NovelToon NovelToon

Kekasih Halalku

Kekasih Halalku - 01

...“Siapa yang memandang dirinya buruk maka dia adalah orang baik. Dan siapa yang memandang dirinya baik maka dia adalah orang yang buruk.”...

...-Ali bin Abi Thalib...

...Happy Reading❤...

...****...

Pagi yang cerah, sama seperti suasana hati gadis mungil ini. sinar matahari mulai menembus celah-celah jendela dan membuat siapapun terbangun dari tidurnya. Begitupun dengannya, ia sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ia tidak tidur setelah sholat subuh tadi. Ia lebih memilih membaca Al-Qur'an.

Sekarang ia sudah siap dengan tas ransel di punggungnya, seragam putih abu-abu, tak lupa dengan hijab syar'i berwarna senada yang selalu ia kenakan. Kini waktunya gadis itu untuk sarapan bersama keluarganya.

Kaki pendeknya mulai menuruni satu persatu anak tangga, dengan wajah yang berbinar.

“Assalamualaikum Abi, Umi, Kakak!” sapa Syafira bersemangat seraya mendudukkan diri di kursi yang ada di sebelah kakak laki-lakinya. Mereka sekeluarga sedang bersiap-siap untuk

“Waalaikumsalam,” jawab mereka semua serempak.

“Semangat banget, Ra.” Itu adalah ucapan dari Syafiq, kakak lelaki semata wayang Syafira. Lelaki dingin yang sangat susah diajak bercanda oleh Syafira.

Syafira Adzwa Zulaikha, gadis cantik yang memiliki hidung mancung dan mata bulat serta bibir yang mungil. Berusia 15 tahun dan masih duduk dikelas sepuluh di salah satu sekolah islam yang ada di Jakarta. Syafira adalah anak bungsu dari pasangan Alma Adriani dan Fuad Hidayat. Syafira mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Syafiq Hendra Gunawan. Pemuda yang sangat dingin dan ketus, ia tidak pernah berbicara manis kepada Syafira. Selalu jutek dan ya gitu deh. Syafiq masih berkuliah dan kini sudah menginjak semester lima.

“Iyalah, harus semangat dong. Emang kayak kakak galau mulu,” ucap Syafira sambil menunjukkan deretan giginya yang rapi.

Syafiq menatap Syafira tajam bak serigala yang sudah siap menerkam mangsanya. Sedangkan Syafira hanya nyengir sejenak dan memulai sarapan tanpa memperdulikan Syafiq.

“Bodo amat nggak takut.”

“Sudah, Ra. Kamu ini suka banget godain kakak kamu,” peringat Alma dengan lembut pada Syafira.

“Maaf Umi, abisnya seru,” jawabnya santai sambil melirik kearah Syafiq sekilas yang tengah fokus menyantap roti yang tersaji di meja makan.

Fuad hanya tersenyum tipis seraya menggeleng pelan melihat tingkah konyol malaikat kecilnya yang satu ini.

Sifat Syafiq dan Syafira memang sangat berbeda. Syafiq mempunyai sifat yang dingin bak es batu dan tidak banyak omong. Sedangkan Syafira malah berbanding terbalik, ia periang dan sangat mudah menyembunyikan perasaannya dengan senyuman. Ia selalu ingin terlihat ceria didepan orang-orang yang ia sayangi. Itulah yang membuat Syafira sangat disayang oleh orang tuanya.

“Umi, Abi. Syafiq sama Fira berangkat dulu ya,” ucap Syafiq setelah selesai dengan makannya sambil meraih tangan kedua orang tuanya lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya itu.

“Hati-hati ya Nak, jangan terlalu ngebut bawa motornya. Ingat, kamu boncengin Syafira lo,” peringat Alma.

“Iya, Mi. Syafira mulu yang di khawatirin Syafiq enggak.”

“Kamu kan udah gede, nak. Kamu harus bisa ngejagain adik kecil kamu yang satu ini,” tutur Alma seraya mencubit hidung mancung Syafira.

“Ihh, sakit Umi ....”

Alma tersenyum manis, “Udah sana berangkat nanti kalian telat.”

“Iya, Mi. Fira berangkat ya. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam,” jawab Alma dan Fuad serentak.

Syafiq dan Syafira pun berangkat menggunakan motor sport milik Syafiq. Syafiq melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Syafiq akan menghantarkan Syafira sampai ke depan pintu gerbang sekolah sebelum ia berangkat ke kampus.

Sepanjang perjalanan menuju ke sekolahan, Syafira tidak henti-hentinya mengoceh membuat Syafiq jengah sendiri. Mengapa adiknya ini tidak bisa diam sebentar saja. Gendang telinga Syafiq bisa pecah jika terlalu lama mendengar suara cempreng Syafira yang sedang membicarakan sesuatu yang unfaedah menurut Syafiq. Ia kemudian mempercepat laju motornya hingga membuat Syafira terpelonjak kaget dan refleks memeluk pinggang Syafiq.

“KAK SYAFIQ! PELAN-PELAN DONG!! pekik Syafira tidak terima tepat didekat telinga Syafiq yang terbalut helm fullface itu sambil memukul punggung belakang Syafiq dengan keras.

Syafiq hanya tersenyum miring tanpa menjawab ucapan Syafira. Dan gadis itu pun seketika diam tanpa bersuara lagi. Sekarang Syafiq sudah bisa tenang menyetir motornya tanpa harus mendengar suara cempreng Syafira dan segala ocehan unfaedah gadis itu.

Lima belas menit perjalanan akhirnya mereka pun sampai tepat didepan gerbang sekolah Syafira. MAN NURUL ISLAM, tulisan itu terpampang jelas saat sampai ke sekolah islam tersebut.

“Turun,” titah Syafiq ketus dengan wajah datar bak triplek tanpa menoleh kearah Syafira sedikit pun.

“Nggak mau,” jawab Syafira acuh tak acuh.

Perlu diketahui, gadis itu sangat jahil terhadap Syafiq. Sejak kecil Syafira selalu saja menganggu kakak laki-lakinya itu dan membuat sang empu jengah sendiri.

“Ra ... nanti kakak bisa telat!” titah Syafiq dengan nada yang mulai meninggi.

Syafiq berdecak malas ketika Syafira tak kunjung turun dari motornya. Bolehkah ia menceburkan gadis kecil ini ke dalam got sekarang juga?

“Iya-iya, kakak kayak cewek pms deh marah-marah mulu.”

Syafira segera turun dari motor Syafiq.

Syafiq hanya memutar bola matanya ke sembarang arah tanpa berniat menjawab ucapan Syafira.

“Yaudah kakak hati-hati ya, Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam. Udah sana! Huss huss,” usir Syafiq. Ia kemudian langsung berlalu pergi begitu saja dengan motornya dan meninggalkan Syafira yang masih menatapnya sampai benar-benar hilang dari pandangan.

“Punya kakak gini amat dah. Eh, Astagfirullah gaboleh gitu, Fira. Dosa.” Syafira menepuk-nepuk jidatnya.

Syafira pun langsung berjalan masuk menuju ke kelasnya. X IPA 1, itulah tulisan yang terpampang didepan kelas gadis itu. Ia segera memasuki kelasnya dengan langkah santai. Di dalam kelas sudah ada sahabat-sahabat Syafira yang selalu setia menemaninya.

Ayana Felisya dan Elma Adisty.

“Assalamualaikum,” ucap Syafira ramah ketika sudah sampai di ambang pintu kelas.

“Waalaikumsalam,” jawab seisi kelas seraya melempar senyum kearah Syafira. Gadis itu tidak pernah sekalipun mempunyai masalah dengan teman sekelasnya. Masalah saja tidak punya apalagi musuh.

“Tumben kamu telat, Ra?” tanya Elma sambil melempar senyum kearah Syafira. Memang benar, gadis itu agak telat. 5 menit lagi bel masuk akan segera berbunyi dan ia baru sampai. Syafira langsung duduk di kursi kosong disamping Elma dan didepan Feli. Ia meletakkan tas ranselnya sebelum menjawab pertanyaan Elma.

“Iya El. Soalnya aku tadi gangguin Kak Syafiq dulu,” tuturnya seraya terkekeh pelan.

“Fira kebiasaan deh, aku aja pengen banget punya kakak yang ganteng kayak kakak kamu!” ucap Feli sambil menumpukan dagunya pada kedua tangan dan sikunya diletakkan dimeja seraya menatap langit-langit kelas membayangkan ketampanan Syafiq.

“Mulai deh mulai,” ketus Elma sambil menoyor kepala Feli.

“Sakit uwoi! Main noyor-noyor pala gue aja! Ngefans lo!” pekik Feli. Ini adalah sifat asli Feli, ia memang yang paling rempong diantara mereka bertiga. Namun begitu persahabatan mereka akan terasa hambar tanpa adanya Feli.

Syafira dan Elma memutar bola matanya malas mendengar ocehan sahabatnya yang satu ini. Feli memang ingin sekali memiliki seorang kakak yang bisa menjaganya, seperti Syafira yang selalu diantar jemput oleh Syafiq. Mengingat ia adalah anak tunggal dan selalu ditinggal oleh kedua orang tuanya ke luar kota karena urusan pekerjaan.

“Ra, besok sekolah kita bakalan ngadain acara Hari Santri, kamu udah tau apa belum?” tanya Elma penasaran

“Iya, udah kok. Udah dikasi tau juga sama Bu Aini di grup kelas kan?” jawab Syafira santai seraya mengeluarkan buku pelajaran dari dalam tas ranselnya.

“Aku kira kamu nggak tau, Ra. Secara kan kamu jarang banget tu buka hp,” ucap Elma sambil cengengesan.

“Eh! Pasti besok yang sholawatan kakak kelas yang ganteng-ganteng itu deh. Ya ampun! Ga sabar banget gue!!" pekik Feli antusias dan membuat seisi kelas menoleh kearahnya dan menatapnya heran.

“Dih ganjen banget sih lo comberan!” ketus Aldi Greyfano, sang ketua kelas.

“IRI BILANG SAHABAT!” pekik Feli sambil menjulurkan lidahnya kearah Aldi. Seperti kucing dan guguk, mereka berdua tidak pernah akur ketika bertemu. Ada saja hal kecil yang membuat keduanya bertengkar.

Syafira dan Elma hanya bisa terkekeh geli melihat tingkah Feli yang dari tadi membahas kakak kelas mereka. Ya memang apa yang diucapkan Feli itu semuanya benar.

Kringgg kringgg

Bel masuk sudah berbunyi, suasana yang tadinya gaduh kini menjadi hening seketika. Mereka semua pun akan segera memulai pelajaran.

“Assalamualaikum, anak-anak.” Terlihat seorang guru perempuan paruh baya sudah memasuki ruang petak tersebut.

“Waalaikumsalam, bu.” Jawab mereka semua serempak.

“Silahkan berdoa terlebih dahulu.”

*****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, dan guru yang mengajar pun mengakhiri pelajarannya. Setelah selesai berdoa, semua siswa lari berhamburan keluar dari kelas untuk pulang ke rumah masing-masing.

Syafira dan kedua sahabatnya ini masih setia berada dikelas dan duduk dikursi masing-masing sembari menunggu sekolahan mereka sepi. Mereka tidak suka berdesak-desakan dengan siswa lain ketika pulang.

“Yahh.. Besok berangkatnya pagi lagi deh,” keluh Feli dengan wajah melasnya seraya menghela nafas kasar.

“Katanya lo pengen liat kakak kelas yang ganteng-ganteng itu. Semangat dong!” goda Elma kemudian tertawa renyah.

“Tapi kalau berangkatnya sepagi itu gue juga males sih. Lagian kakak-kakaknya pasti masih lama tampilnya.”

“Ya nggak papa, yang penting bisa liat si kakak ganteng. Itukan asupan gizi lo sehari-hari,” jawab Elma sambil tertawa lepas melihat tingkah Feli yang terlalu ganjen.

Syafira hanya tersenyum melihat tingkah keduanya.

“Udah sepi tuh. Pulang yuk,” ajak Syafira seraya menenteng tas ranselnya.

“Iya udah sepi. Ra, kakak kamu pasti udah nungguin dari tadi,” ucap Elma sambil berjalan keluar dari kelasnya bersama dengan kedua sahabatnya.

“Kakak kamu jemput, Ra? Aku ikut nganter kamu sampe depan pintu gerbang deh,” jawab Feli seraya mempercepat langkahnya mendahului Syafira dan Elma. Ia tidak sabar ingin melihat wajah tampan Syafiq yang selalu datar bak triplek. Walaupun begitu tapi Syafiq tetap terlihat tampan dimata Feli.

“Feli...Feli...” gumam Elma sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Mereka pun menuju kedepan gerbang sekolah, dan benar saja Syafiq sudah berada disana. Ia sedang duduk di jok motor miliknya sambil menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Sinar matahari sudah membuat keringat bercucuran diwajah Syafiq. Syafiq menatap datar pada Syafira yang kini sudah berada didepannya, sedetik kemudian tatapan yang tadinya datar kini berubah tajam.

“Ck. Lama banget sih, Ra! Capek tau nungguinnya!” protes Syafiq tepat depan muka Syafira.

“Ya maap kak. Tadi Fira nunggu sepi dulu,” jawab Syafira pelan seraya menundukkan pandangannya. Syafiq membuat Syafira menjadi takut.

“Yaudah ayo pulang!”

“Buset galak bet,” batin Feli. Ia bergidik ngeri saat melihat Syafiq yang tengah memasang wajah tidak mengenakkan seperti ini.

“El, Fel, aku pulang duluan ya,” pamit Syafira.

“Iya, Ra. Hati-hati.”

Syafira mengangguk pelan. “Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam.”

Syafiq kemudian melaju dengan motornya disertai Syafira yang memeluk erat pinggang pemuda itu. Motor sport hitam itu membelah keramaian jalanan kota di siang ini. Feli masih setia memandangi motor Syafiq yang sudah hilang dari pandangan.

“Dorr!!”

“Eh kuda lo!!”

“Ngelamun teros. Kesambet tau rasa lo.”

“Btw, Kakaknya Syafira ganteng ya. Jadi pengen gue khitbah,” tuturnya mulai ngaco dengan mata yang masih setia menatap kearah motor Syafiq yang benar-benar sudah hilang dari pandangan. .

“Emang dia bakal mau sama lo gitu?” ketus Elma sambil memincingkan bola matanya kearah Feli. Menatap tidak yakin pada gadis itu.

“Oh jelas! Secara gue kan makhluk yang paling cantik dibumi ini!” tuturnya menyombongkan diri sambil menyibakkan hijabnya ke belakang.

“Pede lo monyet!!”

“Nyenyenye.”

*****

Malam yang dingin dengan embun yang mulai mengecup bumi, ditambah dengan angin yang berhembus kencang menusuk tulang, menambah kesejukan di malam itu.

Dirumah asri yang sederhana itu terdengar suara merdu seorang perempuan yang sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an.

Syafira Adzwa Zulaikha. Gadis mungil yang sekarang telah menduduki kelas 10 disekolahnya. Malaikat kecil bagi orang tuanya dan makhluk peganggu bagi kakak laki-lakinya.

Syafira yang masih menggunakan mukenah berwarna putih dan kini tengah duduk diatas sajadah sedang fokus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan sangat khusuk, ditambah dengan suaranya yang merdu membuat siapapun yang mendengarnya menjadi tentram.

Syafira memang tidak tinggal dipondok pesantren, tapi dari kecil orang tuanya sudah mengajarkannya tentang agama. Jadi tidak heran jika Syafira sangat pandai dalam membaca Al-Qur'an.

Tanpa disadari, seorang wanita paruh baya sedari tadi memperhatikan Syafira yang sedang khusuk membaca Al-Qur'an. Dia adalah Alma, ibunda Syafira.

“Shadaqallahul'adzim.” Syafira mengakhiri bacaan Al-Qur'annya dan meletakkan Al-Qur'an miliknya diatas nakas. Syafira segera melepas dan melipat mukenah putih tersebut dan meletakkannya di lemari kecil. Syafira berbalik badan dan menyadari ada Alma disana.

“Eh, ada umi,” ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

“Assalamualaikum, malaikat umi,” ucap Alma seraya berjalan menuju ke kasur empuk milik Syafira.

“Waalaikumsalam, umi.” jawab Syafira lembut seraya mencium punggung tangan yang sudah tak mulus itu.

*****

Maaf kalau alurnya ngelantur dan banyak typo. Tandai yang perlu diperbaiki ya :)

Sampai ketemu lagi di part selanjutnya❤

Kekasih Halalku - 02

...“Allah pasti punya rencana yang indah untuk setiap makhluk Ciptaan-Nya.”...

...Happy Reading❤...

*****

Kemudian Alma duduk dibibir kasur milik Syafira.

“Ada apa ya, umi?” tanya Syafira dengan nada lembut ketika Alma sudah berada tepat disampingnya.

“Umi cuma mau ngasih tau, besok pagi Umi harus berangkat kerumah nenek sama Abi. Kamu jaga diri ya di rumah sama kakak,” perjelas Alma.

“Yahh umi... Fira mau ikut ngeliat nenek,” rengeknya sambil memasang raut wajah melas khas Syafira.

“Kamu kan harus sekolah nak, kakak mu juga harus kuliah. Jadi kalian dirumah aja ya,” tutur Alma lembut sambil mengelus puncak kepala Syafira.

Syafira menghela nafas pelan lalu mengiyakan permintaan ibunya. Memang benar, ia besok harus ke sekolahnya apalagi besok ada acara.

“Yaudah deh, umi hati-hati ya. Jangan lupa oleh-olehnya buat Fira. Oh ya umi berapa hari dirumah nenek?” ucap Syafira beruntun.

“Umi juga belum tau nak. Udah tidur gih besok kan Fira mau berangkat pagi. Umi keluar dulu ya, Assalamualaikum,” ucap Alma seraya mengecup lembut puncak kepala Syafira dan segera berdiri dari duduknya.

“Iya umi. Waalaikumussalam.”

Alma pun melangkah keluar dan membiarkan Syafira untuk beristirahat. Setelah Alma menutup pintu kamar Syafira, barulah Syafira merebahkan tubuhnya dikasur empuk tersebut. Ia masih setia menatap langit-langit kamar sebelum benar-benar terlelap. Tak lupa, gadis itu juga sudah membaca doa tidur sebelumnya.

*****

“Kak, anterin Fira ke sekolah dong kak. Fira lagi buru-buru nih!” rengek Syafira pada Syafiq yang sedari tadi sibuk menyantap roti yang ada di depannya.

“Nggak,” jawabnya singkat dan dingin, tak lupa dengan raut wajah yang datar bak triplek. Itulah Syafiq, pemuda yang sangat dingin.

Orang tua Syafira memang sudah berangkat ke Bandung dari subuh tadi. Mereka takut terjebak kemacetan jika berangkat terlalu siang. Dan saat ini hanya tinggal Syafiq dan Syafira dirumah asri itu.

“Ya Allah kak, anterin ngapa!” ucap Syafira sambil menahan bulir bening yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Syafiq benar-benar menyebalkan menurut Syafira. Mengapa pemuda itu sangat tidak pengertian?

“Untung kakak Fira. Kalau orang lain udah Fira gibeng nih!”

Syafiq menghela nafas kasar lalu beranjak dari kursinya seraya meletakkan roti yang masih tersisa setengah itu kedalam piring. Mata Syafira seketika berbinar melihat Syafiq sedang memakai jaket kulit yang sedari tadi ia sampirkan di kursi tempat duduknya.

“Yaudah. Ayo cepetan!” ucapan Syafiq benar-benar dingin menyapa indra pendengaran Syafira. Ia memang dengan setengah hati menghantar Syafira ke sekolahan. Itu adalah yang termalas yang harus Syafiq lakukan.

“Beneran Kak? Yeeee!!!” Syafira bersorak antusias sambil menyeka bulir bening dipelupuk matanya yang hampir mengalir akibat ulah Syafiq. Ia langsung meraih tas ranselnya yang berada di meja makan dan keluar membuntuti Syafiq.

Syafiq memang sangat senang menjahili adiknya, tapi dalam hati kecilnya ia sangat sayang kepada Syafira. Namun ia bukanlah tipe orang yang bisa menunjukkan rasa sayangnya dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan.

Syafiq melaju dengan motor sport hitam miliknya setelah memakai helm fullface yang kini melekat dikepalanya. Tak lupa Syafira juga menggunakan helm bogo berwarna pink dengan motif tokoh kartun stitch berwarna biru.

Motornya kembali membelah jalanan kota yang tampak mulai ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Tak lama kemudian ia pun sampai didepan gerbang sekolah Syafira.

“Udah sampe, turun!”

Syafira menurut. Ia langsung turun dari motor Syafiq dan segera melepas helm bogo yang ia kenakan tadi. Ia kemudian memberikan helm tersebut pada Syafiq.

“Makasih kakakku sayang, kakak baik deh!” ucap Syafira menggoda Syafiq yang tengah memasang raut wajah tidak enak itu.

“Hm,” Syafiq hanya berdehem menanggapi ucapan Syafira. Ah, sangat unfaedah sekali berbasa basi seperti itu menurut Syafiq.

“Fira masuk dulu ya?” Syafira langsung meraih tangan kekar Syafiq tanpa aba-aba dan mencium punggung tangan itu.

Syafiq tidak bereaksi, ia hanya menatap datar pada Syafira. Sungguh, kakak yang sangat unik.

“Assalamualaikum,” ucap gadis itu seraya tersenyum manis kearah Syafiq.

“Waalaikumsalam.”

Kemudian Syafiq pun melaju dengan motornya lalu menghilang dari pandangan Syafira.

Syafira langsung berjalan memasuki gerbang sekolah itu dan mulai melangkah dikoridor sekolahan. Setelah sampai didepan kelasnya, ia memasuki ruang petak tersebut. Tidak sesuai ekspektasi Syafira, ternyata ruangan itu masih sepi. Hanya ada Aldi, dan Rasya yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya masing-masing. Rasya, adalah pemuda yang sangat tidak peduli pada sekitarnya.

“Assalamualaikum,” ucap Syafira ramah pada seisi kelas yang hanya ada dua orang tersebut.

“Waalaikumussalam,” jawab Aldi dan Rasya serempak. Mereka menoleh sebentar kearah Syafira lalu kembali menatap layar ponsel masing-masing.

“Kepagian ternyata,” gumam Syafira pelan. Syafira pun langsung menduduki kursinya yang ada dibarisan depan seraya meletakkan tas ranselnya dimeja. Syafira merogoh tas berwarna biru muda itu, ia tengah mencari ponselnya. Setelah menemukan ponselnya, ia segera membuka aplikasi Al-Qur'an untuk ia baca. Ya itung-itung mengisi waktu luang. Syafira memang selalu mengisi kekosongan waktu dengan membaca Al-Qur'an yang ada diponselnya.

Beberapa menit kemudian sahabat Syafira pun terlihat mulai melangkah memasuki ruang petak tersebut. Ayana Felisya, gadis itu langsung menghampiri kursinya yang ada dibelakang Syafira. Feli langsung nyelonong masuk tanpa mengucap salam terlebih dahulu.

“Masih sepi ternyata. Gue kira udah telat.”

“Waalaikumsalam,” sindir Syafira lembut dan tersenyum manis kearah Feli.

“Eh iya lupa. Assalamualaikum, Fira!” ucap Feli seraya tersenyum kearah Syafira.

“Waalaikumsalam,” jawab Syafira ramah.

“Fira doang nih yang disalamin? Gue nggak gitu?” sinis Aldi sambil mengangkat satu alisnya. Tak lupa, dengan memasang wajah sok galak khas Aldi.

“Nyamber mulu kek bensin!”

Feli menghela nafas kasar seraya menoleh kearah Aldi yang ada dipojokan. Ia tersenyum sinis saat satu ide terlintas di benaknya.

Feli mulai menarik nafas dalam-dalam. “Assalamualaikum, Ya Ahli Kubur!” pekik Feli dengan nada yang dinaikkan satu oktaf sambil menatap sinis kearah Aldi.

Aldi langsung menatap tajam pada gadis itu. Berani-beraninya dia mengucap seperti itu pada Aldi.

“Kurang ajar lo ya!” teriak Aldi sambil menatap horor pada Feli yang sedang nyengir tak berdosa.

“Ups, sorry sengaja!” sinis Feli sambil menutup mulutnya dengan satu tangan sambil terkikik menyeringai. Sedetik Kemudian Feli langsung berlari ke luar kelas ketika Aldi tampak sudah mulai berdiri dari duduknya.

“Woii sini lo! Gue gunting mulut lo!” teriak Aldi lantang seraya melompat ke meja dan mengejar Feli yang sudah berlari keluar dari kelasnya.

Syafira hanya tersenyum melihat tingkah konyol sahabatnya itu. Aldi dan Feli memang tidak pernah akur sama sekali saat bertemu. Mereka sudah seperti musuh bebuyutan yang saling melempar tatapan tidak mengenakkan saat terserempak secara tidak sengaja.

“Mungkin mereka jodoh,” batin Syafira mulai ngaco.

Tak selang beberapa lama, Elma dan teman sekelasnya yang lain pun mulai terlihat memasuki ruang petak tersebut. Sedangkan Aldi dan Feli masih menyelesaikan urusan rumah tangga mereka di luar kelas.

5 menit kemudian, guru wanita masuk kedalam kelas tersebut dan menginstruksikan pada seisi kelas untuk segera berkumpul di area lapangan untuk memulai acara. Di lapangan tersebut juga sudah ada panggung dan perlengkapan lain yang sudah dipersiapkan awal-awal.

Seluruh siswa MAN Nurul Islam pun segera berkumpul dilapangan dan memulai acara Hari Santri Nasional. Itu adalah rutinitas mereka setiap tahunnya, dan ini adalah tahun pertama Syafira mengikuti acara ini.

Acara Hari Santri diawali dengan pembukaan kemudian sambutan dari kepala sekolah lalu dilanjut dengan sholawatan yang diiringi oleh grup hadroh kelas 11 dan kelas 12.

Feli yang menyadari acara sholawat sudah dimulai pun langsung segar. Ia yang tadinya lesu, lemas kini menjadi berbinar kala melihat kakak kelas yang ia tunggu-tunggu kini mulai naik ke atas panggung sambil membawa peralatan hadroh.

“Ya Allah, Masya Allah, Subhanallah, itu kakak-kakaknya ganteng banget, Ra!” pekik Feli antusias sambil menepuk-nepuk bahu Syafira yang berada disebelahnya.ucapan Feli membuat beberapa kakak kelas perempuan yang berada didekatnya menatap sinis kearah Feli.

“Fel, jaga sikap dong. Kita diliatin sama kakak-kakak cewek loh!” tutur Syafira yang merasa agak takut ketika Feli bertingkah seperti ini.

“Biarin,” jawab Feli acuh tak acuh dan masih setia menatap kearah panggung. Ya Tuhan, pemandangan yang benar-benar memanjakan mata Feli.

Syafira menghela nafas panjang. Ia juga tidak peduli siapa yang ada diatas panggung. Toh juga tidak ada urusannya dengan Syafira. Ia hanya sesekali melirik ke arah panggung kemudian segera mengalihkan pandangannya. Pandangan yang bisa menggoda iman Syafira jika Syafira terus menghadap kesana. Ia hanya menikmati alunan lagu-lagu islami yang dilantunkan oleh beberapa pemuda-pemuda itu tanpa memperhatikan siapa yang mengalunkan lagu tersebut.

Setelah acara sholawat selesai, acara dilanjutkan kembali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars Hari Santri. Siswa siswi yang sedari tadi duduk kini disuruh berdiri untuk mengikuti acara.

Mereka semua mulai berdiri dan segera menyanyikan lagu nasional tersebut. Saat sedang fokus bernyanyi, mata Syafira tak sengaja bertemu dengan mata teduh milik salah satu lelaki yang berada diatas panggung. Pandangan mereka terkunci untuk beberapa saat. Syafira terdiam sejenak. Ia sepertinya mengenal pemuda itu. Siapa dia? Syafira sepertinya tidak asing. Apa Syafira pernah menemui pemuda itu sebelumnya?

Tiba-tiba saja jantung Syafira berpacu lomba setelah menatap manik mata milik pemuda itu. Apa yang terjadi?

“Ya Allah, jantung Fira kenapa? Please jangan ambil nyawa Fira sekarang, Fira belum nikah Ya Allah!” batinnya mulai ngaco. Disaat seperti ini masih sempat-sempatnya Syafira membatin unfaedah seperti itu.

“Kayaknya Fira pernah ngeliat dia deh, tapi dimana?” batinnya lagi. Ia benar-benar penasaran dengan pemuda itu.

“Ra, kamu kenapa? Kok muka kamu berubah gitu?” tanya Elma yang melihat perubahan raut wajah Syafira.

Syafira gelagapan, pertanyaan Elma membuat Syafira salah tingkah. ”Eh, e..enggak kok. Aku nggak papa,” jawabnya terbata-bata dan berusaha mengelak dari pertanyaan Elma.

Elma menyipitkan matanya menatap curiga pada Syafira. Tidak biasanya Syafira gelagapan seperti ini. Pasti ada sesuatu.

“Gue curiga.”

Rasyid Ibnu Malik, ia adalah pemuda yang sempat beradu pandang dengan Syafira tadi. Rasyid adalah kakak kelas Syafira,lebih tepatnya kelas 12 IPA 2. Rasyid sepertinya pernah melihat gadis tadi. Tapi dimana? Ah, mereka berdua sama saja. Sama-sama pikun.

*****

“Alhamdulillah acara hari ini berjalan dengan lancar tanpa ada halangan suatu apapun. Saya sebagai pembawa acara memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada salah kata yang disengaja maupun tidak disengaja. Akhirul Kalam Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mari kita mengucap Hamdalah bersama-sama. Alhamdulillah hirobbil alamin.” Begitulah kata penutup yang disampaikan MC dari acara tersebut.

Setelah acara selesai, siswa siswi langsung berhamburan kembali ke kelasnya masing-masing dan bersiap-siap untuk pulang. Begitu juga Syafira. Selama perjalanan menuju kekelas, ia masih sering melirik keatas panggung. Melihat apakah disana masih ada pemuda tadi. Tapi nihil, Rasyid sudah tidak berada disana.

Syafira sebenarnya masih penasaran dengan sosok pemuda tersebut. Pemuda itu sukses menciptakan desiran hebat dalam hati Syafira dan membuat kinerja jantungnya terganggu. Ah, Syafira segera menepis rasa ingin tahunya yang berlebih. Persetan dengan pemuda itu, Syafira sudah tidak ingin mencari tahu lebih jauh lagi tentangnya.

“Biarlah Allah yang menjawab semuanya.”

*****

Gimana? Seru?

Maaf kalau alurnya gaje dan banyak typo. Jadilah pembaca yang intens. Tandai yang perlu diperbaiki.

Sampai ketemu lagi di part selanjutnya❤

Kekasih Halalku - 03

“Sebaik-baiknya cinta adalah cinta kepada Sang Pencipta.”

Happy Reading❤

*****

Bel sudah berbunyi, menujukkan waktu istirahat sudah dimulai. Siswa siswi sekolah islam itu langsung berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, bolos, tidur dikelas, ada juga yang ke mushola untuk menunaikan sholat dhuha.

Dan Syafira memilih untuk pergi ke mushola dan melaksanakan Sholat Dhuha. Baginya tidak mengapa jika harus mengorbankan jam istirahatnya untuk menunaikan sholat dhuha. Setiap istirahat pertama ia pasti menyempatkan waktu untuk Sholat Dhuha di mushola.

Kebetulan hari ini adalah hari senin. Seperti biasa, Syafira rutin berpuasa senin kamis, jadi ia tidak perlu buru-buru untuk ke kantin sehabis menunaikan sholat. Ia pun bisa lebih khusuk dalam sholatnya.

“El, Fel ke mushola yuk!” ajak Syafira bersemangat pada kedua sahabatnya.

“Ngapain, Ra?” tanya Feli polos sambil mengunyah permen karet.

“Ya sholatlah lah, Fel. Emang lo pikir ke mushola mau ternak lele!” kali ini bukan Syafira yang menjawab melainkan Elma yang berada disebelah Syafira. Elma sudah terlanjur kesal mendengar pertanyaan unfaedah yang dilontarkan Feli.

“B aja dong!” ketus Feli sambil memutar bola mata ke sembarang arah.

“Nyamber mulu, heran.”

“Aku nggak ikut dulu ya, Ra. Tamu bulanan lagi dateng soalnya,” jawab Elma sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal seraya nyengir menunjukkan deretan giginya yang rapi.

Syafira mengangguk menanggapi jawaban Elma. Ia tahu sahabatnya ini tidak mungkin berbohong.

Fokus Syafira kini beralih pada Feli yang duduk dibelakangnya. “Kalau kamu gimana, Fel?” tanya Syafira penasaran

“Btw, Aku laper banget sih, Ra. Kata mommy aku nggak boleh telat makan,” Feli mulai mencari-cari alasan. Feli memang sangat susah jika diajak untuk pergi ke mushola bersama dengan Syafira. Pasti ada saja alasan yang ia utarakan untuk menolak ajakan Syafira secara lembut.

Syafira menghela nafas panjang dan raut wajahnya berubah masam. Ternyata mengajak orang pada kebaikan itu tidak mudah ya.

“Jadi aku sendiri nih ceritanya?” tanya Syafira memelas.

“Hok oh.”

“Yaudah. Aku ke mushola dulu. Assalamualaikum,” ucap Syafira seraya berdiri dari duduknya dan mengeluarkan mukenah berwarna putih dari tas ransel miliknya.

“Waalaikumsalam.”

Syafira langsung berlalu keluar dari kelasnya ketika salamnya sudah dijawab oleh mereka. Ia mulai berjalan santai di koridor sekolahan menuju ke mushola sambil menenteng mukenahnya.

*****

Syafira kini sudah menyelesaikan ibadahnya. Syafira sedang duduk di teras mushola seraya menali sepatu putih miliknya. Mata Syafira kemudian menangkap sosok yang kemarin yang membuat kinerja jantungnya menjadi tidak normal. Pemuda itu tengah duduk berjarak dua meter disebelah kiri Syafira.Rasyid, tapi sampai saat ini pun Syafira belum mengetahui nama pemuda itu dan ia juga sudah tidak ingin tahu lebih jauh lagi tentang Rasyid.

Syafira memperhatikan wajah Rasyid dengan seksama, ia mencoba mengingat-ingat dimana ia pernah bertemu dengan pemuda itu. Rasyid masih fokus menali sepatunya sampai ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang tengah memperhatikan dirinya secara intens.

“Astagfirullahhalladzim,” gumam Syafira saat ia menyadari kesalahannya sudah memperhatikan lelaki yang tidak halal untuknya. Ah, Syafira sudah terlena sampai tidak menyadari bahwa apa yang ia lakukan saat ini termasuk dosa.

Rasyid yang mendengar suara Syafira yang samar-samar langsung menoleh kearah Syafira. Seketika pandangan mereka kembali bertemu. Syafira terpelonjak kaget saat ia tertangkap basah tengah memperhatikan Rasyid. Syafira mengalihkan pandangannya kearah lain dan segera menyudahi acara menali sepatunya. Syafira benar-benar malu saat ini, Rasyid membuatnya menjadi salah tingkah. Syafira langsung beranjak dari teras mushola tersebut seraya menenteng mukenahnya dan meninggalkan Rasyid yang masih menatap punggung mungil gadis itu.

Pemuda itu heran dengan tingkah Syafira, mengapa gadis itu terlihat gugup saat Rasyid melihatnya. Rasyid tidak ambil pusing dengan Syafira. Rasyid juga tidak mengenalnya. Sedetik kemudian Rasyid merasakan desiran aneh ditubuhnya, seperti ada sengatan listrik yang menjalar. Jantungnya tiba-tiba saja berpacu tidak normal tanpa sebab.

“Ni jantung kenapa dah. Oh mungkin ini yang dinamakan serangan jantung.” gumam Rasyid asal.

*****

Angin yang berhembus di siang itu menerpa hijab syar'i yang digunakan gadis yang sedang berjalan pelan di bawah rindangnya pepohonan. Desiran hebat itu menyapa kembali, entah apa yang sedang ia rasakan saat ini, ia sendiri pun tidak mengerti. Apa ini yang dinamakan cinta? Ya Tuhan, bahkan Syafira pun tidak tahu apa itu cinta.

Syafira berjalan santai sambil menatap kosong ke depan, pikirannya melayang jauh memikirkan seseorang yang belum halal baginya. Disisi lain ada sepasang mata yang tengah memperhatikan gerak gerik Syafira dengan tatapan berapi-api dan sedang menahan api cemburu.

Dia adalah kakak kelas Syafira yang tidak sengaja melihat Syafira beradu pandang dengan Rasyid. Dia adalah Natasya Adriani, perempuan yang sudah mencintai Rasyid sejak kelas sepuluh, Tapi sayang cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Rasyid tidak pernah menegurnya sedikit pun. Jangankan menegur, melirik Natasya saja tidak pernah. Rasyid selalu memasang sikap es batunya kepada semua perempuan, tidak terkecuali Natasya.

“Syafira Adzwa, tunggu pembalasan gue.”

*****

Syafira memasuki ruang kelasnya dengan wajah yang lesu, tidak ada guratan senyuman diwajah cantiknya. Syafira langsung duduk dikursinya tanpa mengucap salam terlebih dahulu.

“Ra, kamu kenapa?” tanya Elma penasaran, tidak biasanya Syafira muram dan lesu seperti ini.

“Iya, Ra. Kamu habis di kejar setan ya?” sahut Feli asal.

“Apaan sih. Aku biasa-biasa aja kok.” Syafira berusaha mengelak dari pertanyaan-pertanyaan Elma dan Feli. Ia segera merubah mimik mukanya seperti sedia kala.

“Bohong! Pasti ada apa-apa nih!” pekik Feli sambil menyipitkan matanya menatap curiga pada Syafira.

“Beneran, Fel. Jangan su'udzon terus sama aku. Dosa tau,” peringat Syafira.

“Jangan bo—”

“Assalamualaikum, anak-anak,” suara bariton itu memutus ucapan Feli. Terlihat seorang guru laki-laki sudah memasuki ruang petak tersebut.

Syafira akhirnya bisa bernapas lega.

“Huhh untung gurunya cepet dateng. Kalo nggak bisa mati kutu aku ditanyain mulu sama miss rempong.”

*****

Kringg kringg...

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. dan seperti biasa, Syafira dan sahabat-sahabatnya masih setia berada didalam kelas sembari menunggu sekolahan mereka agak sepi. Syafira masih saja disodorkan pertanyaan oleh Feli sedari tadi dan membuatnya jengah sendiri.

“Ra, tadi kamu kenapa sih? Kalo ada apa-apa cerita kek!” pekik Feli memaksa, gadis ini benar-benar rempong. Ia tidak menyerah begitu saja selama ia belum mendapatkan jawaban yang memuaskan dari mulut Syafira.

“Yaelah Fel, kalo Fira belum siap cerita yaudah sih. Kok malah lo yang sewot!” sahut Elma memojokkan Feli.

Feli menghela nafas kasar dan memilih tidak bertanya lagi pada Syafira. Ia sudah terlanjur kesal dengan Syafira dan Elma.

“Aku beneran nggak papa kok, Fel. Udah dong, jangan manyun gitu,” bujuk Syafira yang mengetahui isi kepala Feli saat ini.

“Iya-iya nggak manyun.”

“Senyum dong.”

“Heemm....” ucap Feli sambil menarik ujung bibirnya keatas dan membentuk lekukan yang indah.

“Gitu kan manis,” tukas Syafira sambil mencubit kedua pipi bakpau milik Feli.

“Aduh, Ra! Sakit!” pekik Feli seraya memegang pipinya yang terasa sakit akibat cubitan Syafira barusan.

“Sorry. Kelepasan,” jawab Syafira sambil nyengir tak berdosa.

Elma terkekeh melihat perdebatan kecil antara Syafira dan Feli seraya menggeleng pelan.

“Dah sepi tuh. Pulang yuk,” ajak Syafira sambil menenteng tas ranselnya.

“Yaudah yuk.”

Mereka keluar dari kelasnya dan berjalan melewati koridor sekolahan sambil sesekali bercanda gurau. Gelak tawa tidak pernah lepas dari ketiganya. Ada saja tingkah Feli yang membuat Syafira dan Elma tertawa lepas.

Tiba-tiba Natasya muncul didepan mereka dengan wajah yang biasa-biasa saja. Gadis yang menggunakan seragam yang sama seperti mereka itu tiba-tiba menghentikan langkah mereka bertiga. Natasya berusaha semanis mungkin didepan Syafira dan sahabat-sahabatnya.

Mereka langsung menghentikan langkahnya dan beralih menatap heran pada Natasya.

“Kak Tasya ngapain? Nggak pulang?" tanya Elma penasaran.

“Gue mau ke toilet tapi nggak berani, soalnya temen-temen gue udah pada pulang.” jawabnya yang ia buat setenang mungkin.

“Kak Tasya mau kita anterin?" tawar Syafira disertai dengan senyumannya yang manis.

“Boleh?”

“Boleh kak. Ayo kita bertiga anterin,” jawab Syafira lagi tanpa menaruh curiga sedikitpun.

“Gue sama lo aja ya, Ra. Nggak enak sama temen-temen lo,” alibinya.

“Nggak papa kok kak. Kita nggak repot kok,” kali ini Feli yang mengangkat bicara.

“Sama lo aja ya, Ra.” Natasya tetap bersikeras meminta dihantar oleh Syafira saja. Kelakuan Natasya benar-benar mencurigakan.

Syafira menghela nafas pelan, dan mengiyakan permintaan Natasya. Gadis itu sama sekali tidak curiga.

“Yaudah deh. El, Fel, kalian pulang duluan aja. Aku mau anterin kak Tasya ke toilet bentar.”

Elma dan Feli sempat khawatir dengan Syafira, namun mereka berusaha menepis kekhawatiran mereka. Mereka merasa ada yang ganjal dengan sikap Natasya.

“Oke. Kita pulang duluan ya Ra, Kak. Assalamualaikum,” pamit Feli.

“Waalaikumsalam,” jawab mereka serempak.

Elma dan Feli langsung melangkah menuju ke parkiran sekolahan. Sedangkan Natasya dan Syafira berjalan menuju kekamar mandi.

Hening. Itulah yang terjadi antara mereka sepanjang perjalanan menuju ke kamar mandi. Syafira yang merasa agak canggung memberanikan diri membuka suara.

“Kak, kakak kok diem aja?” lirihnya pelan.

Tidak ada jawaban dari Natasya, gadis itu hanya fokus melihat kedepan sambil menahan amarahnya yang sudah berkobar sejak tadi.

“Tahan Tasya, sebentar lagi.”

Syafira mengernyit bingung sambil tetap memperhatikan wajah Natasya yang berada disampingnya saat ini. Mengapa perasaan Syafira menjadi tidak enak?

“Yaudah kak, Fira tunggu disini ya,” ucap Syafira ketika ia dan Natasya sudah sampai didepan toilet sekolahan.

Tak disangka ternyata didalam toilet sudah ada tiga teman-teman Natasya yang dari tadi sudah bersiap-siap untuk memberi pelajaran pada Syafira. Mereka bertiga keluar dan mengampiri Syafira.

“Ka-kak i-ini ada apa ya?” tanya Syafira terbata-bata karena ketakutan melihat wajah Natasya yang mulai berubah menyeramkan.

Seketika, suasana kamar mandi itu menjadi mencekam untuk Syafira. Nafasnya terasa sesak, ia sepertinya kekurangan oksigen.

“Lo nggak usah sok polos deh Syafira!” kata-kata itu keluar langsung dari mulut Natasya. Sontak saja membuat Syafira terkejut bukan main.

Pipinya memanas, matanya mulai memerah sambil menahan bulir bening yang sedari tadi sudah ingin jatuh ke pipi mulus Syafira, jantungnya berdegub kencang. Ya Tuhan, apa yang akan dilakukan Natasya pada Syafira?

Mereka berempat mulai mendekat kearah Syafira dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Syafira hanya bisa pasrah sambil memundurkan langkahnya sampai punggungnya menghantam tembok kamar mandi.

Natasya mencengkeram keras dagu Syafira hingga membuat sang empu meringis kesakitan. Tatapan Natasya sangat-sangat tajam saat ini. Tatapan maut dari mata hazel Natasya menembus ke dalam manik mata Syafira.

“GUE LIAT LO DARI TADI MERHATIIN RASYID, YA! NGAKU LO SYAFIRA!" kali ini Natasya sudah benar-benar membabi buta, ia sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Natasya sudah terlanjur tersulut emosi.

“Ra-rasyid siapa, Kak?” tanya Syafira gugup dengan mata yang mulai mengeluarkan cairan bening.

“LO NGGAK USAH PURA-PURA BEGOK SYAFIRA!! YANG TADI DUDUK DISEBELAH LO ITU RASYID!!” tangan Natasya masih mencengkeram dagu Syafira semakin kuat.

Syafira berusaha untuk pergi tapi ia langsung dihalang oleh ketiga teman Natasya. Mereka memegangi tangan Syafira dengan kuat seraya tersenyum miring.

“A-aku nggak tau kak, A-aku nggak merhatiin kak Rasyid kok.” jawab Syafira sambil menahan rasa sakit ditangannya.

Natasya tersenyum menyeringai. “LO PIKIR GUA BUTA HAA!”

Plakk

Satu tamparan keras mendarat sempurna dipipi mulus Syafira. Natasya langsung menampar keras wajah Syafira tanpa segan dan membuat wajah Syafira terhempas ke samping.

“Aww sa-sakit kak...” rintih Syafira. Pipinya terasa sangat perih akibat tamparan keras dari Natasya.

“INI BELUM SEBERAPA FIRA, LO NGGAK TAU KAN GIMANA RASANYA MENCINTAI TAPI TIDAK DICINTAI!! GUA BENCI SAMA LO SYAFIRA!”

Bugh!

Kali ini bukan tamparan yang Syafira dapatkan melainkan bogeman keras dari Natasya. Pukulan tersebut tepat mengenai rahang Syafira hingga membuat darah segar mengalir begitu saja.

Natasya benar-benar tidak bisa melihat ada perempuan lain yang mencoba mendekati pujaan hatinya itu. Kejam, itulah Natasya. Ia sangat kejam. Ia tidak segan-segan mencelakai siapapun yang ingin mengambil miliknya, menurutnya. Padahal Syafira hanya memperhatikan Rasyid sejenak, namun Natasya sudah berani bertindak sebejat itu. What's wrong with you, Natasya?

*****

Maafkan Alur yang ngelantur dan banyak Typo.

Kira-kira siapa nih yang bakalan nyelametin Syafira?

Sampai ketemu lagi di part selanjutnya❤

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!