...Hai readers, assalamu'alaikum!!...
...Apa kabar? Author harap kalian baik-baik aja ya dan pasti nya selalu sehat....
...Jangan lupa vote, komen dan share ya readers. Etttts jangan lupa follow juga akun author ya....
...Happy reading ♥️...
^^^.^^^
.......
.......
Gadis cantik berhidung mancung, bermata indah dengan bulu mata yang lentik serta bibir kecil layak nya bulan sabit terukir indah di wajah putih nya. Dia gadis yang lemah lembut, sopan, ramah, dan juga baik hati. Banyak orang yang menganggap dia adalah gadis yang hampir mendekati kata sempurna.
Khadijah Azzaira Humaira Az Zahra, nama yang diberikan oleh kedua orang tua nya dengan harapan yang begitu mulia, Zahra merupakan salah satu mahasiswa di Bandung. Zahra juga memiliki seorang kakak yang super bawel dan overprotektif kepada adik nya, ia bernama Muhammad Hanan Wardana seorang dokter spesialis saraf berusia 29 tahun.
.......
.......
.......
"Ara."panggil Bu Sinta dari arah dapur. Ara adalah panggilan kesayangan orang tua dan kakak nya.
"Iya, bun. Sebentar."sahut Zahra dari kamar. Terlihat ia sedang sibuk memasang jilbab nya di depan meja rias.
"Astaghfirullah, jilbab ini kenapa sih."kesal Zahra karena jilbab nya tidak mau rapi
"Ara mana, Bun?"tanya Hanan sembari menarik kursi.
"Masih di kamar, sebentar bunda panggilkan."ujar Bu Sinta
"Nggak usah, Bun. Biar Hanan saja."
Bu Sinta tersenyum."Ya sudah."ucap Bu Sinta sembari menuangkan air ke dalam gelas.
Sesampainya di depan kamar, Hanan pun memutar handle pintu kamar, Hanan menyenderkan bahu nya di sisi pintu sembari tersenyum dengan tangan yang dilipat di depan dada.
Zahra menyadari jika diri nya sedang diperhatikan. "Kenapa, kak."tanya Zahra tanpa menoleh kearah Hanan.
"Belum selesai juga, dek?"tanya Hanan sembari mendekati Zahra.
Zahra menghela nafas berat."Ini lho kak, jilbab nya susah banget di rapi-in nya. Ara kesal banget."ucap Zahra lalu melempar jilbab itu ke kasur.
Hanan mengernyitkan kening nya lalu ia menarik nafas panjang lalu membuang nya dengan kasar. "ya sudah sini biar kakak pasangin jilbab nya."ujar Hanan lalu dia mengambil kembali jilbab itu.
"Emang kakak bisa?."tanya Zahra ragu
"Bisa lah. Duduk sini."ujar Hanan sembari menepuk kursi di depan meja rias.
Hanan pun memasangkan jilbab nya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Sesekali Zahra memandangi wajah kakak nya lalu tersenyum.
"Kenapa senyum-senyum?."tanya Hanan
"Heheh, ternyata Kakak ganteng juga ya."ucap Zahra cengengesan
"Baru tau ya?"jawab Hanan pede sembari mengangkat sebelah alisnya.
Zahra terkekeh mendengar jawaban kakak nya itu.
"Tuh kan rapi."ujar Hanan setelah ia selesai memasangkan jilbab Zahra.
Zahra menatap dirinya dari pantulan cermin. "Masya Allah, ternyata Kakak bisa juga ya. terima kasih ya kak."ucap Zahra sembari memeluk Hanan.
"Sama-sama. Kunci nya itu harus sabar."tutur Hanan sembari mencubit hidung mancung Zahra.
"Heheheh."
Hanan mengambil sebuah Bros jilbab berbentuk bunga lalu hendak memasangkan nya di jilbab Zahra. "Kakak mau ngapain?"tanya Zahra.
"Biar cantik."ucap Hanan
"Nggak mau kak, jilbab Ara kan bukan kayak gitu kak."protes Zahra karena tiba-tiba Hanan melabuhkan jilbab menutup dada.
"Emang nya mau kayak gimana, dek? Kayak sakaratul maut gitu?"tanya Hanan
"Ih, itu kan cantik kak. Ara udah kayak wanita karir. Kalau kayak gini kayak ibu-ibu tau."
"Nggak apa-apa, kan Ara memang calon ibu."
"Nggak mau kak."rengek Zahra
Hanan berjongkok di hadapan adik nya "dengerin kakak ya. Ara pernah dengar kan salah satu ayat dari surah Al Ahzab yang artinya "Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."Jelas Hanan."Ara pernah denger, kan?"tanya Hanan lagi dibalas anggukan oleh Zahra.
"Ara harus ingat. Tujuan Allah memerintahkan perempuan memakai jilbab semata-mata untuk melindungi perempuan itu sendiri. Coba Ara pikir terkadang orang yang sudah menutup aurat nya secara sempurna atau bahkan memakai cadar sekalipun masih saja di ganggu, apalagi yang dengan sengaja memperlihatkan tubuhnya. Kakak ini laki-laki dan kakak tau bagaimana pandangan laki-laki terhadap perempuan. Dan satu lagi, dengan Ara berjilbab setidaknya Ara sudah menyelamatkan ayah dan juga kakak." tambah nya lagi
Zahra mengangguk paham"Iya kak. Ara paham."
"Good. Mulai sekarang jilbab nya jangan lagi kayak gitu ya. Ara tambah cantik kok kalau jilbab nya kayak gini."ucap Hanan sembari tersenyum
Setelah drama per-jilbaban selesai, kedua nya pun turun ke lantai bawah menuju meja makan.
"Kok baru turun, ngapain aja, dek?"tanya pak Adam
"Hehehe, maaf ya yah, Bun."ucap Zahra
"Seperti nya, kita harus buka pabrik jilbab anti letoy dech yah."
"Kenapa kak?"
"Apa ayah tau? Anak ayah ini ngamuk di kamar gara-gara jilbab nya nggak mau rapi."ujar Hanan terkekeh
"Ih kakak."kesal Zahra
"Benar begitu, nak?"tanya pak Adam
"Hehehe. Nggak kok yah."
"Sudah sudah kak, ntar nangis adik nya. Udah sekarang kalian sarapan ntar telat lagi."
"Iya Bun."
...----------------...
Setelah sarapan, Hanan dan Zahra pun berpamitan dengan kedua orang tua mereka. Pagi ini Zahra di antar karena motor kesayangan nya sedang di rawat di bengkel.
"Kak, nanti kakak jemput Ara, kan?"tanya nya
"Iya dong?"
"Okay. Nanti Ara tunggu ya. Jangan lama-lama lho ntar adik nya yang manis ini di ambil orang lho."
"Iya Buk."
"Ibu....ibu. Emang Ara, bunda."kesal Zahra
Hanan terkekeh melihat tingkah Zahra yang bagi Hanan begitu menggemaskan"Iya sayang. Nanti kakak jemput kok."
"Okay."
Sesampainya di depan kampus, Zahra langsung turun dari mobil lalu berpamitan pada Hanan.
"Ara masuk ya, kak. Kakak hati-hati."
"Okay, kakak lanjut jalan ya."
Zahra mengangguk sembari melambaikan tangan nya. Kemudian ia pun berjalan menuju gedung kampus.
"Ra."panggil Bilqis dan Wawa, sahabat Zahra sejak mereka SMP.
Zahra menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah suara. Kedua sahabatnya tampak berlari kecil mendekati Zahra.
"Good morning, Ara."sapa Bilqis
"Morning Iqis."balas Zahra sembari tersenyum
Setelah sedikit berbincang, ketiga nya pun masuk ke dalam kelas yang ada di lantai dua. Sepanjang jalan Zahra di sapa oleh teman-temannya. Sesampainya di kelas, ketiga nya pun duduk sejajar di bagian depan, Zahra selalu diminta untuk duduk di depan sebagai tameng untuk teman-teman nya agar tidak ditanya oleh dosen mereka.
Tak berselang lama, terlihat pria tampan berhidung mancung dan bertubuh kekar serta berbadan tinggi masuk ke dalam kelas.
Zahra melempar senyum manis pada sang dosen, namun tidak ada balasan dari laki-laki yang sering dipanggil dosen killer itu. Raka adalah dosen muda yang mengajar beberapa mata kuliah di kampus tersebut salah satu nya adalah ilmu manajemen.
"Okay, sebelum saya mulai kelas hari ini, saya akan mengecek kehadiran kalian terlebih dahulu."ujar Raka dingin
"Baik pak."jawab mahasiswa
Setelah tiga menit kemudian, kelas pun dimulai. Zahra begitu serius mendengarkan penjelasan dari Raka karena menurut nya, penjelasan yang diberikan Raka sangat mudah dipahami oleh nya.
"Apa ada pertanyaan?"tanya Raka sambil melihat ke arah mahasiswa nya
"Tidak pak."
"Baik lah, apa ada pertanyaan, Zahra?"tanya Raka
"Tidak pak."jawab Zahra kaget
Setelah dua jam kelas berlangsung akhirnya Raka mengakhiri kelas. "Okay, kalau tidak ada pertanyaan, saya rasa untuk kelas hari ini cukup batas sini dulu, kita lanjut lagi Minggu depan."
"Baik pak."
Setelah membereskan buku-bukunya, Raka pun meninggalkan kelas.
"Kantin yuk."ajak Wawa
"Hayuk."sahut Bilqis
Ketiga nya pun pergi menuju kantin yang ada di belakang gedung.
"Kamu mau pesan apa, Ra?"
"Bakso sama milk tea aja ya, wa. Yang dingin."
"Okay, kamu Bil, pesan apa?"
"Sama kayak Zahra tapi minum nya coffe milk dingin."
"Alah gaya mu, bilang aja kopi susu."sewot Wawa
Bilqis dan Zahra terkekeh mendengar protes Wawa.
"Selamat siang, Zahra."sapa seseorang
Zahra mendongak ke atas ternyata seorang pria sedang berdiri di samping nya. "Hai kak Dion. Siang." balas Zahra lalu berdiri mensejajarkan diri nya dengan Dion.
"Ada apa ya, kak?"tanya Zahra
"Oh ini, aku mau memberikan bunga ini sama kamu."ucap Dion sembari menyodorkan buket bunga mawar.
Zahra tampak kebingungan sembari melihat ke sekitarnya.
"Oh, terima kasih kak Dion. Tapi ini dalam rangka apa ya kak? Saya kan lagi nggak ulang tahun."tanya Zahra bingung
"Nggak ada acara apa-apa kok, kebetulan tadi saya lewat depan toko bunga jadi ya udah saya beliin buat kamu."
Zahra mengangguk ragu "baik lah, bunga nya saya terima ya kak, terima kasih."ucap Zahra tersenyum sembari mengambil bunga itu karena dia merasa tidak enak jika harus menolak nya.
"Sama-sama."balas Dion tersenyum, lalu dia meninggalkan Zahra dan kedua sahabatnya.
"Wah wah, ada yang sedang jatuh cinta nih kayak nya."ucap Wawa sembari tertawa kecil
Zahra menyenggol lengan Wawa"Apaan sih wa. udah ayo makan."ujar Zahra lalu ia kembali duduk
"Tapi cocok lho, Ra."sambung Bilqis
"Udah ayo makan."elak Zahra. Zahra pun menyantap makanan yang terhidang di hadapan nya.
...To be continued 👇...
Setelah kelas selesai, Zahra dan kedua sahabat nya pergi ke parkiran untuk menunggu Hanan menjemput Zahra. Namun, saat Zahra lagi sibuk dengan ponsel nya, tiba-tiba seseorang mendekati nya.
"Hei bocah, berdiri kamu."titah Vina yang merupakan teman kelas Zahra.
Zahra tampak terkejut dan bingung. "Iya ada apa, Vin?"tanya Zahra
Tiba-tiba Vina menampar pipi Zahra.
"Apa-apaan kamu, Vin?."pekik Wawa
"Nggak usah ikut campur."ucap Vina sembari menunjuk wajah Wawa
"Dia sahabat kami, jadi kami berhak membela dia."sentak Bilqis
Vina memberikan kode pada teman-teman nya untuk mengamankan Wawa dan Bilqis.
"Nggak usah sok cantik kamu di kampus ini."
"Lah emang dia cantik kok."sahut Wawa
"Diam."sentak Vina
Zahra tampak mengelus pipi nya yang terasa panas. "Kamu pikir kamu itu siapa? Sampai kamu berani deketin Dion, hah?."tanya Vina dengan sombongnya
"Saya nggak pernah mendekati kak Dion, Vin. Dia lah yang mendekati saya."jawab Zahra
"Alah, jangan sok cantik kamu."
"Demi Allah, saya tidak pernah mendekati siapapun di kampus ini, Vin. Saya disini untuk belajar bukan untuk mencari perhatian laki-laki. Kalau mereka yang mendekati saya itu hak mereka. Saya juga tidak mungkin melarang mereka."
Plak...
Untuk kedua kalinya tamparan mendarat di pipi Zahra. Ia kembali memegangi pipi nya yang terasa perih dan panas. Vina kembali mengangkat tangan nya dan hendak menampar lagi, namun tangan nya ditahan oleh seseorang.
"Kakak."lirih Zahra ketika ia melihat pria berdiri di depan nya.
"Kenapa kamu menampar adik ku, huh?."geram Hanan sembari mencengkeram tangan Vina dengan erat
"Adik elu ini sudah merebut cowok gue."teriak Vina. Dia tidak tau siapa laki-laki yang tengah dia hadapi itu
"Nggak kak, dia aja yang gatal."sahut Wawa tak terima
"Diam elu."sentak Vina
Melihat keributan itu, mahasiswa lain nya pun mendekati mereka termasuk Dion.
"Ada apa ini?"tanya Dion.
"Itu tu perempuan halu nampar Zahra, Di."sahut mahasiswa lain nya hingga membuat Dion terkejut.
"Berani sekali anda menampar adik saya, seumur hidup, saya tidak pernah menyakiti adik saya sedangkan anda saudara bukan berani-beraninya melayangkan tangan ini ke wajah adik saya."ucap Hanan sembari mengencangkan kembali cengkraman nya di tangan Vina
"Apa lagi hanya gara-gara laki-laki, saya tau adik saya seperti apa. Jadi anda jangan pernah membawa adik saya pada sesuatu yang tidak bermanfaat sedikit pun."
Vina tidak berani lagi melawan, dia hanya diam sambil menahan rasa sakit dipergelangan tangan nya
"Apa kamu yang bernama Dion?."tanya Hanan
"Iya kak."jawab Dion yang berada di samping Zahra
"Apa kamu pacar wanita ini?"tanya Hanan dingin
"Tidak, saya bukan pacar dia."jawab Dion cepat yang kemudian di sorak i mahasiswa lain nya
"Halu."teriak mereka pada Vina
"Mulai sekarang kamu jauhi adik saya, saya tidak mau adik saya kenapa-kenapa hanya karena wanita-wanita halu yang suka sama kamu."ucap Hanan pada Dion.
Sementara Zahra hanya diam terpaku, dia tidak berani bersuara jika kakak nya sudah marah.
"saya minta maaf, gara-gara saya. Zahra jadi seperti ini."ucap Dion
"Hmm."
"Saya ingatkan sekali lagi sama kamu, jika saya melihat atau mendengar kamu mengganggu adik saya, kamu akan tau sendiri akibat nya."ancam Hanan pada Vina lalu dia melepaskan cengkraman nya.
"Ayo, kita pulang sekarang."ajak Hanan sembari menarik tangan Zahra.
"Rasain, Zahra di ganggu sih. Kamu nggak tau kan backingan nya siapa?"ledek Wawa yang memang lebih bar-bar di banding kedua sahabat nya
Wawa dan Bilqis pun ikut pergi meninggalkan Vina yang terlihat begitu malu, terlebih lagi Dion terlihat marah pada nya.
Sementara di dalam mobil, Zahra hanya menunduk. Dia tidak berani berbicara sementara Hanan juga tidak bicara apa-apa, dia hanya fokus mengemudikan mobil dengan emosi di hati nya.
Sesampainya di rumah, Hanan memarkirkan mobil nya di halaman rumah. Terlihat Bu Sinta sudah berdiri di depan teras untuk menyambut kedua anak nya.
"Assalamu'alaikum Bun."
"Wa'alaikumsalam, ada apa kak?"tanya Bu Sinta langsung ketika melihat kedua anak nya yang tampak seperti lagi ada masalah.
"Bunda lihat saja wajah anak bunda."titah Hanan lalu dia masuk ke dalam rumah.
"Dek, ada apa?"tanya Bu Sinta sembari mengangkat wajah Zahra yang tertunduk.
"Astaghfirullahaladzim nak. Kamu kenapa?"pekik Bu Sinta.
Hanan tampak duduk di sofa untuk meredam emosi nya. Kemudian Bu Sinta membawa Zahra ke dalam rumah.
"Apa yang terjadi, kak? Kenapa adik kamu bisa seperti ini?"tanya Bu Sinta
"Ada wanita gila di kampus nya Ara."jawab Hanan kesal
Bu Sinta kembali mengalihkan pandangannya pada Zahra"Cerita sama bunda, ada apa dek?"
Zahra menunduk takut."Bunda, Ara juga tidak tau masalah nya apa tapi tiba-tiba Ara di tuduh merebut pacar teman nya Ara, padahal Ara tidak tau apa-apa, bun."
"Astaghfirullahaladzim."ucap Bu Sinta tak habis pikir
"Sebentar bunda ambilkan air hangat dulu."ucap Bu Sinta
Zahra memberanikan diri untuk bicara pada Hanan."Kak, kakak marah sama Ara, ya? Ara beneran nggak pernah deketin cowok manapun kok, apalagi sampai merebut pacar orang."ucap Zahra menunduk takut.
Hanan melirik adik nya sekilas, sebenarnya ia bukan marah pada Zahra melainkan pada Vina. Hanan tak terima jika adik nya diperlakukan seperti itu apalagi di depan mata nya sendiri.
"Kakak tidak marah sama Ara tapi sama wanita itu. Kakak tidak terima kalau kamu disakitin kayak gini."ucap Hanan
"Hiks...hiks... Maafin Ara, kak."
"Ara nggak salah kok, jangan nangis ya. Kakak tau kamu nggak mungkin ngelakuin itu."jawab Hanan
Tak lama Bu Sinta pun kembali sembari membawa mangkok yang berisi air hangat. Bu Sinta pun mengompres pipi Zahra yang terlihat sudah bengkak.
"Aw, sakit bun."Zahra merintih kesakitan.
"Tahan sebentar ya, bunda pelan-pelan kok."ucap Bu Sinta lembut
"Sekarang Ara istirahat ya."ucap Bu Sinta setelah selesai mengompres pipi nya.
"Iya Bun."
Zahra pun menuju lantai dua dimana kamar nya berada.
"Emang nya gimana sih kejadian nya, Kak?"tanya Bu Sinta
"Hanan juga kurang tau bun masalahnya apa tapi yang jelas ketika Hanan tiba di depan kampus, Hanan melihat wanita itu menampar Ara."
"Astaghfirullahaladzim."
"Bunda nggak usah khawatir, setelah ini akan Hanan pastikan tidak akan ada lagi yang berani menyakiti Ara."
Bu Sinta mengangguk, dia tau Hanan tidak mungkin tinggal diam jika sudah menyangkut keselamatan adik nya.
"Hanan, kembali ke rumah sakit lagi ya, bun."
"Iya, kamu hati-hati ya."
"Iya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Hanan kembali ke rumah sakit karena sore nanti dia masih ada pasien. Sementara Bu Sinta menuju kamar putri nya. Terlihat Zahra sudah tertidur pulas masih dengan pakaian kuliah nya tadi pagi.
...To be continued 👇...
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, terdengar suara mobil Hanan memasuki pekarangan rumah. Hanan baru saja pulang karena sepulang dari rumah sakit, ia nongkrong bersama Rendi di kafe terlebih dahulu.
Rendi Adiyaksa seorang pria tampan berperawakan tinggi dengan tubuh atletis yang merupakan sahabat Hanan sejak SMA. Semenjak orang tua nya meninggal, Rendi hanya tinggal dengan pembantunya.
"Assalamu'alaikum."ucap Hanan ketika memasuki rumah
"Wa'alaikumsalam, kok baru pulang, Nan?."tanya pak Adam di ruang keluarga yan sedang sibuk dengan majalah di tangan nya.
"Iya yah, tadi nongkrong dulu sama Rendi."jawab Hanan sembari mencium punggung tangan kedua orang tua nya.
"Oh gitu."
"Iya yah, Ara mana, Bun?"
"Udah tidur."
"Kok cepat banget? Nggak kayak biasa nya."tanya Hanan heran
"Iya, adik mu itu tadi sore badan nya panas banget, tapi udah bunda kasih obat, panas nya juga udah turun."
Mendengar itu, Hanan langsung berlari ke kamar adik nya.
"Lihat lah putra mu itu, yah."ujar Bu Sinta yang dibalas senyuman oleh pak Adam.
Sementara di kamar, terlihat Zahra bersembunyi di balik selimut tebal nya. Hanan mendekati tempat tidur, pipi Zahra masih terlihat memar akibat tamparan Vina tadi siang.
Hanan menempelkan telapak tangan nya di kening Zahra dan benar saja panas nya sudah turun. Zahra terlihat tertidur pulas mungkin juga karena pengaruh obat.
Setelah mengecek keadaan Zahra, Hanan menutup kembali pintu kamar. Kemudian menuju kamar nya.
Di dalam kamar, Hanan langsung membersihkan tubuh nya yang terasa begitu lengket akibat seharian bekerja, setelah melakukan ritual mandi dan mengganti pakaian. Hanan kembali keluar kamar menemui kedua orang tua nya di ruang keluarga.
Hanan duduk bersama kedua orang tuanya sembari ngobrol kecil dan menikmati secangkir kopi dan juga cemilan.
Huek....huek
Hanan menoleh ke arah lantai dua "Ara."ucap Hanan panik lalu dia berlari menuju kamar Zahra
Zahra tidak terlihat lagi di atas tempat tidur melainkan sudah beralih ke wastafel yang ada di kamar mandi. Zahra terlihat menundukkan kepalanya sembari mengeluarkan semua makanan yang ada di perut nya.
"Dek."panggil lembut Bu Sinta
"Sakit, bun." Lirih Zahra. Wajah nya terlihat sudah berubah menjadi pucat fasih.
Zahra pun dibopong kembali ke tempat tidur.
"Kita ke rumah sakit aja ya."ucap pak Adam lembut
"Nggak mau yah. Ara mau di rumah aja. Lagipula paling cuma masuk angin aja kok."tolak Zahra
"Udah nurut aja sama ayah, kamu itu udah pucat banget lho dek."ujar Hanan
"Tapi kak."
"Tidak ada tapi-tapian, kita ke rumah sakit sekarang."
Mau tidak mau Zahra pun di bawa ke rumah sakit, Zahra tidak bisa bohong kalau tubuhnya benar-benar terasa lemah. Hanan langsung menggendong Zahra seperti bridal style dan membawa nya menuju mobil.
"Bentar ya, bunda ambil dompet dulu."ucap Bu Sinta lalu berlari ke kamar nya.
"Kak, Ara belum pake jilbab."ucap Zahra yang baru menyadari rambut nya masih terurai.
"Sebentar kakak ambil dulu ya, kamu tunggu disini."
Zahra mengangguk lemah sembari bersandar di bahu ayah nya.
"Ayah, tubuh Ara lemes banget."lirih nya
Pak Adam pun memeluk putri kesayangannya itu "Sabar ya, sebentar lagi kita ke rumah sakit."ucap pak Adam sedih.
Tak lama Bu Sinta dan Hanan pun kembali, mereka pun menuju rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Zahra dibawa ke ruang UGD dan langsung di periksa.
"Siapa yang sakit, Nan?"tanya seorang wanita, teman Hanan waktu SMA yang kebetulan suster di rumah sakit itu.
"Zahra, san."jawab Hanan di depan ruangan UGD, sementara Zahra sedang di periksa di dalam.
"Sus, tolong pasangkan infus ya."
"Baik dok."
Tangan Zahra dipasangkan jarum infus, sebenarnya Zahra sangat tidak ingin berurusan dengan alat medis, namun kondisinya saat ini mengharuskan dia merasakan sakitnya tusukan jarum infus. Untung saja dia tidak di bawa ke rumah sakit tempat kakak nya bekerja kalau tidak pasti teman-teman kakak nya pasti akan heboh mengurus dirinya.
"Keluarga pasien."panggil dokter setelah memeriksa kondisi Zahra
"Bagaimana keadaan adik saya, dok?"tanya Hanan pada dokter muda yang bernama Zidan.
"Setelah pemeriksaan ternyata Asam lambung pasien sangat tinggi. Di tambah lagi ada gejala tipes pada pasien. Jadi untuk saat ini pasien harus di rawat terlebih dahulu, sebentar lagi dia akan dipindahkan ke ruang perawatan."jelas Zidan
"Terima kasih, dok."Ucap Hanan pada Zidan
"Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu."ucap Zidan karena dia masih ada pasien.
Setelah Zidan pergi, ketiga nya pun masuk ke dalam ruangan UGD untuk melihat keadaan Zahra.
"Apa yang Ara rasain sekarang, dek? Apa yang sakit?"tanya Hanan lembut
"Tubuh Ara sakit kak, perut Ara juga nggak enak."lirih Zahra
"Sabar ya, kita berobat dulu disini."ucap Hanan
"Permisi mas, kami akan memindahkan pasien ke ruang perawatan."ucap suster
"Oh iya, silahkan sus."
Zahra pun di bawa ke ruang VVIP. Sesampainya di ruangan perawatan, Zahra diminta untuk beristirahat.
"Bunda sama ayah istirahat aja dulu ya. Biar Hanan yang jagain Ara."ujar Hanan pada kedua orang tua nya mengingat jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.
"Nggak apa-apa nak, kamu saja yang istirahat. Biar bunda yang jagain Ara."ucap Bu Sinta
"Bunda istirahat aja dulu ya, nanti gantian sama Hanan."ucap Hanan lembut
"Tapi bunda mau jagain adek kamu."
"Bunda, istirahat lah. Biar kakak yang jagain Ara."sahut Zahra lemas
"Iya Bun. Istirahat lah."tambah pak Adam
Akhirnya bu Sinta pun menurut, sementara Hanan duduk di samping Zahra sembari terus menatap wajah lemah adik nya.
"Cepat sembuh ya. kakak nggak tega lihat Ara kayak gini."
"Ara juga nggak mau kayak gini kak."
"iya, sekarang Ara istirahat ya. kakak temani disini okay."
"iya kak."
Zahra mencoba memejamkan mata nya, namun kembali dia buka. Dia merasa begitu kesulitan untuk tidur.
"Kenapa dek?"
"Nggak apa-apa kak."
"Tidur lah."
"Iya kak."
Setelah mencoba beberapa kali, Zahra pun tertidur. Begitupun dengan Hanan tak lama dia pun tertidur sembari memegang tangan Zahra yang terasa begitu dingin.
Sesekali Hanan bangun untuk memastikan kalau Zahra baik-baik saja. Hanan begitu menyayangi Zahra lebih dari rasa sayang nya untuk diri nya sendiri.
Jam menunjukkan pukul setengah empat pagi, Hanan pun sudah berpindah ke sofa karena Bu Sinta yang meminta.
uhuk...uhuk.
Mendengar suara batuk Zahra, Bu Sinta terbangun "Minum dulu sayang."ujar Bu Sinta
Zahra pun mengangguk, tenggorokan nya terasa kering. Kemudian dia kembali membaringkan tubuhnya.
"Istirahat lagi ya nak."
"Iya bunda."lirih Zahra
...To be continued 👇...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!