasar jurang Ceruk Bintang itu sekarang terlihat jauh lebih ramai dari yang diingat Aksa dan Nata. Bangunan baru banyak berdiri di sepanjang jalan dari mulut gua tersebut hingga ke ujung timur.

Tampak pula jalanan berlapis semen menggaris lurus sepanjang dasar jurang tersebut. Beberapa jenis Kereta Besi tampak berlalu lalang di atasnya. Membawa barang jadi dan bahan mentah, dari satu Atelir ke Atelir yang lain.

"Kenapa kau jadi terlihat sangat antuasia seperti itu, Aks?" tanya Nata yang melihat Aksa seperti orang yang baru pertama kali melihat tempat itu.

"Apa kau tidak merasa antusias, Nat? Ini adalah Time Skip! Yang biasa ada di serial-serial panjang komik fantasi. Masa kau tidak tahu?" ucap Aksa menjawab dengan terlihat antusias.

"Lalu kenapa dengan itu?" tanya Nata sedikit acuh.

"Biasanya setelah Time Skip itu karakter-karakternya akan jadi semakin sangar. Kostum dan gaya mereka juga berubah," jawab Aksa mencoba menjelaskan alasan kenapa ia merasa antusias. "Seperti Lucia yang baru saja diceritakan oleh Tuan Couran. Maka dari itu aku tidak sabar untuk melihat perubahan yang lainnya," lanjutnya semakin menggebu-gebu.

"Jelas mereka berubah. Karena mereka bertambah tua. Kau terlalu banyak nonton kartun dan membaca komik, Aks," sahut Nata menanggapi penjelasan Aksa.

"Dasar Peasant. Orang yang tidak punyai daya imajinasi!" balas Aksa terlihat jengkel.

-

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!