NovelToon NovelToon

Merawat Calon Suamiku

Hari Pertama

Elena menerima sebuah buku catatan dari seorang wanita paruh baya. Elena menatap buku tersebut dengan rasa sedikit heran, kemudian ia melayangkan pertanyaan melalui matanya pada wanita itu.

"Buku itu berisi aturan yang harus kau patuhi dan juga apa saja yang Lian suka dan tidak suka. Dengan buku itu, saya harap kau tidak seperti pengasuh-pengasuh sebelumnya." ucap wanita yang menyambut Elena ketika pertama kali di rumah ini.

Elena mengangguk paham, meski heran dengan begitu banyaknya aturan di dalam buku, dia tetap berpikir bisa melakukan pekerjaannya dengan mudah.

Elena masih muda, ia baru saja lulus SMA dan segera mencari pekerjaan untuk membantu keuangan keluarganya. Elena memiliki orangtua yang lengkap dan seorang adik laki-laki. Ayahnya bekerja sebagai pengrajin patung dan ibunya mempunyai usaha catering kecil-kecilan.

Sebenarnya Elena masih ingin melanjutkan kuliah, tetapi saat ini adik laki-lakinya sedang sekolah di akademi militer dimana biayanya lumayan besar. Dengan pekerjaan kedua orangtuanya tentu tidak akan cukup untuk ikut membiayai Elena kuliah.

Dan di sinilah Elena sekarang, di rumah megah yang lumayan jauh dari rumahnya. Elena tengah mendapat arahan dari pemilik rumah tempat ia akan bekerja. Dari informasi yang dia lihat, pemilik rumah ini membutuhkan pengasuh untuk merawat orang cacat.

Sebenarnya ia tidak suka melakukan pekerjaan itu, tapi ketika melihat gaji yang ditawarkan sangat besar, Elena mengesampingkan ketidaksukaannya. Dimana lagi dia mendapatkan gaji besar dengan pendidikannya yang rendah.

Wanita di depannya ini terlihat tidak ramah menurutnya. Ia sangat tegas dan menekankan agar Elena becus dalam bekerja. Tapi menurut Elena, wanita ini tidak ingin ia bernasib sama dengan pengasuh sebelumnya yang sudah mengundurkan diri.

Memangnya seperti apa orang yang akan dia rawat.

"Baiklah. Kau bekerja mulai hari ini. Tapi Lian masih tidur siang. Pergilah ke kamarmu dan pelajari buku itu!" perintah wanita tersebut.

"Baik Nyonya." jawab Elena.

Kening wanita itu berkerut mendengar panggilan Elena. "Jangan panggil aku nyonya. Panggil Ibu saja." tukasnya sebelum pergi meninggalkan Elena bersama seorang wanita lain yang Elena yakini memiliki posisi yang sama dengannya.

"Hai Elena, aku Maria pelayan di rumah ini. Ayo kuantar ke ruanganmu." wanita tersebut mengajak Elena ke bagian rumah yang paling jauh dari ruang utama.

Maria sedikit lebih tua darinya sehingga Elena mudah akrab dengannya. Dalam perjalanan ke kamarnya, Maria menjelaskan beberapa hal tentang peraturan di rumah itu.

"Nah, ini kamarmu. Istirahatlah sebentar, karena jam tujuh malam kau harus mengantar makanan Tuan Lian." ucap Maria.

Elena mengangguk, dia menelusuri ruangan tersebut. Di rumah kamarnya tidak sebesar ini. "Maria, apakah aku tidur sendiri di sini?" tanya Elena dan Maria mengangguk.

"Tentu. Ada apa? Ada yang salah?"

"Tidak. Tapi bukankah di rumah orang kaya semua pembantu tidur di satu kamar yang sama?"

Maria tersenyum, "Elena, kau harus tahu kita memang sama-sama pelayan. Tapi kau akan sering bertemu Tuan Lian. Tuan Lian sangat sensitif terhadap apa pun. Untuk menghindari kemarahannya, alangkah lebih baik pengasuh tuan muda tidak berbaur dengan pelayan rumah." terang Maria.

Setelah Maria pergi, Elena meletakkan tas ranselnya yang berisi beberapa potong pakaian. Terlebih dahulu ia membuka buku catatan dari wanita pemilik rumah ini.

Membaca dari poin pertama saja kening Elena sudah berkerut. Ada banyak aturan tidak masuk akal tertulis di sana.

"Apa-apan ini. Aku akan merawat orang cacat atau orang tidak waras." gerutu Elena.

"Jangan tersenyum di depan Tuan Lian, Jangan menatap mata Tuan Lian, Jangan... dan apa ini?" Elena mengangkat bibirnya dengan heran. "Jangan terlalu banyak berkedip."

Elena terkekeh, "Peraturan macam apa ini. Tahu begini aku tidak akan datang ke sini."

Dalam satu detik Elena mencabut ucapannya. Adiknya masih perlu dua tahun lagi lulus dari pendidikan militernya. Jika ia sabar, ketika adiknya menjadi tentara, maka ia akan melanjutkan masa depan seperti yang ia mau.

Elena melempar buku catatan itu ke tempat tidur, lalu mengambil bajunya dari dalam tas. "Aku tidak butuh ini. Tidak penting." selorohnya sambil berlalu ke kamar mandi.

Saat akan mendekati jam tujuh, Elena sudah rapi dengan seragam hitam putih yang diantar Maria saat ia tengah melanjutkan membaca buku catatan itu. Saat ini Elena sedang berada di dapur menunggu pelayan lain menyiapkan makan malam tuannya.

"Hanya ini saja?" tanya Elena pada wanita yang lebih tua dari Maria.

"Iya. Selamat bekerja, semoga kau bisa lebih lama di sini." ucap wanita itu.

Elena bingung akan ucapan itu. "Antar dulu, nanti kita bicara lagi." ujar wanita itu.

Elena menurut, dia membawa nampan dengan beberapa jenis makanan di atasnya.

Ruangan yang dia tuju ada di lantai dua, sebelumnya Maria sudah memberitahu jika ingin ke lantai dia ia bisa menggunakan lift. Lift itu hanya bisa digunakan oleh pengasuh Lian dan Lian sendiri.

Sepanjang sore dia di sini, Elena sudah terpuaskan dengan kemewahan dan kecanggihan alat-alat di rumah ini.

Di lantai dua, Elena menemukan kamar tuannya. Di buku catatan disebutkan ia tidak perlu mengetuk pintu jika ingin masuk. Letakkan makanan di atas meja khusus yang sudah di tandai, lalu pergi secepat mungkin pergi dari sana.

Elena melakukannya. Ia masuk dengan hening dan meletakkan nampan di atas meja. Tapi matanya yang kampungan, yang tidak pernah melihat kamar semewah ini telah membuatnya dalam masalah.

Ruangan kosong ketika Elena masuk. Matanya tertuju pada balkon kamar tersebut. Kamar ini sangat tenang membuatnya betah berlama-lama di sana. Langkah kakinya membawanya menuju balkon kamar.

Elena menghirup udara malam yang segar. Ia tersenyum, senangnya melihat pemandangan malam dari atas sini.

"Astaga." Elena baru sadar. Apa yang ia lakukan ini sangat terlarang di dalam buku catatan.

Elena berbalik, ia ingin cepat-cepat pergi sebelum ketahuan sang pemilik kamar. Elena berjalan mengendap-endap.

Namun begitu ia masuk ke kamar, di depannya seorang pria di kursi roda mengejutkannya. Itu dia! Pria itu membelakanginya, dari gelagatnya pria itu sedang makan makanan yang dia bawa.

Jantung Elena berdetak tidak karuan. Sebelum pria itu menyadarinya, Elena mencari cara agar tidak ketahuan oleh pria itu. Namun otaknya buntu. Mata Elena tertuju pada gorden di sampingnya. Ia berjalan dengan sangat pelan dan bersembunyi di balik tirai panjang itu.

Dari pada ketahuan sekarang yang akan membawanya ke dalam masalah, lebih baik dia sembunyi. Mungkin nanti akan ada kesempatan untuknya pergi.

Mampu Bertahan

Dari balik tirai, Elena bisa mengintip apa yang dilakukan pria itu. Meski dari belakang, pria itu makan dengan elegan. Tubuhnya nampak besar dan kekar, tapi sayang sekali tidak bisa berjalan. Itulah isi pikiran Elena sambil menunggu pria itu lengah agar ia bisa lari dari sini.

Pria itu sudah selesai makan. Dengan mandiri pria itu memutar kursi rodanya, sehingga Elena bisa melihat wajahnya dengan jelas. Elena mematung, matanya berseri ketika melihat wajah pria itu.

"Wow.." gumamnya. Benar-benar makhluk ciptaan Tuhan yang indah.

Pria itu menghadap ranjang king size miliknya. Ia bersiap akan membuka kaos longgar dari tubuhnya. Elena melebarkan matanya. Ini yang ia tunggu, sejak tadi ia penasaran bentuk tubuh di balik kain itu.

Saat pria itu mengangkat bajunya, Elena merasa tidak siap, membuatnya menutup matanya erat.

Srakk...

Namun apa yang terjadi!? Tirai yang menyembunyikannya dari pandangan pria itu terbuka lebar. Ketika Elena membuka mata, pria lumpuh itu ada di depannya. Elena melongo, keringat mengucur deras di keningnya. Berulang kali ia menelan liurnya. Tatapan tajam dan menusuk pria itu berhasil membuat lutut Elena gemetar.

"Kau siapa?!" Suaranya menusuk indra pendengaran Elena.

"Tuan. Sa..sa..saya pelayan baru Anda." berbicara pun Elena tidak sanggup.

Mata pria itu melotot. Elena mengerti tatapan itu. Sesuai isi buku harusnya ia tidak seharusnya di sini setelah mengantar makan malam.

"Maafkan saya Tuan. Sa..saya..." lagi-lagi Elena kesulitan bicara.

"Keluar!" ketika kata itu terucap, Elena segera melenggang pergi. Tidak lupa ia membawa nampan bekas makan Lian.

Keesokan harinya, Elena menghadap Diana, wanita pemilik rumah. Kejadian tadi malam ternyata sampai ke telinganya. Diana marah padanya. Tapi kali ini Elena mendapat kesempatan untuk tetap bekerja.

Di pagi hari, tugas Elena adalah membantu Lian membersihkan tubuhnya. Di dalam buku, Lian memiliki jadwal mandi. Pria itu tidak boleh sering mandi karena ada dampak bagi kesehatannya.

Seperti biasa, Elena langsung masuk ke dalam kamar. Elena masih takut menghadap pria itu. Beruntung Lian masih tidur di atas tempat tidurnya. Sebelum Lian bangun, Elena harus mengambil baju dari lemari.

Elena mengambil satu kaos, celana dan lengkap dengan dalamannya. Elena menarik nafas, ia tidak menyangka akan memegang celana dalam pria sangar itu.

Saat berbalik, ternyata pria itu sudah bangun dan bersandar di tempat tidur. Elena menunduk, berusaha menghindari kontak mata dengannya.

"Selamat pagi Tuan. Saya akan membantu Anda membersihkan diri." ucapnya.

Pria itu tidak menjawab dan Elena tetap menundukkan wajahnya. Cukup lama hening, Elena memberanikan diri mengangkat kepalanya. Lian menatapnya dengan dingin.

Elena membalas tatapannya, menunggu perintah selanjutnya. Tetapi Elena ingat, dia harus siap dan sigap. Dia harus tahu apa yang Lian inginkan tanpa perintah dari mulut.

Saat ini otaknya berpikir keras apa yang pria ini mau. Yang benar saja, jika ingin mandi maka ia harus membawanya ke kamar mandi. Tidak mungkin ia memandikan Lian di tempat tidurnya.

Dengan cepat, Elena mendorong kursi roda ke dekat tempat tidur. Sebab Lian tidak suka kontak fisik dengan orang asing, Elena hanya perlu menahan kursi roda dan membiarkan pria itu berpindah dengan susah payah.

Elena mendorong kursi roda ke dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi juga sudah tersedia kursi khusus untuknya mandi lebih mudah. Sehingga Elena hanya melakukan hal yang sama.

Selama Lian mandi, Elena tidak boleh keluar. Sesuai dengan buku panduan, ia harus berdiri membelakangi Lian dan menunggunya sampai selesai.

Elena tidak terbiasa dengan hal ini. Berada di tempat ini dengan pria telanjang tentu membuatnya was-was, meski mustahil pria lumpuh itu sanggup melakukan hal buruk padanya.

Setelah shower mati, tandanya Lian sudah selesai. Elena mengambil pakaiannya dan memberikan pada pria itu. Meski sudah dilarang, tetap saja matanya yang gatal mengambil kesempatan melirik tubuh liat pria itu. Namun sebelum itu terjadi, sorot mata Lian hampir menangkapnya. Setelah memberikan pakaiannya, Elena berbalik lagi.

Selesai mandi, lanjut Elena memberi pria itu makan. Berlanjut hingga malam hari, Elena lebih sering bertemu karena mengantar makanan pria itu. Jika tidak, ia akan menjadi pengangguran di rumah ini.

Elena memiliki alarm yang diberikan oleh Diana. Jika Lian membutuhkannya, alarm itu akan berbunyi. Menunggu panggilan dari Lian, Elena memutuskan membantu Maria mengerjakan tugasnya. Di rumah ini ada dua pelayan. Maria dan Ernie. Maria bertugas mengurus rumah sedangkan Ernie menjadi penguasa dapur.

Sembari membantu Maria, Elena mendapat banyak informasi tentang Lian. Lian adalah putra kedua dari pasangan Sinclair dan Diana. Lian mengalami kecelakaan maut lima tahun lalu dua jam setelah acara pemberkatan pernikahannya. Pasangan pengantin yang harusnya berbahagia di atas ranjang malam pertama, ternyata harus berakhir di atas brankar rumah sakit.

Malangnya, istri yang baru saja dinikahi meninggalkan Lian dua bulan setelah mengetahui kondisi Lian yang lumpuh total. Dan kemungkinan normal kembali hanya sepuluh persen. Wanita itu sama sekali tidak berharap pada sepuluh persen kemungkinan itu.

Tidak heran mengapa Lian seperti sekarang. Mengetahui bahwa akan lumpuh selamanya adalah pukulan yang berat baginya. Apalagi ditambah istrinya meninggalkannya setelah mengetahui hal tersebut.

Tidak terasa, sudah satu bulan Elena bekerja di rumah itu. Satu rumah itu cukup terkesan dengan kegigihan Elena dalam menghadapi sifat tempramen Lian. Karena pengasuh lain hanya bisa bertahan paling lama lima hari.

Tentu saja bukan hal mudah melewati setiap harinya. Setiap hari ada saja hal yang salah di mata Liam. Elena tidak tahan, bahkan ia berpikir untuk berhenti. Namun ketika Diana memberikan segepok uang padanya, Elena mengurungkan niatnya.

Di kamar, Elena menghitung gaji pertamanya. "Wah, banyak sekali. Kalau begini, enam bulan aku bekerja di sini sudah cukup. Tapi aku tidak tahan dengan tuan Lian itu." celoteh gadis itu.

Cukup lama Elena menulis rincian kemana uang ini akan ia gunakan. Tiba-tiba alarm miliknya berbunyi, pertanda Lian sedang membutuhkannya.

Elena bergegas memakai seragamnya dan bejalan cepat menuju kamar Lian. Begitu sampai di kamar Elena heran karena Lian masih tidur di ranjang.

Kalau Lian tidur, lalu siapa yang menekan alarmnya, benak Elena. Ia akhirnya memperhatikan pria itu. Ah, ternyata tombol alarm berada di bawah lengan Lian. Mungkin alarm tadi tidak sengaja Lian tekan saat tidur.

Elena berniat memindahkannya ke meja agar tidak ditekan lagi. Namun, saat tangannya menyebrangi tubuh pria itu, mata Lian terbuka.

"Mau apa kau!" suara dingin itu menusuk gendang telinganya.

Elena terkejut setengah mati, ia tidak bisa mengontrol tubuhnya hingga akhirnya ia tumbang di atas tubuh Lian.

Pria Menyedihkan

Elena dengan cepat bangkit, tidak ingin Lian berpikir buruk tentangnya. "Maaf Tuan, saya hanya ingin memindahkan ini agar tidak tertimpa oleh Anda. Tadi alarmnya berbunyi makanya saya datang. Mungkin anda tidak sengaja menekannya saat sedang tidur." Elena bicara dengan cepat menjelaskan apa yang terjadi.

Lian yang kemarahannya sudah di ubun-ubun kini mereda. Pria itu sadar kesalahannya yang meletakkan tombol alarm dengan sembarangan.

"Pergilah." ucap pria itu.

Terdengar tidak biasa didengar, seperti ada penyesalan dalam nada bicaranya.

"Baik Tuan." Elena segera pergi dari sana.

Selama satu bulan ini, sikap Lian masih belum berubah padanya. Dingin dan irit dalam bicara. Elena tidak pernah mendengar pria itu bicara lebih dari dua kata.

Pergi, ambil itu, ada apa. Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulutnya setiap harinya. Sepertinya istrinya telah berhasil membunuh keceriaan pria ini.

Sebenarnya Elena bukan termasuk orang yang sabar. Dia akan melawan ketika ditindas. Namun kali ini ia tidak bisa melawan. Ia sangat butuh uang dari keluarga ini untuk kelangsungan hidup keluarganya.

"Gadis itu bertahan sampai sekarang?" tanya Sinclair pada Diana. Sama seperti yang lain, Sinclair juga terkejut mendengar ada pengasuh yg bertahan lebih dari satu minggu.

"Iya. Padahal awalnya aku ragu padanya. Ternyata dia sangat gigih." jelas Diana.

"Baguslah. Berikan upah yang besar padanya, itu adalah prestasi bisa bertahan dari tempramental putra kita. Hari-harinya pasti sulit." tutur Sinclair.

"Aku sudah melihat latar belakangnya. Sepertinya dia sangat terobsesi dengan uang. Karena itu aku memberikannya lebih dari yang kita tawarkan, agar dia bertahan."

"Lakukan apa yang kau mau sayang. Kau pasti sudah lelah dengan ini semua."

"Tidak. Aku tidak akan lelah untuk Lian. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Edyth?"

Sinclair menarik bibirnya sinis, "Selama ini kita salah menyimpulkan kepergiannya. Kita pikir dia terpukul dengan apa yang terjadi pada Lian. Leon menemukannya di Amerika. Dia sudah menikah dengan pria asing dan memiliki anak. Mereka bahkan sudah berhubungan tepat sehari setelah dia sembuh setelah kecelakaan." tutur Sinclair.

Manik Diana berkaca-kaca. Ia pikir Edyth, yang masih dianggapnya sebagai menantu ternyata mengkhianati putranya. Ternyata mereka terlalu naif selama ini.

Hari ini Elena mengantar sarapan Lian seperti biasa. Di dalam kamar ia menemukan sebuah kertas berisi pesan dari Lian. Pria itu berpesan agar tidak masuk ke dalam kamar selama satu hari ini. Elena menelusuri kamar, tapi tidak ada orang di sana.

Elena memutuskan keluar dan mencari Maria, teman bicaranya selama di rumah ini. Terkadang ia juga membantu Ernie di dapur, tetapi tidak banyak yang bisa ia lakukan di dapur.

Ia mencari Maria, tapi wanita itu tidak menampakkan batang hidungnya. Begitu juga dengan Ernie, mereka menghilang bak ditelan bumi.

Akhirnya Elena memilih masuk ke dalam kamarnya. Meski sebenarnya ia sangat bosan. Pekerjaannya tidak terlalu banyak di rumah ini, tugasnya hanya memberi Lian makan dan memandikannya sesuai dengan jadwal. Tapi tetap saja bagi Elena sulit, karena Lian sangat dingin dan tempramental. Elena harus bisa memahami pria itu.

"Bu Ernie dan Maria kemana ya. Apa mungkin mereka ke pasar?" gumam Elena. Akan menyenangkan kalau mereka bertiga berkumpul. Kedua wanita itu sangat baik padanya membuat Elena bertahan di rumah ini. Tidak lama kemudian, Elena tertidur tertidur.

Hingga dua jam tak terasa ia mengarungi mimpinya. Namun sayang mimpi indahnya hancur ketika Elena tiba-tiba terbangun setelah bunyi yang keras terdengar. Elena buru-buru keluar dari kamarnya.

Ia menuju sumber suara yang ternyata berasal dari lantai dua, tepatnya di kamar Lian. Suara barang-barang yang dilempar semakin jelas ketika Elena sampai di sana.

Harusnya Elena takut mendengar suara bising itu, tapi mendengar Lian menangis di dalam sana membuatnya penasaran. Dengan ragu ia membuka pintu kamar.

Ketika pintu terbuka, Elena membekap mulutnya. Keadaan kamar sangat berantakan. Semua barang hancur dan pecah. Dan yang menjadi fokus Elena adalah pria yang tengah meringkuk di tengah ruangan. Pria itu menangis pilu.

"Tuan Lian!" serunya dengan cemas.

Elena bergegas menghampiri pria itu. Ia berniat membantu pria itu bangkit. Namun apa yang dia dapat ketika ia hampir menyentuhnya, Lian menepisnya.

"Apa yang kau lakukan di sini. Bukankah sudah kubilang jangan berani masuk ke kamarku!" sentak Lian dengan nada keras.

Elena seketika menjadi ciut, sebab ia belum pernah dibentak sebelummya. Lian mendorongnya hingga terpental ke lemari.

"Kau senang melihatku seperti ini kan! Aku pria lumpuh, aku tidak berguna! Edyth meninggalkanku karena aku lumpuh!" air mata pria itu berurai dengan deras.

Elena tidak menyangka akan mendengar Lian bicara sepanjang ini. Pria itu sangat menyedihkan saat ini. Sangat berbeda ketika ia melayangkan tatapan tajam padanya. Lian yang dingin seperti berubah dalam sekejap.

Lian terkekeh sinis, "Lihat tatapan kasihanmu itu. Heh. Aku begitu menyedihkan bukan? Kau mengasihaniku!" celoteh pria itu. Lian terisak, "Harusnya Edyth masih bersamaku sampai hari ini. Harusnya anak kami sudah besar hari ini. Tapi dia meninggalkanku...."

Tiba-tiba Lian menatap Elena, wajahnya terlihat sangay marah, "Jangan mengasihaniku! Aku tidak butuh kasihanmu." sentaknya.

"Aku tidak mengasihanimu!" tukas Elena. Ia bangkit dari lantai dan berdiri tepat di depan Lian yang bersimpuh.

"Untuk apa aku mengasihani orang sepertimu." ucapnya dengan angkuh. Sungguh Elena ingin mati, berani sekali dia bersikap seperti ini di depan manusia dingin itu.

Lian juga tidak menyangka Elena akan bersikap seperti itu padanya.

"Kau itu sangat bodoh Tuan. Harusnya kau bersyukur. Dengan kondisimu yang seperti ini, harusnya kau bisa melihat siapa yang benar-benar mencintaimu dengan tulus. Jika ia bertahan dengan kondisimu ini berarti dia tulus, dan jika dia pergi berarti..." Elena menaikkan sebelah alisnya. "Kau pasti tahu alasannya." lanjutnya.

Lian menajamkan pandangannya, "Berani sekali kau menilainya buruk. Kau tidak tahu siapa Edyth..."

"Memang aku tidak mengenalnya. Tapi setelah mendengar ceritamu, aku sudah tahu sifatnya." jawab Elena sarkas.

Ia melangkah untuk mengambil kursi roda. "Sudahlah Tuan. Berhenti memikirkan orang yang tidak memikirkanmu. Dan jalani sisa hidupmu dengan bahagia."

Tanpa izin, Elena menyelipkan tangannya di antara badan Lian, ia berniat membantu pria itu naik ke kursi roda.

Lian terkesiap, ia sangat marah karena Elena lancang menyentuhnya. "Jangan menyentuhku!"

Tapi Elena yang juga sama kerasnya tidak menghiraukan Lian. Ia dengan susah payah membantu Lian naik ke kursi roda.

"Sudahlah Tuan. Kau seperti anak-anak. Apa kau tidak malu?" ucapnya dengan nada mengejek.

Akhirnya Lian berhasil duduk dengan paksaan Elena. Elena bersimpuh di depan pria itu, menatapnya dengan lekat.

"Tuan, jangan membuang waktumu dengan sia-sia. Dan jangan menyesali orang yang sudah pergi. Harusnya kau melihat Tuan dan Nyonya. Orang yang tetap bertahan sampai saat ini adalah mereka. Mereka akan selalu ada untukmu sampai kapan pun. Kenapa? Itu karena mereka sangat mencintaimu." tutur Elena.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!