Malam hari di sebuah gedung pernikahan, Alana terlihat cantik dengan balutan gaun berwarna putih yang senada dengan warna kulitnya. Namun, gadis berusia dua puluh tahun itu sama sekali tidak menampakkan senyumannya.
Terlihat jelas bahwa Alana tidak bahagia dengan pernikahan itu. Karena ini bukanlah pernikahan yang Alana inginkan. Terlebih lagi, pria yang akan menjadi suaminya bukanlah seseorang yang Alana cintai.
“Selamat, kalian sudah sah menjadi suami dan istri,” ucap pemuka agama itu dengan wajah tersenyum.
Ya, sumpah janji suci pernikahan sudah diucapkan. Alana dan Adam sudah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah menurut hukum dan agama.
“Untuk kedua mempelai, silahkan, kalian boleh berciuman,” ucap pemuka agama itu lagi.
Alana menunduk. Ia seakan menolak untuk menatap pria yang ada di depannya. Tidak dengan Adam, pria itu langsung menarik pinggangnya dan mencengkeramnya sedikit kuat. Membuat Alana meringis menahan sakit.
“Jangan membuatku malu dengan tingkahmu yang seperti gadis yang tidak tau apa-apa!” ucap Adam, menarik dagu Alana dan menempelkan bibirnya ke bibir gadis itu.
Sontak, apa yang Adam lakukan membuat kedua mata Alana membulat dengan sempurna.
Namun, karena banyak yang melihatnya, akhirnya Alana memejamkan matanya sekilas dan berpura-pura menikmati ciuman yang Adam berikan.
Hanya sebuah ciuman singkat dan tidak lebih dari itu.
“Dasar pembohong!” bisik Adam lirih tepat setelah ciuman itu terlepas.
Alana membuka matanya, ia benar-benar terkejut dengan ucapan Adam yang menyebutnya pembohong.
Apa pria yang ada di depannya saat ini sudah tahu semuanya?
“Tidak mungkin ‘kan Adam sudah mengetahuinya, kalau aku bukanlah Sherly?” gumamnya dalam hati seraya melirik Adam sekilas.
Dimana pria itu terlihat menunjukkan senyuman paling manisnya.
Setelah pesta pernikahan selesai. Adam segera membawa pulang Alana ke kediaman pribadinya. Entah setan apa yang sedang merasukinya, Adam mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.
“K–kak, bisakah kamu mengurangi kecepatannya?” Alana menyentuh lengan Adam. Takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. “Ini sangat berbahaya dan aku masih belum mau mati!”
Adam melirik Alana sekilas dan kembali fokus ke depan. Ia malah semakin kencang melajukan mobilnya. Membelah jalanan ibukota yang lumayan sepi malam ini.
Sedangkan Alana, gadis itu hanya tertunduk diam. Sepertinya bicara dengan pria dingin yang ada di sampingnya hanya sia-sia saja. Ia lalu menjauhkan tangannya dari Adam dan tidak berani lagi protes.
Setengah jam perjalanan, mobil berwarna hitam milik Adam, memasuki halaman depan sebuah rumah yang terlihat mewah dan megah.
Ya, rumah siapa lagi kalau bukan rumah Adam.
“Turun!” titahnya.
Alana menuli, matanya mengedar kesana kemari melihat keadaan sekitar.
“Cepatlah turun! Jangan menguji kesabaran ku!” ulang Adam. Ia lalu turun lebih dulu, meninggalkan Alana begitu saja.
Alana menarik nafas panjang dan menghembuskan nya perlahan. “Sabar Al, sabar.” Ia segera turun, menuruti ucapan Adam sebelum pria itu semakin murka padanya.
Lihat saja sepertinya saat ini Adam sedang menahan emosinya.
Alana mengikuti langkah kaki Adam yang sudah menghilang dari pandangannya.
“Huft!” Alana berhenti berjalan. hingga suara bariton milik Adam terdengar menggema memanggil namanya. “Iya, Kak. Aku akan segera kesana,” jawab Alana.
Gadis itu berlari menaiki satu persatu anak tangga dan masuk ke dalam kamar.
Adam yang sejak tadi sudah menunggu Alana, langsung menarik pergelangan tangan gadis itu dan menyeretnya.
“Aww, sakit Kak. Apa yang kamu lakukan.”
“Siapa yang sudah menyuruhmu untuk melakukan semua ini?” tanyanya dengan menatap tajam pada Alana.
Jantung Alana berdebar sangat kencang. Akhirnya kekhawatirannya benar-benar terjadi.
Sepertinya Adam memang sudah mengetahui semuanya sejak awal saat mereka berada di aula pernikahan.
“M–maksudmu melakukan apa, Kak?” tubuh Alana sedikit bergetar melihat raut wajah mengerikan Adam. Yang saat ini menatapnya tajam dengan tatapan membunuh.
“Jangan pura-pura bodoh! Kamu bukan Sherly ‘kan!” Adam mencengkram lengan Alana kuat.
“Yang seharusnya menikah denganku itu Sherly, bukan kamu!” teriak Adam tepat di depan wajah Alana.
“Kenapa kamu bisa ada di sana dan dengan berani sekali bersanding di sampingku?!”
Alana tersenyum meremehkan. “Kalau Kakak tahu aku bukan Sherly, kenapa Kakak diam saja dan tetap membiarkan pernikahan ini tetap terjadi?”
“Apa kamu pikir, aku akan membiarkan pernikahan ini gagal dan membuat seluruh dunia tahu, kalau seorang Adam Pratama telah dipermainkan oleh wanitanya!” teriaknya.
Alana mengangkat kedua bahunya. “Aku tidak peduli soal itu.”
“Kamu benar-benar penipu ulung! Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan! Pasti semua ini rencana licik kamu ‘kan?!”
Adam terus memojokkan Alana. Membuat gadis itu jengah.
“Tanyakan saja pada Sherly, kenapa dia tidak datang di hari pernikahan kalian!” Alana menepis tangan Adam. “Apa Kakak pikir, aku bahagia menikah dengan Kakak dan berada di atas ranjang ini? Tidak sama sekali!” Alana hendak beranjak dari tempat tidur.
Belum sempat ia melakukannya Adam kembali menarik kasar tangannya.
“Dasar wanita murahan! Kamu berdalih tidak bahagia dengan pernikahan ini tapi kamu tetap melakukannya!”
“Lepaskan aku, Kak!” Alana meringis menahan sakit.
“Diam!” Adam membentak Alana, hinga gadis itu terdiam menunduk tak berkutik.
“Aku tidak peduli siapa dirimu sekarang. Karena kamu sudah berani bermain-main denganku dan dengan sukarela menggantikan posisi Sherly, maka aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.” seringai tipis terukir dari sudut bibir Adam.
......Hai jumpa lagi di karya aku selanjutnya.. Jangan lupa dukungannya... Love sekebon cabe buat kalian💜......
Melihat senyum iblis yang terukir di bibir Adam, reflek membuat Alana menyilang kan kedua tangan di depan dada, menutupi aset berharganya.
“Kamu mau apa, Kak? Jangan macam-macam!”
“Menurutmu?”
Adam menatap tubuh Alana dari atas sampai kebawah lalu mengangkat tangannya untuk mengusap pipi Alana.
“Jauhkan tangan Kakak dariku!”
Bukan Adam namanya, jika mendengarkan ucapan Alana. Ia dengan cepat membuka pakaiannya dan melemparnya asal.
“Mau kemana kamu!”
Adam mengejar Alana yang turun dari ranjang dan berlari menuju pintu keluar.
“Kumohon, jangan lakukan ini padaku, Kak!” Alana memohon dengan wajah pucat. Membayangkan apa yang akan Adam lakukan padanya malam ini.
“Izinkan aku keluar dari sini,” pintanya.
Adam terkekeh sinis. “Keluar? Keluar kemana, hem?” Ia menaikkan satu alisnya. “Apa kamu mau lari dari tanggung jawab mu sebagai seorang istri? Mau jadi istri durhaka?”
Alana menggeleng. Tentu saja ia akan memberikan haknya pada Adam, jika saja pria itu adalah pria yang di cintai nya. Tapi masalahnya sekarang, Alana tidak mencintai Adam sama sekali.
“Aku bukan istrimu, Kak! Aku hanya pengantin pengganti karena paksaan dari Sherly!”
“Benarkah?” Adam memojokkan Alana. “Lalu jika kamu hanya pengganti, apa itu artinya kamu juga akan pergi setelah menggantikan posisinya setelah dia kembali?”
Adam menarik pinggang Alana mendekat dan mencengkram nya kuat.
“Lepaskan, Kak. Sakit ...” ringis Alana.
“Tidak usah sok suci kamu!” Adam membopong Alana dan melemparnya ke atas tempat tidur.
“Akh!” pekiknya.
“Kamu benar-benar kejam, Kak!” Alana berusaha untuk bangun. Namun, semuanya sia-sia karena Adam sudah terlebih dulu mengungkung tubuh Alana sampai gadis itu kesulitan bergerak.
“Ya, anggap saja aku seperti itu. Sekarang kita lihat, orang kejam ini akan memberikan hukuman untukmu!” ucapnya, mencekal kedua tangan Alana ke atas kepala.
“Lakukan kewajiban mu sebagai seorang istri, sekarang!” ucap Adam lalu membenamkan wajahnya di ceruk leher Alana, menciumnya lalu meninggalkan beberapa tanda kepemilikan di sana.
Sedangkan Alana, gadis itu terus memberontak.
“Tidak Kak. Kumohon jangan lakukan ini padaku!” rintih nya. Perlakuan Adam padanya begitu kasar tanpa ada kelembutan sama sekali.
“Menangis lah. Karena sampai kapanpun air mata palsu mu itu tidak akan membuatku luluh dan melepaskan mu begitu saja!” Adam merobek paksa gaun pengantin yang Alana kenakan.
Terlihatlah kulit putih mulus milik gadis itu, yang membuat sisi liar seorang Adam bangkit.
Entah sejak kapan, keduanya sudah sama-sama polos tanpa sehelai benang yang menutupi. “Buka kaki kamu!”
“Tidak mau! Kumohon, jangan...”
“Dasar keras kepala!” Adam menggunakan kedua pahanya untuk menahan kaki kaki Alana dan mulai memasukkan senjatanya.
“Akh…” pekik keduanya bersamaan dengan melesatnya benda pu sa ka Adam ke dalam sana.
“Sakit, Kak! Keluarkan benda itu...” Alana menangis seiring tubuhnya yang seakan terbelah menjadi dua bagian.
Rasa sakit yang baru wanita itu rasakan selama hidupnya. Dipaksa melayani nafsu suaminya sendiri.
Miliknya terasa robek dan perih bersamaan dengan huja man yang berulang kali Adam berikan tanpa jeda.
“Shiit!” Adam yang sudah terbakar kabut gairah tak mempedulikan teriakan kesakitan Alana.
“Ahh! Cukup! Kumohon!” meski terus menangis dan memohon agar mengeluarkan benda itu, sepertinya Adam tidak mendengarkan jeritan Alana sama sekali.
Adam dengan susah payah ia memaksakan benda tum pul itu menerobos masuk menembus pertahanan Alana.
Gadis yang baru saja ia nikahi beberapa jam yang lalu. Yang sekarang resmi menjadi seorang wanita.
Hen takan demi hen takan terus Adam lakukan. Hingga rasa perih yang Alana rasakan berubah menjadi rasa nikmat.
“You a still virgin?!” Adam menatap wajah Alana, tak percaya dengan apa yang ia lihat.
Adam pikir Alana bukanlah gadis baik-baik, tapi kenyataannya berkata lain.
Alana memejamkan kedua matanya dan menggigit bibirnya sendiri. “Ini tidak benar! Seharusnya ini tidak terjadi.” lalu menggeleng pelan dan memilih pasrah.
“Sayangnya, sudah terlambat untuk menyesali semuanya.” Adam mendongak, pinggangnya terus bergerak mencari kenikmatan di sela je pi tan milik Alana di bawah sana.
“Sudah cukup, Kak. Aku tidak kuat lagi,” ucap Alana. Mencakar, menggigit pundak dan lengan Adam.
“Berhenti menggigitku itu! Kamu ini wanita macam apa hah!” sahutnya, masih terus memompa naik turun. Pundak dan punggungnya terasa sakit akibat perlakuan bar-bar Alana.
“Akh! Emph! Hentikan, Kak...”
Adam berdecak kesal. “Bibirmu menyuruhku untuk berhenti tapi tubuhmu menginginkan lebih, sialan!”
Hingga terdengar le ngu han panjang dari bibir keduanya, pertanda Adam dan Alana sama-sama mencapai kepuasan bersama.
“Ahh…” Adam ambruk di tas tubuh Alana. Nafasnya naik turun, keringatnya bercucuran.
Melihat wajah polos gadis yang ada di bawah kungkungan nya saat ini membuat perasaan Adam sedikit terganggu.
“Kenapa kamu menangis?” tanyanya lalu mengecup bibir Alana sekilas.
Alana memalingkan wajahnya. Malas menatap pria yang sudah merenggut mahkotanya. Lalu mendorong tubuh Adam agar turun dari atas tubuhnya.
“Jangan bergerak. Kamu bisa membangunkannya lagi.” Adam menghela nafas kasar. “Bisakah kamu berhenti menangis!” karena ia paling benci melihat wanita menangis, apalagi karena ulahnya sendiri.
“Aku mohon, menyingkir lah dari atas tubuhku.”
Adam mengeluarkan miliknya, turun dari tempat tidur lalu meraih handuk tipis dan memakainya.
“Apa yang mau Kakak lakukan?!” pekik Alana saat tubuhnya sudah melayang ke udara.
Ya, tanpa menjawab pertanyaan Alana, pria itu membopong tubuhnya dan membawanya masuk ke kamar mandi.
Dengan perlahan Adam menurunkan Alana. Menyangga tubuhnya agar tidak terjatuh. Mereka berdua berada di bawah kucuran air shower.
Tiba-tiba saja Adam menarik tubuh Alana dan membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Lalu mengusap kepalanya seraya berkata, “Bisakah kamu diam dan tidak banyak bertanya!”
Alana menelan ludahnya berulang kali. “Kenapa Kakak melakukan ini padaku. Sudah aku katakan kalau aku bukan Sherly-mu, aku Alana!”
Adam masih diam. Membuat Alana kesal dan memukul dadanya berulang kali.
“Berhenti memukulku atau aku tidak akan segan-segan untuk menyiksamu lagi di sini!” ancamnya, menahan tangan Alana dan membenamkan kepalanya ke pundak wanita itu.
Setelah keduanya selesai membersihkan diri, Adam membopong Alana dan membawanya keluar menuju ke kamar.
Adam merebahkan tubuh Alana yang masih berbalut handuk tipis tersebut ke sisi tempat tidur, lalu melangkahkan kakinya menuju ke walk in closed.
Mengambil satu set piyama tidur dan memberikannya pada Alana.
“Pakai ini,” titahnya, meletakkan piyama itu tepat di samping Alana.
Alana hanya diam menunduk tanpa menjawab ucapan Adam. Masih teringat jelas di ingatan Alana apa yang sudah adam perbuat padanya.
Menghembuskan nafasnya kasar, Adam berkata, “Cepat pakai! Jangan membuatku bertambah marah karena diam mu ini.”
Alana langsung mengambil piyama tidur itu dari tangan Adam.
“Pelayan akan datang dan mengantarkan makanan untukmu. Aku harap kamu segera menghabiskannya. Atau aku tidak akan segan-segan menghukum mu seperti tadi!” ancam Adam.
Setelah mengatakan itu, Adam keluar dari kamarnya meninggalkan Alana yang masih tidak mau menatapnya sama sekali.
“Kenapa kamu melakukan ini padaku Sherly? Kenapa?” tangisan Alana pecah. Dadanya terasa sesak dan sakit. “Apa kamu sadar, karena ulah mu aku yang harus menjadi korban kemarahan pria seperti Adam dan bahkan aku harus menyerahkan…”
Alana tak melanjutkan kalimatnya. Butiran bening mengalir dari sudut matanya.
Alana masih ingat dengan jelas, saat dimana Sherly saudara kembarnya, berlutut dan memohon padanya untuk menggantikan dirinya menikah dengan Adam. Pria yang sama sekali belum pernah Sherly perkenalkan padanya.
Alana sudah menolaknya dengan alasan dia sudah memiliki seseorang yang ia cintai di dalam hatinya. Namun, Sherly sama sekali tidak mau mengerti dan malah berniat untuk bunuh diri.
“Kamu egois Sherly, sangat egois!” Alana menghapus air matanya, lalu memakai piyama yang Adam berikan.
Tak lama, ada pelayan yang mengetuk pintu kamarnya. Seperti yang sudah Adam? katakan tadi, pelayan itu pasti mengantarkan makan malam untuknya.
Sementara itu, Adam memilih berganti pakaian di ruang kerjanya. Setelah selesai ia meminta Boy, asisten pribadinya untuk membeli beberapa pakaian yang akan dipakai oleh Alana selama wanita itu tinggal disini sebagai istrinya.
“Boy!”
“Ya, Tuan.” Boy langsung berlari masuk dan menghampiri Adam. “Apa anda membutuhkan sesuatu, Tuan?” tanya Boy.
“Cari tahu dimana keberadaan Sherly sekarang dan alasan kenapa dia pergi di malam pernikahan kami!”
Boy mengangguk dan segera pamit undur diri dari hadapan Adam. Langkahnya terhenti saat tiba-tiba tuannya itu kembali memanggil namanya.
“Apa ada yang anda butuhkan lagi. Tuan?” tanya Boy.
Adam bangkit dari tempat duduknya, menghampiri Boy dan menatap tajam pria itu. “Cari tahu juga tentang Alana!”
Boy mengernyit bingung. Apa ia tidak salah dengar? Tuannya ingin tahu tentang Alana, pengantin pengganti Sherly?
Bukankah yang Adam butuhkan adalah informasi mengenai mantan kekasihnya?
“Istriku! Cari tahu informasi mengenai istriku dan ada hubungan apa antara dia dan Sherly!” tegas Adam tanpa mau ada bantahan sama sekali dari Boy.
Boy masih diam di tempat. Mencerna semua ucapan Adam.
“Kenapa malah diam, hah! Cepat pergi sana!”
“Baik, Tuan. Saya akan melakukan apa yang anda suruh,” jawab Boy lalu pergi dari hadapan Adam.
Adam menghela nafas kasar, mendudukkan tubuhnya ke sofa dan memijat keningnya yang terasa pusing. “Kenapa kamu pergi di hari pernikahan kita Sherly. Apa salahku padamu? Apa kamu sudah tidak mencintaiku? Apa aku tidak ada artinya untukmu?” gumamnya lirih.
“Apa kamu tahu, kalau aku dan saudara kembar mu itu, kami sudah...” Adam tak melanjutkan perkataannya. “Argh! Brengsek!” Adam mengusap wajahnya frustasi dan menghancurkan semua barang-barang yang ada di atas meja kerjanya.
Sungguh, Adam benar-benar tidak menyangka kalau dirinya adalah pria pertama yang sudah mengambil paksa mahkota Alana.
Amarah dan rasa kecewanya pada Sherly membuat kedua matanya tertutup tanpa mau mendengar penjelasan Alana lebih dulu.
“Tidak! Alana memang pantas mendapatkannya. Dia adalah saudara kembar Sherly. Jadi, aku pastikan Alana akan hidup menderita bersama denganku.” seringai licik terukir dari bibir Adam.
Baginya, penghianat akan mendapatkan hukuman yang setimpal dari perbuatannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!