Amirah menajamkan pendengarannya dengan wajah serius. Sebuah percakapan mencurigakan tak sengaja ia dengar dari balik pintu. Ia tak mengenali suara-suara itu tapi yang jelasnya ia sangat marah mendengarnya.
Menantunya, Krisna Dewangga sedang jadi topik pembicaraan para wanita-wanita itu dengan sangat tak sopan. Mereka memuji Krisna setinggi langit dengan kalimat-kalimat yang tak senonoh dan juga tak enak didengar.
Setelah itu mereka berencana untuk mendapatkan duda beranak satu itu dengan cara-cara yang sangat menjijikkan. Ia jadi merinding dan tak rela jika sang menantu dijadikan bahan rebutan seperti itu.
"Hush! Jangan terlalu banyak bicara. Jangan sampai ada yang mendengarkan kita," ucap salah seorang wanita dari dalam ruangan itu. Amirah tercengang.
Wanita itu langsung menjauh dan berpura-pura sibuk. Akan tetapi jiwa penasarannya meronta-ronta. Ia semakin ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya di dalam ruangan itu.
Amirah pun mendekat lagi seraya berpura-pura menata pas bunga yang ada di depan pintu. Sebuah ruangan yang selama ini dijadikan sebagai kamar tamu di rumah sang menantu.
Kupingnya kembali mendapatkan sinyal yang sangat luar biasa. Ia pun menajamkan kembali pendengarannya dengan mata dan bibi sebentar-sebentar bergerak lucu.
"Pokoknya, kamu harus membantuku mendapatkan Krisna Bu," ucap salah seorang wanita yang ada di dalam sana. Kedua netra Amira membola kaget.
"Aku akan sangat malu kalau aku tidak berhasil menjadi istrinya," lanjut suara itu lagi.
Amira tercekat. Wanita paruh baya itu pun semakin mencondongkan tubuhnya ke arah pintu yang terbuka sedikit agar ia bisa lebih memperjelas pendengarannya. Kali ini ia sudah seperti Karlota si pelayan yang suka menguping dalam serial telenovela favoritnya.
"Tentu saja sayang, ibu akan mengusahakannya. Krisna itu tidak hanya kaya dan tampan tapi juga sangat populer," jawab seorang wanita yang Amira yakin adalah ibu dari pembicara pertama.
"Kamu juga, kamu sangat cantik dan populer, sungguh sebuah perpaduan yang sangat bagus. Ibu yakin kalau kalian pasti berjodoh."
"Hahaha iyyakah Bu? Aku kok jadi sangat tersanjung mendengarnya."
"Iya. Percaya saja pada ibu. Dan bersabarlah, sedikit lagi kita akan mendapatkannya. Sisa satu langkah lagi maka harta dan kehormatannya bisa kita nikmati tujuh turunan sayang."
"Hahaha iya Bu. Tapi aku khawatir karena ia mempunyai seorang putri. Aku takut ia akan mewariskannya pada Adiba, putrinya bersama Anjani."
"Tidak akan terjadi sayang. Adiba akan kita singkirkan pelan-pelan. Usianya saja baru lima tahun, ia masih sangat kecil dan tak punya kuasa untuk melawan hahaha."
"Ah iya bu. Kamu betul sekali. Anak balita itu akan kita pencet hidungnya lima menit maka semuanya akan berakhir Hahaha. Ia akan mati dan tak akan bisa menikmati kekayaan Krisna."
Amirah yang mendengarnya langsung mengeratkan rahangnya marah. Rasanya ia ingin langsung masuk ke dalam ruangan itu dan menjambak rambut dua wanita yang sedang bercakap itu. Akan tetapi akal sehatnya sedang memperingatinya.
Saat ini sedang berlangsung acara ulang tahun Adiba, sang cucu. Untuk itu ia harus berusaha untuk bersabar dan tidak membuat masalah dengan para tamu yang datang. Ia harus melihat dulu siapa sebenarnya mereka.
"Aku sudah tidak sabar Bu. Aku sudah sangat ingin tinggal di rumah mewah ini dan menikmati semua yang dimiliki oleh Krisna."
Amira kembali berkonsentrasi. Ia berusaha sabar mendengarkan percakapan itu lagi.
"Sabarlah sayang, orang sabar itu disayang oleh Tuhan dan rejekinya juga banyak hahaha."
"Iya Bu. Aku akan bersabar sampai seminggu ini saja. Krisna sudah terlalu lama menduda dan aku takut ada yang akan mendahului kita."
"Cih!"
Amira berdecih. Selanjutnya ia pun berpura-pura merapikan gaunnya. Kemudian dengan langkah tegap ia melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu. Ia ingin melihat secara langsung siapa yang sedang ingin membunuh cucu kesayangannya hanya karena ingin mengambil Krisna.
"Ibu maaf." Sebuah suara membuatnya tersentak kaget. Langkahnya langsung terhenti.
"Ada apa?!" tanyanya kesal tanpa berbalik.
"Ada seorang tamu yang menunggu di sudut ruangan arah jam 8 bu," jawab seorang pelayan pria yang tiba-tiba berada di belakang punggungnya.
Amirah menghela nafasnya kasar. Ia kesal karena rencananya untuk menangkap basah dua wanita yang ia dengar tadi jadi batal.
"Siapa!" tanyanya ketus.
"Kepala sekolah nona Mentari Bu."
"Kepala sekolah? Ngapain kepala sekolah anak itu ikut pesta ulang tahun Adiba?" ucap Amirah dengan wajah bingung dan juga kesal.
"Saya juga tidak tahu Bu," jawab sang pelayan seraya menundukkan wajahnya. Amirah pun berbalik. Meskipun bingung, ia tetap saja melangkahkan kakinya ke arah sudut ruangan untuk menemui sang kepala sekolah.
🌺
Malam itu, Amira sangat gelisah. Ia tidak bisa tidur sampai membuat suaminya bingung. Pembicaraannya dengan kepala sekolah Mentari, putri keduanya cukup menyita perhatiannya. Begitupun dengan percakapan wanita-wanita tidak jelas di dalam kamar tamu itu.
Suaminya sampai bingung dan tidak bisa tidur juga. Ia pun akhirnya bangun dan menemani sang istri meminum coklat panas.
"Ada apa sih ma?" tanya pria paruh baya itu penasaran. Pasalnya istrinya tidak pernah pusing dengan keadaan sekitar. Wanita itu sejenis orang yang terlalu menikmati hidupnya sendiri. Tapi jika melihat kerutan di keningnya yang berlipat-lipat ia semakin yakin kalau wanita itu sedang tidak baik-baik saja.
"Saya ingin Krisna menikahi Mentari pa."
"Apa?" Pratama terlongo tak percaya dengan keputusan sang istri.
"Tapi kenapa? Lalu memangnya mereka mau ma?" tanya sang suami dengan ekspresi yang sama, yaitu bingung.
"Mereka harus mau pa. Ini sangat bahaya. Nyawa Adiba dan Mentari dalam bahaya."
"Nyawa? Mama ini ngomong apa sih?!"
Amirah tak ingin lagi melanjutkan perkataannya. Ia tiba-tiba merasa mengantuk karena sudah mengeluarkan resah dan gelisahnya.
Pratama hanya berdecak dan akhirnya naik ke tempat tidur dan memeluk wanita yang sangat dicintainya itu.
Mungkin, saat esok tiba istrinya akan menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi hingga ia memutuskan hal yang sangat luar biasa seperti itu.
🌺
*Bersambung.
Hai readers, othor receh datang lagi, berikan dukungannya ya...love you.
"A-apa ma?!"
Mentari terlonjak kaget dengan keputusan kedua orangtuanya. Matanya yang indah langsung melotot seakan ingin keluar dari kelopak matanya.
Padahal ia hanya meminta uang jajan tapi kenapa ia jadi digadaikan seperti ini oleh kedua orangtuanya.
"Apa aku gak salah dengar ma?" tanya gadis itu lagi seraya mengorek kupingnya untuk memastikan pendengarannya.
"Tidak. Kamu tidak salah denger. Kamu akan menikah dengan papanya Adiba besok!" tegas Amira dengan suara tegasnya.
"Tapi kenapa ma?" Mentari masih tampak bingung dan juga tak terima dengan pengaturan kedua orangtuanya.
"Gak usah tanya-tanya kenapa!" Amirah menatap sang putri tajam.
"Tapi ma, aku belum lulus SMA dan juga belum berniat menikah. Lagi pula aku mau lanjut belajar di universitas dan jadi wanita karir nantinya," lanjut gadis itu dengan mata berbinar.
Bayangan menjadi seorang wanita karir sudah tampak di depan matanya.
"Gak ada alasan!" tegas Amira dan berhasil membuat wajah Mentari merenggut.
"Kamu tidak akan mendapatkan uang jajan dan biaya untuk kuliah kalau kamu tidak mau." Kali ini sang papa yang memberikan ultimatumnya.
Tubuh Mentari langsung loyo. Ia menghela nafasnya kasar kemudian menghentakkan kakinya kesal. Ia tak punya kuasa lagi untuk menolak kalau papanya sudah turun tangan.
"Ya udah. Aku mau." Akhirnya gadis itu mengalah meskipun bibirnya manyun dan tidak ikhlas. Amirah, sang mama tersenyum dengan ekspresi yang sangat bahagia.
"Nah, gitu 'kan bagus. Lagipula kamu mau atau tidak pun kami tetap akan memaksa."
Mentari melotot.
"Kenapa? Kamu mau melawan?" tanya Amirah dengan mata melotot pula.
"Mama sama papa kok kejam banget sih! Sungguh tak berperikemanusiaan!"
Mentari semakin kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa. Hak asasinya dirampas oleh kedua orangtuanya tanpa perasaan sama sekali.
"Gak usah ngedumel begitu. Kamu jadi tidak cantik lagi kalo kayak gitu." Amira berucap dengan menahan bibirnya untuk tidak tertawa. Ia tahu betul bagaimana sifat putrinya yang sangat manja tapi cukup matre.
"Ya udah ma. Sekarang mana uang jajannya, aku mau nonton dulu sebelum jadi istri yang sangat terpaksa," ucap Mentari seraya menengadahkan tangannya meminta uang jajan seperti biasanya.
Amira tersenyum kemudian menyerahkan beberapa lembar uang merah ke atas telapak tangan sang putri.
"Jangan pulang malam-malam. Besok kamu harus cantik dan segar saat menjadi pengantin," pesan sang mama lalu meninggalkan gadis itu bersama suaminya.
Mentari tersenyum lebar tapi detik berikutnya langsung menangis histeris.
"Kalian semua kejaaam!" teriaknya dengan suara melengking tinggi.
"Masak aku hanya dibayar segini menikahi dudanya kak Anjani?" ucapnya seraya menatap beberapa lembar uang merah ditangannya.
"Kenapa harus menikah sih?! Mas Krisna 'kan dinginnya kayak kulkas 3 pintu! Mana ada yang akan tahan dengannya Huaaa!" Gadis itu kembali berteriak dan menangis.
🌺
Krisna Dewangga menatap gadis muda yang baru berusia 18 tahun itu dengan helaan nafas berat. Ia tak menyangka kalau ia telah menikahi adik iparnya itu karena permintaan kedua orang tua dan juga mertuanya.
Apa sebenarnya maksud mereka memaksaku menikahi gadis ingusan seperti Mentari?
Padahal aku tak punya perasaan apapun padanya?
Menggelengkan kepalanya dramatis, ia pun mengganti setelan jasnya dengan selembar T-shirt. Celana bahan berwarna biru pun ia padukan dengannya. Setelah itu ia meninggalkan kamar itu tanpa menyapa Mentari sedikitpun.
Gadis cantik yang bernama Mentari itu juga nampak tak perduli. Ia masih saja sibuk dengan benda pipih elektronik yang ada ditangannya. Ketawa-ketawa berbalas chat dengan teman-temannya seolah-olah dunia ini miliknya sendiri.
Ia belum sadar kalau telah menikah dan memang pernikahan itu masih dibawah tangan karena usia Mentari belum cukup sesuai aturan negara.
Sebuah chat pribadi pun masuk dari seseorang yang sangat dekat dengan hatinya.
[Keluar yuk. Ada film baru]
Mentari tersenyum senang dengan mata membulat lebar. Ia sangat senang dengan ajakan Dirga, sang pacar. Dengan cepat ia bangun dan melepaskan gaun pengantin yang baru saja dipakainya. Setelah itu ia berlari ke arah kamar mandi untuk membersihkan dirinya secara kilat.
Wajahnya yang penuh dengan riasan tebal ia cuci menggunakan sabun kemudian segera keluar dari sana.
Tak nampak samasekali kalau ia adalah seseorang yang baru saja menikah. Selembar kaus yang agak ketat ia padukan dengan celana jeans belel di tubuhnya yang lansing dan seksi. Setelah itu ia segera keluar dari kamarnya. Tak lupa ia meraih kunci motor dan juga sling bag di atas meja riasnya.
"Mau kemana kamu?" tanya seorang pria yang baru saja mendapat predikat sebagai suaminya.
"Aku mau keluar mas Kris. Aku ada urusan dengan teman-temanku." Mentari menjawab dengan santai kemudian melanjutkan langkahnya.
"Heh. Kamu baru saja menikah denganku. Jadi tidak ada lagi waktu untuk bermain-main dengan teman-teman kamu di luar sana."
Mentari menghentikan langkahnya dengan hati kesal. Ia bahkan menatap wajah pria itu tajam.
"Apa mas? Kamu berani melarang aku? Jangan sok ngatur ya, mama dan papa pun tak pernah melarang aku melakukan apa yang aku mau."
"Itu dulu saat kamu masih gadis. Sekarang kamu sudah mempunyai suami jadi jangan pernah bersikap seperti gaya kamu sebelum ini, mengerti?!" Krisna menjawab seraya merebut kunci motor dari tangan Mentari.
"Heh! Apa-apaan ini? Tidak begini aturan mainnya mas!"
Krisna terkekeh tapi tak perduli.
"Aturan main apa?" tanya Krisna dengan dagu terangkat.
"Aku tidak tahu apa maksud mama sama papa memintaku untuk menikah denganmu mas. Tapi yang aku tahu aku masih bebas melakukan apa saja yang aku inginkan, mengerti!"
"Aku juga tidak tahu apa maksud mereka. Tapi apapun itu kamu harus mematuhi perintah aku."
"Dengarkan aku mas. Aku hanya mau keluar sebentar cari angin. Disini tuh sumpek banget. Jadi kembalikan kunci itu padaku!"
"Tidak. Adiba bentar lagi bangun. Kalau dia mencari kamu gimana?"
Mentari terdiam. Ia langsung teringat dengan keponakannya yang sedang tidur di dalam kamarnya tadi.
Mentari mendengus dan menghentakkan kakinya semakin kesal. Rencananya untuk nonton film terbaru bersama dengan Dirga bisa batal kalau begini.
"Baiklah, tapi kalau Adiba bangun, aku bisa pergi 'kan mas?" Suaranya mulai melunak karena ingin memberikan penawaran.
Krisna tersenyum miring.
"Itu kalo Adiba gak rewel dan manja. Lagipula ini sudah sore. Gak baik keluar rumah untuk seorang perempuan seperti kamu." Krisna menjawab santai kemudian meninggalkan Mentari yang tampak bimbang.
Gadis itu memang sangat akrab dengan sang ponakan dan pastinya tak rela melihat anak kecil berusia lima tahun itu menangis mencarinya.
Sejak kematian sang kakak, dialah yang selalu menemani anak itu jika mas Krisna sedang banyak pekerjaan di perusahaan. Adiba sudah ia anggap sebagai sahabat dan juga adik sendiri.
Dengan bibir manyun ia pun kembali ke kamar seraya membayangkan wajah Dirga yang pasti kecewa karena ia tidak jadi datang.
Handphonenya terus berdering tapi tak ingin ia angkat. Ia yakin kalau yang menelpon itu adalah Dirga. Ia takut tak bisa memberikan alasan karena sebenarnya pria itu tidak tahu kalau ia sudah menikah.
Dengan tatapan penuh sayang pada Adiba, ia pun bergumam, "Kenapa harus menikah sih, aku 'kan tetap bisa menjadi pengasuh kamu sayang."
🌺
Bersambung...
Pagi itu, Mentari dan Adiba sudah bersiap berangkat ke sekolah. Adiba sudah tampak cantik dengan rambut ekor kudanya begitu pun dengan Mentari. Ia juga mengikat rambutnya yang sebahu seperti Adiba. Keduanya jadi seperti kakak beradik.
"Kak Men, Bu guru bilang, besok kita mau ke kebun binatang. Mau ikut ndak?"
Mentari tersenyum kemudian mengangguk. Adiba memang ia suruh memanggilnya kakak dan bukannya tante atau mama. Ia takut dikira sudah berumur.
"Boleh, aku juga udah selesai ujian hari ini. Jadi kita bisa bermain bebas bersama."
"Yay! Horee!" Adiba melonjak kegirangan. Ia jadi tidak akan sedih lagi kalau semua temannya datang bersama dengan mama dan papanya. Sedangkan dia hanya bersama pengasuh karena Mentari harus sekolah juga.
"Aku kasih tahu papa dulu ya kak," ucap Adiba dan langsung berlari keluar kamarnya. Ia ingin memberi tahu sang papa tentang rencana dan kegiatannya besok.
Mentari tersenyum kemudian melanjutkan menata rambut dan pakaiannya. Hari ini adalah hari terakhir ia ujian sekolah. Dan itu berarti, sisa satu hari ini saja semuanya selesai. Ia akan bersenang-senang dengan teman-temannya karena hari berikutnya, ia akan punya waktu banyak untuk Adiba.
Gadis cantik itu pun keluar dari kamarnya selama ini bersama dengan Adiba. Ia kemudian menuju ruang makan untuk sarapan pagi.
Di tempat itu, Krisna sudah duduk dengan tenang seraya melakukan sarapan. Tak ada Adiba lagi di sana. Itu berarti anak itu pasti udah berangkat ke sekolah bersama dengan sopir. Sedangkan dirinya akan naik motor sendiri karena jalur mereka berbeda jauh.
Mentari pun duduk tanpa menyapa suaminya itu. Ia mengambil sepotong roti tawar kemudian mengolesinya dengan margarin dan juga Meises coklat kesukaannya. Setelah itu ia menggigitnya dengan santai.
Sepi dan terkesan horor. Begitulah keadaan ruangan itu jika Adiba tidak ada. Keduanya kadang bersama tapi sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mereka belum tampak seperti pasangan suami istri pada umumnya.
Tak ada yang saling berbicara seperti biasanya. Krisna akan selalu sibuk dengan gadgetnya meskipun ia sedang makan sekalipun. Sedangkan Mentari juga tidak perduli. Mereka berdua belum begitu akrab meskipun sudah dua bulan menikah.
Bunyi sendok dan garpu yang sedang diletakkan di atas piring menunjukkan kalau Krisna sudah selesai dengan sarapannya. Pria itu pun berdiri dan menghampiri kursi Mentari. Ia mengeluarkan sesuatu dari dompetnya dan memberikannya pada istri keduanya itu.
Mata Mentari melotot dengan mulut membola. Sebuah kartu sakti beserta berlembar-lembar uang kes diberikan oleh Krisna padanya pagi itu tanpa ada prakiraan cuaca dari BMKG sebelumnya.
"Ini untuk apa mas?" tanya gadis itu pura-pura lugu.
"Itu untuk uang jajan kamu. Kamu bisa gunakan sepuasnya dan jangan minta sama mama dan papa lagi," balas Krisna santai. Mentari langsung mengulas senyum termanisnya.
"Ini beneran mas Kris?" tanyanya memastikan. Krisna hanya mengangguk kemudian berlalu dari hadapan gadis itu.
"Aaaaa makasih banyak mas!" teriak Mentari kemudian memeluk tubuh tinggi tegap itu dari belakang.
Deg
Krisna tampak sangat kaget dengan ungkapan terimakasih gadis itu padanya. Meskipun Mentari istrinya sendiri tapi ia tak berniat untuk bersentuhan fisik dengannya. Nama Anjani, masih tak tergantikan oleh orang lain di dalam hatinya.
"Makasih mas, setelah ini aku akan menjaga Adiba dengan sangat baik. Kamu tidak perlu menyewa dan membayar seorang pengasuh untuknya."
Krisna tersenyum kemudian melepaskan rengkuhan tangan gadis itu pada perutnya karena tiba-tiba merasakan sesuatu yang lain. Dua benda empuk dari balik seragam sekolah gadis itu menyentuh punggungnya dengan cukup ekstrim. Dan ya, tiba-tiba saja ada getaran halus yang tiba-tiba merambat dari dalam pembuluh darahnya.
Shit!
Pria itu tidak menyangka kalau ia akan sangat terpengaruh padahal sudah banyak perempuan seksih di luar sana yang selalu menawarkannya banyak kenikmatan.
"Mas, makasih. Aku sangat senang sekali," ucap Mentari dan berhasil membuatnya tersentak kaget.
"Iya. Itu memang sekalian gaji kamu merawat dan menjaga Adiba."
"Hah?" Wajah cantik gadis itu tampak melongo sejenak. Harapannya untuk mendapatkan jajan tambahan ternyata tak terkabul. Ia pun kemudian langsung tertawa cengengesan.
"Iya deh. Kirain gaji untuk pengasuhan Adiba beda lagi," ucapnya kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Hey! Sejak kapan kamu jadi matre begini?" Krisna berbalik dan menatapnya dengan tatapan yang terasa berbeda.
Mentari kembali tersenyum meringis.
"Iya deh mas, ini udah sangat banyak kok. Makasih!" ucap gadis itu dengan bibir manyun. Ia sedikit kecewa. Ia pikir pria itu mau mengucapkan kata-kata manis untuknya ternyata tidak.
Sudah dua bulan menikah tapi pria itu tak pernah sedikitpun bermulut manis padanya. Dan baru kali ini Krisna mendapatkan hidayah untuk memberikannya uang jajan secara langsung. Biasanya hanya disimpan di atas meja setiap pagi sebelum ia berangkat ke sekolah.
"Pulang sekolah langsung ke rumah. Jangan parkir ke tempat lain dulu!"
"Iya mas, tapi kalau parkirnya di sekolah sendiri gak apa-apa 'kan?" Mata indah gadis itu mengerjap menggemaskan.
Krisna berdecak. Ia tak suka dengan ekspresi Mentari seperti itu. Dadanya tiba-tiba berdebar aneh. Ia pun segera pergi dari tempat itu tanpa mau membalas perkataan Mentari. Kalau ia melayani gadis itu untuk bicara maka ia akan terlambat ke perusahaannya.
"Mas Kris makasih jajannya!" teriak Mentari lagi dari belakang punggungnya. Krisna hanya mengangkat tangannya tanpa menghentikan langkahnya. Ia benar-benar tak ingin merespon gadis itu terlalu dalam karena kinerja jantungnya kini jadi sangat berbeda.
Pernikahan mereka baginya hanya sebuah nama. Ia tak berniat membawa-bawa hati dan perasaan disini.
Sesungguhnya, ia masih belum bisa melupakan Anjani dan memang tak berniat menduakan cinta pertamanya itu. Akan tetapi paksaan berikut alasan tak masuk akal kedua orangtuanya membuatnya menyetujui pernikahan ini.
Tak lama kemudian ia sudah berada di depan rumah dan memasuki mobilnya. Ia harus segera berada di perusahaan pagi itu untuk melakukan sidak pada setiap departemen.
Sementara itu, Mentari menatap kembali lembaran uang di tangannya. Paginya jadi sangat bersemangat. Ia sangat senang karena ia jadi bisa mentraktir seluruh teman kelasnya dengan uang yang sangat banyak dari suami rahasianya.
Ia pun meraih tas dan kunci motornya untuk segera ke sekolah. Ia tak sabar menyelesaikan soal-soal ujian dan bersenang-senang.
Gadis itu tak sadar kalau Dirga sejak tadi menunggunya di depan gerbang rumah besar itu. Pria itu sejak lama sudah mulai curiga padanya karena tak pernah lagi menginap di kediaman orang tuanya sendiri yang tidak terlalu berjarak dengan rumahnya sendiri.
Sejak dua bulan ini Mentari tak pernah terlihat pulang ke rumahnya. Ia juga selalu kedapatan masuk dan keluar dari rumah yang sangat mewah ini.
Pria itu jadi curiga kalau gadis itu telah menjadi seorang sugar baby dari seorang Krisna Dewangga yang terkenal sebagai seorang duda beranak satu yang kaya raya.
"Awas kau Tari! Kalau kamu berniat mengkhianati aku!''
🌺
*Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!