NovelToon NovelToon

SANG PENGACARA

SEMUA BARU DIMULAI

"Memutuskan, menolak seluruh gugatan dari penggugat dan membebankan biaya persidangan pada penggugat."

Tok... Tok.... Tok...

Putusan Hakim di iringi dengan senyum penuh kemenangan dari Adrian, dia berdiri melihat pengacara yang menjadi lawannya yang seakan tak percaya dengan putusan yang baru mereka dengar, pengacara lawan yang melihat Adrian berdiri menatap mereka dengan senyum sinisnya mengalihkan padangan, kemudian berberes untuk segera keluar dari ruang persidangan, seakan mereka tahu arti dari tatapan Adrian.

"Belum saatnya kau melawanku, belajar lagi untuk mengerti seperti apa sesungguhnya profesi yang sedang kau jalani." seperti itulah arti tatapan dari Adrian.

- - -

Di sisi lain tiga orang sedang berdiri dengan muka masam menanti kata apa yang akan keluar dari mulut bos mereka.

"Bodoh." hardik Andika.

"Apa yang ada di otak mereka sehingga mengurus kasus seperti ini saja tidak becus."

Tidak ada yang menjawab ucapan Andika, mereka paham hardikan dari Andika sesungguhnya di tunjukkan kepada dirinya sendiri karena telah melimpahkan kasus tersebut kepada firma hukum lain.

"Harusnya aku tidak mempercayakan kasus ini pada firma hukum lain, aku yang harusnya menanganinya." makna dari hardikan Andika.

Adrian seorang pemimpin sekaligus pemilik dari salah satu firma hukum besar di negeri ini, banyak orang yang tertipu dengan senyum dan sikap ramahnya, padahal di balik sifatnya terdapat kekejaman di dalam dirinya, tidak ada ampun untuk lawannya, dan selalu membela client yang membayar dirinya walaupun dia tahu betapa sulit kasus client tersebut.

Dengan reputasinya yang memenangkan hampir seluruh kasus yang pernah ditanganinya menempatkannya pada posisi salah satu pengacara elit sekarang ini.

"Kembali bekerja, gunakan otak kalian jika masih ingin bekerja denganku." ucap Andika pada tiga anak buah di depannya, tanpa menjawab, mereka kemudian mengangguk dan serempak keluar dari ruangan bosnya.

Andika pemilik dari Firma hukum Andika Law Firm memiliki watak yang keras bahkan terkesan angkuh, dia tidak memiliki rasa takut untuk melawan siapapun, karena itu banyak firma hukum lain yang segan saat berhadapan dengannya di pengadilan, di balik sifatnya yang berbanding terbalik dari Adrian justru Andika memiliki hati yang sungguh mulia, dia tidak hanya memandang uang sebagai tujuan utamanya tetapi dia memilih membela orang yang memang pantas dia bela.

Andika masih duduk di kursinya beberapa saat kemudian ponselnya berdering wajah yang sebelumnya sudah muram bertambah lebih muram ketika menatap layar ponselnya dan mengetahui siapa yang menghubungi dirinya.

"Apakah kau melihat aku menjadikan mereka pecundang barusan." Andika semakin geram mendengar ucapan Adrian.

"Tunjuk orang yang lebih pantas untuk menghadapi ku, dan aku tahu kau tak sebodoh itu untuk bertanya siapa orang yang pantas itu."

"Tutup mulutmu." Andika menggebrak meja.

"Hahaha hanya hal seperti ini saja bisa membuat dirimu langsung semarah itukah."

"Aku bahkan belum memulai untuk menghancurkan mu."

"Kau tidak akan sempat melihat ku hancur." ucapanAndika langsung di potong oleh Adrian.

"Karena aku akan hancur terlebih dahulu." tandas Adrian.

"Hanya terdengar seperti bualan ditelinga ku."

Ucapan Andrian semakin membuat Andika marah, dia meremas ponselnya dengan keras seakan ingin membatingnya bersama orang yang sedang berbicara di ujung sana.

"Aku tunggu omongan dari mulut besar mu itu, hahahahaha." Adrian mengakhiri perbicangan mereka.

"Kau pikir dirimu sehebat apa, lihat saja ketika kau menangis melihat kehancuran mu." gumam Andika setelah dia meletakkan hp nya

"Jangan senang dulu, semua baru dimulai." ucapnya dengan seringai yang muncul di wajahnya.

MERUBAH PENDIRIAN

"Chandra Gunawan putra mahkota Aras grup menjadi tersangka pemerkosaan sekretaris pribadinya." bunyi headline news dari koran terkenal pagi ini.

Andika sedang duduk menikmati secangkir kopi dan sandwich kesukaan nya, seketika dia menghardik ketika melihat judul dari headline koran tersebut.

"Cih, menjijikan sekali kelakuannya sekarang." hardik Andika.

Tok tok tok....

Terdengar ketukan pintu dari luar, Andika melihat sesaat kearah pintu seakan dia tahu siapa yang akan menemuinya.

"Masuk." ucapnya singkat.

"Pak Romy Gunawan ingin menumui anda tuan." kata asistennya di ujung pintu.

Andika hanya melihat asistennya itu sembari mengangkat tangannya, asistenya sudah tau jawaban Andika setelah itu dia langsung keluar untuk mempersilahkan masuk tamunya.

Romy Gunawan presiden direktur dari Aras group, salah satu perusahaan terbesar yang hampir tidak memiliki saingan di negeri itu, satu satunya saingan hanyalah Mahesa group.

"Selamat pagi tuan, saya Jeny asisten tuan Romy, tuan Romy sudah menunggu anda di mobil, ada yang ingin di bicarakan." dengan menunduk dan meremas tangannya perempuan berparas cantik yang merupakan asisten dari Presdir Romy berbicara dengan nada suara yang terdengar gemetar.

Andika seketika melotot melihat dengan tatapan yang sangat tidak bersahabat kepada perempuan di depannya, melihat tatapan Andika membuat asisten Presdir Romy langsung mundur satu langkah, seakan tatapan Andika ingin membunuhnya.

"Siapa dia berani menyuruhku menemuinya, suruh dia kemari menemuiku atau kau antar pulang ke istananya." gelegar ucapan Andika membuat asisten Presdir Romy langsung balik badan keluar dari ruangan itu tanpa menjawab ucapan Andika.

"Maaf tuan." ucap Jeny sambil menunduk dan terhenti sesaat menunggu respon dari tuan nya.

"Heem."

"Tuan Andika ingin anda yang menemuinya." tangannya bergetar ketakutan menunggu jawaban Presdir Romy, sudah lama dia bekerja pada Presdir, tentu saja dia paham bahwa Presdir bukan orang yang akan menerima ketika apa yang dia mau tak terlaksana dengan baik.

"Hahahaha tidak berubah rupanya ******** itu." mendengar jawaban tuannya sedikit mengurangi rasa takut pada diri Jeny, dia sesaat menoleh untuk melihat ekspresi tuannya.

"Apa benar ini Presdir." ucapnya dalam hati.

"Kau tunggu disini biar aku yang masuk." ucap Presdir Romy pada asistennya, dia kemudian keluar dari mobil dan berjalan memasuki kantor Andika.

"Selamat pagi Andika." sapa Presdir Romy yang langsung duduk di sofa berhadapan dengan Andika.

"Hahahaha tak usah terlalu sopan yang mulia." Andika tersenyum sinis setelah menyindir Presdir Romy

"Perlakukan ******** ini seperti biasa saja."

"Hahaha baiklah." jawab singkat Presdir Romy.

"Tentu anda sudah tahu jawaban apa yang akan saya berikan sebelum anda datang ke sini bukan?" ucap Andika tanpa melihat lawan bicaranya.

"Aku yakin kau mau merubah pendirian mu kali ini Andika."

"Dan saya yakin anda sudah tahu seperti apa pendirian saya yang mulia."

"Kau tahu siapa dia dan berapa berharganya dirinya."

"Cih, bahkan tak lebih berharga dari anjing peliharaan ku" ucap Andika dalam hatinya menanggapi ucapan Presdir Romy.

"Aku tidak akan membantu mu, coba kau hubungi Adrian." Andika kembali mengangkat koran dan membacanya.

"Kau tahu bukan ******** itu bahkan sedang tertawa sekarang."

"Hahahaha ternyata anda seperti cenayan yang mulia."

Presdir Romy lebih memilih mencoba berbicara kepada Andika, karena hanya Andika dan Adrian lah yang bisa membantu anaknya untuk lepas dari jerat hukum, Adrian sudah menjadi pengacara perusahaan bagi Mahesa group yang merupakan saingan dan musuh utama dari Aras group.

"Bantu aku Andika." kali ini ucapan presdir Romy sama sekali tidak menunjukkan keangkuhan yang biasa dia perlihatkan.

"Apa anda sedang memohon yang mulia?"

"Anggap saja aku sedang memohon padamu."

"Hahahaha anggap saja saya sedang tertawa bersama Adrian yang mulia."

"Kau pasti tahu kalau ini semua skenario dari Mahesa untuk menjatuhkan ku."

"Jangan menyalahkan orang lain yang mulia." ucapan Adrian terputus dia menyesap kopinya "Anakmu saja yang terlalu bodoh."

"Bantu aku, aku akan berikan sesuatu yang bisa merubah pendirian mu." tawar Presdir Romy.

"Anda bahkan tahu, uang dan kekuasaan anda tak berlaku disini yang mulia." Andika tersenyum sinis meledek.

"Aku tak akan memberimu uang karena aku tahu itu tak berlaku untuk membayar mu."

"Aku akan memberikan penawaran yang tentu saja belum pernah kau bayangkan sebelumnya."

Ucapan Presdir Romy sesaat membuat Andika berfikir, dia yakin tawaran yang akan di berikan Presdir tak akan main main menyangkut putra mahkota nya.

MERUBAH PENDIRIAN 2

Di lantai tertinggi gedung Mahesa group, senyum mengembang terus terlihat dari wajah Ferry Mahesa sang Presdir Mahesa group.

"Hahahaha kehancuran Romy tidak akan lama lagi." ucap Ferry Mahesa presiden direktur dari Mahesa group.

"Roy." panggilnya pada asisten pribadinya.

"Iya tuan."

"Ada kabar apa dari Romy hari ini?"

"Hari ini tuan Rom," ucapan asisten Roy langsung di potong oleh Presdir Ferry.

"Jangan pernah panggil dia tuan."

"Panggil ******** bila perlu, sudah berapa kali kau ku beri tahu."

"Baik tuan."

"Lanjutkan."

"Hari ini dia menemui Andika tuan." jawaban dari Roy langsung membuat tawa dari Presdir Ferry lenyap seketika.

"Panggil Adrian kesini sekarang." perintahnya.

"Baik tuan."

Roy langsung keluar ruangan Presdir Ferry dan menghubungi Adrian.

- - -

Presdir Romy masih terus berusaha agar Andika mau untuk membantu kasus anaknya.

"Selain uang dan kekuasaan, ancaman anda juga tidak berlaku disini yang mulia." ucap Andika dengan santai.

"Kau bahkan tahu pembunuh bayaran sudah ketakutan ketika mendengar namamu."

"Aku tak sebodoh itu akan mengancam mu."

"Sepertinya tawaran anda akan menarik yang mulia."

"Apakah kau akan menawarkan minuman padaku." harap Presdir Romy.

Sudah menjadi rahasia umum ketika Andika menawarkan minuman pada client yang datang sudah bisa dikatakan dia akan membantu client itu.

"Lisa." teriak Andika

"Iya tuan."

"Buatkan yang mulia Presdir Romy minuman."

Lisa mengangguk dan langsung menuju ke dapur untuk membuatkan minuman untuk Presdir Romy.

"Tidak bisakah kau berhenti mengejekku dengan memanggilku yang mulia." ucap Presdir Romy yang hanya dibalas tawa oleh Andika.

- - -

"Apa tuan akan membantu Presdir Romy?" tanya Deni kepada Lisa ketika dia sedang membuat minuman.

Lisa hanya melirik Deni dan mengangkat gelas yang sudah terisi oleh minuman.

"Argg kenapa tuan mau membantu ******** itu." gerutu Deni kesal.

Sebenarnya tidak ada masalah antara Arsa group dengan Firma Hukum Andika, hanya saja citra Arsa Group yang buruk membuatnya tidak memiliki tempat di kantor Andika.

- - -

"Jadi kau tertarik untuk mendengar tawaran dariku Andika." ucap Presdir Romy sembari meminum minuman yang barusan disajikan Lisa.

"Hahahaha jangan terlalu percaya diri yang mulia."

"Saya hanya melihat anda kehausan"

"Terserah apa katamu, yang pasti kau membantuku dan aku akan memberikan apa yang kau mau." Presdir Romy terlihat sedikit kesal.

"Jadi apakah tawaran yang akan membuatku merubah pendirian yang mulia?" tanya Andika yang belum bisa menebak kemana arah pembicaraan mereka.

"Kau tahu siapa aku Andika?"

"Kau tahu berapa besar kekuasaan ku tentunya " dengan percaya diri yang tinggi Presdir Romy bicara pada Andika.

"Jangan terlalu sombong yang mulia, apakah anda lupa beberapa saat lalu anda memohon pada saya." jawab Andika dengan senyum mengejeknya.

"Hahahaha kau memang ******** tengik yang tak pernah berubah rupanya." balas Presdir Romy.

"Jangan buang buang waktu yang mulia karena anda harus mencari pengacara lain jika saya tidak berminat dengan tawaran anda."

"Hahaha baiklah baiklah."

"Sekarang langsung bicara saja pada intinya." ucap Andika tegas.

"Dengan semua yang aku punya dengan mudah aku bisa mengetahui apa yang orang lain perlukan, dengan mudah juga aku berikan itu."

"Jadi apa tawaran anda?"

"Akan ku hancurkan Mahesa group sebagai bayaran mu." Ucap Presdir Romy singkat.

- - -

Adrian baru saja tiba di lobby gedung pusat Mahesa group, dia langsung disambut oleh Roy yang sudah menunggunya di depan.

"Ada keperluan apa Presdir memanggil ku?"

"Saya tidak tahu tuan."

"Asisten macam apa kau alasan begitu saja tidak tahu." hardik Adrian.

Adrian langsung masuk ke ruang Presdir setelah keluar dari lift.

"Apa kabar taun Presdir?" sapa Adrian ramah,

"Maaf membuat anda menunggu." Adrian memang orang yang mudah mencari muka dengan topeng senyum dan sikap ramahnya.

"Tidak perlu kau menjilat ku Adrian."

"Silahkan duduk Adrian." Presdir langsung memerintahkan Adrian duduk di depannya.

"Terimakasih tuan Presdir."

"Aku mendapat info Romy sedang berusaha bicara pada Andika."

"Lalu apa yang anda khawatirkan tuan Presdir?" tanya Adrian dengan percaya diri.

"Kalau Andika mau membantu Romy untuk membela anaknya, sepertinya rencana kita akan sia sia."

"Aku yakin Andika tidak akan membantu Romy tuan Presdir."

"Kenapa kau seyakin itu?" tanya Presdir Ferry

"Hahaha seharusnya anda lebih tahu dari pada saya."

"Tapi aku mengenal siapa Romy itu, dia akan melakukan apapun untuk menjaga miliknya."

"Apa kau tahu apa yang ku fikirkan Adrian?" tanya Presdir Ferry

"Romy akan menggunakan kartu terakhirnya untuk meyakinkan Andika" jawab Adrian yang membuat Presdir Ferry terdiam.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!