NovelToon NovelToon

Cinta Di Atas Kontrak

Luka

"Apa rencana besok?" tanya Kevin kepada Ajin, sekretaris pribadinya sambil jalan menuju tempat ia memarkirkan mobilnya di lantai dasar.

"Besok pagi sampai siang tidak ada jadwal, tetapi sore pertemuan dengan Perusahaan OD, di hotel Bintang" ucap Ajin.

"Baiklah, pulanglah. Biar aku pulang sendiri"

Kevin berjalan sendiri menuju basemen.

Saat Kevin berjalan, tiba-tiba ia dikejutkan oleh beberapa orang yang datang dan salah satu dari mereka membekap Kevin dengan sapu tangan yang sudah disemprotkan obat bius.

Kevin tersadar dari pingsannya. Ia berada di dalam ruangan kosong yang cahayanya sangat sedikit. Kevin berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan itu.

"Hey.. mau apa kamu? Jangan harap kamu bebas dari kami" seorang dengan penutup wajah mendekatinya.

"Ya bos, tawanan sudah ada sama kami. Ya bos, siap. Tenang bos. Kami jaga dia baik-baik" Kevin mendengarkan dengan baik-baik.

Kevin terus berusaha untuk melepaskan ikatan itu. Dan bersyukurnya, ia dapat meregangkan tali itu.

Penjahat itu sedang berbicara di luar ruangan tempat Kevin di tahan.

"Hey.. mau kemana kamu!" teriak salah satu dari mereka.

Kevin yang mempunyai dasar bela diri, harus melawan 8 orang di sana. Ternyata, salah satu dari mereka menusukkan pisau ke tangan kiri Kevin. Kevin terus berlari semampunya, walau darah terus keluar dari tangannya. Hujan yang turun itu menjadikan daerah itu makin sepi. Ia tidak tau kemana ia akan bersembunyi.

Kevin terduduk di depan minimarket yang sudah tutup sambil menahan darahnya.

Sehabis latihan vocal, Putri yang berjalan menuju kontrakannya, melihat lelaki duduk dengan darah di tangannya.

"Hey.. Kamu kenapa?" tanya Putri.

"Tolong aku" Kevin berusaha terus berbicara.

Putri tidak tau, kemana ia akan membawa laki-laki yang tidak dikenalnya itu.

"Darahnya banyak sekali. Kemana ini. Rumah sakit jauh dari sini." ia sangat bingung.

"Tolong aku" ucap Kevin lirih.

Ia menyenderkan kepalanya di lengan Putri.

Akhirnya, Putri membawa laki-laki yang tidak dikenalnya itu ke dalam kontrakannya yang kecil yang berada tak jauh dari minimarket itu.

"Apa yang harus aku lakukan? Darahnya banyak sekali. Dan ia demam. Bagaimana ini?" kekhawatiran Putri makin menjadi ketika ia memegang kepala laki-laki itu.

"Maaf" Putri kemudian membuka kemeja laki-laki itu. Dan ia mengobati semampunya.

Tidak ada persediaan obat yang lengkap. Hanya alkohol dan obat luka seadanya saja.

Dengan pelan-pelan, ia membersihkan luka akibat tusukan pisau.

"Untung tidak dalam" ucapnya sambil terus mengobati luka itu.

"Bangun, minum obatnya dulu"

Putri memasukkan obat pereda nyeri dan antibiotik ke dalam mulut laki-laki itu.

Setelah membersihkan pakaian laki-laki itu, Putri merasa kantuk yang luar biasa, ia bermaksud keluar dari kamarnya, tapi, tangan Kevin memegang tangannya seolah mengatakan untuk tidak ditinggalkan.

Putri tertidur di kursi belajar yang berada di samping kasurnya sambil memegang tangan Kevin.

Pagi itu, Kevin terbangun dari tidurnya.

Ia merasa lebih sehat.

Dilihatnya perempuan yang ada tidur dalam keadaan duduk tertungkup di sisi kasurnya.

"Tolong jemput saya, nanti saya kirim lokasinya" ucapnya menelpon sekretaris pribadinya.

Kevin melirik perempuan yang masih tertidur.

"Terima kasih." ia menuliskan kalimat itu di secarik kertas.

Ajin tersenyum dengan pakaian yang dikenakan bosnya.

"Tidak usah melirik, lihat saja jalan di depan itu!" perintahnya

Mungil

"Cari tau perempuan yang sudah menolongku. Dan kejadian ini jangan sampai terpublikasi" Kevin meminta Ajin untuk tetap diam.

"Tapi, Nyokap lu tau, kalo lu diculik semalam" Ajin berbicara tidak formal. Sebelum bergabung di perusahaan ayahnya Kevin, Ajin sudaj lebih lama kenal dengan Kevin, karena mereka adalah teman 1 kampus.

Putri terbangun dari tidurnya, dan ia tidak menemukan lelaki yang ia obati semalam.

"Kemana dia, tidak tau terima kasih."

gerutu Putri. Ia tidak tau, secarik kertas berisi ucapan dan terima kasih, beserta nomor ponsel Kelvin, sudah terbawa angin.

Putri mengambil tasnya, dan ia segera keluar untuk bekerja. Karena terburu-buru, ia hampir saja terjatuh, karena berlari sambil memakai sepatunya.

Putri seorang guru vocal yang menyewa tempat latihan di tempat yang tidak terlalu jauh dari kontrakannya. Tapi, karena tempatnya tidak ramai, ia tidak mampu membayar kontrakannya bulan depan.

"Hai Put, tumben telat" sapa Vena, sahabatnya sejak kuliah yang membantunya mengurus tempat usahanya.

"Hehe, maaf. Ada kejadian gak enak semalem" ucapnya mengenang laki-laki yang tidak dikenalnya, ia melihat dadanya yang bidang.

Putri menggelengkan kepalanya.

Vena pun tersenyum melihat gerak gerik sahabatnya itu.

"Put, nanti malam ikut aku yok, nge jam bareng temanku. Gak jauh kok, di alun-alun kota. Gimana?" tanya Vena.

"Oke." jawab Putri, lumayan buat tambahannya. Sebenarnya, Putri anak seorang petani yang sukses di desanya, tetapi, ia tidak mau mendapat bantuan dari orang tuanya. Ia merasa malu, karena ia yang memutuskan ke kota, untuk mengadu nasib.

Jam menunjukkan waktunya untuk makan siang. Vena keluar dijemput pacarnya.

"Aku pergi dulu ya. Makanya cari pacar, jadi bisa makan sama pacar" goda Vena.

"Atau kamu gak bernafsu sama laki-laki"

Vena berapa kali mengenalkan Putri dengan beberapa musisi yang dikenalnya, tetapi, Putri terlalu cuek, dan menganggap pekerjaannya nomor 1. Ia bertekad untuk menjadi sukses di kota, sehingga ia tidak perlu pulang untuk dijodohkan oleh lelaki pilihan orang tuanya.

Untuk mengirit biaya hidupnya, biasanya Putri hanya makan mie instan.

Ternyata, seorang laki-laki memperhatikannya, ia tersenyum melihat kelakuan Putri.

"Sudah lama sekali, aku tidak pernah melihat senyum bosku"

ucapan itu mengagetkan Kevin yang dari tadi mencuri pandang ke arah Putri.

"Sudah aku bilang, biarkan aku pergi sendiri" ucap Kevin tidak senang.

"Tapi, sejak kejadian itu, Nyonya minta aku selalu ada di samping bos." ucap Ajin.

"Tetap selalu perhatikan dia. Kabari setiap info yang di dapat." ucapnya kepada Ajin.

"mungil sekali dia" ucap Kevin sambil tersenyum.

"Gantian bawa mobil. Untuk apa aku gaji, kalau aku yang bawa mobil" Kevin keluar sambil tersenyum.

Setelah pertemuan dengan teman bisnisnya, Kevin terlihat diam.

"Sombong sekali perempuan itu, ia tidak menelpon aku." gumamnya kesal.

*Malam itu, Vena dan Putri jalan menuju Alun-alun kota. Disana sudah ramai orang.

Mereka menghampiri kumpulan orang yang mempunyai hobi yang sama. Putri dikenalkan dengan teman-teman Vena. Sisi, Tata, Ratih, Lia, Doni, dan Hakim. Mereka bernyanyi bersama dengan bagian lirik yang sudah ditentukan. Semua yang menonton bertepuk tangan meriah.

Kevin yang mengetahui keberadaan Putri, mencoba mencarinya. Dan tanpa sengaja ia menabrak pelayan, tapi ia tidak menghiraukannya.

Melihat pelayan itu hampir jatuh, Putri langsung mendekati dan membantunya untuk berdiri.

"Hei. kamu.. Seharusnya kamu meminta maaf!" tegas Putri.

"Salah siapa dia menghalangi jalanku"

"Dasar, tidak punya hati" ucap Putri tegas dan berlalu meninggalkan Kevin.

25.000

"Lelaki itu... hm.. dia.." Putri mengingat garis muka laki-laki tadi. Sepertinya ia mengingat sesuatu.

" Put.." sapa Vena.

Putri menoleh ke arah suara.

"Sini" ajak Vena lagi.

"Asik kan di sini. Menikmati musik, bisa gabung sama komunitas yang hobinya sama dengan kita" cerita Vena.

"Ven.. sudah malam, aku mau pulang duluan ya. Lelah sekali. Semalam aku kurang istirahat" Putri berpamitan.

"Eh, kita pulang bareng. Tunggu, aku ambil tas dulu" akhirnya mereka berpamitan dan pulang menuju kontrakan masing-masing.

"Put, kamu kenapa belum punya pacar? Padahal banyak yang naksir kamu. Memangnya tipe kamu seperti apa sih?" tanya Vena di sela perjalanan mereka.

"Hm.." Putri membayangkan laki-laki yang ditolongnya semalam.

"Dadanya bidang, tingginya, paling tidak, 180 cm"

Vena tertawa, dan Putri pun tersadar dengan pembicaraannya, ia hanya tersenyum lebar, sehingga terlihat giginya yang rapi.

Tanpa disadari, sebuah mobil mengikuti mereka dari jauh.

"Huh.. untung saja dia jalan dengan perempuan, kalau tidak..."

"kalau tidak, kenapa bos?" tanya Ajin yang mengejutkan Kevin.

"Ah.. tidak. Terus ikuti perempuan sombong itu. Kenapa dia tidak meminta bayaran untuk semalam? Dia sudah menyelamatkan nyawaku." tanya Kevin ke Ajin yang sedang menyetir.

"Mungkin dia polos, atau dia tidak seperti orang yang mencari keuntungan, atau juga dia pura-pura tidak peduli. Sepertinya dia wanita yang tidak aneh-aneh" ucap Ajin.

Seminggu sudah terlewati, sejak insiden itu. Tapi perempuan yang menolong Kevin belum lagi menghubunginya. Ia semakin penasaran.

Tok.tok.tok

Ajin masuk ke ruangan Kevin.

"Masih menunggu telepon dari dia, bos? Oh ya, ini semua yang aku dapatkan tentang dia"

Kevin hanya diam. Sesekali ia merapikan rambut yang menutupi keningnya. Membaca semua tentang perempuan itu.

Putri Anindita.

Umur 28 tahun.

Anak seorang petani.

Semua tentang Putri terpapar jelas disana.

Hm.. Ia makin penasaran dengan perenpuan itu.

Ajin memperhatikan bosnya, yang tidak seperti biasanya. Sejak ia memutuskan hubungan dengan tunangannya 3 tahun lalu karena berselingkuh dengan sahabatnya, ia menjadi dingin terhadap perempuan. Tapi, Ajin melihat senyum di bibir sahabat sekaligus atasannya itu, setelah kejadian yang menimpa Kevin.

Dia suka musik.

Dia suka bernyanyi.

Tapi, tempat usahanya tidak terlalu ramai, karena letaknya tidak strategis.

Kevin tersenyum dengan sinisnya, dan melirik ke Ajin.

*"Mbak Putri, maaf, tempat les vocal yang mbak Putri sewa, akan dibeli oleh orang. Sebaiknya mbak Putri mencari tempat lain, saya kasih tempo 1 Minggu untuk membereskan tempatnya"

ucap pemilik tempat sewa usahanya itu.

"Apa? Tapi kan masih 8 bulan lagi. Bagaimana kompensasinya?" tanya Putri panik.

Dipikirannya, ia harus tinggal dimana. Sedangkan kontrakannya saja sudah mau habis. Ia terduduk lemas di tempat usahanya. Ia pandangi tempat yang sudah memberinya nafkah selama 2 tahun ini. Ia tidak mungkin pulang. Kemudian ia duduk sambil menutup mukanya.

"Selamat siang" sapa suara laki-laki.

"Selamat datang, di BV" Putri terbangun dari duduknya.

"Kamu..." Putri mengingat dan menunjuk ke arah laki-laki itu.

"Bagaimana lukamu?"

"Aku sudah sehat. Terima kasih atas pertolonganmu. Berapa biaya yang harus aku bayar untuk pertolongan malam itu"

"Tidak perlu, aku hanya memberikan obat seadanya saja."

"Sebutkan angkanya. Aku tidak mau hutang Budi"

Putri merasa aneh, kemudian ia mencoret sesuatu di kertas.

"Hanya 25.000. Untuk nyawaku kamu hargai 25.000. Aku akan ganti 25 juta."

"Hah. tidak.tidak.tidak. Sudah aku bilang, kamu tidak perlu untuk membayarnya. Aku ikhlas membantumu"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!