NovelToon NovelToon

Menikahi Kakak Ipar Kejam

Radika Mahesa

"Radika Mahesa!" teriak nyonya Sarah yang tak lain adalah mama dari Radika sang CEO ternama

Radika yang dipanggil hanya menoleh sekilas. Mata merah, tubuh lesu yang di papah oleh dua wanita cantik, dan bau alkohol yang sangat menyengat sudah menandakan bahwa CEO ternama itu lagi lagi pulang dalam keadaan mabuk.

"Cepat hentikan langkahmu atau mama akan tarik semua perusahaan peninggalan papa dari tanganmu"

Deg

Radika yang baru saja melanjutkan langkah dengan dua wanita di sampingnya, tiba-tiba menghentikan laju langkahnya saat mendapat ancaman dari mama Sarah.

Dengan cepat, Radika melepaskan tangan para wanita seksi yang menggenggam erat lengannya dan memberikan isyarat pada dua wanita tersebut untuk segera pergi meninggalkan dirinya.

"Duduklah mama mau bicara sama kamu"

"Ada apa sih ma?"

"Sudah beberapa kali setiap Mama berkunjung kesini, Mama melihat kamu pulang dalam keadaan mabuk. Bahkan kau juga membawa beberapa wanita penghibur masuk kedalam rumah ini. Apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan?"

"Tentu saja Ma. Memangnya apa yang salah jika aku membawa wanita-wanita itu datang ke rumah ini? Aku sudah tidak memiliki istri lagi. Aku kehilangan istri yang sangat aku cintai Ma. Dia tega meninggalkanku seorang diri. Salah? kalau aku mengundang mereka untuk menghangatkan ranjangku?"

"Kamu tidak sendirian Radika. Kamu masih memiliki Mama. Kamu juga masih punya Moana yang tentunya perlu kasih sayang sepenuhnya darimu"

"Moana itu masih kecil Ma. Dia itu masih bayi. Dan dia tidak akan pernah mengerti penderitaan yang aku rasakan"

"Justru disini Moana lah yang paling menderita. Dia pasti sangat menderita karena kedua orang tuanya tidak bisa merawatnya. Ibunya meninggal saat dia masih bayi. Dan ayahnya malah tak mau mendampingi masa pertumbuhannya. Apa kamu yakin mendiang istrimu akan bahagia kalau melihat kelakuanmu seperti ini?"

"Lalu aku harus bagaimana menurut Mama?"

"Menikahlah"

"Apa?"

"Ya. Jalan satu-satunya hanyalah kau harus menikah dan memberikan ibu pengganti untuk Moana"

"Apa yang Mama bicarakan? Memangnya siapa yang bisa menggantikan istriku? Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa menggantikan posisi istriku Ma"

"Ada"

"Siapa?"

"Renata"

"What? Renata? Wanita culun itu? Mama ini sudah gila ya? Kenapa Mama terus mendesakku untuk menikahinya? Mana mungkin aku menikah dengan wanita udik seperti dia Ma"

"Tapi dia itu adik kandung dari istrimu. Bukankah wajah mereka juga hampir sama?".

"Sangat jelas berbeda ma. Apalagi soal penampilan, mereka itu bagaikan langit dan bumi".

"Janganlah kau melihat penampilannya terlebih dulu. penampilan itu kan bisa diubah. Mama lihat dia itu anak yang cantik kok, hanya saja mungkin dia tak mau memperlihatkan kecantikannya itu pada sembarang orang. Kita hanya perlu make over sedikit saja".

Mau di make over seperti apapun, dia itu nggak akan pernah berubah. Dia akan tetap menjadi gadis yang jelek Ma".

"Renata itu gadis yang sangat baik. Dan mama yakin hanya dia satu-satunya orang yang bisa merawat cucu Mama dengan baik dan tulus".

"Tapi Ma.."

"Sudahlah tidak ada tapi-tapian. Menikah dengan Renata atau akan hapus kamu dari ahli waris keluarga Mahesa"

"Baiklah, terserah mama" sahut Radika sembari melangkah pergi meninggalkan sang Mama sendiri.

Setelah mendapatkan persetujuan dari Radika, Mama Sarah langsung pulang ke Mansion utama dan langsung mendatangi kamar Renata. Sepertinya nyonya besar itu sudah tak sabar ingin menyatukan putranya dengan Renata, gadis yang sudah ia rawat sejak kecil.

Ya, Nadia dan Renata adalah anak dari pembantunya yang sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi di mention utama miliknya.

Setelah kepergian pembantunya tersebut dan karena pembantunya itu tak memiliki sanak saudara lagi di kota itu, akhirnya Nadia dan Renata pun diasuh dan dibesarkan dimension itu juga. Dan pastinya semua kebutuhan mulai dari keseharian bahkan seluruh biaya pendidikan keduanya ditanggung penuh oleh keluarga Mahesa.

Nadia memang tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Ia bahkan pernah menyandang status menjadi mahasiswi lulusan terbaik di fakultas kedokteran di kota J.

Dan semua hal itu membuat banyak orang yang mengidolakannya termasuk Radika. Sang putra mahkota itu telah jatuh hati pada gadis yang bernama Nadia dan berniat untuk menjadikannya seorang istri.

Hingga keduanya pun memutuskan untuk menikah dan pernikahan itu pun tentunya disetujui oleh pihak keluarga besar Mahesa. Karena bagi mereka Nadia adalah sosok gadis yang memang patut untuk dibanggakan.

Namun berbeda dengan Renata. Gadis itu tumbuh menjadi gadis yang tak terlalu dikenal, tak terlalu pintar, dan tak terlalu menawan. Karena Renata lebih sering berpenampilan culun dengan rambut yang dikucir kuda dan rambut yang di cepol ke atas. Dan jangan lupakan kacamata tebal yang selalu menghias kedua bola matanya itu semakin menambah akses culun yang melekat pada dirinya.

Tak berlangsung lama, kebahagiaan pernikahan yang dijalani oleh Radika dan Nadia itu harus mengalami kepahitan bahkan saat usia pernikahan mereka yang baru menginjak 2 tahun. Nadia meninggal persis di saat ia melahirkan Putri pertamanya.

Dan karena kepergian istri tercinta, kini Radika berubah menjadi sosok lain yang jauh dari pribadi aslinya. Ia yang awal mula seorang penyayang, ramah, dermawan dan terkenal sangat baik hati pada semua orang, justru saat ini adalah berbanding terbalik. Radika kini berubah menjadi sosok laki laki yang tegas, tak kenal ampun, suka berfoya, pecinta wanita, dan berkata serta bersikap kasar pada orang, termasuk pada para karyawan yang ada di perusahaannya.

Dan karena sikap itulah yang membuat sang mama memilih untuk menikahkan kembali Radika. Dengan tujuan agar sakit hati karena di tinggalkan oleh sang istri tak semakin larut dan perlahan bisa terobati dengan menghadirkan orang baru.

"Nyonya" lirih Renata yang terwujud saat mendapati nyonya besar Mansion sudah berdiri di depan pintu kamarnya

"Renata, Saya mau bicara serius sama kamu"

"Bicara apa nyonya?"

"Menikahlah dengan Radika"

"Maksud Nyonya mas Radika mana?"

"Memangnya ada Radika mana lagi selain Radika Mahesa?"

Deg

Tubuh Renata mendadak kaku. Lulutnya seketika melemas. Tulang persendiannya seakan melunak dan tak mampu lagi untuk berpijak. Ini seperti mendengar petir menyambar di siang bolong bagi Renata.

"Renata, kamu mau kan?"

"Ss.. saya.."

.

.

Takkan Terganti

"Kamu mau kan?"

"Ss.. Saya.."

"Nata, ini semua demi Moana"

"Maaf nyonya. Jika untuk merawat Moana, saya bersedia kok merawat Moana seperti anak saya sendiri tanpa harus menikah dengan kak Dika"

"Tidak sesimpel itu, Kalian akan tinggal dalam satu atap. Jadi mau tak mau kalian harus menikah"

"Tapi kan kak Dika itu kakak ipar saya nyonya"

"Memangnya kenapa jika dia kakak iparmu? Tak ada larangan pernikahan turun ranjang bukan?"

"iya Nyonya, tapi.."

"Nata, Saya harap kamu tidak lupa akan semua jasa keluarga Mahesa pada hidup kamu dan juga kakakmu"

"Sampai mati saya tidak akan pernah melupakan itu semua Nyonya"

"Baguslah, anggap saja ini semua sebagai balas budi untuk keluarga Mahesa. Kamu mengerti kan maksut saya?"

"Iya Nyonya, saya mengerti"

"Baiklah, Saya akan meminta Sekertaris Jo untuk mengurus pernikahan kalian secepatnya. Jadi persiapkan dirimu, karena sebentar lagi kamu akan benar benar menjadi bagian dari keluarga Mahesa"

Setelah memberitahu berita mengejutkan ini, Nyonya besar itu lantas berlalu pergi meninggalkan Renata yang masih terpaku dan syok akan bagaimana nasib kehidupan kedepannya nanti.

Ingin menolak, namun Renata tak seberani itu untuk mengatakannya. Hingga akhirnya ia hanya bisa pasrah dan menerima begitu saja takdir serta jalan hidup yang di berikan oleh keluarga Mahesa tersebut.

...****************...

Dua minggu kemudian

SAH

Serentak terdengar seruan dari para tamu undangan yang menjadi saksi sahnya pernikahan turun ranjang antara Radika dan Renata. Dan bersamaan dengan itu pula, luluh lah pertahanan diri Renata dalam membendung rasa sedih dan bahagia secara bersamaan. Air matanya tak henti menetes dan membasahi riasan cantik di wajahnya.

Renata merasa sedih karena tak memiliki kebebasan dalam memilih pasangan hidupnya. Apalagi ditambah dengan impian menjadi seorang ratu sehari semalam telah gagal karena di acara pernikahan ini tak ada resepsi mewah sesuai dengan impian masa kecilnya. Namun disaat yang bersamaan, ia juga merasa bahagia karena akhirnya ia menyandang gelar menjadi seorang istri.

Setelah resmi menjadi seorang istri, Renata di boyong ke mansion pribadi milik Radika. Disana ia tinggal bersama suami dan juga Moana, putri kakanya yang kini telah menjadi anak tirinya.

Radika sengaja memberikan satu orang pengasuh bayi yang akan membantu Renata merawat putrinya. Karena sampai detik ini, Ia masih tak percaya kalau harus sepenuhnya menyerahkan urusan Moana pada Renata.

Entah mengapa sampai saat ini, Radika juga masih sangat benci dengan penampilan wanita yang baru saja ia persunting itu.

"kenapa kak Dika memberiku kamar seperti ini? Bukankah ini adalah kamar pembantu?" batin Renata.

"Maaf nona, ini memang kamar yang harus anda tempati. Saya hanya menjalankan perintah dari Tuan besar" ucap salah satu pembantu mension yang mengantarkannya. Sepertinya pembantu itu memang sudah tau apa yang sedang dipikirkan oleh Renata saat ini.

"Tidak apa kok kak, terimakasih"

"sama sama. Kalau begitu saya permisi nona"

Setelah pembantu itu pergi, Renata segera masuk ke dalam kamar yang memang berukuran tak terlalu besar.

Baru saja Renata ingin merebahkan tubuhnya, bersamaan dengan itu ia di kejutkan dengan suara pintu yang di buka secara paksa.

"Kak Dika" lirih Renata

"Bagaimana dengan kamarnya? Apa kau suka?"

"Suka kok kak"

"Baguslah, kau harus menyukai kamar ini. Karena setiap hari kau akan tidur di sini. Tempat yang sepadan dengan mereka mereka para pembantu mension. Tempat dimana kau memang pantas mendapatkannya"

"Bolehkah saya bertanya?"

Radika tak menjawab. Namun dari tatapan matanya yang tajam sudah jelas menandakan bahwa ia mempersilahkan pada Renata untuk mengungkapkan pertanyaannya.

"Kenapa kak Dika memberiku kamar pembantu? Bukankah kita ini sekarang adalah suami istri?"

"pertanyaan macam apa ini? Ha.. Ha.. Ha.. Nata.. Nata.. Kau ini sedang bermimpi?"

"Jika kau memang bermimpi, maka bangunlah. Dan cepat berdiri di depan cermin. Berkacalah! Pantaskah dirimu mendampingi laki laki sempurna sepertiku?" lanjut Radika

"Tapi mau bagaimanapun keadaannya, aku adalah istri kamu kak, Aku__"

"Stop" Radika mulai gerah dengan pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan oleh Renata kepadanya. Ia pun reflek mencengkeram dagu Renata sedikit kencang hingga menimbulkan suara desisan dari bibir Renata.

"Jangan berbicara lagi! Aku muak denganmu. Aku muak melihat wajah jelekmu itu! Sampai kapanpun, kau tak akan pernah bisa menggantikan posisi Nadia. Kau dan Istriku adalah sosok yang berbeda. Kalian itu ibarat langit dan bumi. Istriku sangat jauh sempurna di atas sana. Sedangkan kau? Hh.. Kau itu hanyalah bitiran debu. Kotor dan hanya akan di injak dan di rendahkan" Radika melempar keras wajah Renata hingga tubuhnya terhuyung ke atas ranjang sempit yang ada di kamar itu.

"Dan satu lagi. Ingat ya, kau memang berstatus istriku, tapi aku tak pernah sedikitpun menganggapmu sebagai seorang istri. Kau itu tak ada bedanya dari para pembantu. Jadi kau harus paham dengan tugasmu disini. Setiap hari kau harus bekerja sama seperti pembantu pembantu itu saat bekerja dan mengabdi padaku. Mengerti"

Renata hanya diam. Ia tak tahu harus berbicara apa lagi. Karena meurutnya percuma saja jika ia lawan pembicaraan ini, karena setiap kata yang keluar dari mulutnya hanya akan dianggap sebagai omong kosong.

Dan diamnya Renata justru malah membuat Radika semakin geram. Ia pun kembali mendekati Renata dan kembali mencengkeram daguna. Cengkraman yang sengaja lebih di kencangkan dari yang sebelumnya.

"Dasar bodoh! Mengerti tidak?"

"Ii..ii..iya kak. Aku mengerti"

Radika pun tersenyum puas dan meninggalkan Renata yang kini mulai terisak lirih di dalam sana.

Dan benar saja, beberapa hari ini Renata menjalani aktifitas di mension ini sebagai seorang pembantu.

Setiap pagi setelah Renata merawat Moana, Ia akan ikut sarapan bersama dengan para pembantu yang lain di dapur. Dan setelah itu, Renata akan berangkat bekerja menjadi seorang pelayan resto seperti biasa.

Ya, menjadi pelayan resto adalah pekerjaan yang menjadi pilihannya karena ia hanyalah lulusan SMA.

Kenapa tidak meneruskan ke perguruan tinggi?

Sebenarnya Renata sangat ingin melanjutkan studynya hingga ke perguruan tinggi, namun ia tak pernah berani mengutarakan keinginannya itu pada Nyonya besar karena memang sejak kecil, Nadia dan Renata selalu diperlakukan tidak sama.

Bagaimana bisa?

Entahlah, Renata pun tak pernah tau alasan mengapa mereka diperlakukan beda. Mungkin karena rupa, fisik, dan kecerdasan mereka yang tak sama, sehingga keluarga Mahesa lebih menyayangi Nadia ketimbang dirinya. Begitu pikir Renata.

"Re, kenapa kau lama sekali?" tanya Tania teman kerjanya

"Bukankah jam masuk kita masih tersisa sepuluh menit lagi?"

"Tapi tidak untuk hari ini"

"Memangnya kenapa?"

"Dih! Pake nanya lagi nih bocah. Memamgnya akamu gak lihat pesan dari Manager di grup WA?"

"Gak"

"Sudah ku duga"

"Emangnya ada apa sih?"

"Hari ini ada bos besar mau berkunjung ke resto kita. Sepertinya sih akan ada proyek kerjasama yang besar antara bos besar itu dengan pemilik resto ini"

"Lalu?"

"Lalu kita harus cepat bersiap karena bos besar itu tidak mau melihat ketidakdisiplinan dalam bekerja. Understand?" sahut Tania sembari menarik tangan Renata

Dan benar saja, tepat di jam 8 pagi, bos besar itu sudah datang. Seluruh karyawan dan manager serta pemilik resto sudah siap untuk menyambut kedatangannya.

"Waaahhhhh .... Tampan sekalii" bisik beberapa pelayan perempuan saat melihat paras sang bos besar itu.

Deg

Kak Dika

.

.

Tersisih

Kak Dika

Sementara Radika, ia terus berjalan lurus ke depan tanpa menoleh sedikitpun pada gadis yang baru beberapa hari menjadi istrinya.

"Renata, cepat kesini!" panggil sang Manager

Renata segera mendekat ke meja VVIP yang memang sudah sengaja dipersiapkan untuk bos besar itu. Dalam jarak yang sangat dekat seperti ini, Radika masih tetap diam. Ia bahkan tak melirik pada Renata sedikitpun.

Apakah diperlakukan seperti ini membuat Renata sakit hati?

Jawabannya jelas tidak.

Sedikitpun Renata tak merasa sakit hati karena ia sudah biasa diperlakukan seperti ni sejak masih berada di mention utama keluarga Mahesa. Bahkan saat kakaknya masih hidup.

Renata pun sudah tau apa yang diperintahkan oleh manajer. Ia segera menghidangkan satu persatu sajian makanan yang menjadi menu andalan restoran ini.

Namun saat Renata hendak menghidangkan makanan terakhir, entah karena di sengaja atau tidak, kakinya tiba-tiba tersandung pada kaki salah satu pelayan resto yang berdiri di paling ujung depan hingga membuat makanan yang ia bawa tumpah berserakan dan mengenai baju sang big bos.

"awwh" lirih Renata dan beberapa pelayan resto.

Tapi tidak dengan perempuan yang berdiri diujung depan. Wajahnya tampak datar, bahkan lebih cenderung bahwa ia sedang menahan senyum. Sepertinya ini memang unsur kesengajaan.

"oh my god! Renata! Apa yang kamu lakukan?" teriak manager resto

"Tuan, maafkan saya. Saya tidak sengaja menumpahkannya" seru Renata sembari mengusap jas yang di kenakan Radika dengan menggunakan tisu seadanya

Radika merasa geram, ia membuang kasar tangan Renata yang masih sibuk membersihkan jas miliknya.

"Jangan sentuh jas mahalku dengan tangan kotormu itu"

Deg

Renata yang terbuang pun seketika terdiam dan memunguti tisu yang terserak di lantai.

"Tuan Radika, maafkan atas kecerobohan pelayan kami. Semua ini pasti hanya sebuah kecelakaan kecil yang tidak di sengaja. Iya kan?" jelas Sang manajer sembari menyenggol Renata agar mengiyakan ucapannya

Namun yang terjadi, Renata malah masih saja diam. Ia dan Radika lantas terlibat adu pandang tanpa berkedip diantara satu sama lain hingga membuat seluruh orang yang ada disana merasa terheran akan keberanian gadis culun itu.

Lalu saat mendapatkan senggolan yang kedua dari Manajer, Renata pun akhirnya tersadar dan mengangguk mengiyakan ucapan Manajer tersebut.

"Saya tidak menerima alasan apapun termasuk keteledoran dan ketidaksengajaan. Saya beri anda dua pilihan, tetap melanjutkan kerja sama kita, atau tetap mempertahankan dia. Dan kau akan kehilangan semua kesempatan"

"Tuan.. maafkan kami" saat sang pemilik resto hendak turut andil dalam berbicara, saat itu juga Radika sudah berjalan keluar meninggalkan seluruh ruang yang penuh dengan ketegangan

"Jo, urus semuanya" ucap Radika sebelum benar benar berlalu

"Tuan Sekertaris, kami mohon jangan berikan kami pilihan yang sulit. Renata, dia adalah gadis cekatan yang serba bisa. Restoran kami sangat membutuhkannya" ucap Manajer

"Maafkan saya. Ini adalah perintah dari tuan Radika. Saya hanya menjalankan tugas sesuai pekerjaan. Bukankah anda sudah mendengar sendiri pilihan apa yang diberikan oleh tuan Radika?"

"Iya, tapi__"

"Saran saya, anda hanya perlu memilih dengan cepat dan setelah itu hubungi saya kembali jika anda sudah menentukan pilihannya. Maaf, saya masih banyak pekerjaan. Permisi"

Sekertaris Jo langsung pergi menyusul Tuannya. Namun saat melewati tubuh Renata, Sekertaris Jo menyempatkan diri untuk menunduk hormat. Beruntunglah banyak orang yang tak memperhatikan hal itu. Jadi mereka semua tak ada yang tahu bahwa antara Sekertaris Jo dan Renata sudah saling mengenal.

Setelah bos besar dan sekertarisnya pergi. Semua orang diam dan larut dalam pikirannya masing masing. Sedih, takut, bahkan tegang kian bercampur menjadi satu memenuhi resto tersebut.

"Bu, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" tanya manajer pada si pemilik resto

"Entahlah, resto ini sedang dalam masa penurunan, kita butuh investor besar untuk menunjang keningkatan pendapatan. Tapi disisi lain, kita juga sangat membutuhkan karyawan seperti Renata. Dia sangat cekatan. Dia bahkan bisa menggantikan para koki andalan kita"

"Maaf.. Ini semua kesalahan saya. Saya yang sudah mengacaukannya. Jadi saya yang akan bertanggung jawab untuk menyelesaikannya"

"Renata, maksut kamu?"

"Bu, saya yang akan mundur. Saya akan berhenti dari pekerjaan ini"

"Tapi bagaimana dengan kelanjutan pengobatan itu?" tanya manajer yang memang dekat dengan Renata dan bahkan ia tau semua tentang permasalahan yang sedang di hadapi oleh anak buahnya tersebut.

"Manajer, Jika saya yang keluar, maka hanya akan ada satu orang yang tak memiliki pekerjaan. Tapi jika saya tetap di pertahankan disini, yang ada, mungkin resto ini akan semakin hancur karena dianggap tidak menghargai tuan Radika. Dan bukankah jika itu sampai terjadi, akan ada banyak orang yang kehilangan pekerjaan? Akan ada banyak keluarga yang tak bisa memenuhi kebutuhannya?"

"Ya, kau benar. Menurut informasi yang saya dengar, sekarang Tuan Radika memang sangat kejam. Bukan hanya dalam berbisnis, tapi juga dalam kesehariannya juga begitu"

"Oh ya?" pemilik resto merasa terkejut dengan penjelasan sang manajer. Ia tak menyangka jika dibalik paras tampan dan rupawan seperti tuan Radika tersimpan sifat sifat kejam di dalamnya.

"Iya Bu"

"Hhh.. Ya sudahlah. Mungkin ini memang jalan takdir yang harus kita jalani. Renata, saya sebagai pemilik resto minta maaf ya karena tidak bisa mempertahankanmu di sini"

"Tidak apa Bu, Saya yang harusnya minta maaf karena sudah membuat kekacauan disini. Saya juga mau berterimakasih karena sudah diperlakukan baik disini. Kalau begitu, saya pamit"

Akhirnya Renata yang harus terpental dari pekerjaan yang sudah ia lakoni sejak satu tahun yang lalu.

"Re" Panggil sang manajer dan Tania bersamaan

"Tania, Manajer"

"Re, jika kau tak memiliki pekerjaan, bagaimana kau bisa meneruskan pengobatan penyakitmu?" tanya Tania terlihat hawatir

"Aku kan masih sehat. Sejauh ini aku masih baik baik saja. Dan selama aku dalam keadaan baik, aku akan terus berusaha untuk melawan penyakit ini"

"Aku sangat kagum padamu. Kau tetap semangat meski keadaanmu sedang terpuruk"

"Sakit boleh, putus asa jangan dong!"

"Kau benar"

"Re, ini ada sedikit pesangon untukmu" ucap Sang manajer sembari menyerahkan amplop putih pada Renata

"Terimakasih manajer"

"Sama sama. Saya peemisi ya. Masih ada urusan yang harus diselesaikan"

"Iya manajer. Terimakasih sekali lagi"

Setelah manajer pergi, kini hanya tinggal Renata dan Tania disana. Karena suasana terlihat sepi, Tania pun segera mempertanyakan sesuatu yang membuatnya penasaran sejak kemarin.

"Re, Bukankah kemarin adalah jadwal kamu periksa?"

"Ya"

"Apa kau sudah periksa?"

"Sudah. Memangnya kenapa?"

"Aku hawatir padamu karena kemarin kau tak mau diantar. Gak biasa sekali"

"Jangan hawatir. Aku baik baik saja kok"

"Syukurlah"

"Ya sudah, aku mau istirahat dirumah. Kamu lanjut kerja gih"

"Okey. Hati hati ya"

"Siap bos ku"

Setelah Tania masuk ke resto, Renata pun melanjutkan jalannya hingga beberapa meter melewati jalan raya. Namun tiba tiba langkahnya terhenti saat dirinya merasakan pusing yang kian lama makin hebat.

Bugh

Beberapa detik kemudian, tubuh Renata langsung terjatuh dan terkulai lemas. Meski masih dalam kea"daan sadar, tapi tubuh yang sangat lemah membuat Renata tak mampu untuk berdiri lagi.

"Tuan, bukankah itu nona Renata?"

"Hhmmm"

Radika menatap sekilas pada Renata. Dilihatnya tubuh lemah yang sedang terduduk di jalanan sepi beraspal.

"Sepertinya nona sedang tidak baik baik saja. Apa kita perlu memberinya tumpangan Tuan?"

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!