NovelToon NovelToon

Tiba-tiba Istri Duta (Duda Tampan)

Bab 1. Di minta menjadi mama sambung

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb

Salam sejahtera semua, selamat datang di cerita terbaru ku, sebelum melanjutkan membaca jika berkenan harap tinggalkan jejak agar author semangat.

Cerita ini hanyalah sebuah fiksi belaka jadi jika ada kata atau kalimat yang tak mengenakkan hati harap bijak menanggapi nya, mohon di maklumi.

Terimakasih Assalamualaikum Wr. Wb

     ~\=~ ~\=~ ~\=~

Happy Reading kakak🤗🌼

...****************...

"Sepertinya kamu sudah cocok jadi seorang ibu!"terdengar sahutan keras dari seorang wanita paruh baya yang melangkah masuk dari arah pintu menuju seorang wanita yang sedang duduk di lantai sambil mengawasi seorang bocah laki-laki yang sedang menggambar di meja itu, wanita yang bernama lengkap Laura Angelina melihat mamanya duduk di sofa sampingnya.

Ada tatapan bertanya-tanya dari raut wajahnya dengan perkataan ibunya itu yang sangat membingungkan, menjadi seorang ibu itu harus memiliki suami dulu dan juga seorang anak baru bisa dikatakan ibu, sedang dirinya masih seorang gadis, belum menikah sama sekali.

Tapi menjadi seorang ibu juga sebenarnya bisa dengan anak angkat atau anak asuh seperti dirinya merawat dan membesarkan bocah itu yang merupakan keponakannya sendiri, anak dari kakaknya yang telah tiada saat bocah itu dilahirkan, maka dirinya lah yang selama ini merawat nya dengan kasih sayang dan tumbuh sehat, untuk papa nya sesekali mengunjunginya karena kesibukan bekerja. Bukan tak mau merawat darah dagingnya, tapi putranya itu harus ada sosok seorang wanita muda dan sehat yang merawatnya dan wanita terbaik itu adalah iparnya sendiri, yang mengatakan itu mamanya bukan dirinya.

Laura Angelina sendiri adalah lulusan SI ekonomi dalam negeri pernah sekali mengambil cuti selama setahun demi merawat bayi mungil yang baru lahir itu, hingga setelah setahun kembali melanjutkan kuliahnya. Beruntung kuliahnya tak padat jadi ia masih ada waktu bersama dengan bocah itu.

"Siapa yang akan menjadi ibu ma!"katanya , ia melihat mamanya itu yang juga menatapnya sangat dalam. Rasanya ia tak bisa tenang jika ia tak mengajukan pertanyaan yang membuat nya penasaran.

"Tentu kamu sayang, kamu mau kan jadi ibu Dino!"serunya, jadi nama bocah usia kurang lebih 4 tahun itu bernama lengkap Dino samudra.

"Oh itu ma, tentu saja tanpa mama katakan, aku siap jadi tante dan mama kesayangan Dino,"jawabnya sambil tersenyum, tanpa ia tahu apa maksud perkataan mamanya itu yang berniat menjadikan dirinya sebagai ibu sambung cucunya itu, dengan kata lain turun ranjang, wanita itu tersenyum puas dengan jawaban itu.

"Ok, sekarang mama akan hubungi Bu Devanka, untuk memberitahu berita bahagia ini."Wanita yang sedang tersenyum bahagia itu segera beranjak untuk menuju kamarnya, ia ingin memberitahu kebahagiaan mereka itu yang tentu saja wanita yang di sebut namanya itu juga menginginkan hal sama dengan nya. Ia tak menyangka anaknya itu dengan mudah menyetujui nya, tapi kenyataannya Laura mengira hanya menjadi ibu Dino saja, dan ia sudah lakukan selama bertahun-tahun.

Wanita itu menatap penuh curiga mamanya yang sudah berlalu itu, ia merasa ada sesuatu yang tak ia ketahui, karena itu ia ingin menyusulnya untuk mengajukan pertanyaan lagi. Sebab mamanya menyebut nama Devanka yang merupakan Oma dari Dino, padahal itu tak ada hubungan dengannya, dan berita bahagia itu.

"Sayang! Mama tinggal dulu, mama mau bicara sama oma, kamu menggambar lah yang bagus dan tunjukkan pada mama,"serunya beranjak segera, sedang Dino mengangguk penuh dengan matanya yang fokus menggambar sesuatu, entah gambar apa itu.

"Ma! Tunggu!"sahut nya memegangi tangan mamanya, wanita itu menoleh padanya setelah Laura berhasil menyusulnya.

"Tadi mama menyebut Tante devanka, ada apa yah ma!"dengan kening bertaut itu menunggu apa yang ingin di katakan nya.

"Menghubungi nya kalau anak mama yang cantik ini sudah siap untuk menikah!"saat mengatakan itu wajahnya jadi sangat panik, menikah bagaimana, dan dengan siapa ia akan menikah punya pacar pun tak ada, bukan tidak ada yang berminat pada nya, tapi selama ini ia selalu saja menolak pria yang mendekatinya karena ia sibuk dengan keponakannya itu, ia tak ingin cinta nya terbagi dengan kekasihnya yang pasti membuat Dino sakit hati. Jadi terpaksa ia menolak semua pria tampan di dunia ini. Meski usianya sudah cukup matang menikah tapi masih ingin sendiri dulu, usia Laura sekarang 23 tahun.

"Menikah dengan siapa ma!"

"Tentu saja dengan Ivan!"

"What....! Ivan!"pekik Laura keras, kenapa bisa dirinya ingin dinikahkan dengan duda itu yang jelas-jelas adalah iparnya sendiri, itu tidak mungkin kan.

"Ha....ha...ha.... mama bercanda kan!"tawa kecil keluar dari bibir kecilnya itu, ia mengira mamanya itu hanya bercanda.

"Tidak, mama serius!'

Deg.....dari tatapan mamanya itu memang tak ada kebohongan sangat jelas itu fakta.

"No...ma, no...."pekik nya tak bisa terima, ia tak akan mungkin bersatu dengan pria itu, pria yang tak pernah akur padanya, mereka bagaikan tom and Jerry, yang jika di pertemukan akan selalu ada cekcok.

"Aku tak bisa, untuk menjadi ibu Dino kan bisa tanpa menikah, aku tak bisa terima ini!"geram Laura ingin mengamuk tapi dengan siapa ia akan melampiaskan kekesalannya itu, dengan mamanya itu tidak mungkin.

"Sayang! Ini juga demi kamu Dan kebahagiaan Dino, kamu harus mau menjadi ibu sambung nya dengan begitu kamu akan selamanya menjadi mama Dino, mama tak ingin jika sampai Ivan nantinya menikah dengan orang lain pasti kasih sayangnya itu tidak akan menjadi milik keponakan mu itu lagi! dan usia mu juga sudah cukup matang, jadi kamu tunggu apa lagi,"itulah yang menjadi alasan nya wanita itu ia tak ingin melihat nantinya cucunya sedih dan alasan utamanya harta Ivan tidak rela ia bagi untuk wanita baru yang akan masuk ke dalam kehidupan Ivan, jika itu anaknya sendiri tak masalah. Dan terlebih lagi ia menginginkan putri bungsunya itu segera menikah.

"Mama!"Sahutan kecil dari bocah itu mengalihkan atensinya.

"Pokoknya yah mama, aku gak setuju, mama gak boleh dong mengambil keputusan tanpa persetujuan ku!"setelah mengatakan itu ia segera pergi untuk menemui bocah kesayangannya itu.

"Iya sayang ada apa!"sahut Laura dengan suara lembutnya yang selalu ia keluarkan jika berhadapan dengannya, Laura duduk kembali di sampingnya sambil melihat gambar milik nya yang terlihat sangat kacau itu.

"Mama! gambar nya jelek, banyak coretan nya,"lirihnya terlihat sedih.

"Hem tidak apa dong sayang, mau jelek mau bagus, mama akan tetap sayang kamu, Dino kan kesayangan mama, cinta mama!"wanita itu memeluknya sembari mengelus kepalanya untuk menghilangkan kesedihan keponakannya.

"Tapi dino kan mau buat mama bangga!"cemberutnya sembari mengedipkan matanya berulang kali.

"Hah...anak mama, dengan begini saja kamu sudah buat mama bangga,"ujarnya sambil mencubit pelan kedua pipi gembul itu, karena saking gemesnya sampai-sampai menggertakkan giginya , rasanya ingin menggigit nya juga.

"Auh! Mama sakit tau!"Dino mengelus pipinya yang habis di towel itu, ternyata bocah itu bisa juga kesal, tapi tetap saja semakin menggemaskan di matanya.

"Soalnya mama gemes banget!"lanjutnya lagi, masih saja tersenyum.

"Tapi kan mama juga punya ini!"seru Dino menunjukkan giginya dengan kedua tangannya melakukan hak yang sama di lakukan wanita tadi.

"Bagaimana mama sakit kan!"ujarnya tersenyum kecil tangan kecilnya itu masih pada tempatnya.

"Ya ampun, anak mama ini pintar banget sih!"sahutnya menangkap dua tangan itu lalu melepaskan nya kemudian memeluk bocah itu. Tentu saja Dino membalasnya dengan erat dan cukup lama.

"Mama aku mau ice Cream!"

Note : Di awal bab mungkin gak menarik tapi bab-bab selanjutnya author jamin bikin pengen telusuri terus🙀✌️

Setelah membaca jangan lupa tinggalkan jejak

Salam damai kak🙏🤗

Bab 2. Bertemu wanita jahat

Kini dua manusia berbeda usia dengan perbandingan sangat jauh, siapa kalau bukan Laura dan bocah nya, ternyata pria kecil itu memeluk sangat erat dan tak mau melepaskan cepat ternyata ada maunya, yaitu menginginkan ice Cream dan di tangannya itu sudah ada ice Cream dan satu tangannya di genggam oleh Laura mereka sedang berjalan di pinggir jalan menuju sebuah taman luas, hingga mereka berdua sampai di sebuah ayunan besi dan duduk lah mereka secara berhadapan.

"Mama mau!"kata Dino menyodorkan Ice Cream miliknya dengan satu tangannya berpegangan pada penyangga besi takut nya jatuh sebab ayunan mereka bergoyang sedikit.

"Gak usah, kamu makanlah sepuasnya,"wanita itu geleng-geleng, bukan ia tak ingin tapi jika ia mencicipi ia takut akan menghabiskan nya, kalau sampai itu terjadi si bocah itu pasti akan menangis bahkan merengek menyuruhnya membeli lagi.

"Ada apa sayang!"melihat kening berkerut milik pria kecil di depannya itu membuat dirinya juga melakukan hal yang sama atas kebingungannya.

"Mama!"setelah menghabiskan sisa ice Cream nya itu ia segera menyahut dan menatap nya, bergerak sedikit dan berpindah ke samping nya.

"Mama tadi mengatakan makanlah sepuasnya, tapi jelas-jelas mama hanya membeli satu buah Ice Cream!"gerutunya, ia kesal tapi wajahnya itu sangat polos dan menggemaskan, Laura terkekeh melihat tingkah gemes bocah itu. Ternyata ia salah berucap.

"Mama!"sahut nya kecil sambil memegangi perutnya, membuat Laura panik tentunya.

"Ya ampun sayang, mama kan sudah bilang jangan makan ice Cream, sekarang perutmu sakit,"gerutu Laura, hal itu sudah sering kali di alami Dino jika memakan makanan dan minuman dingin sekali karena perutnya tak cocok, tapi sang bocah itu keras kepalanya, kemauannya harus di turuti.

"Kita ke rumah sakit sayang!"wanita itu itu turun dari ayunan itu kemudian mengangkat tubuhnya lalu membawanya pergi dengan cara menggendongnya, tubuhnya berat tapi ia tak rela melepaskan dan anaknya itu perlu segera di bawah ke pusat kesehatan.

"Mama perut Dino sakit karena lapar bukan karena makan ice Cream tadi!"bisiknya dengan tersenyum menunjukkan giginya, wanita itu baru ingat jika setelah pulang dari sekolah taman kanak-kanak, ia lupa memberi makan untuk bocah nya itu, astaga apa yang sedang ada di pikirannya.

"Maafin mama yah sayang, mama sudah ceroboh!"sangat jelas ia merasa bersalah, baru kali ini ia melakukan kesalahan.

~

~

Di sebuah ruangan seorang pria terlihat sangat gusar, ia menekan pelipis nya yang berdenyut, memikirkan bagaimana mamanya dan mama Liana sang mertua itu berniat menyatukan dirinya dengan wanita yang tak masuk akal di hatinya bahkan juga di pikirannya, wanita yang selalu saja berbuat seenak jidatnya, sebenarnya wanita itu penyayang terhadap anak-anak termasuk anaknya sendiri yang telah di rawat oleh wanita yang bernama Laura itu, tapi ia tak menyukai omongan yang jika berkata kelewat batas.

"Kenapa mama dan mama Liana menginginkan aku menikahi wanita itu, apakah tidak ada wanita lain selain dirinya!"gumamnya kecil, ia tak habis pikir dengan mereka, beberapa hari yang lalu ia melihat kedua wanita itu sedang berada di rumah nya dan membahas tentang mereka, pria itu acuh tak acuh saat itu, dirinya berusaha menghindar, tapi tidak tahu hari-hari berikutnya apakah masih bisa atau tidak.

Tok....tok....tok.... seseorang mengetuk pintu dari luar setelah pria itu mempersilahkan nya masuk, seorang wanita masuk dan menuju padanya.

"Permisi pak, ini adalah berkas keperluan bapak meeting jam 1 siang!"wanita itu meletakkan map yang berisi sebuah berkas penting yang akan digunakan untuk meeting nya siang ini.

"Terimakasih, kamu boleh keluar!"

"Baik pak!"setelah di persilahkan ke luar, segera melangkah tak lupa menutup pintu kembali.

~

~

Setelah memutuskan mencari makanan, kini mereka berdua sedang berada di depan sebuah restoran yang cukup mewah, ini pun atas keinginan sang bocah yang ingin makan di tempat itu, mata bocah ini sangat jeli mana tempat makanan enak-enak, dia belajar dari mana yah!

Keduanya pun segera membawa kaki mereka masing-masing menuju ke dalam dengan satu tangannya itu ternyata memegang ice Cream, dalam perjalanan pria itu kecil itu kembali merengek ingin makan Ice Cream, jadi mau tak mau ia menuruti semua keinginan nya, asal kan bukan yang aneh-aneh.

"Sayang kamu ke meja itu, mama mau ke kamar kecil dulu!"rasanya ia ingin pipis, jadi segera berlalu tanpa persetujuannya, daripada buang air kecil di tempat itu yang akan jadi bahan tertawaan.

Baru beberapa langkah, seseorang menabraknya mengakibatkan Ice Cream milik Dino tumpah pada pakaian berwarna putih milik wanita itu.

"Astaga!"pekik wanita itu, ia melihat pakaiannya yang sudah sangat kotor itu, itu karena ulah bocah si depannya.

"Apa yang kamu lakukan, hah!"teriaknya berapi-api, ia tak bisa tahan untuk tak marah, pakaian yang baru ia beli di sebuah toko pakaian mewah dan rencananya ingin ia pamerkan pada teman-temannya malah berakhir buruk. Sebenarnya dia sendiri yang menabraknya karena berjalan menunduk terus memperhatikan pakaian nya malah tak melihat dan menabrak pria kecil yang menatap bengong.

"Kamu tahu harga pakaian ini berapa, dengan nyawa mu saja tak bisa membayarnya!"geram nya sambil menunjuk-nunjuk wajah Dino tapi tak sampai menyentuhnya. Bukannya meminta maaf dia malah marah-marah tak jelas.

"Dengan nyawa anak tante pun tidak bisa membayar nya!"tanyanya dengan wajah polosnya itu, tentu saja sebagai para pengunjung yang mendengar nya tertawa sinis, pria kecil itu bisa mengeluarkan omongan pedas pada wanita yang menurut mereka sombong dari cara jalan duduk dan lainnnya semuanya terlihat angkuh di mata mereka. Omongan anak kecil itu membuat wajahnya merah bukan pemerah pipi yang ia pakai, tapi karena menahan malu.

"Sial anak sialan ini!"Batinnya, dengan tangan yang sudah mengepal kuat.

"Mama, apa yang dikatakan nya itu benar!"anak yang disinggung itu menyahut sang mama yang masih saja kesal itu.

"Tidak kok sayang, minggir kamu,"tak ingin berlama-lama yang hanya akan membuat atensinya semakin menjadi-jadi jika melihat wajah anak itu, ia memutuskan pergi. Tapi sebelum itu terlebih dahulu mendorong Dino untungnya Laura kembali segera dan melihat kejadian itu.

"Dino!"panik Laura menangkap tubuh kecil itu sehingga tak jatuh ke lantai.

"Mama dia wanita jahat,"ia memberitahukan nya.

"Apa yang terjadi Dino!"pertanyaan itu lolos dari mulutnya menatap tajam pria kecil yang sedang duduk di depannya itu. Mereka sudah memilih kursi.

"Tidak terjadi apapun mama! semua masalah akan selesai jika ada mama,"Dino berusaha menenangkan dirinya yang cemas karena memikirkan dirinya, ia tak bisa tahan jika seseorang melontarkan kata kasar dengan anak kesayangan di depannya itu, sangat jelas ia tadi dari jauh melihat dan mendengar nya itu, tapi ia mematung di sana dan sulit rasanya melangkah. Ia sudah gagal jadi Tante dan mama baik, padahal ia berjanji pada almarhumah kakaknya akan menjaga keponakannya itu dengan baik.

"Mama nangis!"Dino turun dari kursinya dan menuju padanya, menghapus air matanya dengan lembut.

"Mama! maafin Dino, karena Dino mama jadi sedih sekarang!"Pria kecil itu juga merasa bersalah, padahal umur masih belia itu harusnya belum tahu hal-hal seperti itu, tapi bocah nya ini sungguh luar biasa, jika berbuat salah meski bukan kesalahan itu miliknya ia tetap akan minta maaf seperti yang dilakukan nya sekarang. Lantas ia memeluk mamanya itu.

"Ya Tuhan beruntung sekali aku memiliki anak sepintar ini!"gumam nya di dalam hati.

Bab 3. Desakan Menikah

"Mama turunkan aku! kasihan mama capek,"sahut Dino yang terus saja di gendong oleh mamanya itu, mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah dan sudah hampir sampai.

"Gak sayang mama gak capek kok, malah mama makin semangat."Wanita itu berhenti sebentar lalu menunjukkan kekuatan semangatnya sembari tersenyum.

"Mama yakin!"tatap nya penuh selidik nya, tak mungkin mamanya itu baik-baik saja, ada kebohongan dari mulutnya itu, dari hidungnya saja terlihat kempes-kempis, tidak seperti hidungnya yang tak bergerak sama sekali.

"Tapi hidung mama ini kenapa!"

Shit...anak ini pintar atau kelewat pintar yah, masa jari telunjuknya itu masuk ke dalam lubang hidungnya yang satu, tapi tidak terlalu dalam.

"Ha...ha.... mama kenapa hidung mu seperti babi!"Pria kecil itu terkekeh melihat hidungnya yang berubah dan sangat aneh di matanya, ia juga merasa hidung itu mencondongkan ke atas meski tak bercermin, apa yang bisa ia lakukan, marah, mengamuk atau sedih! jawabannya tidak ada, ketiganya tak ada yang bisa ia lakukan, selama itu membuat nya senang ia hanya bisa pasrah, tapi tentu saja ia akan membuat kejahilan yang sama.

"Hidung mu juga seperti mama,"ia melakukan yang sama pada bocah itu, pada akhirnya mereka berdua tertawa bersama. Tawa yang besar seakan tempat itu hanya milik mereka berdua.

"Mama turunkan Dino sebentar,"tanpa berkata lagi wanita mengikuti kemauannya, ia juga ingin mengatur nafasnya yang habis keluar akibat kejahilan yang mereka perbuat. Setelah turun bocah itu tidak tahu apa yang sedang ingin di lakukan nya, tapi malah berjalan beberapa langkah hingga berhenti di sebuah bunga-bunga cantik berwarna kuning dan kecil, tangan kecil itu memetik nya dengan riang. Kembali lagi padanya dan berucap sesuatu.

"Mama menunduk lah!"katanya di angguki olehnya, tangan kecil itu terulur beserta bunga itu, sesaat kemudian di selipkan di telinganya. Dino tersenyum bertepuk tangan sambil menatap bunga di telinga sang mama.

"Mama sangat cantik seperti bidadari!"ujar nya dengan senyum kecil khasnya

"Terimakasih sayang!"mendengar penuturannya membuat ia terharu, membalas nya dengan dua kecupan manis di pipinya.

"Em...em!"mengangguk penuh.

"Ayo kita pulang marilah pulang!"sahutnya sambil bernyanyi dan saling berpegangan.

Tanpa mereka sadari sejak tadi ada yang melihat apa yang sedang mereka lakukan. Seorang pria yang sedang berada di dalam mobil itu.

"Dia memang sangat baik terhadap anak-anak, tapi sikap nya itu juga seperti anak-anak, sangat menjengkelkan!"gumam pria itu, ia akui wanita itu menyayangi Dino putranya, setiap kali ia melihat wanita itu dan putranya, selalu seperti itu saja sifatnya, tidak berubah sama sekali, malah setiap ia melihat rasa sayang yang ia lihat semakin bertambah dari wanita itu untuk putranya. Tapi hanya satu yang tak ia suka dari wanita itu, jika berhadapan dengan nya sifatnya itu benar-benar membuatnya muak, mengapa bisa terjadi seperti itu, entahlah ia tak tahu, wanita itu dulu yang memulai perang dengannya, tak lupa sering mengaduk-aduk emosinya. Sekarang mereka tak terlihat lagi dari pandangannya dengan begitu ia memutuskan untuk pergi juga dari tempat itu. Mengenai dirinya berada di tempat itu, ia sedang perjalanan pulang tapi malah tak sengaja melihatnya, dan ia berhenti sebentar untuk memantau apa saja yang dilakukan wanita itu. Apakah melakukan hal tak baik pada putranya, jika itu terjadi ia akan mengambil putranya dan merawatnya sendiri.

"Ivan! kapan kamu mau menikah lagi, apakah kamu suka hidup menduda!"Pria yang baru saja tiba melangkah masuk ke dalam rumah besar nya bukan nya di sambut baik dan hangat, malah di lontarkan dengan sebuah pertanyaan yang tak pernah ia sukai, wanita yang tengah duduk di sofa dengan sebuah buku majalah di tangannya, ia pindahkan ke meja dan kini menatapnya datar. Kenapa mamanya itu kebelet sekali ingin memaksakan dirinya menikah terlebih lagi dengan wanita itu. Ia tidak terburu untuk menikah sekarang.

"Ma! apa aku ini anak kecil yang bisa mama terus paksa seperti ini, jika aku ini anak gadis wajar saja, tapi aku ini pria yang sudah beristri, hanya saja ditinggal mati!"Dirinya mendekat duduk di sampingnya, berusaha menjelaskan jika ia tak ingin ada pemaksaan dalam sebuah pernikahan yang bukan main-main.

"Justru itu, ditinggal mati harus menikah lagi, apa susahnya sih menikah, kamu itu pria normal atau bukan, malah tahan menduda selama 4 tahun lebih!"gerutu wanita itu kesal, tak habis pikir, ia hanya menginginkan kebaikan anaknya itu, sudah sering kali ia mengatakan hal itu, maka kali ini ulangi lagi berharap putra nya itu malu karena harga dirinya yang di rendahkan mamanya sendiri.

"Ya ampun!"gumamnya pelan, wanita yang sudah tak muda lagi itu, Kalau berkata, selalu saja hal aneh, wanita yang tak mudah menyerah dan mampu berucap sesuatu yang membuat otak nya berputar keras. Jika saja ayahnya masih hidup, pasti ayahnya itu akan membantu nya berbicara pada mamanya. Ingin rasanya ia juga mengatakan hal yang sama padanya.

Apakah mama bisa tahan menjanda! tapi mengatakan itu mustahil dan tak mungkin, ia akan kualat dan berdosa besar terlebih lagi mamanya tidak segan-segan mengutuk nya menjadi Maling Kundang yang di cap sebagai anak durhaka. Ia tak ingin hal itu terjadi hidupnya masih panjang.

"Kalau aku sih bisa tahan, tapi kalau mama!"

"Astaga!"pekiknya dalam hati, tanpa sadar ia mengatakan itu, tapi untungnya suaranya itu kecil seperti berbisik, semoga saja mamanya itu tak mendengar nya. Dan beruntung nya memang tak mendengar nya, mengelus dadanya merasa aman. Mungkin karena kembali sibuk dengan majalah yang ia lihat itu.

~

~

Wanita itu menatap Dino yang sedang tertidur pulas di atas kasur itu. Tangannya terulur menyentuh kepalanya dan mengelusnya halus tak lupa menciuminya sembari mengulum senyumnya. Ia menarik selimut itu untuk menutupi tubuh kecil itu. Matanya kemudian beralih pada meja belajar yang berantakan dengan buku-buku itu, meja milik bocah yang tidur nyenyak itu.

Mengangkat tubuhnya mendekat ke arah itu, menyapu semua buku-buku dengan tangannya, sesaat kemudian memasukkan nya ke dalam tas ransel berwarna biru itu, tas yang selalu di pakai setiap pagi oleh Dino jika ke sekolah nya. Setelah semuanya beres ia ikut bergabung untuk mengistirahatkan tubuhnya, karenanya besok pagi ia harus bangun cepat untuk mengatur segala keperluan sang bocah untuk ke sekolah, ia tak bisa telat bangun, ada banyak kesibukan yang menunggu nya jika pagi menyingsing, menyiapkan pakaian, memasak nasi goreng kesukaan Dino, dan lebih penting membangunkan yang sangat sangat tak mudah, dan setiap hari ia lakukan dan itu melelahkan. Tapi demi Dino kesayangan dia tak pernah mengeluh.

"Selamat tidur sayang!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!