NovelToon NovelToon

One Night Mistake, Love And Revenge

One Night Mistake

"Tangkap gadis itu untukku!" seorang pria berteriak dan tampak marah setelah mendapatkan informasi dari anak buahnya.

Pria itu adalah Austin Barnard dan dia adalah seorang pemimpin organisasi berbahaya di Italia. Kemarahannya bukan tanpa alasan, dia baru saja mendapat laporan jika anak buahnya gagal mendapatkan Aiden yang telah membawa kekasihnya pergi sejak beberapa hari yang lalu.

Dia dan Aiden adalah rekan bisnis dan entah karena apa, Aiden mengkhianati dirinya tanpa alasan. Dia sudah mencari di segala tempat namun Aiden cukup licin oleh sebab itu, Alicia Stainler harus menggantikan kakaknya menerima kemarahan darinya.

Alicia yang tak tahu apa pun dengan apa yang kakaknya lakukan, baru saja pulang bekerja. Seperti biasa, dia akan berjalan kaki menuju halte bus yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempatnya bekerja.

Itu kegiatan yang dia lakukan hampir setiap hari namun malam ini, ada yang berbeda karena dia diikuti oleh beberapa orang pria yang diutus oleh Austin untuk menangkap dirinya.

Alicia berusia 22 tahun, dia memang masih muda tapi dia memiliki karier yang cemerlang. Dia dan Aiden tinggal bersama karena kedua orang tua mereka memang sudah tiada namun sudah beberapa hari belakangan, Aiden tidak lagi pulang ke rumah bahkan Alicia tidak bisa menghubungi kakaknya untuk mencari tahu akan keadaannya.

Sepertinya tak ada salahnya mencoba menghubungi Aiden karena dia khawatir dengan keadaan kakaknya namun sebelum dia menghubungi Aiden, secara kebetulan Aiden justru menghubunginya terlebih dahulu.

“Aiden, apa malam ini kau akan pulang?”

“Lari, Alicia!” permintaan sang kakak tentu saja membuat Alicia mengernyitkan dahi.

“Apa maksudmu? Kenapa kau meminta aku untuk lari?” tanya Alicia tak mengerti.

“Lari kataku, kau harus lari sekarang juga. Jangan pedulikan apa pun karena yang harus kau lakukan adalah lari sejauh mungkin!” Aiden terdengar ketakutan saat meminta adiknya untuk melarikan diri.

“Bicara yang jelas. Aku tidak mengerti apa maksudmu!”

“Jangan membuang waktu, Alicia. Dia mencariku dan aku yakin dia pasti akan mencarimu juga jadi jangan pulang dan larilah sejauh mungkin. Kau harus bersembunyi agar dia tidak tahu dan tidak menemukan dirimu. Setelah ini kau jangan mencari aku dan jangan menghubungi aku. Tunggu situasi aman barulah aku akan mencari dirimu!”

“Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang kau maksudkan, Aiden!” Alicia kembali bertanya karena perkataan kakaknya memang tidak dia mengerti sama sekali. Kenapa Aiden memintanya untuk lari dan dia harus lari dari siapa?

“Aku tidak punya banyak waktu. Pokoknya kau harus lari dan jangan pulang ke rumah. Ingat pesanku!” ucap Aiden sebelum mengakhiri percakapan mereka berdua.

“Aiden, jangan main-main! Aku sungguh tidak mengerti dengan apa yang kau katakan!” teriak Alicia dengan harapan kakaknya memberikan penjelasan padanya tapi sayangnya suara Aiden sudah tak terdengar lagi di ujung telepon bahkan nomornya sudah tak aktif lagi saat Alicia mencoba menghubungi kakaknya.

Rasa penasaran memenuhi hati Alicia. Apa sebenarnya yang terjadi dengan Aiden?

“Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Aiden?" Alicia berbicara pada diri sendiri dan dia masih berusaha menghubungi Aiden. Dia harap dia dapat menemukan jawaban dari apa yang terjadi namun tiba-tiba saja orang-orang yang mengikutinya tanpa dia tahu sudah mengepung dirinya.

Alicia terkejut, belum sempat dia bertanya karena seseorang sudah memukulnya dari belakang yang membuat dirinya langsung jatuh pingsan.

“Kami sudah mendapatkan Alicia, Sir!” salah seorang dari mereka memberi laporan pada Austin yang sudah menunggu.

“Bawa dia padaku dan ingat, tidak ada satu orang pun yang boleh tahu!” akhirnya gadis itu didapatkan dan dia harus menggantikan Aiden yang sudah mengkhianati dirinya.

Ponsel Alicia diperiksa terlebih dahulu karena dia baru saja berbicara dengan kakaknya tapi sayangnya, benda itu dibuang karena mereka tak dapat menghubungi Aiden. Alicia dibawa pergi tanpa ada yang melihat dan dia dibawa ke sebuah rumah mewah yang dijaga dengan begitu ketat.

Austin sudah menunggu dengan tidak sabar. Sebatang cerutu berada di tangan dan tatapan matanya tertuju pada anak buahnya yang baru saja tiba.

Mereka menurunkan Alicia yang masih pingsan lalu membawanya masuk ke dalam. Austin melirik dengan tajam ke arah Alicia ketika gadis itu sudah berada di dalam.

"Bawa dia ke dalam kamar!" perintahnya. Cerutu kembali dihisap, permainan baru saja dimulai dan jika ada Aiden bersama dengannya saat ini, dia sangat ingin pria itu melihat ketika dia menghancurkan adik kesayangannya.

"Sir, sepertinya Aiden baru saja menghubungi adiknya sebelum kami menangkapnya!" anak buahnya memberi laporan karena dia rasa Austin harus tahu akan hal itu.

"Apa kalian menemukan jejak keberadaan dirinya?" Austin menghembuskan asap rokok lalu mematikan cerutu yang belum habis terbakar.

"Tidak, nomornya sudah tidak aktif sehingga kami tidak bisa melacak keberadaannya!"

"Cih, aku ingin lihat sejauh apa dia bisa lari. Jika dia peduli pada adiknya, dia pasti akan kembali tapi sebelum itu, aku akan menghancurkan hidup adiknya terlebih dahulu agar dia tahu jika dia tidak boleh mencari gara-gara denganku!" Austin menggenggam tangannya, kebencian tampak membara dari tatapan matanya. Salahkan Aiden yang mencari gara-gara dengannya dan adiknya itu harus menanggung akibatnya.

Austin memerintahkan anak buahnya untuk pergi lalu dia masuk ke dalam kamar di mana Alicia berbaring dan masih tak sadarkan diri. Austin memandangi Alicia cukup lama, wanita yang cukup cantik dan sepertinya dia tidak akan rugi. Anggap sedang melakukan pertukaran meski pertukaran itu tidak dia setujui.

Austin kembali berdiri di depan jendela, membakar sebatang cerutu dan menghisapnya. Dia akan menunggu Alicia sadar karena tidak menyenangkan menghancurkan hidup seseorang yang sedang pingsan. Dia akan bermain dengan perlahan karena dia memiliki banyak waktu.

Alicia mulai sadar dari pingsannya setelah beberapa saat dia menunggu. Seharusnya gadis itu tidak sadar sama sekali sebab nasib buruk akan menimpanya sebentar lagi.

“Di mana ini?” Alicia memandangi sekitar yang tampak asing baginya.

Dia sedang mencoba mengingat apa yang terjadi namun seorang pria yang sedang berdiri tidak jauh darinya, cukup membuat Alicia terkejut karena pria itu tampak asing baginya.

“Siapa kau dan apa yang kau lakukan padaku?" Alicia hendak beranjak namun dia dalam keadaannya terikat.

"Siapa kau? Lepaskan aku!" teriak Alicia yang ketakutan. Firasat buruk, dia sungguh tak mengerti dengan situasi yang sedang dia hadapi saat ini.

“Sayang sekali, mulai sekarang kau akan menjadi tawananku!” Austin melangkah mendekati Alicia dan berdiri di dekatnya.

“Apa maksud perkataanmu?” tanya Alicia yang tak mengerti dengan apa yang pria asing itu katakan.

“Jangan menyalahkan aku tapi salahkan kakakmu yang telah berani mengkhianati aku!” Austin melonggarkan dasinya lalu melepaskan kancing kemejanya satu persatu.

“A-Apa yang kau ucapkan?” Alicia ketakutan dan berusaha melepaskan tali yang membelenggu kedua tangannya. Apakah Aiden memintanya untuk lari agar dia tidak tertangkap oleh pria itu?

“Alicia Stainler, mulai hari ini kau akan menjadi budak pemuas nafsuku!” ucap Austin sambil melepaskan pakaiannya dan melemparkannya.

“Jangan bercanda. Aku tidak sudi menjadi pemuas nafsumu!” Alicia berteriak sambil berusaha memundurkan tubuhnya.

“Sayangnya semua sudah terlambat dan jika kau ingin menyalahkan seseorang, maka salahkan kakakmu yang telah membawa kekasihku pergi!”

“Apa?” Alicia sangat terkejut mendengar perkataan dari pria asing itu. Apa yang dia katakan? Dia sangat ingin membela diri karena dia tidak tahu apa pun namun semua terlambat baginya karena Austin yang sedang marah tak bisa dihentikan sama sekali.

“Hentikan. Tolong hentikan!” teriak Alicia memohon ketika Austin menarik bajunya hingga robek. Semua terasa terlambat, dia bagaikan sedang bermimpi buruk.

Meski Alicia berteriak memohon, Austin tak berhenti sama sekali. Dia melakukannya dengan segala kemarahan yang sudah tak bisa dia tahan lagi. Baju Alicia dirobek sampai habis, lalu dia melakukannya dengan cara yang tak menyenangkan.

Alicia berteriak saat Austin merenggut kesuciannya dengan cara yang begitu menyakitkan. Teriakan dan air matanya tak dipedulikan akibat amarah yang memenuhi hati. Austin yang sudah gelap mata tak berhenti menghancurkan dirinya dan merenggut kehormatan Alicia adalah langkah awal yang dia lakukan sebagai balasan untuk Aiden.

Melarikan Diri

Alicia tampak tak berdaya, seluruh tubuhnya terasa sakit. Bercak darah mengotori seprei yang bersih dan Alicia tak mampu menggerakkan kedua kakinya akibat kebrutalan Austin.

Air mata yang dia tumpahkan tak sebanding dengan apa yang dia rasakan karena dia merasa sangat hancur. Tidak saja kehormatan yang direnggut secara paksa tapi harga dirinya pun diinjak secara paksa dan dia harus menanggung akibat dari apa yang tidak dia lakukan.

Tatapan matanya kosong, Alicia hanya bisa menangisi nasibnya yang begitu buruk. Beberapa  jam yang lalu dia masih memiliki kehidupannya yang sempurna dan dia masih seperti gadis-gadis lainnya tapi beberapa jam kemudian, semuanya hancur dan terasa menyakitkan.

Austin kembali menikmati cerutunya tanpa mempedulikan suara tangisan Alicia. Apa yang dia lakukan tidaklah cukup setimpal dengan apa yang Aiden lakukan dan ini adalah awal karena dia tidak akan berhenti.

Cerutu yang dia nikmati sudah habis, Austin kembali melangkah dan mendekati Alicia. Pria itu berdiri di sisi ranjang dan memandangi Alicia dengan ekspresi wajah yang cukup puas. Sangat disayangkan karena Aiden tidak ada di sana karena dia ingin pria itu melihat apa yang telah dia lakukan pada adik kesayangannya.

“Lepaskan, tolong lepaskan aku!” pinta Alicia memohon padanya.

“Melepaskan dirimu?” senyum sinis terukir di wajah pria yang menakutkan itu karena dia menganggap permintaan Alicia terdengar seperti sebuah lelucon.

“Sudah aku katakan jika kau akan menjadi pemuas nafsuku jadi Jangan harap aku akan melepaskan dirimu!”

“Tapi aku tidak tahu apa yang kakakku lakukan. Seharusnya kau mencari dirinya dan melampiaskan amarahmu padanya, bukan padaku yang tidak tahu apa pun!” Alicia berusaha mengangkat tubuhnya meski terasa begitu sakit.

“Kakakmu melarikan diri membawa kekasihku dan dia begitu kurang ajarnya melakukan hal itu tanpa memikirkan konsekuensinya. Jika dia tidak membawa kekasihku pergi maka kau tidak akan mengalami hal buruk ini jadi salahkan kakakmu yang telah membuatmu mengalami hal ini!”

“Kau sudah membalasnya dan kau sudah melakukan apa yang hendak kau lakukan padaku jadi sekarang, lepaskan aku dan biarkan aku pergi!” Alicia kembali memohon dan dia harap, siapa pun pria itu, dia mau bermurah hati dan melepaskan dirinya.

“Dengar ini baik-baik, Alicia!” Austin mendekati Alicia lalu menjambak rambutnya dengan kasar. Alicia berteriak, tubuhnya terangkat ke atas dan suara tangisannya kembali terdengar pilu.

“Sakit, tolong lepaskan!” Alicia memohon di balik tangisannya. Dia tak menduga jika dia akan mengalami kejadian tak menyenangkan itu di dalam hidupnya.

“Sudah aku katakan, aku tidak akan melepaskan dirimu dan kau akan menjadi budak nafsuku sampai kakakmu mengembalikan kekasihku padaku. Jika dia tidak berani datang menemui aku dan mengembalikan kekasihku maka kau akan tetap berada di dalam kekuasaanku dan penderitaanmu ini tidak akan berakhir. Jadi berdoalah agar kakakmu segera datang dan menyerahkan diri karena saat dia datang, kau akan aku bebaskan tentunya setelah kau melihat kematiannya yang akan terjadi secara mengerikan!” setelah berkata demikian, Austin mendorong tubuh Alicia dengan kasar sehingga Alicia kembali jatuh berbaring di atas ranjang.

“Aku tidak bersalah, aku tidak bersalah!” Alica mengatakan itu secara berulang.

Austin tak peduli, dia melangkah pergi. Alicia ditinggalkan dalam keadaan tidak berdaya. Teriakan dan tangisannya terdengar setelah pria itu keluar. Kenapa? Kenapa Aiden harus membawa lari kekasih orang lain dan kenapa harus dia yang menanggungnya?

Perasaannya hancur, hatinya terlalu lelah menghadapi kenyataan yang tak menyenangkan itu. Hatinya terasa membeku apalagi kejadian itu benar-benar menghancurkan dirinya. Alicia masih dalam keadaan terikat, dia tak bisa melarikan diri dan dia pun tak memiliki kemampuan untuk meloloskan diri dari tempat itu.

Austin pergi tidak lama, dia kembali lalu melampiaskan amarahnya lagi pada Alicia. Pria itu bagaikan serigala, lagi-lagi Alicia harus menahan rasa sakit akibat perlakuan kasar dari pria itu.

Alicia hanya bisa pasrah ketika Austin menikmati tubuhnya. Tatapan matanya sudah kosong, dia tak berharap apa pun lagi. Hanya rasa sakit yang dia rasakan di sekujur tubuh dan rasa perih tak tertahankan di area intimnya sebab Austin menyetubuhinya dengan membabi buta karena pria itu benar-benar ingin melampiaskan semua amarahnya kepada Alicia seolah-olah jika Alicia yang telah membawa lari kekasihnya.

Alicia bahkan tak sadarkan diri setelah dia selesai. Alicia jatuh pingsan akibat kebrutalannya. Austin mengumpat, seharusnya semua itu tidak terjadi namun dia bukan orang yang bermurah hati dan dia melakukan itu supaya Aiden tahu jika dia tidak boleh sembarangan membawa kekasih orang lain kabur begitu saja.

Ikatan di tangan Alicia dilepaskan karena tangannya sudah memerah dan terdapat luka di pergelangan tangannya. Austin memandanginya begitu lama dan lagi-lagi dia menghisap sebatang cerutu untuk menenangkan pikiran.

“Sir," seorang anak buah mengetuk pintu.

"Jangan mengganggu!" ucap Austin dengan sinis.

"Maaf, kami menemukan jejaknya!” laporan dari anak buahnya membuat Austin langsung bergegas memakai pakaian dan keluar dari ruangan, meninggalkan Alicia tanpa terikat.

Jejak Aiden dan kekasihnya ditemukan di sebuah pelabuhan. Austin langsung memerintahkan beberapa anak buahnya untuk mengejar. Dia pun sibuk memeriksa Cctv untuk melihat ke mana Aiden akan membawa kekasihnya pergi malam itu.

Alicia yang tak sadarkan diri, mulai mendapatkan kesadarannya dengan perlahan. Tubuhnya terasa remuk, dia pikir kematian lebih baik untuk dirinya saat ini karena dia tidak mau menjadi budak nafsu dari pria kejam itu. Air matanya tak henti mengalir, jika ada sebuah pisau mungkin dia sudah menggunakan pisau itu untuk mengakhiri hidupnya.

Alicia mengangkat tangan, dia cukup terkejut karena mendapati dirinya sudah tak terikat. Dengan susah payah, Alicia mengangkat tubuhnya meski rasanya sakit luar biasa.

Austin tidak ada di kamar itu, dia merasa jika itu adalah kesempatan baginya untuk melarikan diri oleh sebab itu, Alicia menarik tubuhnya dengan susah payah untuk turun dari atas ranjang. Pakaian yang dia miliki sudah robek, tak bisa digunakan lagi namun dia menemukan pakaian Austin jadi dia mengenakannya dengan cepat untuk membungkus tubuhnya yang telanjang.

Sambil menahan rasa sakit dan menahan rasa takut karena dia takut ketahuan, Alicia menarik tubuhnya dengan susah payah menuju jendela. Semoga keberuntungan berpihak padanya sebab semua yang terjadi bukanlah kesalahannya.

Alicia menutup mulut agar dia tidak berteriak saat tubuhnya jatuh ke bawah jendela. Dia harus bisa melarikan diri dari tempat terkutuk itu dan dari pria gila yang telah menghancurkan dirinya.

Tak ada yang tahu apa yang dia lakukan sebab semua sibuk. Alicia menarik dirinya melewati pepohonan yang tumbuh di sekitar rumah dan melewati para penjaga sampai dia menemukan sebuah lubang pembuangan yang langsung terhubung ke luar.

Meski gelap dan bau, dia tidak peduli karena yang dia inginkan hanyalah melarikan diri dari rumah itu. Entah nasib baik ataukah keberuntungan, tapi yang pasti Alicia berhasil lolos dari rumah itu.

Austin menggebrak meja sebab dia kembali kehilangan jejak Aiden yang sudah tak terlihat di pelabuhan. Kurang ajar, pria itu bermain-main dengannya. Untuk melampiaskan kekesalan hati, Austin kembali ke dalam kamar karena dia akan melampiaskan semua amarahnya pada Alicia namun kamar yang kosong, semakin membuatnya murka.

“Ke mana wanita itu?” teriakannya terdengar menakutkan sehingga seluruh anak buahnya pun datang berkumpul.

“Apa yang terjadi, Sir?”

“Kurang ajar. Wanita itu lari. Sekarang juga cari sampai ketemu dan ketika kalian sudah menemukannya, patahkan kedua kakinya agar dia tidak bisa lari lagi!” teriak Austin yang semakin murka.

Anak buahnya berpencar untuk mencari keberadaan Alicia. Mereka menyelusuri segala tempat untuk mencari keberadaan Alicia namun mereka tak menemukan keberadaan Alicia di mana pun. Austin yang mendengar itu semakin murka saja, dia berteriak dan melemparkan barang yang ada.

"Aku akan membunuh kalian berdua!" teriaknya.

Kakak dan adik yang cerdik dalam melarikan diri tapi dia akan mencari mereka berdua lalu menghancurkan mereka berdua dengan caranya. Alicia dan Aiden, mereka adalah dua orang yang harus dia temukan dan dua orang yang akan dihancurkan.

Memutuskan Kembali Untuk Balas Dendam

Malam kelam yang dilalui menyisakan sebuah dendam di hati juga keinginan besar untuk membalas dendam atas semua perlakuan buruk yang tidak seharusnya dia dapatkan. Alicia melarikan diri dan bersembunyi di tempat yang tidak diketahui oleh siapa pun.

Gadis lemah yang mudah ditindas sudah tidak ada lagi semenjak kejadian naas yang menimpa dirinya karena selama pelariannya, Alicia membentuk dirinya menjadi Alicia yang lain.

Enam tahun telah berlalu dan selama enam tahun dia selalu bersembunyi karena dia takut tertangkap oleh pria gila yang telah menghancurkan dirinya. Selama enam tahun itu pula Alicia mengubah dirinya menjadi wanita tangguh agar tidak ada satu pria pun yang bisa menyakiti dirinya lagi.

Alicia berlatih bela diri, dia juga berlatih menembak. Selama enam tahun itu dia berlatih dengan keras dan melakukan apa yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya untuk bertahan hidup. Satu tujuan besarnya yaitu, dia berniat kembali untuk melakukan balas dendam pada pria yang telah menodai dirinya.

Meski kehidupannya sulit berada di dalam pelarian namun tak sekalipun dia mengeluh bahkan obsesinya untuk balas dendam begitu kuat sampai membuatnya tak mempedulikan apa pun.

Akibat kejadian malam nanas itu, Alicia melahirkan dua anak kembar laki-laki dan perempuan. Putranya bernama Archer dan putrinya bernama Arabella. Mereka tumbuh menjadi anak yang pintar dan berkat bimbingan dari Alicia, putra dan putrinya memiliki kemampuan luar biasa sebab mereka berdua memiliki bakat seperti Alicia yaitu menjadi hacker karena Alicia bekerja di sebuah organisasi gelap untuk menghidupi kedua anaknya.

Alicia tak pernah mengatakan kepada putra dan putrinya siapa ayah mereka meskipun mereka sering bertanya. Baginya kejadian malam itu adalah aib yang tak ingin dia katakan pada siapa pun apalagi pada putra dan putrinya. Setiap kali Archer dan Arabella bertanya, dia akan mengatakan pada mereka jika ayah mereka sudah mati namun putra dan putrinya tidak mempercayai perkataannya.

Enam tahun telah berlalu, putra dan putrinya sudah dewasa dan dia rasa waktunya kembali untuk melakukan aksi balas dendam.

Selama dia melarikan diri, dia tidak tahu bagaimana dengan nasib Aiden yang telah membawa lari kekasih dari pria itu. Dia hanya berharap satu hal, semoga saja kakaknya masih hidup agar dia dapat memukul Aiden nanti sebagai balasan dari perbuatan bodoh yang telah Aiden lakukan hingga dia harus menanggung apa yang tidak seharusnya dia tanggung.

Alicia sedang melakukan latihan menembak, seperti yang biasa dia lakukan. Dalam bayangannya target yang sedang dia tembak adalah pria yang telah menodai dirinya. Keinginan untuk membalas dendam semakin bergejolak apalagi dia sudah memiliki kemampun.

Dia sudah bersembunyi selama enam tahun jadi dia rasa, sekarang saat yang tepat untuk kembali ke Italia lalu membunuh pria itu. Dia yakin segala latihan yang dia lakukan sudah cukup untuknya membunuh seorang pria dan dia tak akan menunda keinginannya itu.

Setelah selesai dengan latihan yang dia jalani, Alicia pulang ke rumah kecil dan sederhana yang sudah dia tempati selama 6 tahun belakangan. Meski tak banyak yang dia miliki namun putra-putrinya tak pernah mengeluh sama sekali bahkan mereka berdua saling membantu tanpa perlu Alicia perintah dengan susah payah..

“Mommy pulang!” teriak Alicia yang sudah tiba di rumah.

“Terlambat 5 menit 42 detik namun kali ini lebih cepat dari pada semalam!” ucap putranya yang berdiri di depan pintu.

“Ayolah, hanya beda beberapa menit saja. Mommy sudah berusaha secepat mungkin tapi jalanan begitu padat.”

"Alasan yang klise, Mom. Selalu jalanan yang Mommy salahkan!" ucap putranya.

"Ck, kau benar-benar tidak menyenangkan, Archer!"

“Karena Mommy terlambat, jadi Mommy yang harus mencuci piring hari ini!” kali ini perkataan itu diucapkan oleh putrinya yang sedang membawa sup panas karena dia baru saja selesai memasak.

“Oh, apa tidak bisa besok saja giliran Mommy?”

“Tidak bisa. Bagaimana Mommy bisa menikah jika mencuci piring saja Mommy tidak mau!” ucap putrinya lagi.

“Baiklah, baik. Kau sudah seperti ibuku saja yang selalu membahas pernikahan. Apa kalian benar-benar ingin memiliki seorang ayah sebab itulah kalian selalu mendesak aku untuk menikah?”

“Tentu saja. Di dalam rumah tangga membutuhkan sosok seorang laki-laki!” ucap putranya sambil mengangkat kacamata yang dia gunakan.

Alicia menghembuskan nafas, entah dari mana kedua anak itu belajar hal seperti itu karena selama ini dia tidak pernah mengajarkan hal yang tidak perlu apalagi mereka masih anak-anak tapi memang dia akui putra dan putrinya memiliki kepintaran tak seperti anak seusia mereka.

“Mommy, kapan Mommy akan mengajak kami pulang ke Italia? Kapan Mommy akan menepati janji Mommy pada kami?” tanya putrinya karena Alicia memang pernah berjanji akan mengajak putra dan putrinya kembali ke Italia.

“Kebetulan, ini waktu yang tepat untuk kita kembali.”

“Benarkah?” Archer dan Arabella tampak senang karena mereka sudah bosan tinggal di kota kecil itu.

“Yeah, tapi ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum kita kembali dan kalian harus tahu, jika Mommy memiliki tujuan saat kembali dan mungkin kita akan tinggal di rumah yang ditinggalkan oleh nenek jika rumah itu masih ada.”

“Tidak apa-apa, Mommy. Yang penting kita pergi dari kota ini sebab aku ingin belajar banyak hal. Jika kita menetap terlalu lama di kota kecil ini maka kami tidak akan bisa mengembangkan bakat kami dan kepintaran kami akan menjadi sia-sia!” ucap putranya yang memiliki sifat sedikit angkuh dibandingkan Arabella.

Jika melihat Archer, Alicia akan teringat dengan pria yang sangat ingin dia bunuh itu karena wajah Archer cenderung lebih mirip dengannya bahkan sikap angkuh dan sombongnya juga terlihat mirip. Meski dia tidak mengenal pria itu namun satu malam yang telah dia lewati bersama dengan pria kejam yang tak memiliki hati itu membuatnya menebak jika sifat Archer tak jauh berbeda dengan ayahnya.

“Baiklah, kita akan kembali ke Italia dalam waktu beberapa hari lagi tapi sebelum itu kita bertiga harus membuat kesepakatan dan jika kalian tidak bisa mematuhi kesepakatan yang Mommy berikan, maka lupakan karena aku tidak ingin membahayakan kalian berdua!”

“ Apa pun itu, kami akan mematuhi perintah Mommy!” Archer dan Arabella tersenyum agar ibu mereka yakin jika mereka akan mematuhi perintah ibu mereka.

“Bagus. Sekarang Mommy mau pergi mandi dulu, barulah kita bicara lebih lanjut!”

“Baik, Mommy!” jawab Archer dan Arabella secara bersamaan.

Alicia masuk ke dalam kamar lalu dia berdiri di depan cermin begitu lama untuk melihat pantulan dirinya sendiri. Enam tahun, entah pria itu masih mengingat dirinya atau tidak tapi selama enam tahun, tak pernah sekalipun dia melupakan perbuatan keji pria itu bahkan kejadian buruk yang dia alami telah menjadi mimpi buruk yang menghiasi malamnya oleh sebab itu dendamnya semakin membara dan dia tak akan berhenti sebelum dia membunuh pria itu.

Dia sudah bersumpah pada diri sendiri saat malam dia melarikan diri jika dia akan kembali untuk menuntut balas dan inilah waktu yang tepat untuk memenuhi sumpah yang dia ucapkan. Dia akan menuntut rasa sakit yang  diberikan oleh pria itu pada malam naas yang tak bisa dia lupakan dan semua itu akan terbayar dengan kematiannya.

“Siapa pun kau, tunggu kedatanganku karena aku akan membuat perhitungan denganmu dan menuntut balas atas apa yang telah kau lakukan padaku!” Alicia menggenggam tangannya dengan erat.

Kemarahan terlihat jelas dari tatapan matanya bahkan cermin yang tergantung di dinding hampir menjadi sasaran empuk untuk melampiaskan emosi yang bergejolak di dalam dada akibat dendam yang membara tapi beruntungnya dia bisa menguasai diri sehingga dia tidak menghancurkan apa pun. Tunggu saja, waktu enam tahun yang dia habiskan untuk melatih diri tidak akan sia-sia dan pria itu harus mati di tangannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!