Di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, namun memiliki halaman yang cukup luas. Dengan tanaman bunga juga beberapa pepohonan yang rindang, indah menyejukkan mata.
"Pagi Bu, hari ini kita mau masak apa Bu" tanya Reina pada sang Ibu.
"Bapak pengen soto sayang, kita buat soto saja ya" ucap Bu Sulis.
"Iya Bu" balas Reina.
Tanpa menunggu lama keduanya pun telah berkutat di dapur, saling bantu membuat hidangan soto untuk sarapan pagi ini. Aroma harum kuah soto benar benar menggugah selera, membuat perut langsung merintih minta di isi makanan.
"Wah Bu, sayang, aromanya enak sekali. Jadi masak soto ya, wis bapak jadi lapar" ucap Pak Wardi sambil mengelus perut buncitnya.
Tadinya Pak Wardi sedang di samping rumah. Disana ada sebuah gubuk kecil, tempat menyimpan pupuk yang akan di bawa ke sawah nanti. Pak Wardi sedang mengecek pupuk nya itu, sebelum akhirnya terlena dengan sedapnya aroma kuah soto.
"Bapak sebaiknya bebersih dulu, ini sebentar lagi selesai" sahut Bu sulis dengan senyuman yang tak pernah luntur dari wajah ayunya.
" Iya Pak, nanti aku tata in juga dulu ini di meja makan" timpal Reina.
"Iya sudah Bu, Sayang, Bapak mandi dulu. Terimakasih ya sudah di buatkan soto nya hehe" jawab Bapak berlalu sambil tertawa senang.
"Bapak ada ada saja ya sayang, kalo sudah kepingin, begitu dibuatin langsung senang begitu" gurau Bu sulis.
" Haha iya Bu sama kayak kita" ucap Reina keduanya pun tersenyum.
Dengan cekatan keduanya menyiapkan makanan itu, hingga tepat setelah bapak selesai. Sarapan pagi sudah siap di meja makan.
"Bapak mari sarapan" ajak Bu Sulis.
"Iya Bu" sahut Pak Wardi, langsung duduk di meja makan.
Bu sulis dengan cekatan mengambilkan makanan untuk sang suami, baru setelah itu dia mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Reina pun begitu, menunggu kedua orang tuanya mengambil makanan selesai, baru dia mengambil makanannya.
"Alhamdulillah hari ini masih di kasih nikmat sehat, dan makanan yang enak. Sebelum makan kita berdoa dulu" ucap Bapak memimpi doa sarapan pagi itu.
Mereka bertiga mulai menyantap sarapan dengan hikmat, tanpa ada pembicaraan apapun. Setelah selesai makan dan minum air putih, ucapan hamdallah tak luput dari mulut mereka, rasa syukur akan nikmat rezeki hari ini.
"Terimakasih ya Bu, sayang, sudah memasak makanan enak untuk sarapan kita pagi ini" ucap Pak Wardi, tersenyum.
"Sama sama bapak" sahut keduanya tersenyum.
"Pak, ibu sudah menyiapkan bekal di rantang, juga air buat bekal bapak di sawah nanti" ucap Bu Sulis.
"Iya Bu terimakasih" sahut Pak Wardi.
Bu sulis dan Reina segera membereskan meja kotor dan mencuci piring. Sementara Bapak mulai bersiap siap hendak ke sawah.
"Bu, Sayang bapak berangkat ke sawah dulu ya, Assalammualaikum wr wb." Pamit Pak Wardi pada istri dan anaknyam
"Iya Pak, hati hati di jalan wa'alaikum salam wr wb." ucap Bu Sulis dan Reina bersamaan.
Pak Wardi pun berangkat ke sawah menggunakan sepeda motor dengan membonceng dua sak pupuk di belakang. Sementara Bu Sulis dan Reina kembali masuk ke rumah. Untuk menyelesaikan pekerjaan rumah mereka bersama sama.
Keseharian yang seperti ini membuat keluarga Reina harmonis, hampir tak terdengar cek cok antara kedua orang tuanya itu. Bagaimana Ibu dan Bapak nya saling menghormati, dan lembut, penuh kasih. Ia berharap suatu saat nanti, bisa mendapat pasangan hidup seperti sang Bapak.
Tanpa terasa hari sudah sore, matahari senja terlihat indah di ufuk barat, apalagi dengan latar bukit Rengganis yang indah. Suasana sore itu asri dengan angin sepoy sepoy. Bu Sulis dan Reina sedang menunggu kepulangan Bapak di teras rumah.
"Assalammualaikum wr wb. Bapak pulang" ucap Pak Wardi setelah memarkirkan motornya.
"Wa'alaikum salam wr wb."ucap Bu Sulis dan Reina bersamaan.
"Alhamdulillah Bapak sudah pulang" ucap Reina.
"Bapak bebersih dulu ke belakang ya ibu sudah siapkan air" ucap Bu Sulis.
"Iya sayang, terimakasih bu. Bapak ke belakang dulu" ucap Pak Wardi.
"Iya pak"
Sementara Pak Wardi membersihkan diri. Bu Sulis membersihkan rantang bekal makan bapak, yang tentu saja sudah ludes habis di makan. Melihat itu Bu Sulis senang, sang suami selalu lahap dan menghabiskan apapun yang ia masak. Membuat Bu Sulis menjadi lebih gemar memasak, berbagai hidangan untuk sang suami dan putri tersayangnya.
Makan malam pun tiba, kembali dengan hikmat ketiganya memakan lalapan Ayam penyet buatan Bu sulis dan Reina. Tentu dengan sayur mayur yang segar, juga sambal terasi yang pas dan enak, menambah nikmatnya makan malam itu.
"Alhamdulillah, makanannya enak sekali, terimakasih ya Bu, sayang" ucap Pak Wardi.
"Iya Pak. Alhamdulillah" sahut keduanya.
Mereka berbincang bertiga di ruang tamu sambil menonton televisi, senda gurau terdengar di ruang keluarga itu. Diam diam Reina berdoa agar keluarganya selalu bahagia. Dia sungguh merasa bersyukur mempunyai Pak Wardi dan Bu Sulis sebagai orang tuanya.
Semakin larut mereka memutuskan untuk beristirahat tampa tau akan ada musibah yang menimpa mereka.
Tepat pukul 3.00 dini hari waktu setempat, tiba tiba muncul percikan api di salah satu kabel colokan di rumah itu, hingga melebar dan menjadi kobaran api yang besar. Sedikit demi sedikit melahap kediaman Reina.
"Uhuk uhuk.. Asap apa ini uhuk.." Reina terbangun karena asap tebal yang memasuki kamarnya membuat nafasnya sesak, juga hawa panas yang menganggu itu membuatnya segera terbangun.
Reina keluar kamar dan mendapati rumahnya kebakaran.
"Astagfirullah hal azim, kebakaran. BAPAK, IBU KEBAKARAN. TOLONG TOLONG UHUK.. UHUK.. TOLONG" Reina langsung berteriak histeris ingin menuju kamar kedua orang tuanya, namun api yang membesar menghalanginya. Juga kayu balok dari atap rumahnya yang jatuh menjadi penghalang jalan.
"IBU, BAPAK. Uhuk..uhuk.. IBU BAPAK.. TOLONG TOLONG.. KEBAKARAN" Reina terus berteriak histeris, hingga tiba tiba tanganya di tarik oleh seorang tetangganya. Yang berusaha menyelamatkan nya, dengan kain basah yang ada di kepala, keduanya pun keluar dari rumah.
"Uhuk.. Uhuk...
"Ya Allah Reina, bawa sini pak. Minum dulu nak minum" ucap Ibu ibu yang langsung mengamankan Reina yang terbatuk batuk parah. Dan segera memberinya air juga handuk basah.
"Tolong, uhuk.. Bapak Ibu saya masih di dalam tolong" histeris lah Reina melihat rumahnya yang hampir habis terbakar. Ibu ibu mencoba menenangkan Reina, yang kemudian pingsan. Segeralah mereka membopong Reina masuk ke salah satu rumah warga yang agak jauh dari rumah Reina.
Para warga dengan sekuat tenaga mencoba memadamkan kobaran api. Hingga satu jam kemudian api berhasil di padamkan, namun sayangnya hampir 70% rumah Reina habis terbakar.
"Innalilahi wa innalilahi rojiun..
"Innalilahi wa innalilahi rojiun" para warga menemukan dua jasad yang telah meninggal dunia, terlihat karena sesak nafas juga sedikit luka bakar. Karena sepertinya almarhum dan almarhumah sempat membasahi kain, untuk menutupi tubuh mereka dari ganasnya api.
Segeralah para tentangga dan warga sekitar, membantu membawa jenazah untuk segera di mandikan dan di kafani terlebih dahulu, mengingat sebentar lagi adzan subuh berkumandang.
Rencananya setelah sholat subuh sekitar jam 7 pagi prosesi pemakaman akan di lakukan.
Di salah satu rumah warga Reina terbangun, dengan terbatuk batuk ia kembali menangis histeris, dan berusaha bangkit. Ia mengingat orang tuanya masih terjebak dalam rumah mereka yang terbakar.
"Bapak, Ibu" teriak Reina berusaha berlari keluar sambil memanggil kedua orang tuanya. Namun, tepat saat dia keluar dari kamar itu. Reina mendapati orang orang tengah mengaji dengan dua jasad di sana.
"Reina kamu sudah sadar. Yang sabar Reina, ikhlaskan orang tuamu" sambut Ibu ibu yang langsung menahan dan memegangi tubuh Reina, yang hampir terjatuh.
Reina terdiam syok air matanya menganak sungai. Setelah mulai mencerna keadaan, ia segera menghampiri dua jasad yang tengah terbujur kaku itu.
"Bapak, Ibu. Jangan tinggalin Reina, Pak, Bu. Reina gak mau di tinggal sendirian. Reina mau sama Bapak, sama Ibu. Bangun, bangun" Reina kembali menangis tersedu sedu di samping kedua jenazah orang tuanya.
Dia tak menyangka, hari kemarin adalah hari terakhir mereka bersama. Dan tak pernah menyangka, bahwa akan kehilangan kedua orang tuanya secepat ini.
"Sabar Reina, kasian kedua orang tua mu, yang ikhlas Nak, Sabar" ucap Bu Darmi tetangga Reina yang saat ini rumahnya menjadi rumah duka keluarga Reina.
Reina hanya terus menangis, lalu saat dia mulai berangsur angsur tenang. Dengan masih sesenggukan Reina pun ikut mengaji di samping jenazah kedua orang tuanya.
Tepat pada pukul 7 pagi, prosesi pemakaman Pak Wardi dan Bu Sulis berjalan hikmat. Banyak warga yang mengantarkan mereka, ke tempat peristirahatan yang terakhir.
Pak Wardi dan Bu Sulis adalah orang yang sangat baik dan juga suka menolong, jadi tidak heran banyak warga yang merasa kehilangan, juga turut prihatin atas musibah itu.
Setelah acara prosesi pemakaman usia, para warga silih berganti meninggalkan pemakaman itu. Ucapan turut berduka cita, juga ucapan ucapan agar sabar dan ikhlas pun, terdengar silih berganti pula untuk Reina.
"Reina, ayo kita pulang" ajak Bu Darmi.
"Reina mau pulang ke mana Bu, Reina udah gak punya rumah, dan gak punya Bapak dan Ibu lagi" ucap Reina sambil mengelus batu nisan orang tuanya, matanya sembab namun tetap air mata itu seakan tak surut mengalir. Tatapanya sayu, juga kosong seolah separu jiwanya juga telah ikut pergi.
"Pulang ke rumah Ibu. Ayo Reina, ikhlaskan Bapak dan Ibu mu ya, biar mereka tenang di sana. Mereka sudah putus dengan hal hal duniawi Reina, mereka pasti juga berharap kamu bisa hidup dengan baik, dan selalu bahagia. Kirimkan selalu doa pada mereka, agar jalannnya terang dengan doa doa anak sholehah" ucap Bu Darmi lembut.
"Terimakasih, Bu" ucap Reina dengan tulus, keduanya pun berpelukan. Wejangan dari Bu Darmi membuat hatinya tersentuh. Reina akhirnya pulang dengan di pegangi oleh Bu Darmi, karena kondisi tubuhnya juga belum pulih betul.
Beberapa hari setelahnya kondisi Reina sudah mulai membaik, di rumah Bu Darmi juga lah acara 7 harian Pak Wardi dan Bu Sulis di adakan. Namun, semua biaya tentu saja di tanggung langsung oleh Reina. Keluarga Reina memang berkecukupan.
Tepat setelah acara 7 hari an kedua orang tua Reina selesai. Terlihat ada sebuah mobil terparkir di depan rumah Bu Darmi.
"Assalammualaikum wr wb. Permisi Bu" ucap dua orang tamu.
"Wa'alaikum salam wr wb, mari silahkan masuk Pak, Bu" dengan ramah Bu Darmi mempersilahkan kedua tamu itu masuk.
"Maaf sebelumnya Bu, perkenalkan nama saya Aina, dan ini suami saya Rudi. Kami mencari Reina, Bu. Kami baru mendengar musibah yang menimpa keluarga Reina, jadi kami langsung berangkat kesini Bu" ucap Seorang wanita paruh baya.
"Benar bu, kami ada keperluan dengan nak Reina" ucap Laki laki paruh baya itu.
"Iya Pak, Bu, kalau begitu tunggu sebentar biar saya panggilkan Nak Reina nya"ucap Bu Darmi.
"Iya Bu"
"Reina, ada yang mencari kamu nak" ucap Bu Darmi setelah menemui Reina di dapur.
"Siapa mereka Bu" tanya Reina, yang ternyata sedang membuat teh di dapur.
"Bu Aina dan Pak Rudi, Reina"ucap Bu Darmi.
"Ya baiklah Bu, aku akan kesana sambil membawa teh dan camilan kita ini" ucap Reina.
"Iya nak, ayo biar ibu bawakan camilannya"
"Silahkan Pak, Bu, di minum teh nya ini juga ada camilannya" ramah Bu darmi juga Reina.
"Iya terimakasih Bu, Reina" balas keduanya.
"Maaf sebelumnya Bapak dan Ibu ini ada keperluan apa ya mencari saya" tanya Reina setelah keduanya selesai meminum teh nya.
"Sebelumnya, kami turut berduka cita Reina, atas meninggalnya Pak Wardi dan Bu sulis orang tua kamu"ucap Pak Rudi, dan Bu Aina tulus.
"Iya Pak, Bu. Terimakasih, kalo ada salah ke dua orang tua saya tolong di maafkan" ucap Reina dengan wajah sendu.
"Iya Nak, kedua orang tuamu itu sangat baik, justru kami yang banyak berhutang budi pada mereka. Reina maaf, kami baru mendengar berita duka ini. Kamu yang kuat ya nak, sabar. Dulu kami selalu di bantu oleh mereka saat masih merintis hingga sekarang kami bisa seperti ini, semoga keduanya husnul khotimah aamiin" terang Bu Aina.
"Aamiin" ketiganya mengaamiin kan doa baik itu.
"Kami berdua, adalah sahabat dari orang tuamu, Reina. Sebelumnya kami juga sudah sepakat akan menjodohkan anak anak kami. Padahal niatnya, bulan depan kami mau bersilahturahmi kesini. Tapi, kami malah menerima berita duka. Karena itu kami langsung datang ke sini" terang Pak Rudi.
"Perjodohan" ucap Reina yang tiba tiba sedikit linglung.
"Iya Nak, ini bahkan ada surat yang kami ber empat tulis bersama sama, dan tanda tangani, tentang hal ini. Mungkin Pak Wardi dan Bu Sulis sudah ada firasat" ucap Bu Aina sendu.
"Ini memang tulisan dan tanda tangan Bapak dan Ibu" ucap Reina.
"Jadi bagaimana nak" ucap Bu Aina.
"Mungkin ini sudah menjadi rencana dari kedua orang tua saya. Dan mungkin ini memang yang terbaik untuk saya, jadi bismillah saya menerima perjodohan ini Pak, Bu" ucap Reina setelah sebelumnya terdiam.
Dia berfikir untuk melakukan wasiat terakhir mendiang orang tuanya, sebagai bakti nya.
Bahkan Reina tidak tau siapa calon suaminya nanti.
"Alhamdulillah" ucap Pak Rudi dan Bu Aina bersamaan. Bu Darmi yang mendengarnya juga mengucapkan hamdallah, ini adalah berita baik.
"Rencananya minggu depan Ibu dan Bapak akan kemari bersama anak kami, Fatir" ucap Bu Aina.
"Kalo begitu kami pamit ya, Bu, nak Reina"ucap Bu Aina.
"Iya, Bu" ucap Bu Darmi dan Reina bersamaan.
"Kami akan datang lagi minggu depan, bersama putra kami Fatir Bu, nak Reina" ucap Pak Rudi.
"Iya, Pak" ucap Bu Darmi dan Reina.
"Assalammualaikum wr wb"
"waalaikum salam wr wb.
Mobil Pak Rudi dan Bu Aina pun, perlahan mulai meninggalkan pelataran rumah Bu Darmi. Reina dan Bu Darmi masih setia melihat di depan teras rumah, sampai mobil itu tak terlihat lagi oleh mereka.
"Mari masuk, nak" ucap Bu Darmi.
"Iya, Bu" jawab Reina
"Kamu yakin nak, dengan keputusan mu menerima perjodohan itu. Kenapa tidak perkenalan dulu, baru nanti kalo cocok. Bisa di teruskan ke jenjang yang lebih serius, nak" ucap Bu Darmi.
"Iya Bu, tadi Reina juga sudah memikirkan hal ini. Reina yakin, kalo Bapak dan Ibu pasti menginginkan yang terbaik untuk ku. Sebagai bakti terakhir, aku mau menjalankan wasiat terakhir mereka Bu, dengan menerima perjodohan ini" ucap Reina
"Baiklah nak, kalo itu sudah menjadi keputusanmu. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik buat kamu. Kalo ada apa apa bilang sama ibu ya. Kamu sudah ibu anggap sebagai anak ibu."ucap Bu Darmi.
"Terimakasih banyak, Bu."ucap Reina.
****
Ke esokan pagi nya, Reina di sibuk kan dengan agenda, mengecek semua lahan persawahan juga ladang perkebunan milik keluarganya. Seperti beberapa hari ini yang dia kerjakan.
Beruntung semua berkas berkas penting aman, karena berada di brankas bank. Beberapa hari yang lalu Reina juga telah membuat ATM, karena sebelumnya ATM nya ikut hangus terbakar.
Reina di bantu juga oleh beberapa orang kepercayaan orang tuanya, sehingga dia hanya mengecek saja, sedangkan mereka lah yang mengelola semuanya.
Tak terasa seminggu pun berlalu, tepat hari ini seharusnya Pak Rudi, Bu Aina, juga Fatir. Akan bertandang ke rumah Bu Darmi. Pagi itu Reina juga Bu darmi, di sibukkan dengan acara masak memasak. Untuk menyambut kedatangan keluarga Pak Rudi.
"Alhamdulillah, masakan sudah matang semua nya nak"ucap Bu Darmi.
"Iya Bu, alhamdulillah, biar aku yang menata nya di meja makan ya Bu" ucap Reina.
"Ndak usah nak, biar ibu saja. Kamu lebih baik mandi dulu, terus siap siap ya" ucap Bu Darmi.
"Tapi, Bu..
"Sudah, sana mandi dulu nak" ucap Bu Darmi.
Reina hanya bisa menurut, dan berlalu untuk segera membersihkan diri, juga bersiap siap. Sementara Bu Darmi, kembali menata makanan di meja makan.
Tepat pukul 9 pagi terlihat ada sebuah mobil, yang mulai memasuki pelataran rumah Bu Darmi. Setelah mobil itu berhenti, keluarlah Bu Aina, Fatir, dan Pak Rudi. Yang langsung di sambut hangat oleh Bu Darmi dan Reina.
"Assalammualaikum wr wb"
"waalaikum salam wr wb"
"Mari masuk Pak, Bu, nak Fatir" ramah Bu Darmi
"Iya, Bu" ucap ketiga nya juga dengan ramah.
"Silahkan Pak, Bu, Mas, di minum teh nya" ucap Reina dengan sopan.
"Terimakasih nak Reina" ucap Pak Rudi dan Bu Aina. Sementara Fatir hanya diam saja, sampai di senggol oleh Bu Aina, kemudian baru ia pun angkat ikut bicara.
"Iya, terimakasih"ucap Fatir
"Nah Bu Darmi, nak Reina. Perkenalkan ini Fatir anak kami, yang mau di jodohkan sama nak Reina"ucap Bu Aina sumringah.
"Perkenalkan nama saya Fatir, Bu, Rei-Reina"ucap Fatir sedikit kagok saat menyapa Reina.
"Iya Mas Fatir"ucap Bu Darmi dan Reina bersamaan.
"Tadi habis perjalanan jauh ya Bu, Pak, nak Fatir. Bagaimana kalo kita makan dulu, baru membicarakan perihal perjodohan nak Reina, sama nak Fatir" ajak Bu Darmi ramah.
"Aduh Bu Darmi, kami jadi merepotkan" ucap Bu Aina.
"Tidak apa apa Bu, Mari kita makan dulu" ucap Bu Darmi.
Mereka berlima pun mulai makan bersama dengan nikmat, ketiga tamu nya memuji masakan buatan Bu Darmi dan Reina. Yang memiliki cita rasa yang pas dan enak.
Keduanya pun tersenyum senang, karena masakan mereka sesuai dengan selera tamu nya.
"Alhamdulillah, terimakasih banyak atas jamuannya lo Bu Darmi, nak Reina"ucap Bu Aina.
"Iya Bu Darmi nak Reina, makanannya enak sekali, terimakasih"ucap Pak Rudi.
"Terimakasih Bu Darmi dan Reina, makanannya enak" ucap Fatir.
"Alhamdulillah kalo Ibu dan Bapak suka makanannya" ucap Bu Darmi.
Sedangkan Reina hanya tersenyum saja, ia teringat dulu saat makan, pasti bapak akan senang. Dan selalu menghabiskan makanan buatannya juga sang ibu, tak lupa bapak pasti akan memuji juga masakan mereka enak, membuat ibu bahagia.
Mereka pun kembali lagi ke ruang tamu, untuk membicarakan perihal perjodohan Reina dan Fatir.
"Alhamdulillah nak Reina, juga anak saya Fatir sama sama menerima perjodohan ini"ucap Pak Rudi.
"Alhamdulillah"ucap mereka semua.
"Jadi sebaiknya, tanpa berlama lama lagi. Bagaimana kalo kita langsungkan saja, acara pernikahan keduanya." ucap Pak Rudi.
Reina dan Fatir terhenyak kaget mendengar penuturan Pak Rudi, mereka tidak menyangka akan segera di nikahkan secepat itu. Fatir mulai memasang muka masam, namun tepuk an pelan Bu Aina di paha nya, membuat Fatir merubah ekspresi.
"Hal baik memang tidak sepatutnya di tunda tunda Pak Rudi. Kalo keduanya setuju, maka kita bisa melakukan persiapannya, segera" ucap Bu Darmi.
"Jadi bagaimana, nak Reina dan Fatir" ucap Bu Aina.
"Saya ikut saja, baiknya bagaimana Bu" ucap Reina sambil menunduk malu malu.
"Fatir" ucap Pak Rudi.
"Saya juga ikut saja baiknya" ucap Fatir.
"Alhamdulillah" ucap mereka bersama.
"Bu Darmi, bagaimana kalo acara pernikahannya di laksanakan minggu depan di sini. Semuanya akan di tanggung dan di urus oleh kami sebagai keluarga mempelai Pria, bagaimana Bu" ucap Pak Rudi.
"Baik Pak Rudi, saya setuju lebih cepat memang lebih baik" ucap Bu.
Akhirnya hari baik pernikahan sudah di tentukan. Reina dan Bu Darmi segera mengunjungi makam Pak Wardi juga Bu Sulis, ke esokan harinya untuk nyekar. Dan untuk meminta izin, restu pernikahan yang akan segera di langsungkan, dengan tangis haru keduanya membacakan doa doa.
Hingga akhirnya, Reina mulai di pingit begitupun Fatir di kediaman mereka masing masing. Reina nampak gelisah dan tak tenang, namun dia berusaha tenang dengan rajin sholat tahajud. Memohon petunjuk dari sang pemilik hidup.
Sementara Fatir terlihat malas dengan semua itu.
*******
Hari yang di tunggu tunggu pun tiba, pernikahan Fatir dan Reina berlangsung di rumah Bu Darmi. Undangan sebagian besar adalah warga desa, juga tetangga Reina. Untuk Fatir hanya beserta kedua orang tuanya saja.
"Saya terima nikah dan kawinnya Reina Agustina binti almarhum Bapak Wardi kusuma, dengan maskawin 100 juta rupiah dan satu set berlian 35 karat di bayar tunai" ucap Fatir.
"Bagaimana saksi sah"
"Sahhhh....
"Sahhhhh....
"Alhamdulillah..."
Reina terkejut dengan nominal mahar yang di sebutkan sang suami, sangat besar. Namun Reina berusaha tenang, dan mulai mengikuti prosesi pernikahannya dengan hikmat.
Hingga tiba saatnya untuk mempelai pria mendoakan sang istri. Sambil memegang ubun ubunya, Reina langsung merasa berdebar debar, juga merinding sebadan badan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!