Ansara Harcourt seorang model, aktris, dan mahasiswa ilmu komunikasi yang cantik paripurna. Lahir dari pasangan Andrew Harcourt dan Diana Harcourt, sepasang suami isteri yang memiliki kebun anggur seluas 120.000 hektar. Kebun anggur tersebut menjadi kebun terbesar di negaranya. Selain perkebunan anggur, keluarga Harcourt juga memiliki pabrik untuk mengolah anggur dan menghasilkan lebih dari 700 juta botol anggur. Mulai dari anggur biasa hingga anggur termahal dan bergengsi di dunia. Sara memiliki adik kembar bernama Julian Harcourt dan Jane Harcourt. Keluarga Harcourt terkenal dengan keromantisan dan kehangatannya, bak keluarga cemara.
Ansara adalah anak pertama dan ya dia seorang wanita. Biasanya wanita selalu dituntut untuk bertanggung jawab atas banyak hal. Yaitu harga diri, martabat keluarga, opini dunia, nafsu pria, keharmonisan rumah tangga, dan semua hal lainnya. Semua ada di bahu seorang Wanita, ditambah lagi jika berstatus anak pertama. Anak pertama yang akan menjadi harapan untuk kedua orang tuanya. Panjang umurlah kalian dan semoga selalu setegar karang di lautan.
Bekerja di perusahaan televisi dan menjadi seorang jurnalis adalah keinginannya maka dari itu ia berkuliah di Ilmu Komunikasi dan mengambil konsentrasi Jurnalistik. Meskipun ia sudah menjadi seorang model dan aktris terkenal, sebenarnya mudah saja bagi dirinya untuk menjadi seorang jurnalis mengingat ia memiliki banyak kenalan di dunia petelevisian dan juga nama besar ayahnya. Tapi Ansara bukan orang yang memanfaatkan itu semua. Ia ingin belajar dengan sungguh-sungguh agar ia bisa menjadi seorang jurnalis yang berkualitas.
Di pagi yang cukup dingin, keluarga Harcourt sedang menyantap sarapan bersama disebuah meja makan berbentuk oval yang cukup besar. “Sara, apa kegiatanmu hari ini?” Tanya Andrew setelah menyesap kopinya.
“Pagi ini ada kuliah, lalu setelah itu aku ada pemotretan.” Jawab Ansara sambil mengunyah sandwichnya.
“Apa kau tidak mau sekali saja ikut bersama Daddy ke kebun anggur?”
“No Dad, aku sudah bilang kepadamu. Aku tidak mau, berikan saja tugas itu kepada Julian atau Jane. Aku ingin fokus dengan karirku yang lain.” Jawab Ansara yang sudah mulai malas.
“Oh come on Sara. Mereka masih 17 tahun. Bagaimana bisa mereka mengurus perkebunan dan pabrik anggur?” Kali ini Diana ikut bersuara.
“Oke oke, akan aku pikirkan.” Jawab Ansara sekenanya agar pembicaraan itu segera selesai.
**
Ansara mengendarai Rolls Royce Sweptail miliknya untuk menuju ke kampus. Ini adalah mobil pertama yang ia beli dari hasil kerja kerasnya selama ini. Mobil dengan harga 17,5 juta dolar mampu ia beli diusianya yang masih 23 tahun.
Sara telah sampai, ia berjalan menyusuri lorong untuk sampai ke kelasnya. Semua mata tertuju kepadanya, padahal ia hanya memoles wajahnya dengan sunscreen dan lipgloss, tak ada make up berlebih dan ia mengenakan pakaian sesuai standar kampus. Tapi hampir semua mata tertuju padanya.
Di ujung lorong tepatnya di depan pintu kelas, Celine sahabat Sara sudah berdiri dan melambaikan tangannya ke arah Sara. Sara membalasnya dengan senyuman dan berjalan dengan tempo yang agak cepat.
“Hello gergous woman..” sapa Celine dengan senyum dan mata yang menyipit.
“Hello Celine, waw you look pretty. Keluaran terbaru?” Tanya Sara saat melihat pakaian yang dikenakan Celine.
“Exactly. Apakah cocok?”
“Sangat cocok, kau nampak lebih cantik saat memakainya.” Puji Sara kepada Celine.
Mereka berjalan masuk ke dalam kelas, menunggu dosen yang akan masuk sambil berbincang-bincang mengenai tugas dan juga pemotretan yang akan dilakukan nanti.
Ditempat lain Aidan, kekasih dari Sara sedang berkumpul bersama keluarga besarnya disalah satu villa milik saudaranya. Acara ini rutin dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan.
Wangi daging yang dipanggang di halaman dekat kolam, tercium hingga ke bagian ruang tamu. Hal itu membuat fokus Aidan hilang sejenak dan berjalan menuju arah kolam untuk mencicipi beberapa makanan yang sudah tersedia di sana.
“Ini dia aktor kita, kenapa kau datang sendiri Aidan?” Tanya seorang pria berbadan tinggi dengan perut agak buncit serta kepala yang pelontos.
“Lalu aku harus datang bersama siapa uncle Eric? Lagi pula ini acara keluarga, apa perlu aku membawa orang lain?” Jawab Aidan sambil mencicipi daging panggang yang sudah sangat menggoda lidahnya.
“Kekasihmu Aidan.” Balas Eric.
“Uncle tahu sendiri, dia sangat sibuk.” Jawab Aidan singkat.
“Bagaimana rasanya memiliki kekasih seorang Ansara Harcourt?”
“Susah untuk dijelaskan yang jelas sejauh ini aku menikmatinya.”
“Menikmati tubuhnya maksudmu?”
“Uncle aku cukup menghargaimu, tapi pertanyaan seperti itu rasanya kurang pantas kau tanyakan.” Aidan mulai geram karena Eric sudah mulai berani menanyakan hal yang sangat privat.
“Oh come on, she’s very sexy. Apa kau sama sekali belum merasakannya?”
Aidan tidak menjawab, ia hanya menatap Eric dengan tatapan dingin kemudian Aidan pergi meninggalkan Eric dengan amarah yang sengaja ia tahan karena ia tidak ingin merusak acara ini.
**
Musik berdentum dengan keras. Lautan manusia memenuhi tempat tersebut sambil menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik. Di sudut lain, Sean Lazarus dan kedua sahabatnya sedang asyik menghisap nikotin dan juga meminum beberapa gelas berisikan minuman beralkohol. Natha dan Leon sibuk membuka beranda instagramnya di ponsel masing-masing.
Sean Lazarus adalah pemilik dari Lazarus Group. Daddy nya yaitu Roy Lazarus berhasil mendirikan perusahaan besar ini dibidang entertainment dan menjadi dasar dari perusahaan tersebut. Tapi saat perusahaan diserahkan kepada Sean, kini perusahaan Lazarus Group memperluas usahanya mulai dari restaurant, mall, hotel bahkan hiburan malam. Lazarus Group akhirnya tumbuh menjadi perusahaan terbesar di negaranya dan juga dibeberapa negara luar. Dan Lazarus Entertainment adalah agensi yang menaungi Sara.
“Seaaann...” Tiba-tiba seorang wanita dengan tubuh bak gitar spanyol datang menghampiri Sean yang sedang sibuk menghembuskan asap yang tadi ia hisap.
“Kau kemana saja? Akhir-akhir ini aku jarang melihatmu.” Ujar wanita tersebut sambil duduk di samping Sean dan bergelayut manja di lengan kokohnya.
“Lepas Carol, aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun.” Sahut Sean sambil menyingkirkan tangan Carol.
“Kau kenapa Sean? Apa kau sedang putus cinta? Aku siap menghiburmu.” Ujar Carol memaksa.
“Hei Carol, Sean bilang sedang tidak ingin diganggu, apa pendengaranmu sudah mulai rusak?” Tanya Natha.
“Sudahlah Carol, cantik karena plastik tidak akan membuat Sean jatuh cinta kepadamu.” Timpal Leon tak kalah pedas.
“Sepertinya belatung pun tidak akan bisa mengurai makhluk ini jika dia mati. Secara, komponen badannya 90% plastik dan 10% cairan kimia. Proses dia hancur butuh waktu ratusan tahun.” Imbuh Natha dengan sangat puas.
“Ya kau benar Nath haha.” Tawa Leon dan Natha terdengar begitu renyah, sedangkan Sean hanya tersenyum kecil.
“Leon, Natha kalian menertawakanku seakan-akan kalian sempurna. Adik kecil kalian saja hanya sebesar ibu jari!” Balas Carol dengan kesal.
“Wow..Haha..” Natha tertawa terpingkal-pingkal mendengar perkataan wanita tersebut. “Dia belum tau senjata nenek moyang kita sebesar apa.”
“Hahaha..” Tawa mereka benar-benar mampu membuat Carol semakin kesal. Carol pun bangkit dari duduknya dan segera meninggalkan tiga makhluk tengil itu.
“Thanks bro.” Ucap Sean kepada kedua sahabatnya.
“Ini tidak gratis Sean, kami menginginkan bayaran yang sangat mahal.” Jawab Natha.
“Apa?”
“Berikan kami wanita paling cantik di sini.” Ucap Leon dengan semangat.
“Kau cari saja sendiri. Aku bukan penyedia jasa perempuan cantik dan seksi sesuai keinginan kalian.” Tolak Sean.
“Oh ayolah Sean, kau kan sering bersama para wanita cantik walau hanya semalam. Berikan kami salah satunya.” Rengek Leon seperti anak kecil yang meminta dibelikan ice cream kepada daddynya.
Sean hanya menggelengkan kepalanya sambil terus menghisap nikotinnya dan sesekali meneguk minumannya.
Di sudut lain, Sara dan Celine sedang menikmati dentuman musik yang terdengar begitu menggelegar memenuhi seluruh ruangan. Sara dan Celine menikmati asap nikotin yang dihisap dan juga sebotol vodka yang sudah tersedia di mejanya. Hal ini cukup bisa menghilangkan penat selepas bekerja. Padatnya aktivitas Sara dan Celine membuat mereka ingin sesekali menikmati hidup tanpa ada asisten mereka yang menganggu dan mengaturnya.
“Sara kau jangan jauh-jauh dariku. Kau selalu menyusahkanku jika sedang mabuk!” Celine berteriak tepat di depan telinga Sara agar ucapannya bisa didengar dan Sara hanya mengangguk.
“Cel, aku ke toilet sebentar.”
Saat Sara selesai dari tugasnya ia segera keluar untuk menuju kembali ke tempat dimana Celine berada. Tapi saat berada di lorong luar toilet tiba-tiba ada yang menyapanya.
“Sara..” Ucap pria tersebut.
“Aidan..”
“Sedang apa kau di sini? Dengan siapa?” Tanya Aidan dengan raut wajah curiga.
“Aku bersama Celine.”
“Jangan bohong Sara, apa kau ingin tebar pesona di sini?”
“Wait, what?? Kau berpikir aku seperti itu?” Tanya Sara dengan kening berkerut.
“Dengar Sara, lihatlah pakaianmu. Belahan dadamu sangat terbuka. Lalu apa namanya jika bukan tebar pesona? Apa kau menjadi wanita murahan? Kau itu milikku Sara!”
“Aidan, perkataanmu benar-benar menyakitiku! Kau sudah sangat keterlaluan!” Jawab Sara dengan nada tak kalah tinggi.
“Oh sekarang kau berani melawan hah?!” Aidan mengangkat tangan kanannya dan siap untuk menampar wajah Sara.
Refleks Sara menutup mata dan wajahnya karena ia sangat ketakutan, tapi anehnya tamparan itu tidak mendarat sama sekali di wajah Sara. Ternyata ada seorang pria yang baru saja datang dan menepis tangan Aidan.
“Apa-apaan ini? Lepas!” Ujar Aidan.
Sara yang sadar akan suara tersebut segera membuka matanya. Ia melihat seorang pria dengan tubuh yang tinggi tegap, dada bidang dan lengan yang cukup kekar berdiri di hadapan Aidan.
“Kau tidak sepantasnya memperlakukan seorang wanita seperti itu.” Ucap pria tersebut dengan nada dingin.
“Dia kekasihku, kau tidak berhak melarangku untuk melakukan apapun terhadapnya!”
BUGH
Tanpa basa-basi pria tersebut melemparkan pukulan tepat di wajah Aidan. Pukulan tersebut membuat tubuh Aidan tersungkur. Cairan berwarna merah keluar dari sudut bibirnya. Pria itu mendekat ke arah Aidan dan bersiap untuk melayangkan pukulan lagi namun berhasil dilerai oleh Sara.
“Stop! Mr. Sean sudah cukup!” Sara membantu Aidan untuk berdiri.
“Sara, percuma saja kau menjadi model dan aktris terkenal jika perihal memilih pria saja kau bodoh.” Ucap Sean kemudian kembali berjalan memasuki bilik toilet.
Sara yang mendengar ucapan bosnya itu hanya terdiam. Kata-katanya mampu menusuk jantung dan hatinya. Untuk menelan saliva pun rasanya sulit. Karena secara tidak langsung ucapan Sean Lazarus tadi diakui oleh Sara.
“Bibirmu berdarah Aidan.” Ucap Sara sambil mencoba untuk membersihkan sudut bibir Aidan
“Tak usah, aku bisa sendiri.” Aidan menepis tangan Sara kemudian berjalan sendiri meninggalkan Sara.
Sara terdiam sejenak memandangi Aidan yang berjalan perlahan menjauh dari dirinya. Sara menghembuskan nafasnya berat dan kembali ke tempat duduknya.
“Kau lama sekali Sara.” Gerutu Celine saat Sara baru saja kembali duduk di samping Celine.
“Ada tragedi Cel.” Ucapnya, setelah itu Sara langsung menceritakan apa yang baru saja terjadi sambil menunjuk siapa pria yang tadi menolongnya. Kebetulan ternyata Sean duduk disebuah sofa yang berada disudut ruangan yang letaknya tidak jauh dari tempat duduk Sara dan Celine.
“What? Dia Sean Lazarus! Dia bos kita Sara!” Sahut Celine dengan terkejut.
Sara meminum cukup banyak vodka hingga membuat dirinya mabuk. Ia terlalu lelah memikirkan hubungannya dengan Aidan. Aidan yang sangat posesif dan cemburuan. Ia sebenarnya sedang mempertimbangkan hubungannya dengan Aidan, apakah layak untuk dilanjutkan atau tidak.
“Cukup Sara.” Ucap Celine merebut gelas yang dipegang Sara. Entah sudah berapa gelas yang ia habiskan.
“Kali ini saja Cel. Aku ingin menenangkan pikiranku sejenak.” Jawab Sara dengan nada khas orang mabuk.
“Kau sudah mabuk Sara. Lebih baik kita pulang. Chris akan segera tiba.” Ucap Celine sambil memaksa menarik tubuh Sara agar Sara berdiri dari duduknya.
“Astaga kau berat sekali.” Celine cukup kesusahan saat menopang tubuh Sara yang perawakannya tinggi.
Sean dan kawan-kawannya melihat kejadian itu, saat Celine dan Sara hampir terjatuh Sean segera menghampiri kedua Wanita itu.
“Boleh ku bantu?” Tanya Sean basa-basi, karena biasanya jika mengenai Wanita ia tidak akan repot-repot untuk meminta izin. Karena sudah pasti semua Wanita akan mengiyakan apapun permintaannya. Beda dengan hal ini, keduanya adalah aktris dan model yang dinaungi oleh perusahaannya. Setidaknya Sean ingin memberikan kesan baik di hari pertama mereka bertemu.
“Ya Mr. Sean.” Jawab Celine dengan ekspresi tak terbaca, mungkin ia cukup terkejut.
“Kalian membawa mobil?” Tanya Sean lagi.
“Tidak Mr.Sean, kami diantar Chris asistennya Sara.” Jawab Celine
Sean memegangi lengan Sara, kemudian menepuk pipinya pelan berusaha untuk menyadarkan Sara. “Sara bangunlah.”
Sara hanya membuka setengah matanya kemudian ia Kembali menutup matanya. Tanpa menunggu lagi Sean langsung menggendong Sara ala bridal style kemudian berjalan keluar dari club. Diikuti oleh Celine yang berjalan di belakangnya sambil membawa tas milik Sara.
Setelah berhasil keluar dari club, Sean berjalan menuju sebuah mobil yang ditunjuk oleh Celine. Chris yang baru keluar dari dalam mobil terkejut melihat Sara berada dalam gendongan bosnya.
“Oh my god Tuan Sean, maafkan kelancangan Sara. Biar aku saja yang membawanya.” Sahut Chris dengan nada gemulainya.
“Apa aku harus menyerahkannya kepada pria gemulai sepertimu? Kau bisa menggendongnya? Aku tak yakin. Lebih baik kau buka pintu belakang sekarang, tanganku sudah mulai pegal.” Ucap Sean blak-blakan tanpa memikirkan perasaan lawan bicaranya.
Chris membuka pintu bagian belakang, kemudian Sean menaruh Sara secara perlahan dan Celine duduk di kursi sebelah Sara. Celine pun mengucapkan terimakasih kemudian mobil melaju meninggalkan halaman club dan juga Sean.
Sean Kembali masuk ke dalam club miliknya dan belum apa-apa sudah dihujani oleh pertanyaan-pertanyaan dari sahabatnya.
“Bagaimana rasanya menggendong superstar dari Lazarus Entertainment?” Tanya Natha dengan penasaran.
“Apa maksudmu?” Tanya Sean dengan kening yang berkerut.
“Apakah sama rasanya dengan Wanita-wanita yang sudah pernah bersamamu? Secara dia adalah Sara Harcourt, dia adalah ladang uangmu. Aktris paling terkenal dengan bayaran paling mahal.” Kali ini Leon yang berbicara.
“Ck sudahlah kalian terlalu berlebihan menanggapinya. Aku tidak bermaksud apapun. Aku membantunya karena aku sadar dia adalah salah satu sumber kekayaanku saat ini.” Sahut Sean dengan santai.
**
Perlahan kelopak mata yang bertiraikan bulu halus itu terbuka. Sara sedang berusaha untuk menyesuaikan penglihatannya. Ia sedikit meringis saat merasakan pening dibagian kepalanya dan Sara memijatnya pelan. Sara tidak mengingat kejadian semalam sepertinya, ia terlalu mabuk untuk menyadari semuanya.
“Goor morning Sara my angel.” Tiba-tiba Chris masuk ke dalam kamarnya kemudian membuka gorden berwarna pink pastel dan membuka jendela kamar Sara agar udara segar masuk.
“OMG SARA!!! Ini tidak bisa dibiarkan!” Pekik Chris saat menghadap kea rah Sara.
“Ada apa Chris?”
“Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan. Kau harus menggunakan ini.” Chris menyerahkan satu bungkusan berisi sheet mask. “Ini sheet mask yang sengaja aku beli dengan hargan fantastis, tapi aku hanya membayar setengah harga saja karena mereka ingin saat kau menggunakan produknya kau harus mempostingnya di Instagram mu. Ahh aku sudah memprediksi bahwa kejadian ini akan terulang. Kau mabuk dan lingkaran hitam dan wajah tak segar itu akan muncul! Sedangkan siang ini kita ada pemotretan Sara!” Ujar Chris dengan kecepatan berbicaranya melebihi kereta.
“Kau cerewet sekali Chris.” Hanya itu yang diucapkan Sara kepada Chris. Ia tahu bahwa asistennya ini akan terus banyak berbicara dengan kecepatan tinggi.
Sara beranjak dari kasurnya kemudian berjalan dengan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan setelah itu menggunakan sheet mask yang sudah disiapkan oleh Chris kemudian tak lupa untuk mempostingnya. Sara tidak pernah berkomentar mengenai pekerjaannya, Sara sangat mempercayai Chris. Chris pasti bisa mengatur semuanya.
Sara dan Chris telah sampai di lokasi shooting, Sara sedang duduk sambil memperhatikan wajahnya yang sedang dirias, ia memperhatikannya dengan seksama dari pantulan cermin. Tak ingin ada satu kekurangan apapun, ia ingin terlihat nampak sempurna. Dari mulai tatanan rambut hingga wajah, ia tak ingin ada kesalahan sedikitpun. Maklum, model kelas hiu dengan bayaran fantastis.
Tiba-tiba saja Aidan datang dan memasuki ruangan Sara. “Baby..” Sahutnya sambil memberikan isyarat kepada sang make up artist untuk menjauh sejenak, kemudian Aidan mengecup bibir Sara.
“Hai sayang, kau kemari? Apa kau tidak ada shooting hari ini?” Tanya Sara membalas kecupan Aidan dan memeluknya sejenak dengan sangat hati-hati karena takut make upnya tergores atau menempel dibaju Aidan.
“Aku sempatkan kemari karena ingin melihatmu. Sejak pertengkaran semalam aku belum menghubungimu lagi, maafkan aku Sara.” Ucapnya dengan tatapan penuh penyesalan.
“Hai Sara..” Tiba-tiba Celine pun datang dengan membawakan segelas ice coffee ditangannya.
“Cel, bukankah kau ada pemotretan juga?” Tanya Sara dengan sedikit kebingungan.
“Aku sudah selesai Sara, hanya foto beberapa produk skin care. Ini untukmu” Jawab Celine sambil menyerahkan segelas ice coffee.
“Terimakasih.” Sahut Sara.
“Aku kemari hanya ingin memberimu ini agar semakin semangat.” Ucap Celine dengan senyum yang memperlihatkan deretan giginya.
“Romantis sekali, kau melebihi kekasihku.” Jawab Sara sambil tersenyum kecil seakan menyindir Aidan.
“Memang laki-laki itu tidak pernah peka Sara.” Celine menambahkan dengan menyipitkan matanya.
“Wah jadi kalian berdua menyerangku?” Balas Aidan.
“Apakah kau merasa?” Sahut Celine.
“Tunggu Sara aku akan bawakan food truck saat kau shooting atau pemotretan nanti.” Ucap Aidan tak mau kalah.
Sara dan Celine hanya tertawa dan tak lama Chris datang untuk memberitahukan bahwa kali ini sudah giliran Sara untuk difoto.
“Kalau begitu aku pergi dulu. Jika ada apa-apa hubungi aku baby.” Ucap Aidan sambil mengecup bibir Sara dan mengelus puncak kepalanya dengan pelan. Sara mengangguk pelan sambil tersenyum.
“Aku juga, aku ingin menikmati hari ini dengan tidur dan menonton film di kamar kesayanganku.” Jawab Celine.
“Baiklah, hati-hati kalian.” Sara berlalu lebih dulu karena ia sudah ditunggu di studio foto.
Kali ini Sara pemotretan untuk sebuah brand pakaian terkenal di negaranya. Ia harus melakukan beberapa sesi foto dengan pakaian yang berbeda. Tapi tiba-tiba Sean datang untuk memantau jalannya pemotretan brand tersebut.
“Bagaimana?” Tanya Sean kepada sang fotografer.
“Tuan, seperti yang kau lihat. Jika Sara yang melakukan, maka yang terlihat biasa akan terlihat mewah dan yang mewah akan terlihat semakin mewah.” Jawab Robert sambil menunjukkan hasil fotonya di sebuah laptop yang sudah terhubung dengan kameranya.
“Bagus. Jangan sampai ada yang gagal, karena brand ini milik bibiku, jangan sampai membuatnya kecewa.” Ucap Sean mengingatkan. Robert mengangguk patuh.
“Tapi tuan ada satu kendala.” Tiba-tiba salah satu crew mendatangi Sean.
“Kita kekurangan model pria yang sesuai dengan tema pemotretan dan sesuai dengan pakaiannya. Tiba-tiba saja model prianya sakit dan saat ini dirawat di rumah sakit.”
“Apa tidak ada model lainnya?” Tanya Sean.
“Tidak ada Tuan.”
“Jika memang tidak ada, kau saja yang menjadi modelnya Sean.” Tiba-tiba Lauren, pemilik dari brand pakaian itu datang. “Aku yakin kau cocok menggunakannya, tinggal mengolah ekspresi dan emosi dengan lawan modelmu agar fotonya seakan-akan hidup dan menarik perhatian banyak konsumen.”
“Bibi kapan kau datang?” Tanya Sean lalu mengecup kedua pipi Lauren.
“Baru saja, aku mendengar percakapanmu. Jadi bagaimana? Demi berjalannya pemotretan kali ini agar aku bisa segera menjual produknya dengan memasang foto keponakanku yang paling tampan.” Jawab Lauren sambil menyentuh dagu Sean dengan manja.
“Waw ternyata model wanitanya sangat cantik dan seksi, badannya seperti gitar spanyol. Sungguh model yang sempurna, Sean. Aku senang kau bisa merekrut dia menjadi aktris dan model di perusahaanmu.” Ucap Lauren lagi. Ia terkesan melihat penampilan Sara yang sedang berjalan masuk ke studio dengan pakaian yang berbeda dari sesi foto pertama.
“Sudahlah Robert, sekarang kau bawa Sean ke ruangan ganti. Dia yang akan menggantikan model prianya. Anggap ini adalah permintaan klien.” Sahut Lauren.
“Bibi, lebih baik aku carikan model yang lain oke? Aku sibuk hari ini.” Sean berusaha mencari alasan.
Lauren menggelengkan kepalanya. “Tak ada alasan Sean, ini permintaan klien. Jika tidak, maka aku akan menggagalkan kerja sama kita. Bagaimana?” Ancam Lauren kepada Sean.
“Baiklah. Apapun alasannya aku tidak akan bisa menolak permintaan bibi.” Jawab Sean sambil berjalan menuju ruang ganti.
Sara dan sang model baru yang tak lain adalah atasannya sendiri sedang bersiap-siap. Sean berlagak membenarkan pakaiannya, padahal semuanya sudah perfect tanpa kurang satupun. Sean nampak canggung tapi ia berusaha agar tetap terlihat baik-baik saja. Berbeda dengan Sara. Ia lebih tenang dan tak terlihat gugup sedikitpun.
"apa yang membuatmu segugup ini Mr. Sean? Apa karena aku?" Tanya Sara sambil tersenyum. "Kau sudah sangat sempurna, semua akan berjalan dengan lancar. Apalagi model prianya adalah dirimu." Lanjut Sara tanpa menghapus ukiran senyum di wajahnya.
"A-aku tidak gugup." Jawab Sean singkat meskipun agak terbata-bata.
Tak lama setelah percakapan mereka, Robert menginstruksikan agar pemotretan segera dimulai. Sara dan Sean diberikan arahan untuk berpose. Sara nampak profesional dan mengikuti arahan Robert. Berbeda dengan Sean, Sean memang tidak kaku, tubuhnya sangat lihai untuk berpose hanya saja ekspresi wajahnya tidak bisa disembunyikan. Ia benar-benar kikuk.
"Tuan Sean, bisakah ekspresi wajahmu lebih alami lagi? Seakan-akan kalian memang sepasang kekasih?" Tanya Robert dengan sangat hati-hati.
"Robert aku bukan bawahanmu, jadi kau tidak berhak menyuruhku seperti itu." Jawab Sean dengan pedas.
"ma-maafkan saya tuan." Jawab Robert terkejut dengan respon Sean.
Lauren menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban Sean. "Ikuti saja arahan Robert, Sean. Aku ingin hasil fotonya bagus tanpa ada kekurangan." Sahut Lauren menimpali. Sean mendengus kesal karena harga dirinya dibantai habis-habisan oleh bibinya sendiri.
Akhirnya Sara berinisiatif meminta kursi kepada crew. Sara mengarahkan Sean untuk duduk di atas kursi dan tubuhnya menghadap kamera. Sedangkan Sara duduk di atas paha Sean dan tangan kanannya menggenggam tangan Sean.
"Bagaimana Robert?" Tanya Sara.
"bagus sekali Sara, lebih intim lagi akan lebih bagus hasilnya." Jawab Robert.
akhirnya sara menarik dagu Sean perlahan agar wajah mereka saling berhadapan. Tangan kiri Sara menyentuh tengkuk Sean dan kening mereka saling menempel.
Tak bisa dipungkiri, pesona seorang Ansara Harcourt memang mampu membuat dada siapapun berdegup sangat kencang, termasuk Sean. Sean sibuk mengatur dadanya agar degupannya tidak terlihat oleh Sara. Sean bersusah payah untuk menelan salivanya.
Setelah pemotretan selesai, Chris tiba-tiba menghampiri Sara dengan tergesa-gesa. “Sara ibuku masuk rumah sakit. Kau sudah selesai semuanya? Aku akan mengantarmu terlebih dahulu baru setelah itu aku akan pergi.” Ucap Chris.
“Ada apa dengan ibumu?” Tanya Sara terkejut.
“Dia terjatuh di kamar mandi lalu pingsan.”
“Astaga Chris, pergilah. Pakai mobilku, kau jangan khawatirkan aku. Aku bisa menghubungi Aidan.” Ucap Sara dengan iba.
“Kau serius Sara?” Tanya Chris meyakinkan dan Sara hanya mengangguk dengan mantap. “Terimakasih Sara, aku akan segera kembali.” Tanpa berlama-lama Chris langsung pergi meninggalkan Sara di ruang ganti. Untung saja semua keperluan Sara sudah dibereskan terlebih dahulu oleh Chris sehingga Sara hanya tinggal membawanya.
Sara berjalan keluar studio dengan menggunakan rok yang panjangnya hanya sampai di atas lutut dan kaos crop top. Ia menatap layar ponselnya berharap Aidan mengangkat panggilannya, tapi sayang tak ada jawaban dari Aidan.
Sara menyalakan sebatang rokok dengan rasa blueberry dan mint, sambil terus menghubungi Aidan dan hasilnya masih sama, Aidan tidak menjawab satu panggilan pun. Sara mencoba untuk menghubungi Celine, dan ternyata Celine pun tidak menjawab panggilan Sara.
Tiba-tiba sebuah mobil mewah yang termasuk mobil termahal di dunia berhenti di depan Sara. Kaca mobilnya perlahan turun dan mulai menampakkan siapa pengemudinya.
“Kau menunggu asistenmu?” Tanya Sean. Pria itu berbicara tanpa turun dari mobilnya.
“Aku menunggu taksi.” Jawab Sara sambil menghisap rokoknya dan mengeluarkan asapnya perlahan.
“Kemana asistenmu?” Tanya Sean lagi.
“Ada urusan mendadak.” Jawab Sara sekenanya.
“Masuklah, ku antar kau pulang.”
Tanpa menjawab Sara mematikan rokoknya yang belum habis setengah dan langsung berjalan masuk ke dalam mobil milik Sean.
“Mimpi apa aku semalam sampai bisa diantar pulang oleh bosku sendiri.” Ucap Sara sambil menggunakan seatbeltnya. Sean hanya tersenyum kecil kemudian menginjak pedal gasnya. Mobilnya melaju memasuki jalanan dengan kecepatan sedang.
“Kemana kekasihmu?” Tanya Sean.
“Entahlah, mungkin dia sibuk.” Jawab Sara.
“Kenapa kau tak putus saja dan kembali padaku Sara?”
“Oh come on Mr. Sean. Jangan pernah kau bahas lagi, itu sudah menjadi masa lalu dan kejadiannya pun saat kita masih sekolah.” Jawab Sara dengan nada kesal.
“Sara, kita hanya berdua. Kau cukup panggil aku Sean tanpa ada embel-embel apapun.”
Ya tanpa banyak orang yang tahu. Sean dan Sara sempat menjalin hubungan saat masih duduk di bangku sekolah. Teman dekatnya pun tak ada yang tahu. Hanya Sean, Sara dan orang tua Sara yang mengetahuinya. Karena pada saat itu Sara dilarang untuk memiliki hubungan spesial dengan siapa pun mengingat Sara adalah artis baru dan rentan terkena skandal, manajemen yang menaungi Sara pada saat itu melarang hal itu sampai terjadi. Kini Sara berpindah manajemen dan masuk di Lazarus Entertainment milik Sean karena itu permintaan Sean.
Sampai-sampai Sean bertekuk lutut memohon kepada Sara agar ia masuk di manajemen milik Sean. Dan Sara tidak bisa menolak itu. Saat ini yang orang lain tahu tentang hubungan keduanya hanya sebatas atasan dan bawahan. Sara sebagai ladang uang untuk Lazarus Entertainment karena ia termasuk aktris dan model dengan bayaran fantastis, serta banyak mendapatkan penghargaan. Dan Sean sebagai CEO dari Lazarus Entertainment.
Sara hanya diam dan sibuk dengan ponselnya. Sean yang sedang mengendarai mobilnya, sesekali melihat ke arah Sara yang kadang tertawa sambil meng-scroll layar ponselnya. Tapi sebetulnya Sean bukan fokus dengan wajah Sara. Sean lebih fokus ke paha mulus Sara yang putih dan tidak tertutup apa-apa.
Sambil menyetir mobil, Sean nampak kesusahan memfokuskan pikirannya. Pandangannya tidak bisa ia alihkan dari paha Sara yang terpampang nyata. Adik kecilnya dibawah sana malah mengeras. Ini tidak bisa dibiarkan.
"Pakai ini." Sean melempar jaket yang ia simpan di jok nya.
"Untuk apa?”
"Bukan untuk badanmu tapi untuk menutupi paha mu."
"Memangnya kenapa? “
"Kau jangan pura-pura bodoh Sara."
"Aku memang tak paham apa maksudmu Sean."
"Kau mau aku mangsa sekarang di sini? Kalau kau mau, aku tak masalah. Aku tak peduli di tilang gara-gara mobil goyang." Cerocos Sean dengan kesal. Kesal karena Sara berpura-pura tidak paham, dan juga kesal kepada adik kecilnya yang tidak tahu waktu kapan harus bangun. Merepotkan.
Mata Sara melotot dan alisnya saling bertautan, ia cukup geram dengan ucapan mesum dari Sean. Tapi ia sudah terbiasa dengan hal itu, apalagi sekarang Sara mendengar banyak rumor bahwa Sean suka sekali melakukan one night stand bersama wanita-wanita seksi kelas atas.
Dasar Sean mesum, ia memang gampang turn on jika sedang bersama Sara. Apalagi body Sara sekarang dan dulu sangat berbeda. Dulu Sara terkesan kurus, tapi sekarang ada beberapa bagian yang nampak berisi dan membessar. Body nya seperti gitar spanyol, jika dipakaikan baju apapun akan sangat terlihat cocok.
Tak lama, Sean menginjak pedal rem-nya saat mobilnya sudah memasuki pelataran rumah Sara.
"Terimakasih.." ujar Sara sambil melepas seatbelt-nya.
Sean hanya menganggukkan kepalanya kemudian ia kembali menginjak pedal gas-nya saat Sarah sudah memasuki rumah.
'Sial, nyabun lagi-nyabun lagi' Sean merutuki dirinya yang lemah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!