NovelToon NovelToon

Hidden Love

Mobil Oleng

Clara Amelia seorang Mahasiswi yang terkenal pintar di Angkatan nya. Parasnya yang cantik, kulitnya yang putih bersih, setiap orang akan menyangka Clara lahir dari keluarga konglomerat. Hidup di keluarga yang sangat sederhana, tidak pernah membuat gadis cantik itu merasa kekurangan. Dia selalu tercukupi dengan keadaannya.

Setiap hari Clara menghabiskan waktu sore hingga malam nya untuk bekerja di restoran Chinese. Malam ini Clara masih sibuk mencuci piring di restoran. Ia memang bekerja paruh waktu sebagai pencuci piring dan mengecek stok barang di gudang. Baginya tidak masalah selagi itu halal dan tidak mengganggu waktu kuliahnya.

"Ra, kamu mau puding coklat nggak? Nih aku ambilkan buat kamu. Tadi Chef Juan membuatnya siang hari." Ujar Dinda menyodorkan piring kecil berisi puding coklat pada Clara yang masih mencuci piring.

"Wah, pasti sangat enak rasanya. Terima kasih ya Din, kamu memang sahabat ku yang baik." Buru-buru Clara mencuci tangannya yang masih ada sabun dan menerima piring puding itu.

Dinda bekerja sebagai pelayan di restoran Xiaojun. Restoran mewah itu selalu ramai dan jarang sepi pengunjung. Apa lagi saat akhir pekan, di pastikan ruangan VIP pun penuh bookingan.

"Ra, nanti pulang kerja balik nya sama aku lagi saja. Shift ku hari ini kan sama pulangnya dengan kamu." Ajak Dinda yang masuk shift siang hingga malam.

"Apa tidak merepotkan kamu Din, aku naik ojek online juga nggak apa-apa kok. Hmmm,,,,, tuh kan enak banget puding coklatnya, Din." Jawab Clara sambil menikmati puding coklat di tangannya.

"Nggak kok, kan memang searah rumahku dengan rumahmu. Ya sudah aku ke ruangan istirahat dulu ya Ra." Clara mengangguk pada Dinda.

"Makasih ya Din.."

"Habiskan pudingnya ya!" Jawab Dinda lalu pergi meninggalkan Clara di dapur.

"Ehem.. Enak nggak pudingnya Ra?"

Tiba-tiba suara bariton dari arah belakang gadis itu mengejutkan dirinya. "C-chef Juan? I-iya pudingnya lezat sekali." Jawab Clara malu-malu.

Bahkan Clara tidak berani menatap Juan lama-lama. Pria tampan itu tersenyum melihat tingkah Clara yang selalu bersikap lugu.

"Masih ada kok di kulkas pudingnya. Kamu bisa memakannya lagi kalau mau Ra." Juan berdiri di sebelah Clara.

Clara semakin di buat gugup oleh Juan yang berdiri di dekatnya. "I-iya Chef terima kasih." Jawab nya sambil menunduk.

"Hm, kalau gitu saya mau lanjutkan cuci piringnya lagi ya Chef." Clara tidak sanggup berdekatan dengan Juan lama-lama. Bisa-bisa ia mati kutu tak berkutik sama sekali.

"Okay, saya juga mau masak untuk tamu VIP yang sebentar lagi datang." Juan beralih mengambil pisau dan mulai bertempur dengan bahan masak yang sudah siap di atas meja. Ada asisten Juan yang menyiapkan semua itu.

"Kalau perlu sesuatu, bilang saja ya Chef." Ujar Clara tersenyum kecil. "Iya Clara." Juan pun sedikit senang melihat gadis itu tersenyum padanya.

Juan adalah pemilik restoran Xiaojun, restoran mewah itu dia bangun hasil usahanya sendiri. Juan juga mendapatkan gelar di berbagai manca Negara atas keberhasilannya mengikuti lomba memasak, dan bekerja di berbagai Negara sebagai Chef sebelum adanya Xiaojun Restaurant.

Di sebuah Hotel ternama bintang lima di Kota S. Seorang pria masih berkutat di kantornya, lebih tepatnya di ruang kerja nya yang beraksen mewah dan modern.

"Malam Pak Morgan, ada berita yang baru saja muncul. Ini mengenai anda Pak, coba Bapak lihat dulu" Ujar Sekretaris Morgan yaitu Jihan.

"Singkirkan berita sampah ini. Dasar wartawan, tidak tahu kebenarannya. Berani-beraninya membuat berita murahan seperti ini!" Morgan membantah berita itu dengan suara datar dan dinginnya.

"Baik Pak, tapi keluarga Bapak sudah mengetahuinya. Tadi Nyonya Besar Ana sempat menghubungi saya." Jawab Jihan dengan fakta.

Jihan berusia 35 tahun. Lebih tua 5 tahun dari usia Morgan. Sekretaris yang sudah berkeluarga itu orang kepercayaan Morgan di perusahaan nya yang bergerak di bidang Perhotelan.

Morgan memijit keningnya yang terasa lelah. "Sudah itu biar saya yang urus, kau pulang saja Jihan!" Pria itu menutup laptop di mejanya dengan kasar. Lalu berdiri di kaca besar ruangan kerjanya yang memperlihatkan suasana Kota S dari lantai 39.

"Baik Pak, kalau gitu saya permisi dulu"

"Hm"

Morgan menghela nafasnya dengan kasar. "Apa tidak bisa hidupku ini jauh dari berita-berita sampah seperti itu?!" kesalnya memandangi kota malam dari atas gedung hotelnya.

Malam harinya Clara bersiap untuk pulang bersama Dinda. "Din, aku traktir minum kopi kenangan ya? Kita mampir dulu ke outlet nya yang searah sama jalan pulang nanti" Ajak Clara sambil memakai helmet di kepalanya.

"Cie,,, aku mau di traktir minum kopi. Nggak malam minggu saja Ra traktir nya? Sekalian kita malam mingguan gitu, he he"

"Kamu mau nya malam minggu saja? Aku terserah kamu saja sih. Kalau malam ini juga nggak apa-apa. Tapi kita take away saja, minum nya di rumah he he" Gantian Clara yang tertawa.

"Malam minggu saja deh"

"Ya sudah malam minggu kalau gitu. Yuk pulang Din, biar aku saja yang bawa motornya." Tawar Clara yang memang suka bergantian menjadi driver dengan Dinda.

"Aku saja deh, aku nggak terlalu capek banget hari ini" Akhirnya mereka pulang menggunakan scooter matic nya Dinda.

Clara selalu tahu bagaimana cara membalas budi temannya yang selalu mengantarnya pulang. Dinda tidak pernah mau di belikan bensin sama Clara. Baginya, teman tidak harus perhitungan. Dia tulus berteman dengan Clara.

Dinda mengendarai motornya pelan. Tapi begitu di pertigaan jalan yang sudah sepi, dia langsung berbelok saja tanpa melihat sisi kanannya. Sebuah mobil jadi oleng akibat tindakan Dinda.

Tin.....

Motor Dinda limbung dan berhenti di tepi jalan, kemudian jatuh karena hilang keseimbangan.

Brugghh...

"Aduh..." keluh mereka berdua.

Bersyukur tidak ada yang lecet pada keduanya. Mobil yang di kemudikan Morgan pun berhenti dan membuka kaca mobilnya.

"Hei!! Kalau jalan lihat-lihat! Kamu pikir ini jalanan punyamu sendiri, membahayakan orang saja!" kesalnya pada Clara dan Dinda.

Clara menatap wajah Morgan sekilas, begitu datar dan dingin sekali. Kemudian pria itu menutup kembali kaca mobil nya dan pergi.

"Dasar Bapak-bapak! Bawa mobil saja sudah belagu!" ujar Dinda membangunkan motornya di bantu Clara.

"Husss,,, sudah jangan di ributkan. Dia sudah pergi, kamu nggak apa-apa kan Din?" sahabatnya menggeleng pelan. "Nggak kok. Maaf ya Ra."

"Nggak apa-apa. Musibah nggak ada yang tahu, lain kali kita lebih hati-hati lagi ya"

"Iya Ra."

Mereka berdua pun kembali melajukan motornya untuk pulang.

Clara membuka pintu rumahnya dengan kunci duplikat yang ia miliki. Karena ia selalu pulang hampir jam 10 malam, sebab itu Clara tidak ingin menganggu waktu istirahat orang tua dan adiknya, Fadil.

"Loh, kok Ibu belum tidur?" Ia mendapati Ibunya masih di ruang tamu. "Ibu belum ngantuk Ra. Kamu sudah pulang, mau Ibu buatkan teh hangat?"

Dengan cepat Clara menggelengkan kepalanya. "Tidak Bu, Clara mau langsung bersih-bersih diri saja sehabis ini."

Gadis itu duduk di samping Rahmi, Ibunya. "Ya sudah kalau gitu Ra. Kamu capek yah, habis kuliah selalu langsung kerja sampai malam. Sini Ibu pijitin"

"Hm, nggak kok Bu. Clara sudah terbiasa mengerjakan semuanya. Kalau capek, nanti tidur besoknya juga langsung segar lagi." Gadis itu memang tidak pernah menunjukkan dirinya lelah atau sedang sakit pada Rahmi.

Clara memang gadis yang mandiri selama ini. Di usianya yang masih 20 tahun, dia sudah memikul beban kehidupan dengan sangat tangguh.

"Ibu lagi ada masalah ya? Cerita dong sama Clara, Bu." Clara merasa ada sesuatu yang di pikirkan Ibunya.

"Nggak ada Ra. Ibu nggak ada masalah apa-apa kok."

"Fadil nggak nakal kan Bu? Dia nggak bikin ulah kan sama Ibu?" Clara khawatir adik laki-lakinya itu membuat ulah yang membuat Ibunya menjadi kepikiran.

"Nggak Ra, Fadil anak yang pintar dan baik kok. Adik kamu itu nggak pernah buat masalah. Sudah, kamu istirahat saja ya. Ibu juga mau tidur" Jelas Rahmi mendapat helaan nafas lega dari Clara.

"Hmm, iya Bu."

Clara hidup bertiga dengan keluarganya. Yaitu Ibu dan Adiknya, Fadil. Ayah Clara sudah lama meninggal sejak Clara masih berumur 12 tahun.

Maka itu, Clara menjadi sosok yang mandiri dan sejak duduk di bangku SMA dia sudah membantu ekonomi keluarganya dengan berjualan kue, menitipkannya di warung ke warung.

Udang Segar

Pagi harinya Morgan turun dari kamarnya yang berada di lantai tiga. Dia mendapati orang tua nya sudah duduk di meja makan.

"Pagi Ma, Pa." Sapa Morgan cuek.

"Bisa-bisanya anak kita yang satu ini tidak merasa punya masalah Pa." Sindir Wenda sebagai Mamanya Morgan.

"Morgan, setelah sarapan Papa mau bicara sama kamu!" Ucap Sandi dengan nada dinginnya.

Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya. Sikap Morgan memang keturunan dari Papanya.

Morgan dengan cuek hanya mengambil selembar roti tawar dan selai srikaya di atas meja makan. "Aku ada meeting jam 8 Pa. Bicaranya nanti malam saja." Kilah Morgan, karena ia tahu Papa dan Mama nya akan membahas tentang berita yang ia anggap murahan.

"Soal berita itu, Papa tidak mau kedepannya ada berita seperti itu lagi. Ini sudah ketiga kalinya berita sampah itu muncul di media. Membuat Sempurna Hotel menjadi banyak perbincangan orang. Apa lagi para pemegang saham dan kolega lainnya." Jelas Sandi dengan panjang lebar.

Morgan masih santai dengan melahap sarapan rotinya. Wenda kesal dengan tingkah putranya yang seperti itu.

"Morgan, kenapa sih kamu bisa santai seperti itu? Ini berita sangat mempengaruhi bisnis keluarga." Cecar Wenda yang menjadi ikutan kesal.

"Ada apa sih, pagi-pagi begini sudah ribut di meja makan." Ucap Aura yang baru saja bergabung di meja makan.

Aura adalah Adik Morgan, dia adik perempuan satu-satunya di keluarga Pranata. Usianya baru 19 tahun.

"Tanya saja sama Mama dan Papa Ra. Pagi-pagi gini sudah ribut saja" Jawab Morgan malah membuat Sandi dan Wenda menghela nafasnya dengan kesal.

"Morgan berhenti bermain-bermain dengan nama perusahaan. Papa minta kamu segera secepatnya menikah, agar berita itu tidak pernah terbit lagi di media" pinta Sandi dengan serius dan nada penekanan.

Berita yang menghebohkan seluruh kaum hawa dan dunia pebisnis yang mempunyai kerja sama dengan Hotel Sempurna.

Isi dalam berita itu menyatakan bahwa Morgan pemilik Hotel Sempurna telah mengencani beberapa anak konglomerat dan tidak pernah ada satu pun yang bertahan padanya. Dan berita itu menggiring diri Morgan menyukai sesama jenis. Dan hanya mencari keuntungan dalam mengencani anak dari konglomerat.

"Aku tidak tertarik dengan yang namanya pernikahan Pa. Soal berita itu kan memang ada benarnya juga. Aku memang mengencani mereka untuk urusan bisnis. Tapi bukan berarti aku harus menikahi mereka kan?" Jelas Morgan yang tidak ingin pusing.

"Morgan!" Tegur Wenda dengan nada yang sedikit tinggi.

"Mama, kok bentak Kak Morgan sih" Aura sangat perhatian dengan Morgan. Ia tidak rela jika kedua orang tuanya memarahi Morgan yang selalu bekerja keras dan selalu menuruti keinginannya.

"Lagi pula media saja yang kehabisan berita. Itu cara mereka kerja untuk membuat keuntungan. Maka nya menerbitkan berita tentangku. Aku terlalu populer di Negara ini. Papa dan Mama tenang saja, aku sudah suruh Jihan untuk membereskan berita itu"

Morgan sudah selesai sarapan, pagi ini selera makannya hilang karena perdebatan antara ia dengan orang tuanya.

"Aku berangkat dulu"

"Pokoknya Mama tidak mau tahu, kamu tetap harus segera menikah Morgan!" Cecar Wenda terus menerus.

"Ma.. Jangan kayak gitu sama Kak Morgan, kasihan Kakak." Wajah Aura berubah cemberut. Sepertinya kali ini kedua orang tuanya memang benar marah dengan Morgan.

"Kakak berangkat dulu" Morgan mencium pucuk rambut Aura dan pergi dari ruang makan.

"Kok Mama sama Papa menyuruh Kak Morgan menikah cepat. Apa nggak kasihan sama Kakak? Aura belum pernah mendengar Kak Morgan menyukai wanita. Dia pernah bilang kalau wanita-wanita yang di kencani Kakak hanya sebatas bisnis dan tidak pernah menyukainya."

Aura bercerita tentang sedikit banyaknya yang ia ketahui tentang Morgan yang super sibuk itu.

"Justru itu Aura sayang. Mama sama Papa menyarankan Kakak kamu untuk segera menikah." Jawab Wenda.

"Kakakmu juga sudah bukan anak remaja lagi. Usia nya sudah matang untuk menikah" Timpal Sandi yang memang benar adanya.

Sesampainya di Hotel Sempurna, Morgan memasuki lift dan menuju lantai 39. Di mana lantai 38 dan 39 merupakan office dari Hotel Sempurna. Di lantai 39 terdapat 4 kamar president suite yang bersebrangan lorong dengan ruangan kerja Morgan.

Hanya beberapa orang tertentu saja yang bisa menginap di kamar lantai 39 itu. Biasanya tamu-tamu dari luar Negeri. Terakhir seperti raja Inggris yang datang ke Negaranya menginap di Hotel Sempurna.

Jihan datang setelah mengetahui Morgan sudah ada di ruangannya. "Selamat pagi Pak Morgan, ini agenda Bapak hari ini. Dan untuk berita kemarin, sudah saya bersihkan sesuai harapan Pak Morgan"

Sekretaris itu memberikan jadwal yang sudah ia susun pada Morgan. "Kerja bagus Jihan, aku akan mentransfer bonus ke rekeningmu"

"Terima kasih Pak"

Morgan selalu mengapresiasi karyawannya yang bekerja dengan bagus dan maksimal seperti Jihan.

"Minggu depan acara pernikahan yang di gelar di aula lantai 35 Pak, seluruh tim yang ikut melaksanakan tugas sudah saya pastikan lagi persiapannya. Dan pagi ini Bapak ada meeting bersama kepala bagian yang memegang acara itu." Jelas Jihan yang selalu menjalankan tugasnya seperti itu, selalu lapor pada Morgan.

"Baiklah, kau bisa kembali ke ruangan mu."

"Baik Pak, saya permisi" Jihan membungkukkan sedikit badannya memberi hormat pada Morgan, ia langsung keluar dari ruang kerja pria tampan itu.

Ya, Morgan memiliki paras yang tampan. Hidung yang mancung, wajah yang mulus dan putih. Alis yang tebal dan aksen rahang yang tegas. Melengkapi ketampanan dan tubuhnya yang tegap dan berotot.

Di Universitas ternama, Clara menghadiri kelas pagi di mata kuliahnya. Satu jam kemudian pembahasan teori mata kuliahnya itu selesai. Gadis itu membawa tasnya keluar kelas.

"Clara.."

"Zain,ada apa?"

Ternyata yang memanggil Clara adalah Zain, pria tampan di kampusnya. "Kamu mau kemana Ra?" Tanya Zain dengan wajah berbinarnya.

"Aku mau ke perpustakaan Zain. Ada buku yang mau aku cari" Jawab Clara sambil berjalan di lorong.

"Oh gitu, aku bantu cari ya" Tawar Zain dengan penuh harap.

"Memangnya kamu nggak ada kelas? Aku bisa sendiri kok Zain" Jawab Clara yang memang terkenal ramah.

Dari kejauhan sepasang mata memperhatikan Zain dan Clara yang berjalan bersama di lorong. Terlihat gadis itu kesal karena pria yang ia sukai berjalan dengan cewek lain.

"Aku kosong kok sampai jam 11. Sekalian mau cari buku juga di perpus" Zain buru-buru berkilah. Agar Clara tetap merasa nyaman di dekatnya.

"Ya sudah kalau gitu." Clara pun mengiyakannya.

Di sebuah ruangan meeting, Morgan sedang melakukan rapat bersama rekan kerjanya.

"Semuanya sudah siap Pak. Tapi klien kita satu ini meminta restoran Xiaojun sebagai daftar menu di acara pernikahannya. Karena calon mempelai wanitanya sangat menyukai masakan resto itu. Dia ingin para tamu juga ikut mencicipinya" Ujar salah satu pria dalam ruang meeting.

"Kamu sudah merekomendasikan masakkan dari Chef Hotel kita?"

"Sudah Pak Morgan, dia juga memilih beberapa menu dari Chef Hotel kita. Dan permintaan tambahan darinya adalah restoran Xiaojun juga, Pak."

"Ya sudah, Pak Hadi coba kamu ke restoran itu. Minta mereka untuk hadir di acara pernikahan klien kita. Tapi ingat, pastikan resto Xiaojun menyanggupinya. Karena saya tidak ingin mengecewakan klien."

"Baik Pak, akan saya lakukan." Jawab Hadi.

"Jihan, jangan lupa kamu hubungi klien kita lagi. Bilang bahwa kita menyanggupi permintaannya."

"Baik Pak."

"Okay, kalau sudah clear. Meeting selesai, kirim ke email saya jika semua laporannya sudah siap"

"Baik Pak" Jawab mereka semua secara bersamaan. Tentu saja semua rekan kerja dalam ruang meeting.

Siang harinya Morgan pergi ke sebuah Cafe di dekat jalan raya Subroto. Di sana ia akan menemui Klien nya. Mobilnya terparkir di pinggir jalan, karena tidak ada parkiran luas dari Cafe tersebut.

Pria itu masuk ke dalam Cafe. Seorang gadis berjalan membawa buku di tangannya sambil menunggu ojek online yang sudah ia pesan. Satu tangannya membawa keranjang berlapis alumunium berisi udang segar.

Ya, dia adalah Clara. Setelah selesai kuliah, ia mengambil pesanan udang segar di jalan Subroto milik Juan. Lalu menunggu ojek online untuk pergi bekerja ke Resto Xiaojun.

"Hei... Minggir lah, oh tidak!!"

"Aaa..."

Brukkh...

Tubuh Clara terjatuh di samping mobil mahal milik Morgan. Keranjang aluminium nya menggoreskan jejak di mobil itu. Buku-bukunya pun berserakan.

Sebuah sepeda melaju kencang menyerempet dirinya.

"Maaf Kak, saya nggak sengaja. Saya buru-buru. Sekali lagi maaf Kak." ujar anak laki-laki yang mengendarai sepeda itu.

"Aduh, tangan aku sakit sekali." keluh Clara, namun anak laki-laki itu sudah lebih dulu pergi.

"Astaga.."

Clara menutup mulutnya tak percaya, melihat sebuah mobil mahal tergores panjang karena dirinya. Sebagian udang segarnya tumpah di atas kaca depan mobil.

"Ya ampun Clara apa yang kamu lakukan?" buru-buru ia membersihkan udang-udang itu dan memasukkan nya lagi ke dalam keranjang.

Tak lama ojek online yang ia pesan datang, Clara pergi menaiki motor ojek ke resto Xiajun.

Ganti Rugi

Pria tampan berahang tegas itu keluar dari Cafe setelah melakukan meeting. Dia pergi menuju mobilnya yang terparkir di luar.

Matanya terbelalak kaget, saat melihat penampilan mobilnya sudah tidak keren lagi. "Astaga!!"

"Siapa yang sudah melakukan ini semua?" kesalnya memperhatikan body mobilnya yang lecet.

Morgan menutup hidung bangir nya, ia mencium aroma amis di bagian kaca depan mobilnya. "Apa ini?" ia meneliti lagi.

Ada satu udang tertinggal di wiper kaca mobilnya. "Sialan! Siapa yang sudah menaruh udang di mobilku?!"

Tangannya menarik sebuah kertas bertuliskan nomor ponsel Clara, dan tulisan "Maaf sudah membuat mobilmu tergores, aku sedang terburu-buru. Tolong hubungi nomor ini, aku akan tanggung jawab."

Morgan meremas kertas itu dan masuk ke dalam mobil dengan perasaan yang penuh emosi.

Pukul 3 sore Clara sudah memulai kerja di restoran. Dia menemui Juan dan mengatakan kejadian yang terjadi pada udang nya di jalan tadi.

"Maaf ya Chef. Saya benar-benar nggak sengaja. Sebagian udang nya jadi rusak karena saya." ucapnya penuh penyesalan.

Juan malah tersenyum kecil. "Sudah nggak apa-apa. Jangan pikirkan udang nya, tanganmu bagaimana? Biar ku lihat."

Pria itu meraih tangan Clara. Terdapat goresan kecil di bagian siku tangannya. "Ini tanganmu tergores. Biar aku ambilkan kotak obat ya"

"Nggak usah Chef. Saya nggak apa-apa kok. Nanti saya bersihkan lukanya." tolak Clara secara halus. Dia tidak mungkin membiarkan Juan membersihkan lukanya.

"Iya tapi itu harus segera di bersihkan."

"Baik Chef. Sekali lagi saya minta maaf ya Chef. Soal udangnya, Chef bisa potong gaji saya untuk mengganti kerugiannya." pinta Clara sebagai bentuk tanggung jawab.

"Sudah jangan bahas udang lagi. Kamu segera bersihkan luka itu ya!" jawab Juan sudah tidak peduli dengan udangnya. Melainkan tangan Clara.

"I-iya Chef. Terima kasih."

Pukul 8 malam Juan mengumpulkan seluruh karyawannya mulai dari Chef dan pelayan di restorannya.

"Okay malam semuanya, saya memanggil kalian semua di sini karena ada hal yang harus saya sampaikan. Ini mengenai restoran kita yang akan di booking untuk acara pernikahan." Ucap Juan pada semua orang yang ada di ruangan itu.

"Tapi kali ini acara nya bukan lah acara pernikahan sembarangan. Anak dari crazy rich kota S akan menikah di Hotel Sempurna. Beliau meminta resto kita untuk ikut menjamu para tamunya di sana."

"Wah..." Banyak dari sekian karyawan Xiaojun nampak terkejut dan tidak menyangka.

"Okay tenang, ini termasuk suatu kehormatan juga untuk saya dan restoran Xiaojun. Pastinya di balik itu semua karena ada kalian yang membantunya. Untuk itu saya meminta tolong sama kalian semua agar bisa memenuhi permintaan beliau. Saya minta kerja sama nya dengan kalian, kita akan membicarakannya lagi untuk menu-menu nya besok. Saya cukup menyampaikan berita istimewa ini segitu dulu, sebelumnya saya banyak ucapkan terima kasih ya buat kalian semua."

"Baik Chef, siap laksanakan." Ujar seluruhnya.

Suara tepuk tangan dari seluruh karyawan menggema di ruangan itu. Mereka bangga dengan Chef Juan. Begitu juga dengan Clara, ia mengulas senyum di wajahnya yang cantik.

"Ya sudah, kalau gitu kita tutup resto sekarang. Kalian bisa segera istirahat di rumah."

"Baik Chef"

Malam hari di sebuah kamar yang mewah, Morgan sangat lelah melewati kegiatannya seharian ini. Ia teringat pada kertas yang sudah ia remas di kantong jasnya.

"Kalau telah melakukan kesalahan, bukan kah harus bertanggung jawab!" gumamnya lalu menghubungi nomor yang ada di kertas lecak itu.

Clara yang duduk di ranjang queen size nya melirik ke ponselnya yang berdering. "Siapa ya? Apa ini pemilik mobil itu?"

"Halo?" jawab Clara.

"Kau sudah melakukan kesalahan terhadap mobilku. Aku ingin minta tanggung jawabmu, karena kau, aku harus menahan bau amis saat mengendarai mobil!" tegas Morgan panjang lebar dalam satu ucapan.

"Ma-maaf Tuan. Saya benar-benar tidak sengaja. Kalau begitu, berapa kerugian yang harus saya ganti?" jawab Clara panik. Bahkan kini jantung nya berdegup kencang.

"Cih, sepertinya kau sanggup mengganti rugi kerusakan mobilku. Baiklah, kau harus menemui ku di Hotel Sempurna besok siang!"

Tut...

Belum selesai Clara berbicara Morgan langsung menutup panggilannya.

"Untuk apa dia menyuruhku bertemu di hotel? Apa jangan-jangan dia pria hidung belang, ya Tuhan. Jauhkan aku dari pria seperti itu." ujarnya menutup wajahnya.

"Lagi pula besok aku ada acara bersama resto Xiaojun. Aku tidak mungkin sempat datang menemuinya. Mungkin lain waktu aku akan bertanggung jawab padanya." gumamnya lagi, lalu memilih untuk tidur.

Waktu pun terus berlalu. Kini acara pernikahan yang di gelar di Hotel Sempurna pun tiba.

Morgan sudah rapi dengan setelan jas hitam dan kemeja salur hitam putih di dalamnya. "Bagaimana Jihan, apa ada yang belum siap?" tanyanya untuk memastikan.

"Sudah siap semua Pak. Pihak restoran dari Xiaojun juga sudah mengisi ruangan memasak untuk bagiannya."

"Kamu sudah pastikan di pintu masuk belum, untuk para tamu undangan dan para tamu Hotel di bedakan?" Morgan benar-benar sangat detail. Dia tidak ingin meninggalkan kesan buruk bagi klien nya.

"Sudah Pak, saya sudah mengkoordinasi dengan tim di bawah"

Tentunya menyewa Hotel Sempurna bukan lah main. Harga yang sangat fantastis bisa di raup oleh Morgan dalam satu hari saja menggelar acara pesta pernikahan di Hotelnya.

Pria itu berjalan di lorong Hotel menuju aula. Tidak sengaja ia bertabrakan dengan gadis yang membawa troli berisi makanan untuk di bawa ke acara lewat pintu belakang aula.

BRAKK!!! PRANG!!!

"Astaga!"

Clara panik bukan main, ia tidak sengaja menabrak pria di depannya dengan troli yang ia bawa.

"Maaf Pak maaf. Saya benar-benar tidak sengaja."

Morgan menarik nafasnya dengan berat. "Kamu bisa kerja dengan benar tidak?"

Emosi Morgan memuncak, belakangan ini ia susah tidur malam. Di tambah Wenda selalu mendesaknya untuk menikah. Acara di Hotelnya juga menguras tenaganya.

Sekarang ia di tabrak pakai meja troli makanan. Sungguh lucu sekali bukan nasib pria itu hari ini.

"Ma-maaf Pak, saya benar-benar tidak sengaja. Biar saya bantu bersihkan Pak"

Clara mengambil kain di troli dan mencoba mengelap celana Morgan yang ketumpahan makanan dari troli yang ia bawa.

"Sh!t, siapa kamu berani sentuh saya?!" Kaki Morgan reflek menghempaskan tangan Clara yang menyentuh lutut nya yang berbalut celana mahal.

Dinda yang kebetulan lewat di lorong itu langsung berlari menghampiri Clara.

"Ra kamu nggak apa-apa?" Dinda membantu Clara berdiri.

Yang Dinda lihat adalah Clara di hempaskan dari kaki Morgan. Itu sungguh tidak sopan baginya.

"Dasar pria tidak sopan! Bapak tuh nggak bisa ya sopan sedikit sama perempuan?" Amuk Dinda, gadis itu memang terkenal bar-bar jika berbicara dengan yang ia anggap lawan.

"Din, bukan salahnya. Aku yang tidak sengaja menabraknya" Ucap Clara buru-buru menjelaskan agar tidak salah paham.

"Berani sekali kamu membentak saya?! Sepertinya kalian tidak tahu siapa saya, sekarang kamu ikut saya!!"

Morgan menarik tangan Clara dengan paksa. "Aaakk..." Gadis itu sempat meringis karena Morgan menarik tangannya dengan kasar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!