MASALALU Lah PEMENANGNYA
1. Gelisah
Pertanyaan yang paling dia takutkan. Akhirnya meluncur dari bibir tipis seorang laki-laki. Yang kini tengah berdiri di batas pintu kamarnya.
Dia hanya berdiri di sana. Seakan tak berani untuk melangkah lebih masuk lagi, ke dalam kamar milik perempuan yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.
Dia tak menoleh sedikitpun ke arah datangnya Jax. Dia hanya melirik sekilas ke arah Jax melalui cermin yang ada di hadapannya.
Tak dapat dipercaya, bahwa hari ini datang dengan begitu cepat.
Akibat keputusannya dua minggu yang lalu. Yang dia ambil tanpa sebuah pertimbangan. Mengantarkannya pada hari ini. Pada hari pernikahannya dengan seorang laki-laki yang bernama Jax.
Bukan, bukan seperti ini yang dia inginkan.
Mauren tertunduk, dan mempertahankan posisinya yang membelakangi Jax.
Mauren
* tak menjawab, dan semakin menunduk *
Tidak, ini tidak bisa dibiarkan.
Ingin sekali Jax melangkahkan kakinya mendekat ke arah Mauren.
Seharusnya perempuan itu tau, bahwa dia tak suka diabaikan. Apalagi keberadaannya yang seakan tak dianggap. Dia benci itu.
Jax
Apa yang membuatmu seperti ini?
Jax
Apa aku membuat kesalahan?
Mauren
* Bukan kamu yang membuat kesalahan, tapi aku *
Nyatanya, berpura-pura tenang saat hati gelisah tak semudah yang dia pikirkan.
Dia cukup kewalahan untuk mengontrol perasaannya.
Apalagi rasa bersalahnya yang semakin hari semakin besar.
Mungkinkah sekarang waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya?
2. Ada apa dengan Mauren?
Mungkinkah sekarang waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya?
Mauren membuang napasnya kasar.
Sebelum dia mengatakan semuanya, Mauren lebih dulu berbalik menghadap ke arah Jax.
Membuat mereka sekarang dalam posisi saling berhadapan. Namun, dalam jarak yang lumayan jauh.
Mauren
Mari kita akhiri semua ini.
Jax
Apa yang perlu diakhiri?
Jax menatap tak suka ke arah Mauren.
Jax
Apa aku membuat kesalahan?
Jax
Lalu, kenapa kamu tiba-tiba berpikir untuk mengakhiri sebelum cerita kita dimulai?
Untuk pertama kalinya, Jax memberanikan diri untuk melangkah masuk ke dalam kamar milik Mauren.
Tak peduli apakah mauren akan marah setelah ini. Karena dirinya begitu lancang masuk ke tempat yang selalu Mauren sebut privasi ini.
Yang dia butuhkan sekarang ini hanya kejelasan, dia tak mungkin terima begitu saja dengan keputusan Mauren yang terkesan tiba-tiba.
Apakah dia kira perasaannya selama ini hanya sebuah candaan?
Jax
Apa yang sudah membuatmu seperti ini?
Jax berlutut di hadapan Mauren.
Dalam jarak sedekat ini, keduanya saling bertatapan untuk beberapa detik. Hingga Mauren memutus kontak mata di antara mereka. Dan memilih untuk menunduk.
Mauren
* diam, dan menggeleng pelan *
Jax
Kenapa? Kamu terlihat berbeda hari ini.
Jax
Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?
Mauren mengangkat wajahnya. Memperlihatkan ekspresi wajahnya yang dihiasi kesedihan serta kegelisahan, yang sedari tadi dia sembunyikan dengan cara menunduk.
Namun, ada apa dengan tatapan Mauren kepadanya? Apa dia tak salah melihat? Jelas dia melihat sebuah kilatan keraguan, ketakutan, dan kesedihan di dalam tatapan itu.
3. Pernyataan Mauren
Dia mengenal tatapan itu. Tatapan yang sama seperti tatapan 10 tahun yang lalu. Saat pertama kali mereka bertemu.
Jax
Kamu tak ingin menjelaskan sesuatu kepadaku?
Mauren
* Menundukkan kepalanya *
Jax
Tolong jangan seperti ini.
Tanpa diminta, tangannya terangkat. Menangkup kedua pipi Mauren. Dan memaksa perempuan itu untuk mengangkat wajahnya. Hingga kini, keduanya saling bertatapan.
Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibir Mauren. Hingga mengundang tanda tanya besar, bagi Jax yang semakin dibuat kebingungan oleh sikap Mauren.
Mauren
Yaa, mungkin aku sudah terlambat untuk mengatakannya.
Mauren
Namun, aku harus mengatakannya.
Jax menurunkan tangannya dari pipi Mauren. Dan beralih menggenggam sebelah tangan Mauren. Yang sebelumnya sibuk meremas bagian samping baju pengantin, yang perempuan itu kenakan.
Jax
Katakan saja, Mauren! Jangan takut!
Mauren menggigit bibir bawahnya, ragu. Antara ingin mengatakan dan tidak. Membuatnya menjadi bimbang.
Dia takut. Takut akan respon Jax, setelah mendengar perkataannya.
Mauren
Aku.... Aku tak bisa melanjutkan pernikahan ini.
Jax
* Menaikkan sebelah alisnya *
Mauren
Aku, aku gagal, Jax.
Mauren melirik takut-takut ke arah Jax.
Namun, yang dilirik. Hanya memasang wajahnya datar. Jax hanya menatap kosong ke arah Mauren. Dan tak memberikan respon apapun.
Respon Jax yang seperti inilah, yang justru membuat Mauren menjadi serba salah.
Mauren
* Menggelengkan kepalanya *
Mauren menundukkan kepalanya. Dia tak ingin Jax melihat dirinya yang sekacau ini.
Apalagi dengan wajahnya yang sudah berlinang airmata. Dia malu.
Kenapa juga dia harus menangis? Sudah jelas dia yang salah. Tapi, kenapa harus dia yang menangis?
Tak tahan melihat perempuan yang dicintainya menangis. Jax menarik tubuh Mauren ke dalam dekapannya.
Mauren
Aku gagal berdamai dengan masalaluku, aku tak bisa.
Untuk beberapa saat, Jax terdiam. Dia membiarkan Mauren terisak di dalam dekapan.
Sedangkan dirinya? Hatinya seperti dipatahkan. Dia tak menyangka, bahwa di hari bahagianya ini. Justru dia mendengar pernyataan menyakitkan dari bibir Mauren.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!