...PERHATIAN⚠️...
...Judul cerita yang awalnya "Bosku adalah Suamiku", telah berganti judul menjadi "The Perfect Marriage", karena perubahan alur cerita yang sungguh membuat tercengang. Semua isi cerita ini, hanya fiksi belaka. Jangan menyangkut-pautkan dengan kejadian di real life, walaupun memang ada....
...****************...
"Hana, cepatlah turun untuk sarapan!"
"BENTAR, MA!" sahut seorang perempuan dengan sibuk menggunakan high heels cream miliknya. Wanita itu adalah putri satu-satunya dari keluarga terhormat, perawakan yang cukup mungil tetapi memiliki proporsi badan yang ideal, membuatnya terlihat imut di mata orang-orang.
"Kenapa high heels-nya tidak muat sih?" gumam perempuan tersebut yang masih berusaha untuk memasukkan kakinya pada high heels tersebut.
"KAK! KENAPA LAMA-"
TUK ....
"Oh my god!"
Perempuan itu menatap nanar high heels yang melayang dan mengenai kening Adik laki-lakinya. Remaja laki-laki yang sudah cukup rapi dengan pakaian kampus-nya, di buat tercengang dan sontak memegangi keningnya yang berdenyut-denyut.
"Ka ... kepala kamu enggak apa-apa?" tanya perempuan itu terbata sekaligus menahan gelak tawa. Himiko Eza Blezynski, remaja laki-laki berusia 19 tahun yang saat ini menduduki bangku kuliah setelah beberapa hari menjadi Maba dan mengikuti OSPEK.
Remaja yang kerap di sapa Miko itu menatap sang Kakak dengan kesal. "Aku adukan ke Mama!" kata Miko mengadu. Perempuan tersebut melotot tajam.
"Loh, kok mau ngadu sih! Balikin high heels Kakak!"
Miko mengangkat benda berhak itu tinggi-tinggi, membuat perempuan bertubuh mungil itu mendengus kesal. "Kakak bilangin Papa, biar uang saku kamu di potong!" ancamnya membuat Miko mulai melotot tajam.
"Kamu-"
"Kalian sedang apa?"
Kedua-nya sontak menoleh ke arah tangga, di mana seorang pria yang sedikit lebih tua menatap mereka dengan alis mengerut. "Itu kenapa kamu ngangkat sepatu Hana, Miko?" tanya pria tersebut menatap Adik laki-lakinya penuh tanya.
Hitama Yoshi Bleszynski, seorang pria sukses memiliki perusahaan di bidang tekstil dan produk pakaian yang terkenal. Yoshi adalah Kakak tertua dari Hanaruka Bleszynski, anak perempuan satu-satunya di keluarga Blezynski yang kini telah menginjak usia 24 tahun dan siap untuk bekerja.
"Tahu nih," Miko menunjuk Hana yang hanya diam. "Kak Yoshi harus periksa aku nanti!" tambahnya membuat sang Kakak tertua bingung.
"Memangnya kamu sakit? Kamu lihat suntikan saja sudah nangis gemetaran," jawab Yoshi sekaligus mengejek di akhir kalimat, wajah Miko langsung berubah menjadi datar karena ucapan sang Kakak.
Hana langsung mengambil sepatu hak tingginya dengan cepat dan memakai dengan penuh paksaan.
"Akhirnya!"
"Ayo turun, Mama sama Papa sudah nunggu kalian berdua."
Hana langsung memalingkan wajah saat bertatapan dengan Miko dengan sinis, "Kamu mau aku-"
"Uang 50% mau melayang emangnya?" ancam Hana dengan senyuman miring. Miko memutar matanya malas dan memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya.
Setelah tiba di lantai pertama, Hana langsung menarik perhatian pasangan suami Istri yang sudah terduduk di tempat mereka masing-masing. "Pagi, untuk kalian berdua!" sapa perempuan tersebut dengan mencium pipi kedua orang tuanya.
Aiden Bleszynski Agam dan Sania Nara Skayayura, orang tua yang telah memiliki tiga anak dalam pernikahan mereka, dua putra tampan dan satu putri yang begitu cantik nan anggun. Mama Yura memiliki darah campuran dengan Jepang, sehingga membuat wanita paruh baya itu tetap cantik jelita dan Hana sangat mirip seperti Mama Yura, yaitu jauh lebih bule. Berbeda dengan Yoshi dan Miko yang sangat mirip seperti Papa mereka, hanya saja kulit mereka saja yang putih bersih, tetapi tidak dengan watak dan sifat yang sangat sama.
"Pagi, sweety. Bagaimana tidur kamu semalam?" tanya Papa Aiden dengan penuh perhatian. Miko memutar matanya malas dan melirik sang Kakak tertua yang sudah sibuk dengan sarapannya.
"Sangat nyenyak," jawab Hana dengan tak lupa sebuah senyuman.
"Miko enggak di tanya, Pa? Kan Miko juga tidur,"
Papa Aiden terkekeh geli mendengar penuturan sang Putra bungsunya. Selalu menarik perhatian dengan caranya sendiri, "Miko nyenyak enggak tidurnya semalam?"
"Enggak nyenyak sama sekali, soalnya Kak Yoshi mendengkur keras."
Uhuk ....
"Dosa kamu nanti nambah, Miko. Kayak kamu enggak pernah mendengkur aja." sahut Hana dengan sinis. Yoshi menatap Miko dengan tajam dan melempar belas tissue miliknya.
"Siapa yang kemarin pengen main PS bareng? Kakak sudah bilang, balik ke kamar kamu, masih aja di kamar Kakak!" jawab Yoshi membuat Miko menggaruk kepalanya.
"Kamu masih main PS? Katanya belajar?" tanya Mama Yura dengan menatap Miko yang tersenyum lebar ke arahnya.
"Sekalian main PS, Ma. Tapi sudah selesai kok tugasnya,"
"Ma, Hana duluan ya. Sudah telat nih, keburu interview selesai." Hana melahap roti berisi selesai dan bergegas berpamitan kepada keluarganya. Yoshi juga bergegas mengambil jas-nya dan menyusul sang Adik.
"Yoshi juga pamit," teriak pria tersebut setelah di ambang pintu.
...****************...
Hana menatap gedung tinggi di hadapannya dengan penuh harap, setelah lulus wisuda dengan peringkat tertinggi, perempuan berdarah campuran Jepang itu berniat merintis karir di sebuah perusahaan yang begitu Ia inginkan. Sebenarnya kedua orang tuanya memiliki perusahaan yang sangat besar, tetapi Hana tidak ingin di cap sebagai anak yang hanya mengandalkan orang tua.
"Masih ada waktu untuk interview selanjutnya," gumam Hana yang langsung bergegas masuk ke lobby Perusahaan tersebut.
DUG ...
Hana meringis memegangi pundak lengannya yang baru saja di tabrak oleh seorang pria asing dengan cukup keras.
"Jalan pakai mata dong! Enggak lihat ada orang di sini?!" seru Hana kesal, membuat langkah kaki pria berjas hitam itu menoleh ke arahnya.
"Anda berbicara kepada saya, Nona?" tanya pria tersebut. Pria tersebut menatap penampilan perempuan di hadapannya dengan teliti. Tubuh ramping dengan tinggi tubuh yang tidak terlalu tinggi, lebih membuatnya menjadi imut bukan main.
"Siapa lagi?! Sial, bahu aku sakit," keluh Hana dengan nada pelan. Pria tersebut terdiam sejenak dan menyunggingkan senyum.
"Anda sangat cantik, Nona. Perkenalan nama saya-"
"Membuang waktu saja, interview ku bisa terlewat!" sela Hana yang langsung pergi begitu saja, tanpa membalas ucapan pria aneh di hadapannya.
Pria tersebut menolehkan badan dan menarik lengannya yang bahkan tidak di sambut oleh Hana. "Wow, pertama kalinya jabat tangan ku tidak di sambut. Perempuan ini sungguh unik," gumam pria tersebut yang langsung melenggang masuk dengan raut wajah datar kembali menyertai.
"Selamat datang, Tuan Kevin!" sapa para karyawan, termasuk satu pria yang di antara para karyawan di sana. Kevin memiringkan kepalanya dan meminta pria berkacamata di sana mendekati dirinya.
"Berapa calon sekretaris yang harus kita interview hari ini?" tanya pria bernama lengkap, Kevin O'Leary Wirangga, CEO dari Wirangga Team Company dan sejumlah aset bisnis di sekitarnya.
Kevin adalah putra kedua dari seorang pengusaha yang tak kalah sukses di mata masyarakat. Usianya cukup muda, membuatnya di minati dan terus-menerus di tawari perjodohan dari berbagai pihak, terutama orang tuanya yang begitu menginginkan seorang cucu.
"Ada sekitar 10 orang, Tuan." jawab pria berkacamata, Davka Attarel. Davka adalah asisten sekaligus tangan kanan dari Kevin, pria berkacamata itu juga tak kalah tampan dan di kejar-kejar oleh kalangan wanita. Tampannya yang soft boy, membuatnya begitu ingin di miliki.
"Kamu saja yang melakukan interview kepada mereka, ada hal yang harus aku urus." kata Kevin membuat Davka tercengang.
"Tapi Tuan-"
"Oh ya, kamu harus mencari data tentang Hanaruka Bleszynski, berikan data perempuan itu kepada ku! Karena aku memiliki urusan dengan perempuan itu!" potong Kevin membuat Davka menghela napas panjang. Percuma baginya untuk menolak perintah, daripada gajinya harus melayang ke udara.
"Baik, Tuan Kevin."
Kevin langsung pergi ke ruangannya begitu saja setelah tiba di lantai teratas gedung. Kevin menuju ruang interview dengan tegas dan berwajah datar, menatap beberapa calon yang menginginkan posisi sekretaris di perusahaan besar tersebut.
"Apakah di sini ada yang bernama Hanaruka Bleszynski?" tanya Davka membuat orang-orang di sana saling berpandangan.
"Tidak, Tuan."
"Saya Hanaruka Bleszynski!"
Davka langsung menolehkan kepalanya dan terpaku melihat perempuan imut berwajah cantik putih susu yang tergopoh-gopoh mendekati dirinya. "Saya Hanaruka Bleszynski, Tuan!"
Davka menatap penampilan perempuan bernama Hana tersebut dengan seksama dan tersebut. "Tuan memanggil mu, Nona."
Alis Hana mengerut bingung. "Apakah saya kesalahan, hingga harus di panggil oleh CEO?" tanyanya membuat Davka menggeleng tidak tahu.
"Mungkin tidak, silahkan Anda ke ruangannya, ruangan CEO ada di lorong terakhir pojok kanan," kata Davka membuat Hana mengangguk tanpa bertanya banyak lagi. Perempuan itu bergegas menuju ruang CEO yang di maksud dengan langkah panjang.
"Aku penasaran, siapa CEO di perusahaan Wirangga Team Company ini?"
Tak lama, Hana menatap pintu kaca di hadapannya dengan gugup. Mengeratkan genggaman pada map coklat miliknya dan menghembuskan napas panjang.
Tok ... tok ....
"Masuk,"
Hana dengan penuh rasa gugup, langsung masuk ke dalam ruangan tersebut dan terpaku dengan interior ruangan yang luas nan megah.
"Selamat datang, Nona. Kita bertemu kembali,"
DEG ....
Rasa penasaran Hana seketika hilang, ketika mengetahui siapa pria yang baru saja membuka suara untuk menyambut dirinya. "Pria jelek!"
"What?"
Kevin benar-benar terperangah dengan julukan yang baru saja Ia dapatkan dari perempuan di hadapannya. Hana memasang wajah kesal dan teringat dengan kejadian di lobby beberapa menit yang lalu. "Anda tidak ingin meminta maaf kepada saya?"
Kevin terkekeh geli. "Saya juga kesakitan karena Anda menabrak saya, Nona Hana." jawabnya dengan lugas. Hana mengerutkan keningnya.
"Dari mana Anda mengetahui nama saya? Apakah Anda seorang stalker?" tuduh Hana dengan menunjuk wajah Kevin dengan penuh rasa kesal. Kevin terkekeh geli dan menurunkan jari Hana yang menodong ke arahnya.
"Anda menggunakan name tag, Nona."
"Dasar pria jelek ini sungguh menyebalkan," gerutu perempuan tersebut dengan melepaskan name tag miliknya. Kevin hanya menyunggingkan senyum tak biasa dan mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.
"Silahkan duduk, Saya yang akan melakukan interview kepada Anda, Nona Hana."
"Interview bersama Anda?!"
"Tentu saja dengan saya, Anda tidak mendengarnya?" Kevin mulai senang untuk menggoda wanita di hadapannya. Raut wajah Hana begitu menyenangkan matanya selama beberapa hari ini selalu berkabut.
...UPDATE SETIAP HARI YA....
...PERHATIAN⚠️...
...Judul cerita yang awalnya "Bosku adalah Suamiku", telah berganti judul menjadi "The Perfect Marriage", karena perubahan alur cerita yang sungguh membuat tercengang. Semua isi cerita ini, hanya fiksi belaka. Jangan menyangkut-pautkan dengan kejadian di real life, walaupun memang ada....
...****************...
Hana berjalan lesu memasuki rumah megahnya, para pekerja sampai terheran-heran dibuatnya.
"Aku menyesal bertemu dengan pria jelek itu, sungguh menyebalkan sekali!" gerutu Hana dengan menghentakkan kakinya dengan kesal. Wajah wanita berdarah Jepang itu tampak masam setelah keluar dari perusahaan milik Kevin, tak ada senyuman ramah-tamah sedikitpun.
"Mama!" lirih Hana membuat dua penjaga bertubuh kekar yang sedang berkeliling rumah besar tersebut, bergegas mendekat.
"Nona, Anda baik-baik saja?"
Hana menoleh terkejut. "Aku tidak baik!" jawabnya kesal. Rasa kesalnya sudah di ubun-ubun dan bergegas untuk masuk mengabaikan dua penjaga tersebut.
"Mama!" panggil Hana membuat Mama Yura menoleh dan tersenyum melihat kedatangan Putrinya.
"Sayang, kamu sudah pulang?"
Hana bergegas mendekat dan tak menyadari bila ada sepasang suami-isteri yang memperhatikan Hana dengan memancarkan cahaya mata bahagia. Hana memeluk erat sang Mama dan menghela napas.
"Ada apa? Kenapa muka kamu di tekuk?"
"Mama tahu, aku bertemu dengan pria menyebalkan yang sudah menabrak dan tidak meminta maaf! Ma, aku rasanya ingin menendang dia ke angkasa!" Keluh Hana dengan raut wajah menggemaskan di mata pasangan suami-isteri tersebut.
"Yura, dia putri kamu?" tanya wanita paruh baya seusia Mama Yura. Hana terkejut saat menyadari satu hal, ada pasangan suami-isteri di ruang tamu yang kini tengah menatapnya.
Oh my good! Memalukan sekali! batin Hana yang menutup wajahnya dengan map coklat yang Ia pegang.
Mama Yura tersenyum dan berkata, "Dia putri ku satu-satunya, namanya Hanaruka Blezynski. Nak, ayo sapa Om dan Tante." kata Mama Yura yang langsung Hana lakukan.
"Halo, Om dan Tante." sapa Hana dengan semburat senyuman manis yang begitu menenangkan mata. Sepasang suami-isteri tersebut terkekeh geli dan mengangguk sebagai jawaban sapaan Hana.
"Sungguh cantik," puji pria paruh baya dengan lembut. Sang istri mengangguk setuju dan mengelus kepala Hana. Karena mendapatkan pujian, Hana rasanya ingin terbang ke udara, karena akhirnya mendapatkan pujian yang begitu besar.
"Terima kasih, Om dan Tante."
"Jangan panggil Om dan Tante dong," Hana mengerutkan keningnya. "Panggil Papa sama Mama," tambah pria paruh baya dengan senyuman penuh arti.
Hana sontak menatap Mama Yura yang mengangguk kepadanya. "Memangnya tidak apa-apa?" tanyanya dengan nada pelan, bahkan lebih mirip bertanya kepada dirinya sendiri. Wanita seusia Mama Yura mengelus rambut hitam legam Putri dari sahabatnya.
"Tentu saja, Sayang." jawab wanita tersebut seraya tersenyum hangat, Hana tersenyum canggung dan memilih untuk mengangguk setuju.
"Baik, Ma." Hana berdiri dan melirik kembali Mama Yura, "Ma, Hana pamit ke kamar dulu ya."
Setelah kepergian Hana, Mama Yura melirik kedua sahabatnya yang masih tersenyum menatap ke arah tangga. "Aku tidak yakin, apakah Putri ku menerima ini." kata Mama Yura secara tiba-tiba.
"Aku juga kurang yakin, terlebih lagi Putra ku sungguh menyebalkan seperti Ayahnya." Jawab wanita paruh baya dengan melirik malas kepada sang suami.
"Sayang, aku tidak begitu. Kamu tahu persis aku bagaimana," tampik sang suami dengan nada jengkel. Wanita tersebut memutar matanya malas dan memilih untuk menatap Mama Yura.
"Aku akan meminta Putra ku untuk datang nanti, kamu tidak keberatan, Yura?"
Mama Yura mengangguk ragu. "Ya, lagipula itu kesepakatan antar dua keluarga kita. Aku tidak bisa menolak, tapi Putriku bisa melakukan itu. Apakah kamu tidak keberatan nantinya?"
"Keputusan putra-putri kita adalah yang terpenting. Kita hanya menjalankan amanah leluhur," tukas pria di sana dengan wajah penuh keyakinan. Mama Yura berharap demikian, Hana menerima permintaan keluarga mereka yang sudah lama di berikan amanah dan harus segara di tuntaskan.
"Aku akan menghubungi Aiden."
...****************...
"Kak,"
Hana menoleh malas ke arah sang Adik yang saat ini berdiri di ambang pintu kamarnya. "Why?"
Miko tersenyum. "Ke supermarket, yuk!" ajaknya membuat Hana menghela napas.
"Aku malas, kamu saja," tolak Hana dan kembali sibuk dengan aktivitasnya. Miko memutar matanya malas dan melirik ke arah lebaran yang di pegang oleh Kakaknya.
"Kenapa Kakak tidak bekerja saja di perusahaan Papa? Kakak kan suka sekali dalam berbisnis," kata Miko dengan frontal, Hana menoleh kembali dan menatap horor pada sang Adik.
"Berisik, keluar sana! Bocah tidak boleh menganggu!" usir Hana dengan kesal. Miko mendelik dan berkacak pinggang.
"Ya sudah, aku pergi sendiri aja!"
"Kakak titip-"
"Aku enggak menerima jasa titip!" ketus Miko yang langsung melengos pergi begitu saja. Hana berdecak dan merapihkan semua pekerjaannya. Hana bergegas menyusul sang Adik yang berjalan di dekat tangga, dengan memasukkan tangannya ke saku.
"Kakak ikut!"
Miko menadah ke atas dan mengangkat bahunya acuh. Hana menuruni anak tangga dan berlari kecil keluar dari rumah. Mama Yura yang sedang bersantai di ruang tamu, terheran-heran dengan tingkah kedua anaknya.
"Ayo jalan!" pinta Hana yang sudah duduk di kursi depan, dengan Miko di kursi kemudi. Tak lama, remaja 19 tahun itu menjalankan mobil menuju supermarket terdekat.
"Kakak belum jawab pertanyaan aku, Kak." Hana menoleh, "Papa sudah nungguin Kakak buat bergabung ke perusahaan, kenapa di nolak?" tanya Miko yang kembali mengulang perkataannya.
"Kan enak, Kakak masuk sudah jadi manajer keuangan." Tambah Miko dengan fokus ke arah jalanan di depannya. Hana melipat kedua tangannya, perempuan itu juga bingung untuk menjawab pertanyaan dari sang Adik, bukan tanpa alasan mengapa dirinya menolak tawaran sang Papa.
"Aku mau nyari pengalaman sedikit di perusahaan lain, aku juga enggak mau tiba-tiba masuk sudah jadi manajer." jawab Hana seadanya. Miko melirik sang Kakak dengan gemas.
"Memangnya Kakak sudah dapet? Maksud Aku, memangnya Kakak nyari posisi apa?" tanya Miko kembali. Mobil mereka sudah berhenti tepat di parkiran supermarket. Hana bergegas melepaskan sabuk pengamannya.
"Mau nyari posisi sekretaris, kalau enggak lolos interview, ya mungkin aku akan melamar di perusahaan lain saja." Setelah menjawab seperti itu, Hana keluar dengan Miko yang menyusul.
"Aneh nih cewek," gerutu Miko yang tidak paham dengan jalan pikir sang Kakak. Kalau dirinya berada di posisi Hana, maka dirinya tidak akan menolak tawaran dari orang tuanya.
Hana menatap beberapa rak di hadapannya dengan penuh semangat, mengambil beberapa keperluan cemilannya dan menaruhnya di keranjang belanja. Miko hanya diam dan memainkan ponselnya.
"Kamu mau beli apa? Enggak jadi?" tanya Hana dengan tatapan tak beralih dari rak di hadapannya. Tak di sangka, keranjang belanja mereka sudah hampir penuh karena ulah Hana sendiri.
"Enggak jadi,"
Hana sontak melotot tajam. "Kenapa enggak jadi?!"
"Aku cuma iseng ngajak Kakak keluar, Kakak cuma di kamar bikin aku pusing!" ungkap Miko yang membuat Hana melongo tak percaya. Bahkan perempuan itu tak jadi mengambil cemilannya dan menatap punggung Miko yang pergi begitu saja.
"Nanti aku yang bayar," Miko melambaikan tangannya memberi isyarat. Hana menghela napas kesal.
"Iseng ngajak aku keluar biar dia enggak pusing," cibir Hana dengan kembali memasukkan cemilannya ke dalam keranjang belanja. Hana menatap ke arah rak paling atas dan cukup tinggi, perempuan itu menarik napas dan berusaha untuk menjangkau benda yang Ia inginkan.
"Sorry,"
Mata Hana sontak melotot tajam, saat benda yang Ia incar itu di ambil oleh seseorang dengan mudahnya. "Hey! Itu milik-"
DEG ....
Napas Hana seakan-akan berhenti kala wajahnya berhadapan langsung dengan dada bidang seorang pria yang masih berdiri tegap di belakangnya. Pria tersebut menyungging senyum tipis dan sedikit membungkukkan badannya. "Halo, Nona Hana."
Pria ini?! batin Hana menggebu-gebu menyadari siapa pria yang baru saja mengambil benda incarannya.
"Anda! Anda seorang penguntit ya?!" seru Hana dengan menggebu-gebu.
Pria tersebut terkekeh geli. "Tidak, Nona. Kamu yang menguntit saya sejak tadi,"
"A ... Anda gila?!"
Pria itu menaruh benda incaran Hana ke dalam keranjang belanjanya. "Saya yang mengambil duluan, jadi saya yang menjadi pemiliknya!"
"Tapi saya yang melihatnya lebih dulu! Berikan!"
"No!" Pria itu sontak mengangkat benda incaran Hana ke atas. Tinggi tubuh keduanya begitu ada perbandingan.
"Kevin!" seru Hana dengan kesal. Pria itu adalah Kevin, pemilik dari perusahaan terbesar Wirangga Team Company. Menyadari adanya Hana di supermarket yang sama, Kevin bergegas mendekat dan mencoba untuk berbuat jahil kepada perempuan berdarah Jepang itu.
Kevin melotot tajam dan berkata. "Saya atasan kamu! Sopan sedikit!"
Hana memutar matanya malas. "Belum ada pengumuman bahwa saya lolos-"
TAK ....
"Aduh!" Hana meringis pelan kala Kevin menyentil dahinya. "Apa yang kamu lakukan?! Tidak sopan sekali!" kesal Hana menggebu-gebu. Rasa kesalnya di pagi hari belum menghilang, dan sekarang kembali bertemu dengan pria yang sama.
"Saya yang meloloskan interview Anda sebagai sekretaris. Jadi sebagai sekretaris, benda ini menjadi milik saya sekarang!" jelas Kevin yang melenggang pergi begitu saja, Hana tercengang dengan apa yang baru saja Kevin katakan kepadanya.
"Aku lolos interview? Tidak, aku tidak bisa lolos interview demi keselamatan mental ku!" Hana bergegas menyusul Kevin dengan membawa keranjang belanjanya.
"Kev ... Tuan Kevin!" Panggil Hana dengan melarat panggilan untuk pria bernama Kevin itu. Kevin seolah-olah tidak menghiraukan panggilan Hana di belakang sana.
Kevin tersenyum geli membayangkan raut wajah kesal Hana yang begitu berbeda dari wanita yang sering Ia temui. Hana berbeda dari segi manapun, dan Kevin tertarik dalam sekali bertemu dengan sekretaris pribadinya itu.
"Kita memang jodoh, dan aku pastikan itu benar, Hana."
...UPDATE SETIAP HARI YA...
...PERHATIAN⚠️...
...Judul cerita yang awalnya "Bosku adalah Suamiku", telah berganti judul menjadi "The Perfect Marriage", karena perubahan alur cerita yang sungguh membuat tercengang. Semua isi cerita ini, hanya fiksi belaka. Jangan menyangkut-pautkan dengan kejadian di real life, walaupun memang ada....
...****************...
Di besok harinya, di keluarga Wirangga, sepasang suami-isteri tengah menunggu anak-anak mereka untuk segara turun dari kamar.
"Papa yakin kalau Hana menerima permintaan kita?" tanya wanita paruh baya, Naena Syaranura. Wanita berdarah Amerika yang menikah dengan pengusaha kaya, Diego Michiels Wirangga. Di pernikahan mereka, Diageo dan Naena di karuniai 4 orang anak laki-laki.
"Good morning, Mom and Dad!" sapa seorang anak laki-laki yang baru saja turun dan berlari mendekati meja makan.
"Good morning to, baby." sapa Mama Naena dengan mengecup kening Putra bungsunya, Gara Alexander Wirangga. Bocah berusia 10 tahun, yang sudah duduk di bangku Sekolah Dasar.
"Di mana Kakak-kakak mu, Son?" tanya Papa Diego yang menatap Putra bungsunya. Pria yang sudah berusia setengah abad itu begitu masih tampak gagah, tampan, dan masih mempesona di saat kala muda.
"Kak Bryan, Kak Darren, dan Kak Kevin masih-"
"Kami datang."
Mama Naena menoleh dan tersenyum dengan kedatangan ketiga Putra tampannya, Kevin hanya memasang raut wajah datar dan duduk di sebelah sang Papa. Papa Diageo menatap Putra yang tampak berbeda dari biasanya.
"Kamu kenapa?"
Kevin menoleh. "Aku baik-baik, Pa."
"Maksud Papa bukan itu, Nak." celetuk putra ketiga dari Naena dan Diego, "Kenapa kamu masih begitu berantakan seperti tidak di urus. Benarkan, Pa?" tambahnya dengan wajah tengil. Darren Hayes Wirangga, remaja laki-laki berusia 15 tahun yang memiliki sikap tengil namun begitu penyayang dan peka. Remaja yang sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama yang begitu tampan dan cool, Papa Diego begitu memuji hasil kerja kerasnya selama bertempur dengan Mama Naena.
"Kak Kevin butuh istri," sahut pria yang lebih dewasa dengan raut wajah menggoda Kakak laki-lakinya, Bryan Emerson Wirangga. Pria yang hanya berbeda 3 tahun dari Kevin, yang saat ini sudah sukses menjadi Dokter Umum di perusahaan keluarganya sendiri.
Kevin melirik tajam kepada ketiga Adiknya yang begitu hobi menggoda dirinya. "Diam lah! Menganggu saja!" kesal Kevin membuat Gara melirik dan tertawa ringan.
"Kakak sudah tua, Kakak harus cepat mencari istri!"
Mama Naena mendelik mendengar ucapan Putra bungsunya. "Kamu masih kecil tapi sudah pandai berbicara ya? Cepat habiskan sarapannya, kalian harus cepat ke sekolah!" tegur Mama Naena membuat bocah 10 tahun itu seketika diam.
Kevin kembali memasang wajah datar dan menatap sarapan paginya dengan tidak minat. "Ya, aku memang sudah membutuhkan istri, tapi-"
"Kevin," panggil Papa Diego, Kevin menoleh menatap sang Papa dengan bingung. "Kamu hari ini pulanglah cepat. Kita akan pergi ke kediaman sahabat Papa,"
"Aku tidak ikut?" tanya Darren dengan Gara yang mengangguk. Bryan memutar matanya malas dan menyentil dahi kedua Adiknya.
"Kalian masih kecil! Di rumah saja,"
"Pa, aku sedang sibuk. Lain waktu-"
"Papa dan Mama tidak menerima penolakan apapun, Kevin!" potong Mama Naena membuat Kevin menghela napas panjangnya.
"Hanya makan malam?" tanya Kevin dengan raut wajah yang kembali datar. Dirinya benar-benar tidak berniat untuk pergi ke acara manapun, dan Kevin begitu menghindari acara makan malam dengan sahabat orang tuanya.
"Iya, hanya sebentar saja." jawab Papa Diego yang begitu berharap bahwa Kevin bisa di ajak bekerjasama kali ini. Kevin menaruh alat makannya dan mengangguk.
"Baiklah, hanya sebentar dan tidak lebih. Aku pergi,"
...****************...
"Ma, kenapa aku tidak boleh bekerja?" tanya Hana tidak mengerti, karena Mama Yura dan Papa Aiden begitu kompak melarang dirinya untuk keluar hari ini.
"Sudah kamu menurut saja, Hana." jawab Papa Aiden dengan mengelus rambut sang Putri. Melihat sikap kedua orang tuanya yang berbeda dari biasanya, membuat Hana mulai menaruh curiga.
"Mama dan Papa punya rencana apa?" tanyanya dengan curiga. Papa Aiden dan Mama Yura saling berpandangan.
"Kamu ingat kan dengan Om Diego dan Tante Naena?" tanya Mama Yura membuat Hana terdiam sejenak, lalu mengangguk sebagai jawabannya.
"Mereka akan datang untuk makan malam. Ayo bersiap-siap, mereka akan datang sebentar lagi." kata Mama Yura yang belum ingin memberitahukan niatnya kepada sang Putri. Mama Yura memberikan sebuah dress berwarna biru muda tanpa lengan yang begitu indah di mata Hana.
"Tapi, Ma-"
"Demi Mama dan Papa," sela Papa Aiden yang begitu berharap lebih kepada sang Putri. Hana menghela napas panjang, bila sudah seperti ini bagaimana caranya Hana menolak permintaan kedua orang tuanya.
"Baiklah, aku akan bersiap-siap."
Mama Yura dan Papa Aiden tersenyum hangat. "Terima kasih banyak. Mama akan memanggil mu, bila mereka sudah tiba."
Hana menatap kepergian kedua orang tuanya dan beralih menatap dress indah di tangannya. "Setelah makan malam, aku harus mengurus pengunduran diri di Wirangga Team."
Hana bergegas bersiap-siap dan memoles wajah cantiknya dengan sedikit make-up tipis. Sedang di lain sisi, Papa Aiden dan Mama Yura menyambut kedatangan kedua sahabat mereka dengan penuh suka cita.
"Selamat datang di rumah ku, Diego." sapa Papa Aiden membuat Papa Diego tertawa ringan.
"Kamu ternyata masih sangat tampan seperti dulu," pujinya berhasil membuat Papa Aiden menggelengkan kepalanya.
"Kamu juga tidak banyak berubah," katanya dengan tangan yang masih berjabat, "silahkan masuk dan ...?"
Papa Diego melirik ke arah Putra sulungnya, "Dia Kevin O'Leary Wirangga, Putra sulung ku."
Kevin mendekat dan berjabat tangan dengan orang tua di hadapannya dengan wajah datar dan hanya sedikit senyum. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya Blezynski,"
Tunggu? Marga mereka Blezynski?! batin Kevin yang langsung terkejut setelah menyadari sesuatu.
Papa Aiden tersenyum hangat. "Kamu sungguh tampan seperti Diego," Kevin tersadar dan hanya tersenyum setipis benang.
"Silahkan masuk, aku akan memanggil Putri ku untuk segara turun." Mama Yura bergegas menuju kamar Putrinya, Kevin hanya menatap rumah besar nan megah tersebut dengan hati yang tak menentu.
Hanaruka Blezynski? Apa yang mereka rencanakan untuk ku dan Hana? batin Kevin tak mengerti.
Mereka duduk dan tak lama pelayan datang untuk memberikan segelas minum dan cemilan. "Oh, di mana kedua Putra mu, Aiden?" tanya Papa Diego membuat Papa Aiden tersenyum.
"Mereka sedang gym," jawabnya dengan lugas. Tak lama, suara hentakan high heels yang begitu menggema, membuat atensi mereka semua mengarah ke arah tangga. Kevin memilih untuk tidak menoleh dan sibuk mengatur degup jantungnya, karena melihat kecantikan perempuan yang menjadi sekretaris nya itu dari pantulan kaca.
Sangat cantik, batinnya dengan menyungging senyum.
Hana tersenyum hangat ke arah mereka semua dan duduk berdampingan di sebelah Mama Yura. Hana hanya tertunduk saat menyadari bahwa ada pria lain di antara mereka. Hana mulai gugup dan semakin menaruh curiga dengan kedua orang tuanya sendiri. Hana berusaha untuk berpikir positif, bahwa ini hanyalah makan malam biasa tanpa wacana apapun.
"Sangat cantik," puji Papa Diego dengan Mama Naena yang mengangguk setuju. Kevin hanya diam dan memuji kecantikan Perempuan di hadapannya dalam diam.
"Sebelum kita makan malam, ada hal yang ingin kami sampaikan kepada kalian berdua." Kata Papa Aiden secara tiba-tiba membuat rasa gugup Kevin dan Hana begitu membuncah.
Papa Aiden mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. "Leluhur dari Keluarga Blezynski dan Wirangga membuat sebuah permintaan terakhir mereka untuk cucu mereka nanti."
Kevin semakin di buat penasaran dengan kalimat selanjutnya dari pria paruh baya di hadapannya. Hana yang mulai penasaran, langsung menadah ke arah sang Papa.
"Sayang, maafkan Papa karena kamu harus menikah dengan Putra sulung dari Keluarga Wirangga."
DEG ....
Wirangga? Nama itu? batin Hana yang semakin di kejutkan dengan siapa pria di hadapannya.
"Kamu!" seru Hana membuat kedua keluarga tersebut terkejut. Kevin hanya diam menatap perempuan yang terkejut karena dirinya.
"Hana! Duduk kembali," tegur Mama Yura membuat Hana langsung mendudukkan dirinya kembali.
"Pa, maksud Papa apa?!" tanya Hana tidak mengerti. Papa Aiden menghela napas panjang.
"Nak, Papa dan Mama tidak bisa menolak permintaan terakhir dari Leluhur. Kamu harus menikah dengan Kevin, untuk memenuhi permintaan terakhir mereka." jelas Papa Aiden membuat tubuh Hana seketika bergetar menahan tangis.
"Dad, don't joke!"
"Kami tidak bercanda, Nak. Kalian sudah di jodohkan sejak kecil, dan usia kalian saat ini sudah matang untuk ke jenjang pernikahan." sahut Papa Diego dengan Papa Aiden menanggapi sebuah anggukan.
Hana menghapus air matanya dan menatap Kevin dengan amarah yang terlihat membara. "Kenapa tidak Kak Yoshi saja di nikahkan! Kenapa harus aku?!"
Hana langsung pergi begitu saja dengan air mata, yang membuat Kevin menjadi tegang.
"Hana!"
"Tuan, biar saya yang menyusul Hana." ujar Kevin menawarkan diri. Papa Aiden dan Mama Yura menghela napas dan mengangguk. Setalah mendapatkan izin, Kevin bergegas menyusul Hana ke taman belakang.
Kevin sebenarnya juga terkejut dengan ucapan keluarganya, yang mengatakan perjodohan antara dirinya dengan Hana. Tetapi rasa terkejut lenyap karena melihat kecantikan yang begitu membuat Kevin seketika diam terpaku. Tidak menyangka bahwa dirinya akan di jodohkan, dan biasanya Kevin berusaha dengan banyak alasan untuk menolak tawaran makan malam, kencan buta, ataupun rencana dari kedua orang tuanya.
Tetapi entah mengapa, kali ini Kevin menurut dan tidak menolak ajakan kedua orang tuanya. Kevin menatap punggung Hana yang bergetar karena menangis membelakangi dirinya.
"Saya tahu kamu terkejut," Kevin langsung menyelipkan jas nya di antara bahu jenjang Hana.
"Sedang apa kamu di sini? Pergi!" Usir Hana dengan suara parau. Kevin bergeming melihat wajah Hana yang sudah dibasahi air mata. "Aku bilang pergi!"
"Tidak,"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!