NovelToon NovelToon

Perfect Protector

Terpenjara di dalam kemegahan

Pagi itu aku terbangun dari tidurku. Aku ingat umurku masih berumur 8 tahun,aku masih tertidur di kasur berukuran sedang dengan banyaknya boneka di kamarku. Kamarku penuh dengan mainan dan pajangan berwarna biru kesukaanku. Aku memiliki segalanya,Papa memberikan apa yang aku inginkan,dan sudah bukan apa yang aku butuhkan. Dia akan memberikan apa yang aku inginkan tanpa bernegosiasi,asalkan aku bisa menurut kepadanya. Namun itu tidak membuatku menjadi anak yang pembangkang ataupun menjadi anak yang manja sekali. Aku masih di ajarkan sopan santun dan rendah hati kepada orang lain,papa mengajariku cara menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Dia tegas dan dia disiplin,berbeda dengan Mama,yang begitu baik hati dan memanjakanku,namun aku tetap menyayangi keduanya.

Aku mengerjapkan mataku dari berisiknya Sus Rini yang terus membangunkan ku.

“Ayo non,bangun. Non Aci sudah menunggu non Aca di bawah,katanya mau berenang pagi” ucap Sus Rini,sambil membuka tirai jendela.

Dia adalah pengasuhku,dia yang di sewa Papa untuk menemani ku seharian. Dia sudah menjadi pengasuhku sejak aku bayi,jadi aku sudah pasti akan menurut kepadanya.

“Iya iya iya Sus” ucap ku sambil bangun dari tidurku walaupun dengan malas.

Aku lupa jika hari ini aku ada janji dengan Arsy atau memiliki nama panggilan Aci,dan aku Arsya atau selalu di panggil dengan panggilan Aca. Aca dan Aci,ya kita bukan kembar tapi sejak dari balita aku dan Aci sudah berada dalam satu rumah yang sama.

Papa nya,Papa Denis itu adalah rekan kerja Papa ku,atau kami sebut dengan Papa Theo. Aku dan Aci memang seperti memiliki 2 Ibu dan 2 Ayah,karena kita berada dalam satu atap yang sama,dan kita di perlakukan sama oleh orang tua satu sama lain.

Namun bedanya,Aci memiliki seorang Kaka yang bernama Chiko beda umurnya sekitar 5 tahun,dan Chiko bersekolah di luar rumah. Berbeda dengan ku juga Aci yang home schooling. Aci sebenarnya beda 1 tahun di bawahku,tapi karena Papa ku ingin agar aku memiliki teman belajar Aci akhirnya ikut homeschooling lebih awal denganku.

Dari umurku 4 tahun,aku sudah home schooling di rumah,sampai aku masuk SD sekarang,aku masih home schooling. Aku tidak pernah di izinkan Papa untuk keluar rumah tanpa izin darinya.

Aku pernah keluar untuk sekedar ke mall atau makan di luar,tapi itupun di antar oleh beberapa orang untuk penjagaan dan kami benar-benar di protect seperti anak presiden.

Papa tidak ingin aku berinteraksi dengan orang yang tidak aku kenal. Papa melarang aku untuk bertegur sapa dengan teman sebayaku di sekitar komplek,bahkan Papa tidak pernah mengizinkan aku memiliki teman selain Aci.

Aku tidak pernah tau alasan sebenarnya. Papa selalu mengatakan,jika semua yang dia lakukan itu untuk kebaikan dan keselamatanku.

Aku selalu bertanya,keselamatanku dari apa ? Kenapa Papa bisa sampai menjaga ku sampai seperti itu ? Memang aku ini siapa ? Apa yang sudah aku lakukan sampai Papa harus menjagaku ?

Namun saat itu aku masih terlalu kecil untuk banyak bertanya. Di samping itu,Papa memang tegas dan menyeramkan,jadi apa yang keluar dari mulutnya,harus selalu di turuti dan tidak bisa di bantah. Bukan hanya kepadaku,tapi kepada semua anak buahnya yang selalu berkeliaran di sekitar rumah.

“Aciii” teriak ku kepada Arsy yang sudah menungguku di samping kolam renang sambil bermain dengan Mama nya sendiri atau aku memanggil nya Mama Shani.

“Hallo Aca” sapa Mama Shani sambil mengambil anduk di bahuku.

“Kamu kok lama ?” Tanya Aci sambil mengerutkan keningnya.

“Aku baru bangun” jawab ku sambil tersenyum kikuk.

Sus Rini menghampiriku.

“Non,mau makan dulu? Nanti masuk angin loh” ucap Sus Rini memperingati.

“Ga apa-apa Sus,aman kok nanti aku sambil siapin roti buat mereka nyemil” ucap Mama Shani dengan begitu lembut.

Sus Rini hanya mengangguk menuruti perkataan Mama Shani

“Nanti kalau perlu apa-apa panggil saya aja ya Bu” ucap Sus Rini.

Sekarang giliran Mama Shani yang mengangguk. Lalu Sus Rini pergi.

“Mama Shani ? Mama Diba mana ?” Tanyaku menanyakan keberadaan Mama ku sendiri.

“Mama Diba lagi ngobrol sama Papa di atas,nanti juga turun nemenin Aca berenang”

Aku tersenyum mendengar jawaban Mama Shani yang begitu lembut.

“Yauda yu Aca kita berenang” ujar Aci dengan semangat.

“Ayoo” jawab ku sambil menggandeng tangan nya berjalan menuju ujung kolam renang yang sangat luas ini.

Aku akan berikan sedikit gambaran dengan rumah ku ini.

Rumah ku sangat besar,sangat besar sekali,sampai di halaman nya ada tempat bermain sepeda khusus untuk ku. Ada kolam renang khusus untuk ku,ada taman bermain yang hampir kumplit dengan banyak permainan di dalam nya. Bahkan di dalam rumah ku,aku memiliki rumah-rumah an kecil di suatu ruangan yang membuat aku selalu bermain seperti di dalam istana bersama Aci dan Kakanya dulu.

Semua yang aku inginkan selalu Papa kabulkan,namun teman bermainku hanyalah Aci saja. Tetap terasa kurang bukan ?

Aku dan Aci bermain bersama di kolam renang. Kami sangat suka sekali berenang,bahkan aku selalu mencoba melompat dari papan yang hanya tingginya 2 meter saja,walaupun Mama selalu memarahiku karena katanya melompat dari papan itu berbahaya,tapi aku selalu mencuri curi kesempatan untuk bisa meloncat dari papan 2 meter itu dan sampai sejauh ini aku baik-baik saja.

Aku pernah les renang tapi les renang pun hanya datang selama 2 minggu sekali dan itupun berganti ganti. Papa benar-benar menjaga kerahasiaan keluarganya bahkan dari guru guru ku. Seolah Papa tidak ingin ada orang lain yang mengetahui keberadaan keluarganya,dia ingin kehidupan nya tetap terjaga kerahasiaan nya.

“Sayang” ucap Mama ku yang baru saja datang dan ikut duduk bergabung dengan Mama Shani.

“Mama” saut ku sambil terus berenang gaya punggung yang belum aku capai sampai ujung.

“Hallo Mama Diba” sapa Aci sambil melambaikan tangan nya yang basah di pinggir kolam.

“Hallo Aci, berenang nya udah yuk Mama udah selesai masak” ucap Mama Diba.

“Udah selesai mbak ?” Tanya Mama Shani dengan sebutan ‘mbak’ ke Mama ku.

Karena memang Mama Shani lebih muda dari Mama Diba,mungkin umur mereka hanya terpaut 5 tahun saja,tapi mereka berdua tetap terlihat seumuran seperti umur 30an.

“Udah,aku udah selesai dari tadi,tapi aku lagi ngobrol sama Theo dulu di atas” jawab Mama Diba.

“Ya udah ayo ayo naik,cepat mandi” ucap Mama Shani sambil meminta kami untuk naik dari kolam renang.

Aku dan Aci saling tatap karena sedih,harus mengakhiri kesenangan ini.

Mama kami masing-masing langsung menyelimuti kami dengan anduk,dan menepuk-nepuk badan kami yany basah ini dengan handuk tebal.

“Ma,Papa dimana ?” Tanya ku kepada Mama yang sedang duduk sambil mengeringkan badanku dengan handuk.

“Papa ada di atas,kenapa ?” Tanyanya.

“Papa kan sudah janji mau ajak Aca keluar hari ini” ucap ku dengan sedih.

Aku sedih karena Papa selalu seolah dia lupa dengan janjinya yang akan mengajak ku keluar. Dia tidak pernah ingkar janji untuk hal apapun yang aku minta,tapi untuk yang satu itu,dia senang sekali mengulur waktu untuk tidak mengajak ku keluar rumah,mungkin tujuan nya agar aku tidak rewel dan berisik,akhirnya dia selalu menjanjikan besok nya lagi dan besok nya lagi.

“Papa kan masih sibuk sayang,nanti saat makan kita akan tanyakan lagi sama Papa ya” ucap Mama menenangkanku.

Selesai mandi dan berpakaian. Kami semua akhirnya duduk di dalam satu meja. Aku dan Mama duduk di ujung sebelah kanan dekat dengan Papa yang memimpin makan,lalu di sebrang Mama ku ada Papa Denis,Mama Shani dan Aci yang berada di dalam satu meja bulat panjang.

Papa itu laki-laki bertubuh tinggi tegap,dengan kumis tipis dan baju yang selalu rapih setiap saat,bahkan saat dia dirumah dia masih selalu memakai pakaian rapih nya. Dia tampan tapi dia terlihat sekali tegas seperti seorang prajurit TNI,tidak jauh beda dengan Papa Denis atau Papanya Aci,Papa Denis juga tampan namun dia berkumis agak tebal dan rambutnya pun lebih panjang dari Papa Theo. Mereka hanya rekan kerja,tapi mereka sudah terlihat seperti adik dan kakak di dalam rumah ini,mereka bekerja sama-sama,kemanapun Papa pergi Papa Denis pasti mengikuti.

“Gimana tadi berenang nya seru?” Tanya Papa sambil menyantap makanan nya.

“Seru Pa” jawab ku sambil tidak berhenti makan juga.

“Seru Papa Theo,tadi Aca ngalahin lagi Aci di balapan berenang” jawab Aci ikut dalam pembicaraan.

“Benarkah?” Tanya Papa seperti antusias untuk mendengarnya.

“Iya. Aca makin cepet berenang nya,terus sekarang Aca udah loncat dari papan yang tinggi” jawab Aci yang sangat baik itu sudah membocorkan hal yang seharusnya tidak dia katakan di depan Mama.

Aku melirik Mama,melihat bagaimana ekspresinya ketiak mendengar ucapan Aci.

“Hmmm apa Mama bilang soal loncat dari papan?” Ucap Mama sambil kembali mengalas nasi untuk Papa yang senang sekali dengan masakan Mama.

“Tapi Mama Shani bolehin,kan ya mah ?” Ucap ku mencari pembelaan.

Mama Shani hanya tersenyum.

“Ya karena Mama Shani ga mau marahin Aca kaya Mama,Mama Shani juga sebenarnya khawatir tapi Mama Shani gamau ngomelin aca kalo bukan sama Mama” jawab Mamaku.

Aku hanya terdiam.

“Ya udah. Jangan berantem di meja makan ya” ucap Papa ku.

“Nanti siang kan kita mau main keluar,jadi kalian harus siap-siap,jangan sambil ngambek yaa”

Aku dan Aci langsung membuka mata lebar-lebar,tak percaya dengan apa yang kami dengar. Begitupun Mama Diba dan Mama Shani yang ikut terkejut dengan apa yang dikatakan Papa Theo,namun ekspresi mereka berbeda dengan aku dan Aci yang tampak bahagia,mereka malah tampak khawatir.

“Emang ga apa-apa mas?” Tanya Mama Shani ke Papa ku.

“Aku dan Mas Theo udah ngobrol tadi,ga apa-apa asal mereka keluar jangan lebih dari jam 4 sore dan tempat nya pun sudah kami cek dahulu” ucap Papa Denis.

“Ya tapi tetep aja kan,kita ga boleh gegabah gini dong Pa” ucap Mama Shani ke suaminya itu.

“Kita sudah cek area nya dari kemarin,untuk sementara ini kita clean area,kita kerahkan semuanya untuk menjaga mereka” ucap Papa ku kepada semuanya yang mendengarkan terkecuali aku dan Aci yang sibuk makan, tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.

Kami makan dengan tenang,karena jika Papa sudah berkata seperti itu berarti kami akan tetap pergi keluar,walaupun melalui perdebatan dahulu.

“Ya udah,aku percayakan semuanya sama kamu” ucap Mama ku kepada Papa sambil berusaha untuk tenang.

Awal dari sebuah kehancuran

Siang nya aku dan Aci sudah bersiap untuk pergi. Mama ku dan Mama Shani pun sudah ikut bersiap untuk pergi.

Kami semua berjalan bersama sama menuju mobil kami yang besar itu. Yang menyetir Papa Denis dan di samping nya ada Papa ku yang sibuk mengecek handphone,aku dan Mama duduk di kursi tengah yang hanya memiliki 2 kursi seperti kursi pijat. Dan di belakang ada Aci dan Mama Shani.

“Kita pergi kemana Pa?” Tanyaku kepada Papa yang sedang fokus di depan.

“Kita akan pergi ke dermaga” jawab Papa sambil memutarkan badan nya agar bisa melihatku.

“Dermaga?” Tanyaku.

“Kita mau naik perahu?” Tanyaku lagi.

“Kita naik perahu untuk sampai ke sebuah pulau yang indah sekali” jawab nya.

Aku melirik Aci yang ada di belakangku. Ternyata ekspresinya sama sama tidak percaya denganku.

“Beneran Pa?” Tanyaku.

“Bener. Kalian senang?” Tanya Papa sambil kembali duduk menghadap depan.

“Senaaannggggg!!!” seru ku dan Aci.

Mama dan Mama Shani hanya bisa tersenyum melihat anak-anak nya bahagia.

Sesampainya kami di dermaga,kami melihat sudah ada beberapa speed boat putih yang tersedia yang berukuran cukup besar.

Aku dan Aci berlari langsung menuju speed boat itu. Sus Rini mengejarku juga Aci sambil menggendong tas kecil yang berisikan makanan kecil kami.

Ada orang yang sudah menunggu kami di dermaga,dia membantu kami naik ke speed boat nya. Aku dan Aci melompat kegirangan menyisir setiap suduh yang ada di speed boat besar itu. Kita berlari kebagian belakang,lalu ke tengah tempat yang tertutup dengan ada kursi dan jendela di sekitarnya. Lalu kami ke bagian depan melihat setir kapal ini yang banyak sekali tombol dan tempat duduk nya.

“Aca, Aci hati-hati nak” ucap Mama Shani.

“Ma nanti kita boleh berenang lihat ikan kan?” Tanyaku sambil ikut duduk di samping Mamaku.

“Boleh dong,Mama kan sudah siapkan baju berenang nya untuk kalian”

Aku dan Aci lagi-lagi bertatapan dengan senang.

“Horeeee”

“Bilang apa dulu sama Papa kalian?” Ucap Mama Shani.

Aku dan Aci menghampiri Papa kami masing-masing yang duduk di belakang. Aku memeluk Papa ku,dan Aci memeluk Papa Denis,lalu kami bertukar memeluk Papa satu sama lain untuk mengucapkan terimakasih.

“Terimakasih” ucap ku dan Aci kepada mereka yang sudah membuat kami begitu bahagia.

Lalu kami duduk kembali bersama di bagian depan kapal sambil terus melihat keluar jendela.

Ada Om Bimo juga yang ikut di speed boat ini. Dia yang mengomando anak buah Papa yang mengikuti kami menggunakan speed boat lain nya.

Sesampainya kami di sebuah pulau kecil tak berpenghuni ini. Kami langsung turun menginjak jembatan kayu yang sepertinya rapuh ini.

Aku dan Aci sangat bahagia. Kami melepaskan sandal kami dan berlari menuju pesisir laut yang berpasir putih ini. Disini tidak ada ombak jadi kami bisa berenang di pantai dengan aman.

Kami mengganti baju dan mulai berenang dengan bahagia. Mama Diba dan Mama Shani pun ikut bermain air dengan kami,mereka membuat kami tambah bahagia. Papa Theo dan Papa Denis berjaga di pinggir pantai memerintah semua anak buahnya untuk berpencar melindungi pulau ini.

Aku heran dan penasaran,tapi aku tidak bisa bertanya kepada mereka.

Lalu aku kembali menikmati kebahagiaan ini yang hanya bisa aku rasakan mungkin satu bulan sekali.

Setelah puas bermain di pulau itu. Papa meminta kami berganti pakaian,karena dia sudah lapar dan mengajak kami ke restaurant di sekitar pantai sana.

“Kita mau makan dimana Pa?” Tanyaku.

“Kita akan makan di restaurant apung yang ada di sekitar pulau ini”

“Aca udah laper”

“Iya aku juga” saut Aci sambil memegang perutnya.

“Mas. Chiko sudah ada disana?” Tanya Mama Shani kepada Papa Denis.

“Sudah. Chiko sudah berada disana bersama Rey dan yang lain” jawab Papa Denis.

“Kachiko ikut Ma ?” Tanya Aci dengan sangat bahagia.

Mama Shani mengangguk.

“Horee,kita bisa main lagi sama Ka Chiko” seru Aci kepadaku.

Aku ikut senang dan melompat bersama Aci.

Chiko teman kecil ku,ketika aku dan Aci Balita dia yang selalu mengajak bermain kami. Namun ketika dia masuk SD dia pindah dari rumah ku dan entah tinggal bersama siapa. Kami jarang bertemu dengan Chiko,bisa sampai 2 bulan lamanya kita tidak bertemu,ketika bertemu pun kami sudah tidak se seru dulu yang masih bisa bermain kucing-kucingan atau petak umpat. Dia jadi lebih kaku dan cenderung pendiam,tapi dia tetaplah ramah dan baik hati. Sekarang aku dan Aci kelas 4 SD sementara Chiko sudah masuk SMP kelas 2,dan enak nya,dia bisa bersekolah keluar tidak sepertiku ataupun Aci. Mama selalu berkata jika Chiko laki-laki jadi dia harus bersekolah di luar tidak seperti aku dan Aci. Dan percayalah,dulu aku berfikir semua anak perempuan sama sepertiku,bersekolah hanya di dalam rumah,tidak memiliki teman sekolah,ataupun teman bermain di sekolah,ternyata dugaan ku salah. Aku sudah cukup mengerti jika tidak semua anak perempuan sepertiku.

Setelah sampai kembali di sebuah dermaga. Kami langsung di suguhkan dengan restaurant yang berada di atas pantai. Ya walaupun sebenarnya ini tidak jauh dengan pesisir pantai,tapi tetap restaurant ini sangat mewah dan megah.

“Ayo Aca kita samperin Ka Chiko” ajak Aci.

Aku mengangguk,dan tangan ku di tarik olehnya.

Ka Chiko ternyata sudah menunggu kami di salah satu meja di restaurant itu. Ketika melihat kami berlari,dia langsung turun dari kursi dan siap menyambut kami dengan melentangkan kedua tangan nya.

Dia sudah semakin besar,sudah semakin tinggi dan sudah semakin terlihat tampan,rambut dia berwarna pirang sama seperti rambut Aci dan Ibunya. Umurnya mungkin sudah 14 tahun saat itu,tapi entah kenapa dia malah semakin terlihat tinggi sekali.

Aku dan Aci memeluk Ka Chiko bersamaan. Ka Chiko memeluk kami sambil berjongkok,karena tingginya sudah tidak mengimbangi kami lagi.

“Kalian dari mana ?” Tanya Ka Chiko.

“Kita habis berenang Ka,Kaka kenapa ga ikut ?” Tanya Aci.

“Karena Kaka masih sekolah tadi” jawab Ka Chiko.

Dia melirik ku yang masih terlihat malu-malu.

“Aca apa kabar?” Tanya nya.

“Aca baik Ka Chiko,Ka Chiko apa kabar?” Tanya ku balik.

“Kaka baik,baik sekali. Kaka kangen sama kalian” ucap nya sambil kembali memeluk kami.

“Ka. Aci laper” rengek Aci yang memang sudah kelaparan ini.

“Ya udah ayo kita duduk,kaka sudah pesankan pizza untuk kalian makan dulu”

“Assiikk”

Lalu kami berdua pergi menuju meja yang tadi di duduki Ka Chiko.

Ka Chiko menyusul,karena dia harus menyambut kedua orang tua kami terlebih dahulu.

Aku dan Aci langsung duduk dan menyantap makanan yang sudah berada di meja makan.

Kedua orang tua kami menyusul dan duduk di meja yang berbeda. Restaurant itu tampak sepi,dan hanya terlihat kami saja di sekitar sana,bahkan di banding pelayan restaurant sepertinya lebih banyak anak buah Papa yang berkeliaran di sekitar sana di banding karyawan nya,namun aku sudah terbiasa dengan semua ini.

Ka Chiko membantu kami makan dan mengambilkan apa yang kami mau. Dia tampak menyayangi kami tanpa membeda beda kan,mana adik kandung dan mana bukan,namun tetap saja,aku masih selalu merasa malu berada di dekatnya,tidak seperti Aci yang leluasa memperlakukan Kakak kandung nya itu dengan berbuat manja.

“Sebentar,ada yang ketinggalan di speed boat” ucap Mama ketika kami semua tengah makan dengan lahap.

Mama pergi dari tempat makan,dia berjalan menyusuri jalan kayu yang ada di atas air pantai ini,dia berjalan menuju speed boat kami di parkiran. Namun tak berselang lama,kami mendengar ledakan yang begitu besar,yang membuat kami terdiam sejenak dan berlari ke arah sumber suara dengan cepat. Aku dan Aci ikut berlari mengikuti kemana semua orang berlari,dengan perasaan yang takut namun penasaran.

Aku berdiri di sisi jembatan kayu ini ingin melihat lebih dekat apa yang sudah membuat ledakan besar itu namun kami semua di tahan oleh salah satu bawahan Papa. Aku melihat ada tubuh manusia yang mengambang menghadap bawah dengan langan terlentang tepat berada di samping speed boat dengan masih berpakaian seperti Mama,dan cairan merah seperti darah yang ikut mengalir di sekitarnya orang yang mengambang itu.

Seseorang langsung menarik ku belakang,dan dia memegang kepalaku kedalam pelukan nya,seolah dia menutupi hal yang baru saja aku lihat.

Hatiku berdegup sangat cepat,aku langsung berfikir apa itu Mama ? Kenapa Mama mengambang seperti itu di sana? Kenapa Mama berlumuran darah? Aku masih shock,aku hanya bisa membuka mata ku dengan lebar di dalam pelukan laki-laki ini,nafasku semakin berat dan jantungku berdetak begitu kencang.

Sampai akhirnya aku mendengar teriakan Papa yang sangat kencang dan mengagetkan ku.

“Dhibaaaaaaa!!!!”

Seketika air mataku ikut mengalir deras di pelukan laki-laki itu. Aku menangis namun aku tak kuasa melihat kembali manusia yang sudah mengambang di air yang ternyata itu adalah Mama. Aku menangis sejadi mungkin,namun laki-laki itu menahan kepalaku agar aku tidak berbalik untuk melihat kejadian mengerikan itu lagi. Aku tidak tahu keberadaan Aci,aku tidak peduli dengan sekitarku,aku hanya terus di peluk oleh laki-laki ini yang ternyata adalah Ka Chiko.

Semua orang jahat

Setelah kejadian mengerikan itu,hidupku berubah. Aku tidak lagi seceria dulu,aku tidak lagi sebahagia dulu,aku hanya bisa merenung di kamar ku menatap keluar jendela memikirkan Mama yang kini sudah pergi meni ggalkanku. Beberapa hari setelah kejadian itu,aku enggan untuk keluar rumah,aku tidak ingin bertemu siapapun termasuk Aci. Bahkan Papa pun selalu membujuk ku untuk bermain di luar,dan bertanya apa yang aku inginkan lagi. Kini aku hanya bisa bergeleng dan tidak merasa meninginkan apapun selain kehadiran Mama lagi. Aku begitu sedih,aku begitu hancur,aku memang masih kecil tapi kejadian yang aku lihat saat itu,cukup membuat aku trauma dan merasa takut untuk keluar rumah.

Seseorang masuk ke dalam kamar ku tanpa mengetuk nya. Aku tetap di posisi ku,duduk di depan jendela sambil menyenderkan kepala ku di atas meja. Seseorang ikut duduk di sampingku,dia mengelus punggung ku dengan lembut,aku melirik ke arah nya. Itu Aci,dia terlihat ikut sedih denganku, aku merindukan Aci karena beberapa hari ini aku menolak bertemu dengan dia,sahabat ku satu-satunya.

Aku menatapnya dengan wajah yang sangat sendu,tidak lagi ada senyuman yang terpancar di wajahku.

Aci mulai menangis melihat ku,dan aku juga kembali ikut menangis melihatnya. Aku langsung memeluk nya dengan erat.

“Mama Aca sudah pergi,Aca ga punya Mama” ucap ku di dalam pelukan Aci.

“Aca.. Aca kan masih punya Mama Shani,Mama Shani juga sayang sama Aca kaya Mama Diba,Aca juga kan masih punya Aci yang mau nemenin Aca selamanya” ucap nya bersungguh-sungguh.

Lalu aku melepaskan pelukan nya.

“Aci ga boleh tinggalin Aca ya” ucap ku begitu takut di tinggalkan oleh nya,karena aku tidak ingin merasa lebih kesepian lagi.

“Aci janji” ucap nya sambil mengacungkan jari kelingking nya.

Aku menyautkan kelingking ku di kelingking nya,lalu aku menghapus air mata Aci yang ada di pipinya,begitupun Aci yang ikut menghapus air mataku yang masih berlinang di pipi ku.

Kami beruda akhirnya tersenyum lalu aku kembali ke duniaku yang baru tanpa Mama. Aku sudah mulai bisa menerima semuanya dengan hati yang tenang. Karena Mama Shani sekarang menggantikan posisi Mama untuk merawatku,dia tampak lebih menyayangiku dari sebelum nya. Aku melihat Mama Shani seperti memiliki dua anak yang harus di rawatnya,dan itu membuat aku sedikit bisa melupakan kepergian Mama. Namun tetap saja ada yang terasa berbeda.

___

Beberapa bulan berlalu.

Malam itu jam 22.00 aku tidak bisa tidur di kamarku,akhirnya aku memutuskan untuk berkeliling di sekitar rumah untuk menghilangkan kejenuhan ku. Aku melihat Papa yang sedang melamun di ayunan yang berada di taman. Tidak ada anak buah nya di sekitar sana,mungkin Papa sedang tidak ingin di ganggu,tapi aku mencoba untuk ikut bergabung dengan nya di ayunan.

“Aca boleh ikut duduk?” Tanya ku meminta izin.

Papa menatap ku sayu,namun dia langsung menggeserkan badan nya memberikan tempat untun ku duduk.

“Kenapa Aca belum tidur ?” Tanya Papa.

“Aca kangen Mama” jawab ku begitu jujur.

Papa langsung merangkul ku,dan mendekatkan ku ke tubuh nya yang hangat. Aku mengangkat kedua kaki ku ke kursi ayunan untuk menutup tubuh ku yang dingin.

“Papa juga”

“Iya kah?” Tanyaku tak percaya sambil melirik nya.

“Tentu saja. Tiap hari Papa kangen sama Mama” jawab nya dengan terlihat bersungguh sungguh.

“Aca juga” jawab ku.

Lalu kita diam sejenak.

“Pa. Kenapa sih Aca ga boleh sekolah di luar?” Tanya ku yang selalu penasaran dengan hal yang selalu aku impikan.

Papa menarik nafas begitu dalam.

“Aca. Papa kan sudah pernah bilang,ini semua demi kebaikan kalian,papa tidak ingin terjadi sesuatu yang mengerikan kepada kalian” jawaban Papa masih saja sama.

“Iya tapi kenapa ? Apa yang akan terjadi kepada kita Pa? Kenapa harus terjadi sesuatu yang mengerikan kepada keluarga kita?”

Papa menatap ku begitu bingung. Papa mungkin tidak menyadari jika anak nya ini sudah tumbuh besar,dan banyak mengerti segala hal bahkan rasa ingin tahu nya sudah semakin tinggi.

Papa menggenggam satu tangan ku,karena tangan satunya masih merangkulku begitu erat.

“Dengarkan Papa baik-baik ya Nak. Kamu sekarang masih belum begitu siap untuk mengetahui yang sebenarnya,kamu masih belum cukup umur untuk papa jelaskan segalanya, nanti ketika kamu sudah besar Papa janji kamu pasti akan mengetahui segalanya,kamu akan mengerti kenapa Papa seperti ini,kamu juga akan mengerti apa yang Papa lakukan itu sudah begitu baik untuk kamu”

Aku diam mencerna setiap ucapan nya yang begitu meyakinkan.

“Sekarang Papa minta sama kamu,tolong kamu nurut sama Papa,sama Papa Denis,Mama Shani dan Sus Lena,karena mereka akan memberikan kamu yang terbaik di rumah ini,oke?”

Aku mengangguk karena memang perintahnya tidak mudah untuk di bantah.

“Oke kalau begitu,sekarang Aca harus tidur karena besok guru Aca datang lebih pagi lagi” pinta Papa melepaskan rangkulan dan genggaman tangan nya.

Aku menurunkan kakiku dan memakai alas kaki ku. Aku melirik Papa yang masih tersenyum kepadaku namun aku begitu bisa melihat kesedihan nya karena merindukan Mama.

Aku mengecup pipi Papa dengan lembut lalu memeluk nya.

“Aca sayang Papa”

“Papa juga sayang sekali sama Aca” jawab nya.

Aku langsung melepaskan pelukan nya dan berlari menuju kamarku untuk menuruti perintah Papa ku untuk tertidur.

Keesokan hari nya aku terbangun karena Sus Lena membangunkan ku.

“Non Aca bangun ayo,itu gurunya sebentar lagi datang,Non harus siap siap sekolah” ujarnya seolah aku akan terlambat pergi sekolah,padahal sekolah ku ya rumah ku sendiri,walaupun telat ya kita tetap berada di dalam rumah.

Ketika selesai berpakaian,aku turun dari tangga. Tapi baru setengah jalan aku menuruni nya,aku mendengar Mama Shani dan Papa Denis yang sedang berbincang di ruang keluarga.

“Ya tapi Mas Theo gimana sih? Masa dia ga mikirin kesehatan mental anak nya?” Ucap Mama Shani yang terlihat sekali geram.

Aku kembali naik ke beberapa tangga untuk bersembunyi dan menguping mereka dengan tidak terilihat.

“San, kamu tau ini demi kebaikan kita bersama,kamu tau itu kan?” Ucap Papa Denis.

“Ya tapi,aku sudah berjanji ke Mbak Diba untuk menjaga Aca,aku sudah berjanji untuk membesarkan mereka bersama”

“San ini tidak aman untuk semuanya,kamu harus mengerti,situasi kita sudah semakin genting,kamu harus percaya apa yang kita lakukan itu untuk keselamatan kalian”

“Pokoknya aku ga mau,kalianh harus cari jalan lain selain cara ini” ujar Mama Shani dengan begitu tegas lalu dia pergi meninggalkan Papa Denis yang berusaha membujuk istrinya itu.

Mereke berjalan tanpa melihat keberadaan ku yang berdiam di tangga.

Apa maksudnya dengan kesehatan mental ku ? Kenapa mereka meributkan tentang ku?

Lalu aku berusaha melupakan segalanya dan kembali turun menemui guru ku yang sudah menunggu di ruang belajar.

Aci sudah berada disana lebih dulu,dia sedang membaca buku yang di berikan guru kami itu.

“Aca kok telat lagi sih?” Tanya Aci.

“Iya tadi aku sakit perut” jawab ku berbohong.

Lalu kami mulai belajar bersama dengan di arahkan oleh guru bayaran ini.

Beberapa hari berlalu,aku mendengar suara tangisan dari luar ketika masih pagi buta. Aku terbangun dan mendengar kembali tangisan itu.

Itu Aci,dia sedang menangis histeris. Aku langsung beranjak dari kasur dan langsung berlari keluar mencari keberadaan Aci,sepertinya suaranya berasal dari ruang tamu. Dan benar saja Aci sedang menangis di dalam genggaman Papa Denis,dia sedang menangis menahan diri agar tidak ikut dengan orang-orang yang akan membawanya pergi dari sini.

“Aci ga mau pergi,Aci mau disini sama Aca, Aci udah janji mau nemenin Aca disini selamanya” ucap Aci sambil menangis dan menarik tangan nya untuk melepaskan diri.

“Acii!!” Teriak ku sambil berlari ke arah nya.

“Acaaaa!!!” Teriak Aci yang berhasil melepaskan tangan nya dari Papa nya.

Kami berdua langsung berpelukan sambil menangis.

“Aci mau kemana ? Kenapa Aci pergi?” Tanyaku sambil terus memeluk dia begitu erat,takut dia tiba-tiba pergi begitu saja.

“Aci ga mau pergi,Aci mau disini sama Aca”

Papa Theo menghampiri ku dan mengelus kepalaku dengan lembut.

“Aca sayang, Aci harus pergi, Aci sama Mama Shani ada perlu dulu keluar sebentar”

“Ngga Papa Theo bohong,kenapa kalau sebentar baju Aci semua di bawa ke mobil,kenapa barang-barang Aci juga di bereskan” teriak Aci yang mengetahui jika kebohongan mereka semua.

“Katanya Papa sayang sama Aca,kenapa Papa pisahin Aca sama Aci ? Aca ga ada temen lagi selain Aci Pa” ucapku sambil terus menangis dengan isakan yang membuat dada ku sakit.

“Aca..” panggil lembut Mama Shani berusaha bergantian membujuk ku.

“Aci pergi ga akan lama,nanti kalian pasti ketemu lagi,tapi sekarang kami harus pergi dulu sementara waktu untuk pekerjaan kami Nak,Aca disini dulu ya”

“Ngga,Aca ga mau. Kenapa Mama Shani juga jahat? Katanya Mama Shani mau gantikan Mama Diba,Mama Shani mau jaga Aca sama Aci sama sama kenapa sekarang Mama Aci pergi ? Mama Shani udah ga sayang Aca lagi?” Tanya ku yang begitu kecewa dengan nya saat ini.

Mama Shani ikut sedih,dia menangis. Dia memeluk ku dengan lembut.

“Maafkan Mama Shani sayang,Mama tidak bisa memegang janji Mama Shani ke Mama Diba,ini untuk kebaikan kalian” ucap nya sambil memeluk aku dan Aci.

Lalu Papa Denis menghampiri kami dan menarik lengan Aci.

“Sayang kita harus pergi dulu yaa,Papa Denis janji kalian pasti akan bertemu lagi”

“Ngga..ngga Aci gamau”

“Ngga Aci jangan tinggalin Aca sendiri disini” Papa Theo menahan tangan ku.

“Papa Aci tolong,biarin Aci disini sama Aca” ujar Aci yang terus di tarik olah Papa nya sekiat tenaga nya.

Kami berdua menangis tidak bisa mengejar satu sama lain.

“Ngga Aca ga mau,Papa jahat sama Aca Papa Jahat lepasin Aca” ucap ku berontak berusaha melepaskan diriku dari pelukan Papa.

“Sayang tolong dengarkan Papa,ini demi kebaikan kalian Nak,Papa janji Papa akan jelasin semuanya”

“Ngga Aca ga mau”

Lalu aku melihat Aci yang sudah berhasil di masukan ke dalam mobil dan dia duduk di bagian belakang mobil.

Aci langsung duduk melihat ke jendela belakang mobil untuk mengetuk ngetuk jendela berusaha untuk meminta mereka mengeluarkan nya dari sana. Mama Shani tidak kalah sedih nya dengan kami,dia juga ikut menangis hanya saja dia tetap mengikuti perintah suaminya. Mobil sudah di hidupkan,mereka hampir pergi dan aku berhasil melepaskan diri dari genggaman Papa. Aku berlari sekuat tenaga untuk mengejar mereka,Aci menggedor jendela belakang mobilnya sambil terus menangis.

“Acii turun Aci” pinta ku namun mobil langsung melesat begitu cepat dari dalam rumah.

Gerbang pun langsung di tutup dengan cepat oleh anak buah Papa ku. Aku hanya bisa menangis di balik gerbang yang tinggi ini sambil terus menyerukan nama Aci.

Papa menghampiriku dan memegang punggung ku.

“Sayang”

“Lepasin Aca. Papaa jahat,Papa ga sayang sama Aca, Aca benci sama Papa. Aca ga mau ketemu Papa lagi” ucap ku dengan penuh amarah lalu pergi meninggalkan nya sendiri di gerbang dengan raut wajah yang tidak bisa aku artikan.

Papa juga mungkin sedih,Papa juga sebenarnya mungkin tidak ingin melakukan ini kepadaku,tapi sekali lagi seperti apa yang di katakan semua orang kepadaku ‘ini untuk keselamatanku’ walau sampai saat ini aku tidak pernah tahu apa maksudnya semua ini. Kenapa hal yang menyakitkan ini semua harus demi kebaikan ku dan keselamatanku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!