NovelToon NovelToon

Love The Same Man (pria pengecut)

Anak yang terbuang

"terimakasih ya buk. Semoga denada betah bersama ibu. Jangan khawatir anak ini sangat baik dan rajin" Bu heppy baru saja akan menyerahkan salah satu anak didikannya dari yayasan yatim piatu bina kasih itu.

Denada adalah putri mungil yang dirawat ibu heppy sejak ia berumur 2 tahunan. Dia diantarkan seorang kakek tua yang menemukannya didepan sekolah SD elit darma Patra yang sedang menangis terisak Isak di pinggir jalan. Karena tidak mampu lagi merawat serta membiayai seorang anak balita itu, kakek tua memutuskan menghantarkan denada ke yayasan yatim piatu bina kasih. Karena tidak tau identitas serta nama anak itu Buk happy memberi nama Denada. Sebut saja Denada.

"Baik buk, saya akan merawat Denada dengan penuh kasih sayang. Dia juga akan mempunyai seorang kakak, anak saya dirumah." Buk Nana berniat mengangkat Denada menjadi anak angkatnya setelah mengetahui asal usul anak malang itu.

Senyum tipis mengembang disudut bibir Denada. Dia sangat bahagia karena akan mempunyai keluarga baru. Gadis kecil berumur 13 tahun itu akhirnya mempunyai ibu angkat.

Buk Nana menggandeng Denada hendak pergi."Denada pamit ya buk, Nanti kalau Nada sudah bisa cari uang sendiri Nada akan sering main kesini."

Bu Heppy mengulas senyum tipis mendengar ucapan gadis remaja itu, ia mengelus puncak kepala nada dengan lembut. Bu Heppy menunggu hingga kedua orang itu tidak terlihat oleh mata lagi di ujung jalan, tak terasa cairan bening meleleh di pipinya.

"Nada gadis yang sangat baik,rajin dan pintar semoga orang tua barunya itu menyayanginya"

*****

*****

Setibanya dirumah sederhana buk Nana. Bukannya kasih sayang yang diberikan ibu separuh baya itu, dia langsung menyuruh Nada membersihkan rumah, mencuci piring dan semua urusan ibu rumah tangga di embankan kepada nada.

"Selesai nyapu langsung dipel ya Upik abu baru kami! hahaha" Serli saudara tiri baru nada sudah berani menyuruh Nada secara paksa, dia mencampakkan kain pel beserta ember kecil tepat dihadapan nada yang baru saja selesai menyapu.

"Baik kak." Walaupun demikian Nada tetap semangat dan memberi senyuman tipis kepada saudara tirinya itu.

Hingga malam tiba tak ada sedikitpun makanan atau bahkan bahan pangan apapun di kulkas ataupun di meja makan.

Nada semakin kelaparan dari pagi tadi dia belum ada makan sedikit pun, hanya air putih yang selalu diteguknya untuk mengenyangkan perutnya.

Ibu dan kakak tirinya dari tadi siang hingga malam belum juga pulang.

Hingga Nada terbaring tidur disofa ruang tamu.

Serrrr suara siraman air membasahi tubuh Nada."Bangun! Enak saja jam segini kamu sudah tidur!" Pekik suara lantang Buk Nana membangunkan nada, Buk Nana menarik paksa nada ke ruangan kosong yang kotor dan banyak barang barang bekas.

"Mulai sekarang ini kamar kamu!" Buk Nana pergi meninggalkan Denada sendiri digudang itu dan menguncinya dari luar.

"Itu balasannya karena mempunyai orang tua yang sombong" celoteh buk Nana yang suaranya tidak tertangkap telinga nada lagi lalu pergi dari gudang itu.

"Buk, apa salah nada? kenapa nada diperlakukan seperti ini?" Nada menangis tak tahan menahan sedihnya. Tubuhnya yang basah, perutnya yang lapar dan ruangan yang gelap serta lantai jorok tanpa di alasi apapun membuat nada terbatuk, mau gak mau dia hanya pasrah dan tertidur disana.

****

****

****

****

6 tahun berlalu gadis remaja itu kini mulai dewasa, dia baru saja lulus SMA. Semenjak buk Nana mengangkatnya sebagai anak, gadis remaja itu dijadikan buk Nana tulang punggung keluarga itu, dia dipaksa bekerja jadi pembantu dirumah tetangganya, sehabis pulang sekolah, tetapi gajinya selalu direbut serli kakak tirinya itu.

Bahkan segala urusan rumah, keperluan dapur menjadi tanggung jawab nada. Sehabis pulang sekolah dia harus menjadi pembantu dirumah tetangganya lalu kembali kerumah sederhana buk Nana membersihkan rumah dan memasak makanan untuk ibu dan kakak tirinya itu.

Sampai suatu masa di sore hari yang cerah, tunangan serli datang kerumah sederhana itu, yang kebetulan serli dan buk Nana sedang berada di luar. Sandy mengetuk pintu rumah itu berulang ulang kali, sehingga membuyarkan lamunan nada, kebetulan nada sedang membereskan belanjaan yang baru distoknya untuk satu bulan kedepan, begitulah kebiasaan nada, sehabis gajian dia selalu belanja bulanan mereka. Tanpa berfikir panjang nada membuka pintu, dan melihat orang yang tidak asing lagi baginya."bang Sandy, ada apa ya bang? tapi kak serli dan ibu sedang tidak dirumah bang" nada tidak berani mempersilahkan sandy masuk, karena takut jelek dilihat orang

"Oh begitu, boleh saya masuk dan numpang istirahat!"

"Tapi bang"

Sandy mendorong memaksa masuk lalu duduk disofa ruang tamu.

Gadis remaja itu terdiam, dia kebingungan harus berbuat apa kalau sudah begini.

Nada pun beranjak dan ingin membuatkan teh pada calon Abang iparnya itu.

Namun saat hendak membuat teh didapur, Sandy menyusulnya dari belakang, dan tiba tiba memeluk nada dari belakang, kedua tangan Sandy mulai merambat kebagian dada nada, dan meremasnya, sontak membuat nada terkejut dan menjerit.

Namun Sandy memutar balik tubuh gadis remaja yang mungil itu secara paksa, dan ingin memperkosa nada.

Saat hendak menjerit, Sandy meletakan bibirnya tepat di atas bibir nada.

"Jika kamu menjerit, saya akan membunuhmu! Mari kita nikmati saja, tidak akan ada yang tahu!"

Nada mengeluarkan sisa tenaganya ingin memberontak Sandy, melepaskan pelukan erat yang dilayangkan ketubuh mungil itu.

Namun apa daya, Nada terhempas keras membentur dinding, dan menciptakan rasa ngilu disekujur tubuhnya. Pakaiannya telah sobek di beberapa bagian.

Nada masih berdiri disudut dapur dengan kaki gemetar.

"TOLONG! "Teriak nada, Rasa takut yang dimilikinya membuat dia lemah, sehingga suaranya tak terdengar dari luar sana.

"Haha dasar perempuan lemah!" Pandangan Sandy yang penuh nafsu, kembali mendekat ingin memangsa tubuh nada."Ayo nada, puaskan aku! Dan aku akan memberikan kamu uang!"

"Tidak, tolong jangan bang, tolong biarkan saya pergi " nada mengantupkan kedua tangannya di depan dada memohon belas kasihan Sandy.

"Sayang sekali nada, kamu membuat kesabaranku habis, dan kamu harus memuaskan ku hari ini juga." Dengan gerakan cepat, Sandy meraih lengan nada. Menghempaskan tubuh lemah itu hingga terjerembab ke lantai.

Kening nada terbentur kaki meja, hingga meninggalkan tanda kemerahan di dahinya.

Sandy mulai membenamkan bibirnya pada lekukan leher dan menciumi tubuh nada dengan sangat buas.

Kedua bola mata nada terpejam, sambil menangis, ia menjerit sekuat tenaga. Kedua tangannya memukul - mukul tubuh laki - laki itu.

Karena demi apa pun dia tidak rela tubuhnya di nodai oleh calon Abang iparnya yang suka selingkuh itu.

"NADA! apa yang sedang kalian lakukan!" Suara serli membuyarkan gerakan dan pikiran Sandy. Lelaki brengsek itu mulai menjauhkan diri dari tubuh nada.

"Sayang ini nggak seperti yang kamu bayangkan, aku bisa jelaskan." Ucap sandy

Nada beranjak duduk di sudut lantai, kedua tangannya memeluk lututnya, tubuhnya gemetaran dengan rasa Trauma.

"Dia yang merayuku duluan sayang, dia yang mengajakku untuk melakukannya" Sandy ingin memutar balikkan fakta.

Sangkin marahnya, serli menarik paksa nada untuk berdiri, dan menamparnya berulang ulang kali, lalu menyeret nada keluar. "Mulai sekarang kamu jangan tinggal disini lagi perempuan murahan!"

Ibu Nana mempercepat langkahnya dari ujung jalan, dia melihat nada diolok olok oleh serli didepan rumah sederhana itu.

"Kalau kamu mau merayu kenapa harus Sandy! Kamu bisa jual diri kamu pada om-om hidung belang, dan Kamu akan mendapatkan uang! Aku jijik sama kamu Nada!" Ucap serli histeris murka

"Kak, ini nggak seperti yang kakak lihat, bang Sandy itu jahat, dia yang ingin memperkosa nada." Nada mencoba menjelaskan sambil memohon agar tidak diusir. "Nada mohon, jangan usir nada dari sini kak, kemana nada akan pergi." Air mata nada berlinang dipipinya sangat deras.

"Beraninya kamu menuduh calon suamiku" serli kembali melayangkan tamparan pada pipi nada.

"Ada apa sayang? Kenapa kamu menampar nada diluar seperti ini? Apa yang sudah terjadi?" Bu Nana datang ingin memisahkan pertengkaran antara kedua anaknya itu.

Dengan kaki gemetaran, serta tubuh yang lemas nada meraih tangan buk nana memohon belas kasihan. "Buk, izinkan nada tetap tinggal disini"

"Buk, mulai sekarang nada tidak boleh lagi tinggal dirumah kita! Beraninya dia menggoda calon suamiku!." Serli mengacukan telunjuk kearah nada dengan sangat emosi, wajahnya merah padam bagaikan seekor harimau yang siap menerkam.

Namun, Bukannya pembelaan yang didapat nada. Buk Nana kembali melayangkan tangannya kepipi nada begitu kuat, meninggalkan tanda merah disana.

"Perempuan murahan! Pergi kamu sekarang juga!" Buk Nana mendorong nada hingga terjatuh.

    Sebenarnya buk Nana sudah ingin mengusir nada dari dia mengangkatnya, karena takut di cari cari polisi, tapi dia merasa sangat di bantu secara materi dan tenaga oleh nada, maka dia mempertahankan gadis malang itu, untuk tetap tinggal bersamanya.

Serli mencampakkan beberapa helai baju kusam nada untuk di bawa pergi. "Bawa itu barang mu dan jangan pernah kembali lagi!"

Buk Nana dan serli menutup pintu rumah sederhana itu dengan sangat keras. Serta mengajak serta Sandy masuk kedalam rumah sederhana itu "Brakkkkk"

Disana ada beberapa tetangga yang menyaksikan keributan itu, namun mereka memilih diam, mereka tidak mau ikut campur urusan buk Nana, Karena sifat iri buk Nana, sehingga para tetangga tidak ada yang respek terhadap kehidupan buk nada.

Bisik bisik para tetangga pun terjadi.

"Kasihan sih nada, setiap hari disiksa, padahal dia adalah anak yang baik,."

"Iyakan, pulang sekolah langsung bekerja jadi pembantu dirumah orang, mencari uang demi membantu ibunya, pulang bekerja, eh kerja lagi dirumah buk Nana jadi pembantu!"

"Kasihan ya..semoga kelak kamu mendapatkan kebahagian ya nak.."

Ucap beberapa tetangga buk Nana yang masih tertangkap oleh telinga nada, mereka saling menjawab menceritakan kejahatan buk Nana.

Nada menangis terisak - Isak Dihalaman rumah itu, Ia mulai mengutip beberapa helai pakaian yang berhamburan di sana, dan mulai melangkahkan kaki berjalan menjauh hingga tak terlihat para ibu tetangganya.

******

******

******

Nada melangkahkan kaki semakin jauh dari rumah ibu tirinya itu, dia pergi membawa luka didalam hatinya, bahkan semenjak buk Nana mengangkatnya sebagai anak, dia tidak pernah merasakan kebahagian, bermain bersama teman teman seumurannya. Momen itu adalah hal yang dirindukannya, semua waktunya tersita untuk bekerja dan menjadi Upik abu dirumah buk Nana. Bahkan buk Nana sering memarahinya serta memukulinya, baju yang selalu dikenakan di tubuhnya selalu baju bekas serli yang sudah kusam dan robek. Dan kini Dia memberanikan diri hidup mandiri tanpa ada satu pun saudara hidup dikota.

Dengan sisa gajinya yang minim nada mengontrak kamar kost yang sempit, ia merebahkan tubuhnya di atas kardus yang di pungutnya didepan grosir dekat kamar kostnya itu. Dia kembali meneteskan air mata. "Ibu..kenapa aku dilahirkan didunia, jika kalian tidak menginginkanku, nada lelah buk" nada menangis dan terlelap tertidur didalam tangisnya.

*********

*********

Pagi kembali menyapa, seperti biasa nada terbangun dipukul 05.00 pagi, biasanya dirumah ibu tirinya, dia mulai membabu menjadi Upik abu, hari ini dia hanya termenung.

Nada ingin bekerja di cafee, namun dia tidak memiliki jati diri atau ijazah untuk dijadikan bekal bekerja.

Hingga akhirnya dia memberanikan diri menawarkan dirinya untuk bekerja di kantin salah satu fakultas dikota itu.

Dia menawarkan dirinya untuk membantu secara suka rela, tidak menerima gaji sepeser pun asalkan diberi makan saja.

Buk inem menerimanya, kebetulan orang yang membantunya di warung baru berhenti bekerja.

"Terimakasih buk, sudah mau menerima nada. Nada akan membantu ibu sepenuh hati nada."

"Iya nak, sama - sama, oh iya nanti saya akan samakan gaji kamu sama seperti anggota saya yang lama, asalkan kamu rajin dan cekatan. "Wanita paruh baya itu memberikan senyuman tipis pada nada.

"Kalau bisa mulai hari ini ya kamu bantu sayanya."

"Ok. Baik Bu,"

Nada mulai mengambil bagiannya di dapur kantin itu. Memasak,menyuci piring dan lain - lain bukanlah hal yang baru baginya. Hal itu membuat buk inem senang telah menerimanya bekerja.

**********

**********

Pertemuan

Kenangan membawa selaksa kerinduan yang memasuki sukma, menggoreskan luka yang semakin dalam. Jika waktu dipercaya sebagai penyembuh, akankah ia mampu mengangkat kenangan yang bersarang dijiwa.

Disudut meja makan kantin ada seorang pria yang sedang melamun.

"Maaf kak, mau pesan apa ya? Sudah hampir 4 jam duduk di sini tapi hanya termenung saja." Suara mungil nada membuyarkan lamunan pria itu, nada hendak menawarkan menu hidangan yang tersedia pada pria itu.

Alvino terkejut saat mendengar suara itu berasal dari mana, namun dia kembali murung, dan menjawab pertanyaan gadis itu, tanpa menolehkan penglihatannya, dia masih larut didalam kesedihannya, sambil memandangi foto dari ponselnya.

"Hem makanan paling terfavorite disini saja 1 porsi, minumnya air hangat 1"

"Baik kak." Nada melayangkan senyuman manis pada pria itu, namun tak dihiraukannya.

Didapur nada banyak bertanya pada buk inem tentang alvino Manusia seperti mayat hidup itu, gimana tidak seharian hanya memandangi ponsel disudut kantin kampus. bahkan selama dia bekerja dikantin, dia melihat pria itu hanya duduk termenung sambil memandangi ponsel.

"Buk, laki-laki yang duduk disana itu kenapa ya? Beberapa hari ini, nada sering lihat duduk disudut sana, tapi gak ada pesan makan."

"Oh itu alvino, dia itu pelanggan tetap ibu, selama ini dia sering makan di sini bersama pacarnya, tapi Uda beberapa bulan ini, dia selalu sendiri terus, dan dia kayak nggak punya semangat hidup begitu ibu lihat, ibu juga nggak tau kenapa."

"Biasa dia pesan makanan apa ya buk? Tadi nada tanya, dia jawab makanan terfavorite di sini."

"Kamu antar saja ini, biasa ini yang selalu dipesannya." Buk inem memberikan pecal sayur yang pedas, dan segelas jus jeruk hangat.

Nada meletakan hidangan tersebut diatas meja, tepat dihadapan alvino.

Sontak alvino terkejut, siapa yang telah membuatkan makanan favorite kekasihnya itu. Kedua mata alvino membolang melihat sosok gadis mungil yang sangat lugu dan polos, Namun terlihat diwajahnya ada banyak kesedihan.

"Siapa kamu!" Tanya alvino dengan suara keras membuat nada ketakutan.

"Saya, pelayan baru dikantin ini kak."

"Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?"

"1 Minggu kak" nada menundukan kepalanya sambil menutup kedua matanya, trauma yang di alaminya membuat dia takut dengan suara keras yang dilontarkan alvino, apalagi dia baru bekerja dikantin itu, dia sangat takut membuat masalah, dan membuatnya dipecat.

Alvino terdiam sejenak saat melihat nada yang tunduk seperti orang yang sangat ketakutan, dan rasa kasihan mulai muncul dihatinya.

"Kamu! Silahkan duduk di kursi ini" suara alvino mulai lembut, dia menggeser kursi tepat di sampingnya.

"Maaf kak, tapi saya ada banyak kerjaan didapur." Nada menarik nampan dan ingin pergi. Tangan alvino menarik kedua tangan nada lalu mendudukkan nada dikursi tersebut dengan paksa.

"Kak, aku mohon jangan sakiti saya" gadis itu terduduk, sambil menutup kedua matanya rapat-rapat.

"Kamu kenapa hei gadis lugu, saya hanya ingin ditemani makan oleh kamu, bolehkan?"

"T-a-p-i kak." Namun nada tidak berani membuka kedua matanya.

"Hey, kenapa matanya ditutup! Ayo temani saya makan!"

"Baik kak," nada mengangguk kepala pasrah.

"Buk inem, tolong pesankan makanan seperti ini 1 porsi lagi ya, lengkap sama minumnya."

"Baik mas vino," jawab buk inem dari dapur

nada mulai memberanikan membuka kedua bola matanya, memandangi pria yang baru saja berbicara padanya, baru kali ini ada seorang pria yang ingin ditemani makan olehnya.

Perempuan mana yang tidak terpukau melihat ketampanannya alvino, pria muda yang nyaris sempurna. Hidungnya mancung, alis tebal serta sorot matanya yang tajam. Tubuhnya yang jangkung nan atlentis menyatu sempurna di balut kulitnya yang putih dan bersih.

Kemeja biru muda, dengan kain bagian di tangan digulung, serta sepatunya yang mewah, membuat alvino semakin menawan Dimata nada saat pertama kali melihatnya.

Perempuan mana yang tidak menginginkannya.

"Kenapa!" Sautan alvino membuat nada terkejut.

"Hem mau untuk siapa yang kakak pesan tadi makannya?"tanya nada dengan rasa yang sangat takut.

"Mau untuk kamu! Supaya kamu jangan terlalu kurus dan mungil begini" jawab alvino santai sembari menyantap makanan yang tersedia.

"Maaf kak, saya bisa ambil sendiri" nada beranjak berdiri dan ingin kedapur, namun keduan tangan Alvian menarik kedua tangan nada "tidak perlu, buk inem akan menghantarkannya untukmu, jadi duduklah"

"Tapi buk inem itu boss saya kak, saya tidak enak di layani oleh boss sendiri"

"Nanti biar saya yang berurusan sama buk inem, ok" nada sedikit mulai gelisa, di tambah semua orang yang makan dikantin itu melihat mereka berdua.

"Ini dek nada, sudah..nggak apa apa silahkan di makan ya.."buk inem datang kemeja mereka dengan membawa makanan yang di pesan alvino.

"Tapi buk, ibu jangan marah ya, atau pecat saya" ucap nada lirih

"Ya ampun, siapa yang mau pecat kamu dek." Buk inem kembali berjalan kedapur.

"Silahkan di makan, supaya kamu kenyang, kalau mau bekerja jangan lupa makan dulu."

Alvino mulai memperhatikan gadis malang itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Tanpa berfikir panjang, nada menyantap makanan tersebut, memang dari pagi tadi dia belum ada makan apapun, dikarenakan tidak punya uang lagi untuk membeli makanan.

Ingin makan dikantin itu,namun dia mulai segan karena selama satu Minggu bekerja di situ, dia selalu makan disana, padahal buk inem nggak pernah keberatan jika nada makan dikantin.

"Saya sudah siap makannya kak, terimakasih ya kak.

oh iya kak, nanti nada bayar hutang makanan ini, pada kakak ya, setelah saya menerima gaji." Nada menundukan kepalanya Sembari membereskan piring yang ada di atas meja.

Ketawa alvino pecah saat mendengar ucapan gadis lugu yang baru mengatakan hutang makanan." Emangnya saya ada suruh kamu berhutang ? Saya nggak ada suruhkan?"

"Tapi kak,"

"Oh iya kamu mau nambah? Kali ini aku yang traktir, nanti kalau kamu sudah gajian baru kamu yang terakhir aku"

"Baik kak, terimakasih banyak ya kak."nada kembali menundukkan kepalanya

"Kamu mau nambah nggak?" Tanya alvino spontan membuat nada sedikit terkejut.

"Nggak kak, nada sudah kenyang, sekali lagi terimakasih banyak ya kak."

"Baiklah." Nada kembali kedapur dengan membawa beberapa piring kotor, dan hendak mencucinya.

Nada senyum senyum sendiri saat mencuci piring, dia pikir didunia ini nggak akan ada yang mau peduli padanya, karena selama hidupnya yang kelam, dia selalu berkutat dengan hidupnya didapur menjadi Upik abu dan disiksa ibu dan kakak tirinya.

,*******"

Pertemuan dengan orang tua alvino

3 bulan berlalu.

Sejak kejadian awal pertemuan nada dan alvino, semakin hari semakin dekat hubungan mereka, orang orang yang makan di kantin buk inem, sering memandang kagum pada nada, ada juga yang memandang sinis. Banyak bisik bisik anak kampus yang merasa aneh, alvino kenapa bisa mau dekat gadis kantin.

Bagaimana tidak, ternyata alvino tidak hanya mempunyai wajah yang tampan, serta tubuh yang perfect, dia juga anak dari pemilik kampus elit tersebut.

Bahkan dia pewaris satu satunya keluarga brahmana, di kota itu siapa yang tidak mengenal keluarga brahmana. perusahaan raksasa yang banyak menanam saham tertinggi, pada proyek proyek yang sedang makmur makmur nya.

Sekarang hari hari nada semakin berbunga, bahkan senyuman tipis sering terpancar dari wajah imutnya.

Bukan hanya nada yang bahagia, dulu saat di tinggal kekasihnya ke new york, hampir membuat alvino gila, tapi kini lelaki tampan itu mulai lebih membaik dan ceria.

Awalnya alvino hanya kasian melihat nada, gadis lugu yang selalu memancarkan kesedihannya, namun lama kelamaan seiring berjalannya waktu, mereka semakin dekat dan tumbuh rasa saling peduli diantara mereka.

Banyak perempuan perempuan di kampus iri dengan nada, gadis lugu berparas imut namun tidak muak dilihat itu, berhasil meluluhkan hati pria tampan, pewaris tunggal keluarga brahmana itu.

Banyak perempuan yang ingin merebut hati alvino di kampus itu, merubah penampilan lebih cantik. bahkan ada yang lebih giat belajar agar menjadi terkenal di kampus karena kepintarannya, lalu bisa dekat dengan lelaki tampan pewaris tunggal,. Namun lagi lagi semua usaha para perempuan itu gagal.

tatapi dengan nada, sangat mudah dekat dengan alvino padahal dia hanya gadis miskin, kurang pendidikan, serta mempunyai asal usul keluarga yang tidak jelas.

Besok alvino akan wisuda dengan gelar S2, dia ingin nada berpenampilan cantik untuk menghadiri acaranya tersebut.

Alvino berniat permisikan nada pada buk inem agar di izinkan pergi bersamanya untuk membeli baju, sepatu, tas dan accesoris ataupun kebutuhan perempuan lainnya, agar terlihat lebih cantik, elegant, dan memukau setiap mata yang melihat.

"Baiklah dek Al!," buk inem memberi izin.

Mereka pergi ke salah satu butik terbaik di kota itu, mencari gaun yang terbaik, untuk dikenakan nada di acara wisuda alvino, dia sangat ingin merubah penampilan gadis berbadan imut itu.

kedua orang tua vino pasti akan hadir di sana, pastinya laki - laki kaya itu tidak ingin nada, yang sudah di anggapnya teman dekatnya itu berpenampilan biasa saja, dia sangsi kedua orang tuanya akan meremehkan gadis malang itu nantinya.

Jika selama ini, gadis malang selalu murung, tetapi tidak dengan hari yang cerah ini, nada sangat bahagia karena alvino yang sudah dianggapnya sahabat itu, sangat perhatian padanya, belum pernah ada orang didalam hidupnya memberi perhatian seperti itu.

******

******

******

Keesokannya.

Saat pagi hari, Alvino mengajak nada ke salah satu salon terbaik untuk dirias wajahnya, agar terlihat lebih menarik.

setelah itu mereka pergi ke salah satu hotel tempat alvino wisuda.

Alvino tercengang saat melihat penampilan gadis imut itu, dia sangat cantik, wajahnya dipoles sedikit saja, namun begitu sangat sempurna, sepatu heels yang dikenakan nada, menambahkan keindahan setiap mata yang memandangnya. Lesum pipi yang ada di pipi bagian kanannya menambah kemolekan bagi setiap mata yang melihatnya.

kulitnya yang halus berwarna pink baby, membuat gadis malang itu terlihat elegant dan bermartabat.

Gaun berwarna blue ice, selutut, dengan kera dress sedikit terbuka berbentuk salsabila, membuat keindahan tubuhnya terlihat cantik, namun tetap sopan. Tas minim yang semalam dibeli alvino, disandangnya di bahu sebelah kanan.

"Kamu cantik banget nada!, aku sampai pangling, dan nyaris tidak mengenalmu"

Sebenarnya nada memang sangat cantik, berbadan imut, pancaran kulitnya yang putih halus seperti bayi itu, semakin cerah saat berada dibawah sinar matahari.

Hidungnya yang mancung serta matanya yang jangkung kedalam, juga lessum pipinya menambah keindahan pada dirinya.

"Kakak bisa saja" kedua pipi nada semakin merah saat alvino memujinya.

Saat setelah acara wisuda selesai mereka banyak mengabadikan gambar dengan foto. Ada banyak perempuan yang tidak dikenal nada memberikan give bunga pada alvino. Alvino menerima banyak hadiah di acara wisuda dengan gelar S2 nya, itu membuat hati nada sedikit bergejolak cemburu, namun dia tetap stay cool.

Semua orang di sana senyum bahagia, tetapi tidak dengan mama venny, ibu dari alvino itu, memberikan pandangan sinis penuh introgasi terhadap nada.

Nada hanya menundukkan kepalanya saat mama venny meliriknya sinis. Begitu juga dengan anggun gadis cantik yang dijodohkan mama Venny untuk menjadi istri alvino, memandang sinis pada nada.

Acara selesai.

Mereka pulang, mama venny mengajak alvino dan nada makan bersama di rumah alvino, namun tidak mengajak serta anggun.

"Silahkan makan nak nada." Mama venny sengaja memesan makanan ala luar negri, yaitu steak. Dengan menggunakan pisau serta garpu, nada kesulitan hendak menyantap hidangan yang tersedia di meja makan.

Mama venny ingin mengetahui nada rakyat miskin, menengah atau orang yang kaya.

"Ehem, sepertinya Al sudah siap makan ma, aku mau antarkan nada pulang dulu ya, nggak enak kelamaan disini." Sepertinya alvino mengerti maksud mamanya, ingin mencobai nada. Dia segera mengajak nada keluar.

"Tapi Al, makanannya belum habis Loh" papa Carlos brahmana mencoba menahan kepergian mereka.

"Nggak apa apa pa, takut ntar kesorean nada pulangnya"

"Oh baiklah, hati-hati kalian ya."

"Baik pa"

"Nada permisi ya om dan Tante" sembari menundukan kepala hormat, nada berjalan mengikuti alvino.

********

********

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!