NovelToon NovelToon

Reinkarnasi Menjadi Wanita

Prolog

Menghadapi gadis perempuan berumur 12 tahun, seorang Knight mengangkat pedangnya tinggi tinggi siap untuk menebas si gadis

"Dengarkan aku, Nona muda. Maksud dari mengampuni seseorang itu adalah dengan mencabut nyawanya dalam satu kali tebasan. Jadi bersikap lah seperti gadis penurut dan terimalah nasibmu ini."

Knight itu memberikan ceramah di barengi dengan cahaya matahari yang terpancar di bilah pedangnya. Membuat pedang itu berkilau saat terangkat keatas.

Si gadis menutup matanya sambil menggigit bibirnya. Ekspresinya menunjukkan bahwa dia tidak mengharapkan situasi seperti ini akan terjadi. Gadis itu hanya pasrah karena tak ada lagi yang bisa dia lakukan.

Jika si gadis mempunyai kekuatan, dia pasti akan menggunakannya untuk melawan Knight yang hendak menebasnya. Sayangnya, si gadis tidak memiliki kekuatan semacam itu.

Setelah melihat adegan ini, semua orang hanya bisa menyimpulkan apa yang akan terjadi selanjutnya.

-Gadis itu akan pasti meninggal.

-Gadis malang.

Itulah yang akan di pikiran oleh orang jika ada yang melihat adegan ini.

Tak beberapa lama kemudian, setelah Knight itu memberi ceramah. Knight itu segera menjatuhkan pedangnya untuk menebas si gadis tersebut.

Kraaakk....

Pandangan gadis itu mulai berputar dan kemudian dia merasakan kantuk yang sangat kuat, setelahnya gadis itu menutup mata berbarengan dengan darah yang mengalir dari leher nya akibat tebasan Knight tadi.

Gadis itu perlahan mulai kehilangan kesadarannya dan kini terlihat bibirnya tersenyum manis di ambang kematiannya.

Setelah gadis itu kehilangan meninggal, Knight yang membunuhnya segera bernafas lega.

"Huh, akhirnya aku akan hidup enak setelah ini. Maaf nona muda, walaupun aku sangat mengasihani mu. Tapi ini adalah tugas yang harus ku jalankan karna perintah dari tuan muda."

Setelah bergumam, Knight tersebut hendak kembali ke rekan rekannya. Namun ada sesuatu yang menghalanginya.

...----------------...

...****************...

Dunia adalah kegelapan.

Seorang gadis tenggelam dalam kegelapan yang sangat menakutkan, bahkan sendiri tidak tahu mengapa dia bisa tenggelam di tempat ini.

Ketika dia memutar otak untuk mencari tahu penyebab mengapa dia tenggelam, sekejap gadis itu sadar dan mulai bertanya lagi di dalam pikirannya.

Siapa aku...?

Kenapa aku berada disini...?

Apa yang terjadi...?

Gadis itu ingin membuka matanya, tapi dia tidak tahu apa itu mata.

mengapa aku punya mata...?

Dunia?

Kegelapan?

Gadis itu bahkan tidak tahu arti dari kata yang dia maksud.

Gadis itu juga tidak tahu mengapa dia memikirkan hal semacam itu.

Dia tidak tahu apa apa.

Gadis itu merasa dirinya kian menghilang, dan terpecah menjadi kepingan debu.

Sesaat kemudian, gadis itu menyerah untuk memikirkan segalanya. Dan siap untuk menerima takdirnya.

Di saat jiwanya terangkat dari tubuh kecilnya, sekilas cahaya melesat dan mulai merasuki tubuhnya lagi.

Teng...

Teng...

Teng...

Mendengar suara lonceng berbunyi di depan telinganya, gadis itu mulai merasakan tubuhnya terisi kembali.

Sedikit tampang ketakutan mulai terlihat di wajahnya, namun setelah itu dia sadar dan hendak membuka matanya.

Matanya menyipit karena cahaya yang tiba tiba masuk secara langsung ketika dia membuka mata.

Sensasi hangatnya mentari di sore hari, membuat dirinya memiliki kesadaran yang baru.

Setelah beradaptasi dengan cahaya mentari itu, hal pertama yang dia lihat di dunia adalah seorang pria dengan zirah full body.

Melihat kebagian perut pria berzirah itu, gadis itu terkejut karna tubuh orang tersebut seperti tertusuk oleh sesuatu yang yang mirip seperti monster cacing besar berwarna hitam dengan pola tentakel yang memiliki pola berwarna ungu kehitaman.

Tidak seperti apa yang di lihat gadis itu, seorang pria yang tertusuk tersebut. Tidak mengetahui apa yang telah menusuk perutnya.

Pria dengan zirah full body tersebut kian jatuh kehadapan gadis itu, dengan mata ketakutan gadis itu menatap tubuh pria tersebut

Ini adalah kali pertama gadis itu melihat seseorang mati dihadapannya dengan cara mengenaskan, gadis itu hendak muntah tapi dia berhasil menahannya.

"A-apa y-yang T-terja-jadi...?"

Bertanya kepada dirinya sendiri, gadis itu benar benar merasakan ketakutan yang luar biasa.

Tak lama kemudian, gadis itu mulai mempertanyakan lagi mengapa dirinya bisa ada di tempat ini. Ini adalah tempat yang sangat berbeda dari pada di kota metropolitan.

"Eh, mengapa aku bisa ada ditempat seperti ini?. Adu duh... Kepalaku sakit sekali."

Ketika gadis itu memegangi kepalanya karna rasa sakit yang menyerang, dia berusaha untuk menundukan kepalanya agar mengurangi rasa sakit itu. Namun dia sangat terkejut ketika melihat bagian bawah tubuhnya.

"Eeh... Mengapa aku punya payudara? Eh... Apa yang telah terjadi kepada tubuhku! Bukannya aku adalah laki - laki?."

Gadis itu terkejut karna melihat dua tonjolan di daerah dadanya yang tertutupi gaun yang robek dan diwarnai oleh cairan merah darah, dia sedikit melebarkan kerah gaunnya untuk memastikan kalau itu hanyalah perasaannya saja. Namun dia tidak bisa mengelak lagi setelah melihatnya. Dia benar benar memiliki tumpukan daging yang menggantung di dadanya.

"Eh, jangan jangan di bawah juga!"

Dia sedikit panik dan mulai memegang selangkangannya, namun disana tidak ada sensasi tonjolan pedang Excalibur miliknya. Melainkan hanya rata dan sedikit terbelah di bagian bawahnya.

"Apa yang terjadi dengan tubuhku...!!!."

Dia berteriak sangat kencang sekali dengan seluruh keterkejutan yang dia rasakan, namun dia tidak menyadari kalau teriakannya itu terdengar oleh para Knight yang sedang berjaga di sekitarnya.

Para Knight itu datang kearahnya dan melihat rekannya jatuh di hadapan seorang Gadis anggun dengan rambut putih panjang, bermata putih dengan pupil merah darah.

Gadis itu melihat kearah knight full armor yang baru saja datang, dia memasang ekspresi heran mengapa harus ada seseorang yang memakai pakaian Knight di zaman tekhnologi.

"Eh tunggu dulu."

Gadis itu lalu berpikir sejenak, tentang apa yang akan terjadi.

"Ini sangat aneh sekali? Mengapa aku bisa ada disini? Padahal aku sedang di dalam perjalanan untuk mencari kerja sampingan."

Dia mulai berpikir, ada sesuatu yang aneh dengan ingatannya.

Mengapa memiliki tubuh wanita?

Mengapa dia bisa sampai di hutan seperti ini?

Mengapa? Mengapa? Mengapa? Mengapa?

Berbagai pertanyaan tentang berbagai hal di otaknya, namun ketika dia kembali untuk melihat keadaan sekitarnya. Gadis itu melihat tentakel hitam legam menusuk para Knight yang hendak menyerangnya.

Si Gadis mulai ketakutan dan gemetar karna dia baru pertama kali melihat sesuatu yang seperti itu sebelumnya, dia juga mulai berpikir kembali.

Mungkin setelah para Knight itu tertusuk, dirinyalah yang akan menjadi sasaran selanjutnya.

"Apa yang sedang terjadi...!!!"

Si gadis akhirnya memberanikan diri untuk melihat kearah asal tentakel tersebut. Mata gadis itu mengikuti panjangnya tentakel itu dan dia sampai pada kesimpulannya sendiri setelah melihatnya.

"Cacing ini, berasal dari tubuh ku... woaaa....!!!"

Gadis itu mulai berteriak sangat kencang lebih dari teriakan sebelumnya, dari setiap teriakannya. Itu memicu ke 14 tentakelnya untuk menghancurkan area di sekitar gadis itu, hingga 15 meter jauhnya. Tentakelnya berubah menjadi berbagai macam jenis bentuk dan kembali memancarkan aura yang sangat besar. Aura itu memperluas daya hancur kewilayah hutan tersebut, hingga kurang lebih dari 50 meter.

Setelah berteriak sangat kencang, gadis itu mulai kehilangan kesadarannya.

Selama 2 hari kejadian penghancuran itu, area tersebut menjadi tempat terlarang dan tidak boleh di lewati oleh siapa saja.

Tempat angker yang dimasa depan akan di jadikan tempat untuk membuat markas dari Organisasi yang sangat diburu dan di cari oleh banyak pihak.

Namun itu di masa depan yang akan mendatang, di masa sekarang pemimpin Organisasi itu masih terbaring di tempat dan tidak memiliki kesadaran.

Didalam hidupnya yang penuh dengan penderitaan dan kesedihan. gadis itu hanya bisa menerima dan pasrah dengan apa yang dia lakukan. Sungguh malang nasibnya, dan setelah itu dia juga sempat di bunuh. Namun bangkit kembali.

......................

Di tempat lain, di suatu taman bunga. Terdapat seseorang yang sedang duduk di tempat minum teh di tengah taman bunga itu.

Seorang laki laki berusia 16 tahun sedang menerima laporan dari anak buahnya. Laki laki itu mengerutkan kening

"Apa katamu...?! Kalian gagal menghabisinya...!!!"

"Saya mohon maaf tuan ku. Gadis itu entah mengapa malah terbaring lemah di tengah tengah kehancuran hutan. Dari hasil investigasi, target seperti di lindungi oleh sesuatu.

Pria remaja yang duduk di kursi mulai menyesap tehnya dan memikirkan apa yang telah terjadi, sehingga semuanya menjadi sangat sulit untuk di atasi.

"Apakah dia telah membangkitkan kekuatannya? Jika memang benar kekuatan telah bangkit dan dengan tidak sengaja menghancurkan hutan, maka itu akan menjadi situasi yang harus di tangani oleh pihak kerajaan."

Setelah berpikir demikian, dia mulai menatap bawahannya dengan mata penuh selidik. Laki laki remaja ini adalah orang yang sangat berhati hati kepada siapapun orang yang telah berhubungan dengannya.

"Kalau begitu, aku ingin kau mengurus semuanya kembali. Jangan sampai meninggalkan bukti apapun tentang penyerangan itu."

"Tu-tuan, apakah anda serius tentang itu? Sesungguhnya pihak kerajaan telah bergerak untuk mencari informasi tentang hancurnya hutan itu."

"Tentu saja, aku tidak ingin bukti sekecil apapun mengarah kepadaku. Bukankah aku sudah membayar kalian untuk itu, hah!!!"

"Ma-maafkan saya, tuan."

"Kalau begitu pergi lah..."

Laki laki itu memerintahkan anak buahnya untuk segera pergi dari hadapannya, anak buah itu mengangguk diam dan pergi dari lokasi.

"Ck, adik yang sangat merepotkan..."

Laki laki ini adalah kakak dari gadis yang di serang tadi, ia sepertinya sangat membenci adiknya karna suatu alasan, sehingga dia tega menyuruh seseorang untuk membunuhnya.

Karena dia memiliki adik perempuan yang sama sekali tidak berguna dan telah menjadi aib bagi keluarganya. Laki laki itu sering sekali menyuruh pelayan untuk merendahkannya dan menyiksanya, itu semua dilakukan untuk membuat mental adiknya down dan mengakhiri dirinya sendiri, namun

Yang menjadi masalahnya adalah. Mengapa di dalam siksaan dan hinaan para pelayan itu, Adiknya malah tersenyum dan menerima semua.

"Ya, selama dia tidak bilang kepada ayah dan ibu sih tidak apa apa. Karna dia adalah seorang wanita yang lembut dan bodoh, jadi aku tidak perlu khawatir. Yang paling penting saat ini adalah semua bukti itu harus di hilangkan."

Dia mulai menenangkan dirinya sendiri dan mulai manarik nafas dan menghembuskannya kembali.

"Hanzo..."

"Siap tuan muda."

Tiba tiba saja dia memanggil anak buahnya yang lain. Seseorang dengan pakaian ketat berwarna hitam muncul di belakangnya dan berlutut kepadanya.

"Aku ingin memberi tugas untukmu."

"Apa yang anda akan perintahkan, tuan muda."

"Tolong awasi orang yang baru saja pergi dari sini. Pastikan dia untuk menjalankan tugasnya. Setelah orang itu menyelesaikan tugasnya. Musnahkan dia!"

"Saya mengerti, tuan muda."

Pria yang berpakaian hitam itu segera menghilang dari tempatnya berada. sementara itu, dia kini menyesap tehnya yang mulai agak dingin dengan senyum di wajahnya.

Setelah kejadian di dalam hutan 2 hari yang lalu, gadis itu terbangun dari pingsannya.

Pertama yang dia lihat adalah atap atap rumah yang mewah, tapi ketika dia menghirup udara disekitarnya. Dia mencium aroma obat yang sangat menusuk hidungnya.

"Eh, mengapa aku ada di tempat ini?."

Setelah bertanya kepada dirinya sendiri, seseorang menghampirinya dan duduk di kursi samping tempat tidurnya.

"Nona muda, jadi anda sudah bangun? Bagaimana perasaan anda sekarang?"

"Ah, tidak. Kepalaku sepertinya terkena migrain."

"Apa? Migrain? Apa yang anda maksud dengan migrain?."

"Hm, apakah aku harus menjelaskannya. Bukannya semua orang tau migrain."

"Maaf kan aku, nona muda."

Gadis itu melihat kearah orang yang sedang berbicara denganya dan setelah itu, dia merasakan ada sesuatu yang aneh dengan orang itu.

"Mengapa dia yang memakai pakaian dokter, tapi tidak mengetahui apa itu migrain? Bodoh juga ada batasnya."

"Ehmm, Kalau begitu, aku ingin meminta air putih terlebih dahulu. Bisakah anda mengambilkannya untukku?"

"Baik, Nona muda. Mohon tunggu sebentar."

Dokter itu pergi untuk menuangkan air putih di meja perawatan.

"Dan cara penyebutan Nona Muda ini sedikit membuat ku malu sendiri. Aku ini lelaki loh, dan mengapa aku sekarang memiliki tubuh perempuan? Belum lagi..."

Dia lalu melihat sekeliling, ada banyak sekali cacing atau tentakel yang mengeliat kesegala arah.

"mengapa aku harus memiliki hal ini? Dan juga, mengapa wanita itu tidak melihatnya?."

Gadis itu lalu melihat wanita dewasa dengan menggunakan jas putih biasa dengan penampilan seperti dokter. Wanita itu membawakan air minum untuknya.

"Ini, Nona Muda."

"A-ya, te-terima kasih."

Gadis itu menerima air yang diberikan kepadanya, tapi entah mengapa dia merasa ada yang tidak beres dengan air putih yang di berikan oleh wanita itu.

"Apa sih perasaanku ini? Bukankah aku sedang haus? Kenapa aku malah tidak ingin meminum air putih ini?"

Salah satu tentakel di punggungnya segera menyentuh air tersebut. Setelahnya, gadis itu mulai mendapatkan detail dari apa yang tercampur di dalam air putih itu.

"Neuromuskular!. Apa apa an ini? Mengapa ada obat pelumpuh tercampur di air putih ini?"

Gadis itu segera meraih kerah wanita berjas putih itu dengan ekspresi marah.

"Oy, apa yang kau maksud dengan ini, hah!!! Mau ku bunuh kau?"

Segera salah satu tentakel yang mengeliat bebas bereaksi karena emosi gadis tersebut. Tentakel itu kurang dari 5 cm hendak menusuk mata kanan milik wanita itu.

"Hee, kau mengetahuinya ya. Kalau begitu maafkan aku, Nona muda. Aku tidak akan melakukan hal itu lagi."

"hah... Apa yang dia katakan dengan senyum seperti itu. Apakah otaknya sudah sedikit korslet."

Gadis itu lalu melihat tentakel yang berada tepat di depan mata wanita dewasa itu. Sedikit terbesit di benaknya untuk memberikan hukuman kepada wanita di depannya.

Secara tiba tiba, dia menarik tubuh wanita dewasa itu dengan paksa.

"Aaarrgg... Aaarrgggg ... Apa yang terjadi... Mataku... Mataku..."

Mata kanan wanita itu tertusuk oleh tentakel, darah mulai mengalir dari matanya dan mungkin itu akan menjadi kebutaan permanen untuk nya.

Setelah puas dia lalu melepaskan kerah wanita itu dan kembali ke pemikirannya.

"Jadi dia tidak bisa melihat cacing, tidak. Tentakel yang menempel di punggungku ya. Tentakel ini juga tidak bisa menyentuh seseorang ketika aku tidak memikirkan sesuatu tentang orang itu, namun tentakel ini akan merespon jika aku dalam situasi berbahaya... Hm, mungkin aku bisa menyimpulkannya seperti itu."

Setelah mengerti akan cara kerja dari tentakel itu, dia mulai beranjak berdiri dengan kedua kakinya dan menjauh darinya hingga beberapa meter lalu dia melihat wanita dewasa itu lagi.

"Hm, apakah aku terlalu sadis? Tidak, ini hukuman agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dimasa depan. Umu..."

Menganggukan kepalanya, gadis itu merasa kalau dirinya telah melakukan hal yang benar.

"Kau... Kau... Kau...!!! Berani kau melakukan semua ini kepada mata indah ku... Sialan!!!"

Wanita itu berteriak kepadanya dan menuduhnya telah melakukan sesuatu untuk menusuk matanya.

"Hmmm, kau sendiri. Apa yang kau mencampurkan di dalam minumanku? Apa lagi dengan santainya meminta maaf. Apakah otakmu sudah berada di dengkul, hah?!"

"Sialan untuk orang cacat sepertimu, kubunuh kau."

Braaak....

Pintu Ruangan tersebut di buka dengan paksa. Ternyata perdebatan mereka terdengar hingga keluar rumah.

"Apa yang terjadi disini...?!."

Seorang pria tinggi dan tampan. berusia sekitar empat puluh tahun, muncul dan bertanya apa yang terjadi di dalam ruangan ini. Pria ini memiliki postur tubuh yang terlihat gagah tanpa otot berlebih, Rambut berwarna coklat muda pendek yang disisir rapih, dengan mata putih pupil merah yang tajam.

Entah mengapa, gadis itu merasa pria yang datang adalah orang yang sangat dia hormati. Walaupun dia tidak mengenal siapa orang itu.

"Ini... Tuan, nona muda Luna telah melukai dan menusuk mata saya..."

Wanita dewasa itu mengambil kesempatan, dengan menuduh gadis itu melukainya. Memang benar juga dari ucapannya kalau gadis itu menusuk mata wanita itu, tapi menurut si gadis, dia masih bisa mengelak karna wanita dewasa itu tidak memiliki bukti.

"Tidak, Tuan...! Ini semua salahnya! Karna dia telah mencampurkan racun ke dalam minuman saya. Dan juga tidak ada bukti, kalau saya melukai matanya."

Gadis bernama Luna menunjuk kearah gelas minuman yang telah tercampur oleh racun pelumpuh. Namun Luna tidak mendapat jawaban apa apa dari pria dewasa itu.

Ketika Luna melihat wajah pria dewasa itu sekali lagi. Si pria itu terlihat memasang wajah sedih dengan mata yang menatap kepadanya.

"Eh, apakah pria tua ini cengeng. Aku tidak mengerti apa apa di situasi seperti ini."

Luna yang merasa heran dengan apa yang terjadi dan mulai merasa ada yang aneh, lalu dia kembali mengingat tentang perkataan yang di lontarkan oleh wanita dewasa itu.

"Tuan kah... Kalau dia tuan dan aku adalah nona muda. Apakah itu artinya aku anak dari pria ini?"

Luna yang bingung harus berbuat apa mulai terdiam dan mematung ditempat, namun tiba tiba wanita dewasa itu mengeluarkan pistol dan mengarahkannya kepada Luna.

"Matilah..."

Fiiiu...

Wuush...

Triing...

Peluru yang bersinar sebesar batu kerikil meluncur tepat kearah wajah Luna, salah satu tentakelnya dengan sigap bereaksi dan hendak menghalangi peluru itu, namun sebelum peluru itu mengenai wajah Luna. Pria yang di sebut tuan itu menangkis peluru tersebut.

"uwaaa, baru kali ini aku melihat seseorang bisa menahan laju peluru dengan pedang selain di film atau anime."

Wanita yang menembakan peluru itu terkejut, karna tuannya bisa menahan peluru flinlock tersebut hanya dengan pedang.

"Kau berani sekali ingin melukai Luna di depanku ya."

"Ti-tidak, tuan. saya tidak berniat seperti itu."

"Suamiku, wanita ini biar aku yang mengurusnya."

Tiba tiba saja wanita cantik dengan rambut putih masuk kedalam ruangan dengan sebuah pedang yang terlihat transparan.

"Nyo-nyonya, saya minta maaf."

"Tidak ada kata maaf untukmu. Setelah Kau mengerti itu, maka terimalah ini."

Slaasshh....

Pedang transparan yang terlihat seperti air itu, melesat dan memotong tubuh wanita dokter tersebut.

Sementara Luna yang masih di lindungi oleh tentakelnya melihat kejadian itu dengan postur tubuh yang tidak bergerak sedikitpun.

"ini pembunuhan kan, apakah di tempat ini di izinkan untuk membunuh seseorang dengan mudahnya? Tapi waktu itu juga aku membunuh beberapa Knight sih, tidak hukan aku tapi tentakel ini."

Luna teringat tentang dia yang masih berada di hutan, ketika dia masih bingung tentang tubuhnya dan tentakelnya.

"Luna, apakah kamu baik baik saja sayang."

Wanita yang baru saja datang itu segera memeluk Luna, entah mengapa wanita itu bisa menembus tentakelnya.

"Seperti yang ku harapkan, jika orang tersebut memiliki niat jahat, maka tentakel ini akan bereaksi dan menjadi tembok yang bisa menghalangi seluruh serangan musuh. Tapi jika orang itu tidak memiliki niat jahat, maka tentakel ini akan bertindak pasif."

Luna berpikir demikian sembari di peluk oleh wanita cantik itu dengan erat. Awalnya Luna merasa sedikit nyaman di pelukan wanita itu. Namun setelah beberapa lama, pelukan itu semakin kuat. Membuat Luna tidak bisa bernafas dan menepuk kecil punggung wanita itu.

"Aaduhhh aduhh aduhh... Sakit sakit..."

Setelah wanita itu mendengar Luna merintih kesakitan, dia mulai melepaskan pelukannya.

"Maaf Luna, apakah kamu baik baik saja? Apakah ada yang terluka?"

Wanita itu mengecek seluruh tubuh Luna dan mengangkat sedikit rok pakaian pasiennya, Luna yang awalnya memang laki laki tidak lah malu dengan hal itu. Namun wanita berambut putih cantik itu terkejut karena Luna tidak bereaksi seperti biasanya.

Luna di mata wanita itu, adalah seorang wanita yang sangat pemalu dan lembut. Namun ketika dia melihat Luna yang sekarang terlihat agak berubah. Dia mulai sedikit waspada kepada Luna.

"Apakah kamu Luna?."

"Luna? Siapa? Dan juga kalian berdua siapa?."

Luna sendiri tidak tahu, kalau dirinya bernama Luna. Tetapi untuk saat ini, dengan memanfaatkan segala macam kondisi.

Luna mencoba untuk bermain bodoh dan ingin sedikit mengorek informasi dari mereka berdua.

"Jangan jangan?."

"Kenapa sayang? Apa yang terjadi dengan Luna?"

Pria dan wanita itu berbicara satu sama lain dengan rasa penasaran yang mulai tubuh di pikiran mereka.

"Apakah kamu mengenal nama Luna El Laxion?."

Luna memiringkan wajahnya, karna memang tidak mengetahui apa apa tentang nama itu.

"Ternyata benar, sayang. Anak kita telah mengalami lupa ingatan."

"Lupa ingatan?"

"Benar. aku tidak mengetahui apa penyebabnya, tetapi ada kemungkinan kepalanya terbentur sesuatu yang keras ketika insiden perampokan kemarin."

"Tidak mungkin, Luna sayang. Apakah kamu mengenali ibumu ini nak?."

"Eh... Maaf tapi aku bahkan tidak tahu mengapa aku ada disini. Aku juga tidak tahu diriku siapa?"

"Baiklah, untuk sekarang. Kamu harus istirahat terlebih dahulu. Sini ayah antar ke kamar kamu."

Pria itu hendak mengendong Luna, tapi Luna menghindari lengannya karna tidak ingin di gendong. Walaupun tubuhnya masih kecil dan berusia 12 tahun, tapi dia memiliki mental usia 18 tahun. Dia juga bisa merasakan malu jika di gendong oleh laki laki atau perempuan.

"Tidak, aku akan jalan sendiri..."

"Ehh..."

Pria yang mungkin adalah ayahnya merasa heran. Biasanya Luna adalah orang yang sangat manja jika bersama ayahnya dan selalu ingin di gendong. Tapi kini dia menolak.

Ayahnya mencoba untuk memancing ingatan Luna yang telah hilang, namun memang ingatan Luna juga tidak sepenuhnya hilang.

Dia ingat beberapa hal tentang siapa saja yang telah berbuat baik dan jahat kepadanya, terutama para pelayan dan beberapa Knight yang berada di bawah perintah kakaknya.

Ketika Luna sampai di koridor rumah miliknya, dia merasa sangat asing dengan tempat ini.

"Ini terlalu besar oy. Tempat ini mirip seperti museum yang di tahun dua ribuan. Walaupun ada beberapa barang yang sedikit aku kenal seperti telepon rumah dan barang barang antik lainnya, tapi tetap aja. Apakah tepat ini tidak ada barang Electronik?."

Para pelayan membukakan jalan dan membungkuk, ketika mereka bertiga lewat.

Ibu Luna ikut mengantar kan Luna kekamarnya, Luna sendiri tidak keberatan tentang hal itu.

Tiba tiba saja, seorang anak muda berusia 16 tahun muncul dihadapannya. Dia hampir mirip sekali dengan ayah Luna yang memiliki rambut Coklat bermata hijau.

"Selamat atas kesembuhan mu adik manis ku, ayah, ibu. Dari sini biar aku yang mengantarkan adik kecil manis ku kekamar."

"Tidak... Itu tidak perlu..."

Luna segera menolak ajakan pemuda yang mungkin adalah Kakak kandungnya secara langsung dan tegas.

"Eh... Apa katamu?."

"Aku bilang tidak perlu... Apakah kau mengerti...!"

Luna mulai menaikan suaranya, karna ketika dia masih bersekolah dengan tubuh laki laki. Dia memang sering melakukan intimidasi seperti ini. Kakaknya mulai menaikan alisnya, karena tidak menerima dirinya di tolak oleh adik kandungnya sendiri.

"Wild... Tunggu kami di ruang keluarga. Ayah ingin memberitahumu mengapa Luna menjadi seperti ini..."

"Baik, ayah."

"Kalau begitu, ayo Luna, kamu harus segera beristirahat ya."

Luna tanpa menjawab segera berjalan, mengikuti arah yang di tunjukan oleh ibunya.

Setelah sampai di pintu kamarnya, ayahnya membukakan pintu itu untuk Luna. Dalam sekejap Luna terkejut dengan pemandangan kamarnya, dia lalu masuk kedalam kamar itu,.

Terlihat ruangan yang sangat mewah dan lebar, dengan dinding tembok yang dilapisi oleh kertas berwarna putih bercorak emas, tempat tidur yang terlihat nyaman dan muat untuk 5 orang dan juga tambahan kamar mandi, meja untuk berdandan, meja belajar dan tempat untuk meminum teh.

"Ini sangat luas..."

Luna bergumam demikian sembari melihat sekeliling, dia yang dahulu tidak pernah melihat kamar yang semewah ini. Bahkan tempat tidurnya dulu adalah kasur yang di pakai untuk berolah raga di sekolahnya.

"Ini adalah kamarmu loh."

"apakah kamu ingat sesuatu tentang kamar ini?."

Ayah dan ibunya mulai memancing ingatan Luna, tapi Luna yang memang asing dengan kamar mewah ini, sedikit mengerutkan keningnya. Karna dia tidak ingat sama sekali ingat apapun, dia hanya mengingat orang orang yang baik dan jahat kepadanya.

"Tidak perlu memaksakan diri untuk memikirkan semuanya Luna, kamu bisa beristirahat terlebih dahulu."

"Baik, kalau begitu. Selamat malam tuan dan nyonya-. Ehem, ayah dan ibu selamat malam."

"Y-ya, kalau begitu kami pamit ya."

Luna mengangguk dan tersenyum manis di hadapan mereka berdua.

Setelah mereka berdua pergi dan menutup pintu, Luna berbalik dan melihat sekitar...

"Huh, luasnya. Mungkin ini bisa menyamai setengah lapangan futsal, tidak. Mungkin 80% dari lapangan futsal."

Dia bergumam setelah mengukur kamarnya dengan penglihatannya, dia lalu beranjak untuk ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum memikirkan semua yang telah terjadi pada dirinya.

Dia kini masih mengenakan baju piyama yang berwarna biru muda dan sedikit pudar, dia membuka piyama itu secara perlahan dan berjalan menuju ke kaca full body.

Dia melihat bentuk tubuhnya di kaca itu dan memang benar, dia saat ini memang memiliki tubuh gadis kecil berusia 12 tahun pada umumnya. Namun yang membedakan tubuhnya dengan tubuh yang lainnya adalah.

Payudara yang sedikit agak besar, ini sangat tidak cocok untuk penampilannya. Tubuhnya sangat langsing dengan rambut putih dan pupil mata berwarna merah darah.

Mata dan rambutnya masih terlihat mirip dengannya di tubuh laki laki dia sebelumnya.

"Mungkin ini C-cup atau mungkin B-cup kah. Aku tidak terlalu mengerti dengan ukuran seperti ini, tapi jika aku yang dulu melihat tubuh gadis telanjang seperti ini. Mungkin aku akan sedikit mimisan dan pingsan setelahnya."

Dia bergumam setelah melihat besar dadanya yang tidak normal dan melihat ke bawahnya, lebih tepatnya ketengah selangkangannya. Ia lalu melebarkan sedikit pahanya.

"Astaga!!! Pedang Excalibur ku benar - benar menghilang tertelan bumi. Apa yang telah terjadi kepada tubuhku ini."

Setelah itu, dia segera mandi dan membersihkan tubuhnya.

...----------------...

Di ruang keluarga rumah yang Luna tempati. Terdapat 3 orang yang sedang duduk di sofa mewah, berwarna Merah cerah dengan corak Emas.

Pertama adalah dia yang mengaku dirinya adalah ayahnya Luna. Dia bernama Claus El Laxion.

Dia adalah kepala keluarga dari keluarga Count Laxion.

Kedua adalah wanita yang mengaku sebagai ibu dari Luna. Bernama Maria El Laxion. Istri sekaligus ibu dari kedua anak keluarga Laxion.

Terakhir adalah Wild El Laxion, anak pertama dan sekaligus penerus keluarga Laxion.

Mereka duduk dan ingin bertukar pikiran satu sama lain tentang keadaan Luna El Laxion yang masih dalam masa perawatan.

"Ayah, Ibu. Aku ingin tahu mengapa Luna telah berubah, bahkan nada lembut yang biasanya menjadi sedikit kasar sekarang."

Wild segera ingin bertanya tentang sifat Luna, si adik perempuannya yang sedikit berubah.

"Itu lah yang ingin ayah katakan. Dia sepertinya telah hilang ingatan, Wild."

"Hah!!! Hilang ingatan apakah itu benar ayah?."

"Ya... Dia bahkan tidak mengenal namanya sendiri, bahkan dia menolak untuk-, ehem. Dia bahkan tidak mengenali Ayah dan ibu."

"Sayang? Apakah Luna akan segera sembuh?."

Maria El Laxion sedikit khawatir dengan kondisi anaknya, Luna El Laxion yang saat ini di duga kehilangan ingatannya.

"Hm, dari yang aku tahu. Mungkin harus ada pemicu untuk dia mengingat kembali apa yang telah terjadi kepadanya."

"Lalu bagaimana dengan pendapat dokter yang telah ku sewa, ayah? Aku sengaja mendatangkan nya hanya untuk menangani Luna, Ayah?."

Wild segera menanyakan seseorang wanita dokter yang dia sewa untuk mengobati Luna, dia juga yang menyuruhnya untuk memberikan racun pelumpuh sementara ketika Luna terbangun sebelum hari esok di pagi hari.

"Dia telah ibu bunuh."

"Ehh...?."

"Dia mencoba untuk meracuni adikmu. Ibu tidak punya pilihan selain membunuhnya."

Wild gemetar karna syok, dia sendiri yang telah memanggil dokter itu untuk menjalankan rencananya. Namun dia tidak berpikir jika dokter itu akan ketahuan dan di bunuh oleh ibunya sendiri.

"Racun?."

"Setelah ayah memperhatikan kembali, racun yang telah dia berikan kepada Luna adalah racun untuk melumpuhkan saraf tubuh untuk sementara. Mungkin efeknya tidak terlalu lama, tapi dia juga menembakan flinlock kepada Luna."

Ayahnya meneruskan dengan investigasinya terhadap racun yang telah diberikan kepada Luna.

"Tapi ayah, bukankah ini sangat aneh? Mengapa dokter itu menembakan flinlock kearah Luna?."

"Itu karna sepertinya Luna telah melukai mata dari dokter itu, tapi ketika ayah lihat dengan apa Luna melukainya. Tidak ada barang bukti apapun tentang senjata apa yang digunakan olehnya."

"Melukai matanya?"

"Itu adalah hal yang wajar untuk dokter yang berusaha mencelakakan Luna."

Ibunya mendukung apa yang Luna lakukan, walaupun memang belum terbukti bahwa Luna telah melakukan kekerasan terhadap dokter wanita tersebut.

Wild merasa tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh ayah dan ibunya, dia mulai mencurigai Luna dan mungkin dia akan sedikit mewaspadainya.

"Apakah ini semua di akibatkan Luna yang telah membangkitkan kekuatan ilahinya? Ayah, ibu?."

"Dia sudah melewati masa pembangkitan kekuatan ilahi, aku rasa itu tidak lah mungkin, tapi."

"Benar sayang. Kita harus mengeceknya terlebih dahulu."

Masa pembangkitan kekuatan ilahi seorang adalah diusia 5 hingga 10 tahun. Jika anak yang berusia lebih dari 10 tahun belum juga membangkitkan kekuatannya, itu berarti dia akan di sebut sebagai manusia buangan.

Bahkan penduduk biasa yang tidak memiliki darah bangsawan saja, tetap bisa membangkitkan kekuatan mereka. Sedangkan Luna El Laxion, seseorang yang memiliki nama dan darah bangsawan, tapi dia tidak bisa membangkitkan kekuatan karena tidak pernah berterus terang dengan kekuatannya.

Alhasil, dia terus saja di hina dan di anggap sebagai aib bagi keluarga Laxion. Para bangsawan hanya melihat seseorang dengan kekuatan saja, mereka tidak menerima keberadaan Luna yang telah mencoreng nama kebangsawanan.

Bahkan kerajaan juga sempat ingin menjatuhi hukuman pengasingan kepadanya setelah dia lulus sekolah.

Pihak kerajaan ingin Luna mengetahui bahwa keluarga bangsawan selalu identik dengan kekuatan mereka.

Jadi pihak kerajaan ingin Luna menyadari kalau seseorang yang tidak memiliki kekuatan akan di sebut tidak berguna.

Para bangsawan itu juga tidak ada yang mengizinkan anaknya untuk berteman dengan Luna.

Bahkan di pesta ulang tahun Luna yang ke 10 juga, tidak ada yang datang kepestanya, Luna hanya merayakannya selain kedua orang tuanya. Sungguh malang, walaupun wajahnya memang di bilang tingkat atas, tapi jika dia tidak memiliki kekuatan. Itu sama saja dengan sampah di mata orang semua orang.

••

Setelah selesai mandi, Luna memutuskan untuk berganti pakaian. Namun ketika dia membuka lemari pakaian yang ada di kamar itu, dia hanya menemukan 5 pakaian saja.

"Hah!!! Rumahnya sih oke lah bagus menurutku. Walau disini tidak ada barang elektroniknya. Tapi apakah gadis ini tidak memiliki selera? Tunggu bukan itu..."

Kepala Luna berdengung seakan dia mengingat sesuatu,

"Ini, Apa ini!" Gumamnya setelah dia melihat gambaran di dalam kepalanya.

"Huh, sepertinya ini kenangan dari orang yang memiliki tubuh ini sebelumnya? Aku juga tidak tahu detailnya, tapi sepertinya para pelayan di kediaman ini tidak ada yang menghormatinya."

Di dalam gambar kenangan ini, dia melihat kalau para pelayan sering mencuri pakaian Luna padahal pakaian tersebut adalah pemberian ayahnya.

Mereka hanya menyisakan kelima pakaian ini untuk Luna dan agar tidak di ketahui oleh ayahnya.

"Para pelayannya ya, tapi yang lebih anehnya lagi. Para pelayan tidak akan dengan mudah melakukan hal seperti ini, pasti ada sesuatu yang melindungi mereka di saat seperti ini," Dia mulai memikirkan sesuatu yang berbeda.

Di kepalanya sekarang ini, dia hanya memiliki beberapa pertanyaan.

Mengapa para pelayan itu berani mencuri?

Kenapa sampai sekarang mereka masih belum ketahuan?

"Ternyata firasatku memang benar, kalau laki laki tadi itu adalah dalang di balik semua ini. Ada kemungkinan dia mengetahui hal ini, tapi dia tidak melakukan apapun soal ini."

Luna berpendapat kalau kakaknya telah menutupi kejadian pencurian ini, dia bahkan memiliki firasat kalau laki laki tadi itu juga mendukung para pelayan itu

"Tapi, kenapa pemilik tubuh ini sebelumnya hanya diam saja? Aku tidak terlalu mengerti tentang apa yang di pikirkan, tapi ketika melihatnya di siksa oleh para pelayan," mengelengkan kepalanya.

Dia memang bisa memikirkan apa yang di pikirkan oleh gadis ini sebelumnya, tapi ketika dia melihat lebih dalam kearah wajah gadis itu.

Dia terpaku melihat senyum manis dari bibir gadis tersebut walaupun sedang dipukuli oleh mereka.

"Cantiknya"

Apakah dia bidadari?

Itulah yang ada di pikirannya saat ini, dia benar benar terpaku atas kecantikan gadis ini.

Dia lalu tersenyum dan memutuskan apa yang harus dia lakukan mulai kedepannya, dia ingin mencari solusi untuk membantu tubuh gadis ini untuk kembali mendapatkan kehormatannya.

L

"Mata di bayar mata ya, Tidak. Moto itu masih terbilang lemah. Aku harus membuat prinsip yang lebih tegas dari mata di bayar mata,"

Luna akhirnya mengambil salah satu pakaian di lemari tersebut dan memakainya sambil berpikir.

"Jika mereka hendak mengusik tubuh ini lagi kedepannya, aku akan membuat mereka membayar lebih dari pada perlakuan yang akan mereka lakukan kepadaku." Gumamnya sembari mengepalkan telapak tangannya yang mungil.

"Membunuhnya saja tidak akan cukup untuk membayar, aku akan menghancurkan semuanya mau itu fisik, atau mentalnya, pokoknya aku akan menghancurkan seluruhnya, Umu umu" Dia lalu melakukan gerakan meninju kedepan.

Dirinya yang merasa iba kepada pemilik tubuh ini sebelumnya, kini membuat prinsip baru di kehidupan yang baru.

Dia lalu memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya dan bersiap untuk mewujudkannya di esok hari.

"Jika kau ingin mengambil tubuh ini kembali. Kau juga harus membayarnya 2 kali lipat loh, Luna El Laxion."

Dia berbicara dengan bayangannya sendiri di dalam kaca full body yang ada di samping lemari.

Setelah menutup kembali lemarinya, Luna ingin segera memulai apa yang dia ingin lakukan selanjutnya.

"Sekarang! Mari kita melakukan Eksperimen kecil untuk menguji coba para cacing, tidak. Para tentakel ini."

Luna duduk di salah satu kursi dan dia memegang salah satu tentakel hitam yang menggantung di punggungnya.

"Hm, rasanya seperti memegang sebuah daging mentah. Tapi ini tidak mengeluarkan darah atau lendir apapun."

Dia meremas gumpalan daging itu dan mencubitnya,

"Tidak bereaksi sama sekali," Gumamnya.

Setelah itu Luna melihat sekeliling, dan menemukan sebuah guci usang di pojokan kamar.

Luna mengerahkan tentakelnya untuk menghancurkan guci itu, tak lama berselang tentakelnya bergerak dan menghancurkan guci tersebut.

Braaaak...

"Keras! Apa ini, mengapa dia berubah menjadi sangat keras?" Gumamnya heran setelah merasakan daging itu mengeras.

Tak lama kemudian daging itu melembutkan dirinya lagi seperti semula, dia mengusap usap daging itu dan melihat ukurannya yang sangat panjang dan tebal.

Luna miliki pemikiran untuk mengadu tinjunya dengan tentakel itu, setelah berpikir lama dia membuat gambaran di kepalanya seakan tentakel itu mengeras dan langsung meninjunya.

Aww, aduh duh. Ini sangat menyakitkan," rintihnya setelah memukul daging tersebut.

Salah satu tentakel berbeda mulai bergerak dan menyentuh lengan Luna yang merasakan sakit, kemudian daging itu secara ajaib menghilangkan rasa sakit di tangannya.

"Ohh, penyembuh kah! Keren! Hm, jika saja kamar ini memiliki serangga seperti kecoak atau tikus. Aku mungkin bisa bereksperimen kepada mereka, tapi tempat ini terlihat sangat bersih. Mana mungkin hama seperti mereka akan muncul begitu saja," Gumamnya dan memandang area sekitar kamarnya.

Luna lalu menatap kearah guci yang sudah dia hancurkan barusan.

"Hm, jika guci pecah itu dilihat oleh seseorang. Mereka pasti menyalahkan aku karena telah merusaknya, apa yang harus aku lakukan ya. Membuangnya? Atau memperbaikinya?. Tidak, guci ini sih seharusnya dibuang-"

Tak lama setelah Luna memikirkan apa yang harus dia lakukan kepada guci tersebut, tentakel yang memiliki kemampuan penyembuh itu bergerak kearah guci dan menyentuh guci itu.

Perlahan lahan Guci tersebut menyatu kembali seperti sedia kala, seolah benda itu tidak pernah dihancurkan. 

Luna terkejut melihatnya, karna ini baru pertama kali dia melihat hal semacam itu.

"Keren keren! Apakah ini berkat dari kemampuan tentakelnya? Aku tidak mengerti apa yang terjadi, tapi mungkin memang benar" gumamnya dengan nada bahagia.

Luna menarik kembali tentakel itu dan mengelusnya, tentakel tersebut mengeliat kecil merespon dengan bahagia.

"Ini mungkin kemampuan yang luar biasa. Aku bisa membeli barang yang rusak dengan harga murah, memperbaikinya, dan menjual dengan harga di atasnya."

Luna membayangkan hal itu dengan menutup matanya untuk melihat gambaran di masa depan namun,

Di dalam pandangannya yang gelap, ia bisa melihat empat nama dengan tulisan berwarna putih.

Luna sedikit terkejut dan membuka matanya kembali, tulisan itu menghilang dari pandangannya.

"Nama?"

Luna menutup matanya lagi, dan kembali muncul daftar nama di dalam bayangannya itu.

"Apakah ini adalah nama dari tentakel milikku? "

Sebelah kanan :

Purity _

Humility _

Mercy _

Perseverance _

Courage _

Kindness _

Wisdom _

Sebelah kiri :

Lust _

Gluttony _

Greed_

Sloth _

Wrath_

Envy _

pride _

"Uwa... Ini adalah nama dari kebajikan dan Dosa didalam ajaran agama tertentu?"

Luna membaca seluruh keterangan dari keempat belas nama itu, dia akhirnya mengerti tentang kekuatan dari setiap Tentakelnya dan akhirnya memahami.

Setelah selesai Luna merasa kantuk yang sangat berat, dia berdiri dan berjalan kearah kasurnya untuk tidur.

Setelah terbaring, mengunci pintu kamarnya dengan menggunakan tentakelnya dan kini dia mematikan lampu di dalam kamarnya.

"Heee, sangat praktis. Para kaum rebahan pasti menginginkan tentakel ini untuk kebahagiaannya sendiri."

Setelah bergumam seperti itu, dia menarik selimutnya dan mulai tertidur pulas.

...****************...

Pagi tiba dan Luna membuka matanya secara perlahan dan terbangun dari tempat tidurnya.

"Hoa... Sudah pagi ya?."

Melihat sekeliling dan tidak menemukan pandangannya masih mirip seperti saat sebelum dia tidur.

"Rupanya semalam itu bukan mimpi ya," Gumamnya dan kemudian dia membuka gorden jendela kamarnya.

Pemandangan di depan matanya adalah taman bunga yang di hiasi oleh sinar matahari yang cerah di pagi hari.

Luna beranjak mandi dan mengenakan pakaian yang ada di lemarinya, dia keluar kamar dan hendak berjalan jalan di taman bunga yang dia lihat.

Ketika dia melewati seorang pelayan yang sedang membersihkan kaca, pelayan itu menghalangi langkah Luna dan menyodorkan kain lap dan ember berisi air kepada Luna.

"Apa ini?" Luna bertanya kepada pelayan perempuan itu dan sedikit menyipitkan matanya.

"Karna kau telah melewati tempat ini, seluruh koridor yang telah aku bersihkan menjadi kotor lagi. Karena itu kau harus membayarnya dengan membersihkannya lagi," balas pelayan itu dengan nada sedikit mencela Luna.

"Jika aku membersihkan tempat ini? Apa yang akan kau lakukan, hah?."

Luna mulai menaikan suaranya kepada pelayan itu, karena si pelayan memulai untuk memancing emosinya.

Jika Luna di masa lalu dengan tubuh laki laki, dia tidak akan bisa memukul perempuan. Tapi sekarang sedikit berbeda ceritanya, selain sesama perempuan, dia juga bisa memukul laki laki.

"Sungguh aku kadang kadang sangat iri dengan wanita, karna bisa bebas memukul siapapun."

"Aku akan mengawasi mu, karna itu cepat patuh lah atau aku akan menyebarkan romor tentangmu yang anak cacat, aib bagi keluarga Count Laxion. Sungguh memalukan."

"Masa bodo tentang hal itu dan juga. Jika kau tidak bekerja, maka kau akan memakan gaji buta. Apakah kau mengerti perihal gaji buta?! Atau kau memang orang yang sangat bodoh yang tidak mengetahui hal semacam itu."

"Anak cacat sepertimu...!!!"

Pelayan itu hendak menampar pipi Luna, namun sebelum itu, Luna menendang perut pelayan tersebut hingga dia merasa kesakitan. Tidak hanya itu, tentakel miliknya juga tengah bersiap untuk menghabisi pelayan itu.

"tahan..."

Luna memerintahkan tentakelnya untuk tidak membuat kekacauan yang lebih parah dengan membunuh pelayan itu di hadapan pelayan lainnya.

"Diam lah dan bekerjalah dengan giat. Jika kau selalu bekerja seperti ini, derajat mu yang sebagai babu itu tidak akan pernah meningkat, kau tahu itu?"

"Apa kau bilang! Kau ingin mati ya..."

"Kalau aku bilang aku ingin mati, maka apa yang akan kau lakukan, hah?!"

Luna memelototi pelayan itu dengan tatapan tajam dan sedikit mengintimidasi pelayan itu.

"Huh Luna Luna, kau seharusnya mengabaikan saja dia. Jangan peduli apa kata orang, yang terpenting adalah apa yang ingin kau lakukan," Pikir Luna yang hendak berjalan untuk menjauh namun.

Pelayan itu, mulai mendekat kearah Luna dan ingin memukulnya dengan sekuat tenaga. Di kepalan tangan pelayan itu terlihat seperti mengeluarkan cahaya redup, tanda dari kekuatan ilahi di aktifkan di sana.

Luna sendiri belum mengetahui tentang kekuatan ilahi itu dan hanya menghindarinya dengan gerakan sederhana.

"Lambat."

Luna menghindari pukulan itu dan balik memukul tepat di bagian leher pelayan tersebut.

Bughhh....

Uhuueek....

Pelayan itu mulai terjatuh karna titik vitalnya terkena oleh tinju Luna. Belum lagi kepalan tinju yang di hindari oleh Luna, membentur tentakel yang sekeras baja.

Dia memuntahkan darah dari mulutnya dan lengannya sedikit bengkak, tapi itu semua sudah bukan lagi urusan Luna.

"Mereka sepertinya memang sudah terbiasa memperlakukan Luna seperti ini. Mungkin jika aku bisa bertemu dengan Luna yang asli pemilik tubuh ini, aku akan sedikit menegurnya, tapi ya sudah lah."

Luna lalu pergi menuju halaman untuk melatih tubuhnya yang sedikit lemah ini.

"Bergantung kepada Tentakel memanglah lebih mudah, tapi jika tidak di barengi dengan kekuatan fiksi dan teknik bela diri murni. Itu semua akan percuma." Gumam Luna sembari pergi dan mengabaikan rintihan pelayan tersebut.

Setelah meninggalkan pelayan yang menyebalkan itu, Luna kini telah sampai di taman. Dia ingin sejenak menikmati pemandangan taman bunga tersebut, tapi dia mengurungkannya karna satu hal.

"Banyak tatapan tidak mengenakan di sekitar sini, mungkin aku akan pergi keluar deh."

Luna berjalan ketempat latihan para Knight untuk melatih tubuhnya.

"Tubuh ini juga terlihat sangat lemah, jika aku tidak membiasakan diri secepatnya. Aku mungkin akan menyesal di masa depan."

Setelah sampai di tempat latihan para prajurit, Luna berjalan ke tempat penyimpanan senjata dan mengambil pedang kayu. Para Knight dan tentara melihat sosok Luna dengan tatapan heran.

-mengapa nona muda ada disini?

-bukankah nona muda sering berada di kamarnya?

-dia itu sering membantu para pelayan, dia memang nona yang baik hati.

Gumaman para Knight dan tentara terdengar oleh Luna.

"Aku bisa mendengar kalian loh, tapi aku juga terkejut. Selain Knight yang waktu itu di tusuk oleh tentakelku. Para Knight di sini terlihat sangat peduli dengan denganku."

Luna lalu mengambil pedang kayu dan bersiap kelapangan, dia menghunuskan pedang kedepan beberapa kali. Karena sebelumnya. Luna yang masih di tubuh laki laki, dia pernah di latih seni bela diri kendo, linggar, dan semua persenjataan jarak dekat dan jauh. Jadi dia sudah mulai terbiasa dengan alat alat itu.

"Oya oya... Nona muda, sepertinya ini pertama kali anda berada di tempat pelatihan..."

Setelah Luna selesai pemanasan dan hendak berteduh sebentar, dia di sapa oleh salah satu Knight dengan tubuh yang terlihat kurus dan langsing.

Knight itu mengajak Luna berbicara dengan nada ramah, namun entah mengapa Luna langsung mengerti niat dari Knight tersebut.

"Dia tidak baik."

"Ah... Aku-, saya hanya ingin berlatih dengan menggunakan pedang. Apakah saya menggangu para Knight lainnya?"

Luna mengubah gaya bicaranya, menjadi lebih halus. Ia ingin memberikan kesan baik, pada seluruh tentara yang ada di tempat ini.

"Hm, sebenarnya anda bebas untuk menggunakan tempat ini. Saya hanya tidak ingin anda terluka seperti beberapa hari kemarin."

"Ah... Terima kasih atas perhatiannya, kapten. Kalau begitu saya akan pamit terlebih dahulu."

Luna ingin segera menjauh dari orang ini, dia merasa akan sangat buruk jika terus berurusan dengan Knight ini.

"Tunggu nona muda. Jika anda sedang berlatih, bagaimana jika kita latih tanding terlebih sebentar. Saya ingin sekali melihat kemampuan berpedang anda. Saya berjanji setelah duel ini, saya akan mengajarkan anda cara bertarung ala Knight."

"Ah tidak... Sebenarnya itu tidak-."

Luna ingin menolak tawaran Knight itu, tapi dia memikirkan sesuatu tentang apa yang dia akan lakukan selanjutnya.

"Baik lah kalau begitu."

"Nona muda sangatlah pemberani. Kalau begitu, aku akan mengunakan pedang kayu. Nona muda silakan gunakan pedang asli."

"Eh, apakah tidak apa apa?."

"Hahaha, apakah nona mengkhawatirkan saya?"

"Tidak, hanya saja..."

"Nona tidak perlu mengkhawatirkan saya dan mari kita mulai."

"Dia sepertinya berniat mempermalukanku dengan mengalahkanku dalam sekali serangan. Itu juga bisa di pastikan kalau dia ingin membalaskan dendam rekannya yang kemarin mati kah, atau mungkin dia mempunyai alasan lain. Sejak memiliki tubuh wanita ini, mengapa aku selalu tidak percaya diri ketika orang lain melihatku ya."

Setelah berpikir seperti itu, Luna mengambil jarak 5 meter dari Knight itu. Ia mulai bersiap untuk beradu pedang dengan lawannya.

"Kamu yang di sana! Saya ingin kamu menjadi wasit."

Luna menunjuk salah satu Knight yang terlihat sedang menganggur, Luna juga berpikir apakan dia giat latihan atau tidak.

Knight itu maju dengan sedikit gugup dan berjalan ke tengah tengah di antara Luna dan kapten Knight.

"Baik lah, Nona muda. Kalau begitu."

Keduanya terlihat sangat bersiap, tapi tetap saja, Luna bisa melihat kapten itu tersenyum kepadanya dengan cara yang aneh.

"Ready... Fight..."

Keduanya maju dengan pedang masing masing. Pedang asli dan pedang kayu memiliki beratnya yang sangat berbeda.

Karena Luna memahaminya dari ingatan lamanya ketika dia belajar kendo, dia jadi mengerti tentang hal itu dan segera meniru gaya dari guru nya di Dojo tempat dia berlatih.

Sebelum Luna menebas pedang milik kapten itu, Luna sedikit menyenggol pedang kayu milik si kapten.

Karena kecepatan serangan yang di lancarkan oleh kapten itu lumayan tinggi, Luna memperhitungkan arah dari tebasannya dan sedikit mengubah arah lintasan pedang kayu itu.

Setelah memastikan pedang itu terangkat ke atas dan menebas udara, Luna segera menebas perutnya dengan bagian datar di bilah perang tersebut.

Bugh...

Aaarrggghhh...

Kapten itu memuntahkan udara dan jatuh setelah perutnya di pukul oleh pedang di tangan Luna.

"Pe-pemenangnya Nona muda Luna..."

Para Knight yang menonton terkejut oleh gerakan Luna yang sangat sederhana namun tepat sasaran dan berhasil mengalahkan kapten knight yang bisa di bilang top sepuluh terkuat di deretan Knight keluarga Laxion.

"Huh, tidak buruk. pak Kapten, saya izin untuk under diri.

"Tunggu!"

"Apa lagi kapten, anda sudah kalah."

"Apa katamu, itu adalah permulaan. Duel resmi adalah 3 pertandingan mutlak. Bukan begitu, nona muda."

Apa yang dia katakan?

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!