NovelToon NovelToon

BUKAN AKU YANG KAU CINTA

BAB 1 Pertemuan Pertama

Tiara berjalan cepat menuju ruang bersalin. Ia ingin segera menemui kakaknya yang sedang melahirkan. Sesampainya di sana ia hanya berdiri di depan pintu ruang bersalin yang tertutup rapat. Perasaannya resah, ia ingin bertanya namun tak ada perawat yang lewat. Ia melirik laki-laki yang duduk di ruang tunggu tidak jauh dari pintu ruang bersalin. Lalu ia menghampiri laki-laki itu.

"Mas sedang menunggu istri melahirkan?" Tanya Tiara. Kasdun melihat ke kiri dan ke kanan ternyata hanya ada dia yang duduk di sana.

"Aku?" Kasdun menunjuk dirinya sendiri.

"Iya siapa lagi mas, kan hanya mas yang duduk di sini?" Kata Tiara kesal. Kasdun nyengir kuda. Ia merasa masih muda dan belum pernah menikah dibilang sedang menunggu istri yang melahirkan.

"Maaf ya bu kupikir ada orang lain di sini karena aku merasa belum menikah. Jadi ya belum punya istri. Aku masih perjaka lihat dong bu wajah tampanku yang mempesona ini." Kasdun mengedipkan matanya, nakal.

"Ih apaan sih malah promosi. Lagian aku tuh bukan ibu-ibu jadi jangan panggil bu....bu....segala!" Ujar Tiara kesal.

"Wow berarti kita sama - sama masih jomblo dong?" Kasdun malah menggoda Tiara.

"Boleh dong kita kenalan....." Kasdun menyodorkan tangan kanannya dengan wajah ceria dengan senyum khasnya.

"Namaku Kasdun. Aku masih jomblo. Aku sebagai sopir angkot yamg punya masa depan cerah. Jadi jangan ragu untuk berhubungan denganku ke jenjang yang lebih tinggi." Tiara hanya memandang tangan itu. Ia memalingkan wajahnya enggan untuk berjabat tangan.

"Tapi maaf aku engga berminat berkenalan denganmu. Aku menegurmu hanya ingin tahu, yang di ruang bersalin sudah ada yang melahirkan belum?"

Kasdun menurunkan tangannya dengan sedikit kecewa karena uluran tangannya tidak berbalas.

"Kalau di ruang bersalin memang tempatnya ibu-ibu melahirkan bayi, notik. Sejak tadi aku mendengar suara bayi."

"Notik? Siapa notik?"

"Notik itu nona cantik. Itu panggilan khusus karena kamu tidak mau menyebutkan namamu tadi." Jawab Kasdun santai sambil tertawa

" Iiiih.....Kamu dasar laki-laki aneh." Tiara bergidik ngeri, ia pergi meninggalkan Kasdun yang masih tertawa senang.

Dreet

Dreet

Kasdun langsung menerima telepon dari pemilik angkot yang ia bawa untuk mencari penghasilan.

"Hey Kasdun kemana aja lu jam segini belum pulang? Itu angkot mau dibawa sekarang juga, engkong mau bawa tetangga ke kampung sebelah karena saudaranya ada yang meninggal. Lu cepetan ke sini. Sekarang !"

"Tapi Kong.....?" Sargah Kasdun namun telepon ditutup sepihak.

"Aarrgh kenapa ditutup duluan sih?" Ujar Kasdun bermonolog. Telepon dari Engkong membuatnya galau tingkat tinggi. Tidak mungkin ia membiarkan angkot Engkong tetap di sini sementara tetangga Engkong lebih membutuhkannya, tapi bagaimana dengan bu Nurmala?

Bu Nurmala adalah guru favorit Kasdun waktu SMA. Ia menolong Nurmala ketika tergeletak di pinggir jalan raya saat hujan deras. Saat itu Nurmala dalam keadaan pingsan dengan kondisi tengah hamil besar.

"Ah sudahlah yang penting anak bu Nurmala sudah lahir, itu artinya masih bisa ditinggal sebentar saja, ya hanya sebentar saja." Gumamnya dalam hati. Kasdun setengah berlari keluar menuju parkiran.

Tiara keluar dari toilet klinik dengan tergesa, terlihat di depan pintu ruang bersalin begitu sepi. Ia tidak melihat laki-laki aneh yang sempat membuatnya kesal. Ia bernafas lega. Ia melihat waktu di pergelangan tangannya, tidak terasa sudah pukul 04.00 WIB. Malam begitu cepat berlalu. Perjalanannya yang cukup melelahkan membuat ia sedikit mengantuk. Inginnya tidur namun sebentar lagi juga subuh. Lagi pula mau tidur dimana? Beruntung ada seorang perawat yang keluar dengan membawa brankar yang di atasnya seorang wanita yang sangat ia kenal.

"Kak Nurmala? Oh syukurlah. Mau dibawa kemana kakak saya Sus?"

"Ke ruang perawatan." Jawab suster singkat. Tiara mengikuti langkah suster tersebut.

Setelah memindahkan Nurmala, suster tersebut keluar ruangan untuk mengecek pasien yang lainnya.

Tiara tersenyum bahagia melihat kakaknya baik-baik saja.

"Maaf ya kak, aku ga bisa menemani kak Nurmala dari awal."

"Kau dari mana saja, Ra?" Untungnya ada orang baik yang menolong kakak saat hujan deras. Kakak pingsan di jalan. Alhamdulillah kakak sampai di klinik ini dengan selamat. Tapi sayang kakak belum bertemu dengan orang itu."

Penjelasan Nurmala membuat Tiara tertegun. Ia tidak menyangka masih ada orang baik yang tulus menolong kakaknya yang dalam keadaan mau melahirkan.

"Syukurlah kakak selamat. Maafkan Tiara ya kak. Urusan kampus kelar sampai malam. Begitu tahu kakak enggak ada di rumah dan membaca pesan yang di atas meja, aku langsung ke sini." Tiara merasa bersalah.

Tepat pukul 07.00 WIB terdengar pintu kamar diketuk, seorang laki-laki masuk dengan santainya sambil tersenyum.

"Assalamualaikum.....!"

"Waalaikumussalam." Keduanya menoleh ke arah sumber suara.

BAB 2 Pertemuan Kedua

"Kasdun?"

"Kamu?"

Mereka serempak memanggil Kasdun yang sedang tersenyum manis.

Kasdun sangat senang bisa bertemu kembali dengan wanita yang semalam sempat bertemu di depan ruang bersalin. Di tempat dan tujuan yang sama yaitu menjenguk Nurmala. Walaupun Kasdun tidak tahu ada hubungan apa Nurmala dengan perempuan cantik yang baru semalam ia temui.

"Ini aku bawakan sarapan buat bu Nurmala tapi berhubung ada notik jadi makanannya bisa untuk berdua semoga cukup. Dan semoga suka " Kasdun meletakkan rantang ke atas meja.

"Wah kamu engga usah repot-repot bawa ini segala, Dun." Ujar Nurmala masih ingat dengan Kasdun.

"Tunggu tadi kamu bilang buat notik juga siapa notik?" Nurmala bingung.

"Eh iya maaf maksudku nona cantik. Perempuan cantik yang ada di samping ibu. Karena aku belum tahu namanya jadi kupanggil notik saja. Aku baru bertemu notik semalam yang membuat aku terpesona." Kasdun nyengir mata kanannya mengedip nakal ke arah Tiara yang sedang bergidik ngeri.

"Bagaimana kabar ibu?"

"Alhamdulillah baik." Nurmala masih mengerutkan dahi, ia masih bingung dengan kedatangan Kasdun yang tidak biasa. Apalagi Kasdun terkenal dengan kenakalannya saat masih sekolah, sangat tidak mungkin Kasdun bisa berubah drastis menjadi orang yang sangat berbeda sekarang. Terlihat lebih tampan, lebih dewasa, lebih perhatian. Sangat jauh berbeda dengan sikapnya yang dulu.

"Notik sarapan dulu aja ya!" Ajak Kasdun perhatian.

"Ogaaah, dasar laki-laki aneh. Jangan-jangan tuh makanan ada racunnya lagi ih kakak kok bisa mengenalnya? Ni cowok sok kenal sok dekat lagi."

"Oooh tentu saja kakak mengenalnya Ra, ini Kasdun alumni sekolah tempat kakak mengajar."

"Kasdun ini adik ibu, Tiara namanya." Nurmala mengenalkan adiknya yang mendadak jutek pada laki-laki yang menurutnya hal yang tidak biasa ia lakukan.

"Dih kakak ngapain sih pake ngasih tau namaku segala sama orang aneh ini? Namanya aja aneh apalagi orangnya."

"Hust ga boleh gitu." Tampik Nurmala.

"Orang tampan begini dibilang aneh. Mata Notik harus diperiksa tuh ke dokter mata!" Tutur Kasdun tidak terima dibilang aneh apalagi Kasdun yang sekarang jauh berbeda dengan yang dulu. Ia memang tampan hanya kehidupannya saja tergolong orang yang kurang beruntung. Dilahirkan di keluarga yang sederhana pekerjaannya pun hanya seorang supir angkot. Kehidupan yang sederhana ini lah yang menjadikannya sebagai laki-laki baik yang kuat, dewasa, bersahaja, bertanggung jawab dan berempati pada sesama manusia.

"Maaf bu Kasdun baru sempat menjenguk ibu, semalam Kasdun tidak sempat mengurus pemindahan ibu ke ruang perawatan. Kasdun tidak bisa membawa apa-apa selain makanan yang mungkin rasanya tidak sesuai selera karena ini masakan Kasdun sendiri."

"Tunggu....tunggu... jadi kamu yang menolong ibu semalam?" Tanya Nurmala menatap Kasdun dengan bangga. Tiara melirik menarik bibir kanannya ke atas. Kasdun mengangguk sambil tersenyum.

"Masya Allah Dun. Makasih banget kamu sudah mau menolong ibu. Ibu enggak tahu nasib kami kalau enggak ada kamu....."

"Ya sudah sepantasnya dia menolong sesama manusia. Kebetulan aja dia yang lewat. Jangan dipuji terus nanti malah besar kepala!" Potong Tiara tetap dengan mode tidak suka. Setelah berbicara seperti itu, dia fokus lagi menatap dede bayi yang ada di dalam box.

"Jangan begitu Tiara, berkat Kasdun kakak dan keponakanmu selamat. Dun maafkan Tiara ya! Emmmh.... Kasdun bisa masak?" Nurmala menatap Kasdun tak percaya. Kasdun benar-benar sudah berubah. Ia langsung meminta Kasdun membuka rantang yang dibawanya untuk ia cicipi.

"Wah.....ini sih enak banget, Dun. Calon istri kamu pasti sangat beruntung." Puji Nurmala.

"Kebetulan aku belum punya calon istri bu. Kalau ibu berkenan, aku mau sama adik ibu." Tandas Kasdun to the point, dagunya menunjuk Tiara yang masih mengamati dede bayi yang ada di tempat tidur bayi. Entahlah sejak bertemu Tiara perasaan Kasdun langsung klik dan kebetulan sekali bisa bertemu lagi di tempat yang sama dan lebih senang lagi ketika tahu kalau Tiara adalah adik Nurmala. Namun agak mengganjal di hatinya mengenai status sosialnya yang belum tentu bisa diterima oleh keluarga Nurmala apalagi melihat Tiara yang selalu jutek padanya.

...----------------...

Nurmala tengah bersiap untuk kepulangannya sore ini.

Di lobi sudah menunggu Tiara dan Kasdun. Rencananya Tiara mau ikut ke rumah baru Nurmala agar ia tahu tempat tinggal kakaknya itu. namun ia urungkan karena belum ada kesiapan membawa perlengkapan. Sehingga Tiara berencana untuk ke rumah Nurmala besok pagi saja.

"Iya bu besok saja biar saya yang antar Tiara ke sana!" Kasdun menimpali dengan senyum penuh arti.

"Ih siapa lagi yang mau diantar kamu? Aku bisa ke sana sendiri!"

"Jangan. Tidak baik perempuan cantik pergi sendirian khawatir ada jurig." Sargah Kasdun khawatir.

"Iya jurignya kamu. Dasar laki-laki menyebalkan!" Tutur Tiara jutek.

"Tiara jangan begitu entar kamu kepincut sama Kasdun lo." Bisik Nurmala.

"Tidak akan kak. Pokoknya aku akan ke sana sendiri atau kalau engga aku akan datang sama pacarku." Kata Tiara sekenanya.

"Pacar? Ah engga mungkin, cewek jutek kayak kamu ga mungkin ada cowok yang mau." Kasdun tidak percaya Tiara memiliki pacar.

"Ya mungkinlah cantik begini. Banyak cowok yang ngantri di luar sana."

"Iya ngantri doang. Lagian buat apa pacaran segala, yang ada rugi lu. Aku sih ogah pacaran, nanti kalau aku kepincut sama cewek pujaan hati bakalan langsung aku lamar. Tapi nunggu aku terlihat mapan dulu..." Kasdun nyengir.

"Kasduuuun." Nurmala berusaha menengahi alumni vs adiknya. Ia hanya geleng-geleng kepala.

"Kalian ini seperti anjing dan kucing kerjaannya berantem melulu. Hati-hati loh banyak yang seperti kalian akhirnya berujung ke pelaminan."

"Itu hanya cerita di novel saja kak, halu tingkat dewa. Di dunia nyata engga akan seperti itu." Tampik Tiara kesal.

"Ah yang beneeeer bu? kalau aku sih setuju pendapat bu Nurmala. Aku mau nonton live ah, siapa tahu pemain utamanya memang berjodoh sama aku." Kasdun tertawa, berhasil membuat pipi Tiara memerah memendam kekesalan.

"Sudah...sudah. Kalian ini. Kakak pergi dulu ya, Tiara besok jangan lupa bawakan baju kakak juga ya. Kalau bisa diantar Kasdun saja. Nanti kamu repot kalau pergi sendirian kesana." Nurmala mengingatkan adiknya yang sedang cemberut karena kakaknya sendiri masih berusaha mendekatkan ia dengan Kasdun.

"Apa senyum-senyum begitu. Cowok ga jelas!" Tiara berjalan menuju jalan raya. Kasdun mengikutinya dari belakang.

"Notik tunggu dong!" Tiara menghentikan langkahnya.

"Apa kamu bilang, notik? Aaarggh kamu tuh ya sudah kubilang jangan pernah panggil aku notik lagi. Aku punya nama!"

"Oh iya namamu lebih indah. Kita pulang bareng ya Tiara cantik!" Kasdun tersenyum, dia selalu sabar menghadapi perempuan yang sejak pertama kali mencuri hatinya itu. Walaupun ia selalu mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari Tiara namun ia merasa tertantang untuk mendapatkan cintanya.

"Ga perlu. Aku bisa pulang sendiri!" Tiara menolak dengan sengit. Mereka berdiri di halte depan klinik.

"Ternyata Allah maha mengerti dengan keinginan hambanya." Kasdun mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

Tiara melirik, ia tidak mengerti apa yang dikatakan Kasdun. Tapi ia tidak peduli. Ia langsung menyetop angkot yang melintas, keduanya masuk ke dalam.

"Kamu kok ngikut?" Bisik Tiara pada Kasdun yang duduk di sampingnya, karena angkot yang ditumpanginya hampir penuh.

"Aku hanya ingin memastikan kamu pulang dengan selamat."

Tiara bungkam. Ia menghela nafasnya. Ada getaran yang entah ia rasakan ketika berada di samping Kasdun. Yang pasti hatinya jadi tidak menentu. Ia merutuki kebodohannya bisa satu angkot dengan Kasdun.

"Hati oh hati diamlah!" Mohon Tiara dalam hati ketika perasaannya bermain musik. Entahlah kalimat terakhir yang Kasdun ucapkan mampu menyentuh hatinya yang paling dalam. Tenyata masih ada laki-laki yang mengkhawatirkannya.

"Tanganmu dingin, kamu sakit?" Bisik Kasdun yang tidak sengaja menyenggol tangan Tiara karena sopir ngerem mendadak. Kasdun tersenyum. Ada perasaan hangat yang menjalar di dalam tubuhnya. Ia menjadi lebih bersemangat menjajaki hati Tiara yang menurutnya unik.

"Kiri pak!" Tiara turun setelah angkot berhenti. Kasdun mengikutinya dari belakang.

"Biar aku aja yang ongkos." Kasdun mengambil uang dari kantong celananya.

Tiara langsung melesat menuju gang. Kasdun setengah berlari mengikuti Tiara. Hampir saja ia mengerem mendadak ketika Tiara menghentikan langkahnya.

"Ngapain kamu ngikutin aku sampai sini?" Tiara membalikkan badannya. Kasdun menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Aku...aku hanya ingin tahu rumah kamu. Dan memastikan kamu sampai rumah dengan selamat."

"Kalau begitu pergilah! Aku sudah sampai rumah." Usir Tiara. Terlihat Kasdun celingukan.

"Kamu engga menyuruhku masuk buat minum teh atau kopi gitu?"

"Tidak PERLU. Pulang sekarang!" Usir Tiara lagi penuh penekanan. Kasdun tersenyum.

"Baiklah tuan putri yang cantik. Abang Kasdun pulang dulu. Besok datang lagi menjemputmu. Terima kasih untuk waktumu hari ini." Kaadun mengedipkan matanya. Tiara jadi merinding.

BAB 3 Mengejar Tiara

Keesokan harinya Kasdun menepati janjinya untuk menjemput Tiara namun ternyata Tiara sudah pergi. Ia pun melangkah gontai dengan segala kekecewaan tapi hal itu tidak membuat hatinya luruh, ia akan terus mengejar Tiara kemana pun ia pergi.

Kasdun dengan motor bututnya membelah jalan raya. Ia ingin sekali bertemu tambatan hatinya. Orang yang selalu menghindar jika ia dekati, namun dari sikapnya yang seperti itu Kasdun ingin memperjuangkannya, ingin meraih cintanya.

Motor yang selalu menemaninya dalam suka dan duka itu ia hentikan manakala melihat pemandangan yang membuat hatinya terluka.

"Tiara bersama laki-laki lain siapa dia? Apa dia pacar Tiara?" Monolognya dalam hati.

Kasdun tidak akan tahu jika ia hanya duduk manis di atas motor. Ia berniat untuk mendekati mereka. Ia ingin tahu kebenarannya.

Pintu pagar yang terbuka lebar membuat Kasdun dengan mudah masuk ke halaman yang cukup luas, dengan aneka bunga yang begitu indah menentramkan mata dan hati.

Entah kekuatan dari mana kaki Kasdun melangkah mendekati tiga orang yang sedang bercengkrama di teras rumah. Hanya untuk sekedar menyapa, mengenal atau mungkin mengetahui hubungan laki-laki itu dengan Tiara. Ya Kasdun ingin memastikan orang yang ia cintai bukan milik siapa-siapa.

"Assalamualaikum...!" Kasdun tersenyum dengan sedikit keberanian yang ia miliki ia menyalami ketiga orang yang ada di hadapannya.

"Waalaikumussalam..." Jawabnya serempak.

"Cari siapa ya?" Tantenya Tiara yang tidak mengenal Kasdun menanyakan perihal maksud Kasdun datang ke rumah itu.

"Saya mencari....." Matanya tertuju pada Tiara namun kalimatnya menggantung karena Tiara menyelanya.

"Kasdun, kamu ke sini? Oh ya pasti kamu ke sini mau bertemu ka Nurmala, iya kan? Tapi sayang ka Nurmalanya belum pulang. Kamu mau nagih upah karena sudah menolong ka Nurmala kan? Nanti saja deh kamu datang lagi. Kamu datang di saat yang ga tepat." Sela Tiara merasa tidak suka dengan kehadiran Kasdun.

Deg

Ada nyeri di hati Kasdun ternyata Tiara menganggapnya sama dengan orang lain yang menolong dengan pamrih. Padahal tidak ada sedikitpun dalam hatinya untuk meminta bayaran setelah menolong orang apalagi yang ia tolong adalah guru yang sangat ia kagumi.

Kasdun menelan salivanya dengan susah payah. Entalah nyalinya ciut ketika berhadapan dengan Tiara bersama lelaki itu. Lelaki yang begitu tampan, tampil mempesona. Yang diketahui bernama Blu.

"Oooh jadi mas ini yang sudah menolong keponakan tante? Mari sini gabung duduklah. Tiara buatkan minuman buat tamu kakakmu!"

"Ih tante kenapa disuruh duduk sih? Biarin aja dia pulang, kak Nurmala juga ga ada."

"Tiara sekarang! Lagi pula kakakmu bentar lagi datang." Tante tidak menghiraukan omongan Tiara yang tidak suka Kasdun merusak momentnya bersama Blu.

Tiara dengan muka cemberut masuk ke dalam rumah untuk membuatkan Kasdun minuman. Dengan tangan jahilnya Tiara menambahkan kopi dengan ladaku merica bubuk.

"Silakan diminum mas Kasdun. Kopi buatanku sangat enak." Dengan seringai licik dibibirnya. Kasdun tahu itu.

"Waduh maaf Tiara saya tidak suka kopi." Kasdun tersenyum. Ia sengaja mengerjai Tiara.

Dahi Tiara berkerut tak percaya laki-laki yang menyebalkan menurutnya tidak menyukai kopi, sudah susah payah mencari ide untuk mengerjainya namun hasilnya nihil.

"Saya lebih suka air biasa saja." Tambah Kasdun.

"Oooh air biasa nanti aku ambilkan air dari toilet." Ujar Tiara ngasal.

"Tiara yang sopan sama tamu. Tamu adalah raja, gih ambilkan!"

"Duh tante....kapan Tiara ngobrol sama Blunya kalau Tiara masih disuruh ambil minuman? Blu maaf ya, ini ada iklan lewat dulu. Sebentar lagi." Tiara jelas tidak enak hati pada sahabatnya yang lama tak bersua.

"Iya Tiara santai saja." Ujar Blu terlihat santai.

Tantenya Tiara ikut masuk karena bayi Nurmala menangis.

Kini hanya tinggal mereka berdua yang duduk saling berhadapan.

"Dengan...."

"Oh ya saya Blu sahabat sekaligus bakal calon suaminya Tiara." Blu memperkenalkan dirinya tanpa basa - basi dengan menyodorkan tangan kanannya untuk berjabat tangan Kasdun.

Deg

"Oh ya saya Kasdun. Teman baru Tiara. Sebentar tadi mas Blu bilang kalau mas Blu bakal calon suami Tiara?" Tanya Kasdun dengan hati-hati. Sepertinya ia akan kehilangan semua pengorbanannya selama ini. Kasdun tersenyum hambar.

"Berarti saya keduluan dong ya?" Kasdun tampak kecewa. Ia mengusap tengkuknya. Blu tertawa renyah.

"Jangan dianggap serius mas."

"Maksud mas?" Jelas Kasdun kaget dengan pernyataan Blu.

"Maksudku Tiara itu bakal calon istriku tapi belum tentu Tiara bersedia." Papar Blu seolah memberi ruang untuk Kasdun bertarung memperebutkan hati Tiara. Kasdun memicingkan matanya. Lantas senyumnya mengembang.

"Jadi itu artinya mas Blu memberikan kesempatan untuk saya bisa memenangkan hatinya Tiara?"

"Kenapa tidak? Kalau Tiara itu jodoh saya maka saya tidak akan melepasnya. Namun sebaliknya kalau ternyata dia jodoh mas Kasdun saya ikhlas memberikannya padamu. Yang penting Tiara bahagia, itu saja."

"Baik saya setuju." Kasdun menyodorkan tangan kanannya untuk bersalaman. Walaupun ia menyadari kemungkinannya tipis mengingat Tiara begitu membencinya.

Blu dari awal memperhatikan interaksi Tiara dan Kasdun terjalin komunikasi yang tidak sehat. Terlihat sekali Tiara membenci Kasdun, entah penyebabnya apa sehingga Tiara begitu membencinya.

Tiara kembali ke teras sambil membawa nampan yang berisi minuman dan cemilan. Tiara memicingkan matanya ketika melihat dua pria tampan tertawa renyah. Sungguh cepat sekali mereka berbaur dan tampak akrab.

"Mas mau main ke rumahku? Rumahku tidak jauh dari sini." Tawar Blu pada Kasdun.

"Ooooh jadi kalian tetanggaan?" Simpul Kasdun. Berarti ada kemungkinan mereka bisa sering bertemu.

"Enggalah kan Tiara rumahnya bukan di sini. Dia hanya terdampar di rumah ini." Sambung Blu tertawa

"Blu....!" Tiara melotot.

"Ra saya pulang ya!"

"Ih kamu kok pulang sih, kan kita belum ngobrol banyak."

"Lain kali saja. Kapan-kapan kita ngobrol lagi. Oiya saya minta nomor hapemu nih tulis!" Blu menyerahkan ponselnya ke Tiara.

Tiara menyerahkan ponsel milik Blu setelah mengetik nomor hapenya dengan nama "Tiara Cantik Loh". Blu tertawa melihat nama itu.

"Kamu boleh miscall sekarang!"

"Dun, saya duluan ya....Ra jangan lupa ngobrol!" Blu tertawa yang membuat Tiara gondok, Blu....blu engga peka banget sih jadi orang. Ini malah menyarankan buat ngobrol berdua sama Kasdun.

Kasdun memperbaiki posisi duduknya.

"Tiara ku mohon kalau bertemu dengan saya jangan jutek terus."

"Ih sebagai apa? Yang ada aku tuh mual kalau ngobrol sama kamu."

"Mual? Kamu hamil?"

"Iiish sembarangan kamu ya! Kasdun yang terhormat sebaiknya kamu pulang juga deh...Kak Nurmala sepertinya terjebak macet, Jadi kemungkinan rada telat datang. Jadi lebih baik kamu pulang saja."

"Loh siapa yang mau bertemu bu Nurmala sih yang ada aku kena semprot suaminya kalau aku datang untuk menemui bu Nurmala. Aku ke sini buat kamu Tiara. Aku ....aku mencintaimu makanya aku sampai datang ke sini." Jelas Kasdun yang mengalir begitu saja.

"Kamu jangan aneh-aneh deh. Tolong jangan ganggu aku. Aku tuh sudah punya calon suami jadi berhenti untuk berharap!" Ujar Tiara sengit. Ia buru-buru beranjak pergi. Sebelum masuk ke dalam rumah Tiara menoleh dan mengatakan sesuatu pada Kasdun.

"Lebih baik kamu pulang saja. Percuma kamu ada di sini! Dan ingat aku sudah punya calon suami sebentar lagi kami akan menikah jadi tolong jangan pernah menggangguku lagi, mengerti!"

Kasdun menatap nanar wanita yang ia cintai. Dilihatnya Tiara menutup pintu rumah, sangat tidak sopan. Tiara benar-benar tidak mau menemani Kasdun mengobrol. Kasdun hanya menghela nafas pelan, sungguh sulit sekali menaklukkan hati seorang Tiara. Bagi Kasdun Tiara adalah cinta pertama dan berharap menjadi cinta yang terakhir. Entahlah diantara wanita yang sering ia jumpai hanya Tiara lah yang bisa mencuri hatinya. Padahal di luar sana banyak wanita yang sangat ingin menjadi wanitanya. Namun Kasdun hanya menganggap mereka sebagai teman tidak bisa lebih dari itu.

Kasdun beranjak dari tempat duduknya dengan hati yang sakit. Baru kali ini hatinya terluka karena cinta. Mungkin memang benar lebih baik dicintai dari pada mencintai, apa yang dirasakan Kasdun saat ini begitu menyakitkan. Sabar....sabar....sabar Kasdun masih banyak orang yang mendukung kegigihanmu mendapatkan cintanya Tiara. Ia menoleh sebelum akhirnya memutuskan untuk pergi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!