"Ma..Pa..Aku pulang."
Seorang gadis belia nan cantik nampak begitu bersemangat masuk kedalam rumahnya.
Milea, gadis yang saat ini menginjak usia ke 21 tahun itu terlihat sangat ceria setelah mengikuti beberapa event menarik di kampusnya. Namun, langkahnya mendadak terhenti ketika ia melihat kedua orang tuanya terlibat pembicaraan serius dengan seorang tamu yang nampak asing baginya. Semua mata tertuju pada gadis tersebut.
" Nah, itu Milea putri kami. Milea kemarilah."
Pak Hilman meminta putrinya untuk bergabung bersama.
Entah mengapa perasaan Milea jadi gelisah, apalagi tamu asing itu menatap cukup intens padanya. Gadis itu tersenyum kikuk, iapun segera duduk bergabung bersama mereka.
" Perkenalkan, beliau Pak Albert. Beliau merupakan asisten pribadi Daniel, calon suamimu. Dia yang akan mengurus semua keperluan pernikahanmu dan Daniel nantinya."
DEG
DEG
DEG
Pikiran Milea ambyar seketika. Papanya bilang apa tadi? Apa mungkin dia salah dengar? What? Menikah?!!
Jantung Milea seakan mau lepas dari peraduannya. Tidak ada angin, tidak ada hujan Papanya tiba-tiba membahas tentang pernikahannya dengan pria yang bahkan namanya saja baru kali ini dia dengar.
"Enggak Pa! Papa ini apa-apaan sih? Pokoknya Milea nggak mau nikah sama tadi siapa? Si Donal bebek?" maki Milea dengan kesal.
Pak Hilman langsung melotot mendengarnya. Milea ini bener-bener kalau ngomong nggak pake saringan sama sekali. Beliau merasa tak enak hati pada tamunya.
" Jaga sopan santunmu, Milea! "
" Maaf Pak Albert atas ucapan putri saya barusan. Maklum mungkin dia masih kaget mendengar berita ini. Kami akan coba menjelaskan pada putri kami nanti."
Jangankan Milea, Pak Hilman dan Bu Sandra sendiri juga kaget saat mengetahui maksud kedatangan Albert tadi. Dia memang sempat mendengar tentang perjodohan ini dari almarhum Papanya. Namun, ia pikir perjodohan itu batal lantaran sahabat almarhum kakek Milea telah pindah ke luar negeri.
Dulu, Kakek Milea dan Kakek Daniel bersahabat baik. Kakek Milea merasa banyak berhutang budi pada kakek Daniel.
Berkat suntikan dana serta dukungan dari kakek Daniel, kakek Milea akhirnya bisa merintis usaha dari rumah makan kecil hingga akhirnya berkembang menjadi restoran besar yang kini telah memiliki cabang di kota-kota seluruh penjuru negeri ini.
Kakek Mileapun berhutang nyawa pada kakek Daniel lantaran telah menyelamatkan istrinya sewaktu terjadi kecelakaan hingga mengakibatkan sang istri terpaksa melahirkan secara prematur. Kakek Daniel yang notabene seorang dokter obgynlah yang membantu persalinan istrinya waktu itu.
Mereka berniat menjodohkan anak-anaknya, tetapi ternyata keduanya sama-sama dikaruniai anak laki-laki. Hingga mereka sepakat untuk menjodohkan cucu-cucunya suatu hari nanti.
Sayangnya, Kakek Milea telah meninggal semenjak Milea kecil, sedangkan kakek Daniel memutuskan tinggal di Amerika dan mengembangkan usahanya disana. Beliau memiliki perusahaan besar yang bergerak di bidang farmasi dan beberapa rumah sakit yang tersebar di banyak negara.
Akhir-akhir ini kesehatan Kakek Daniel semakin menurun, ia memilih untuk kembali ke tanah air dan berharap bisa menutup mata di tanah kelahirannya. Kakek Daniel meminta Albert untuk mencari tahu keluarga sahabatnya tersebut dan menepati janji yang telah mereka sepakati dahulu.
Albert segera pergi dari kediaman Pak Hilman setelah menjalankan tugasnya. Ia mengangkat gawainya yang berdering.
" Siap, Tuan. Tugas telah saya jalankan, hanya saja sepertinya gadis itu menolak perjodohan ini. "
Pria diseberang sana menyeringai.
" Kita lakukan rencana cadangan bila diperlukan. Pokoknya perjodohan ini jangan sampai gagal. " perintahnya penuh ambisi.
Daniel segera menutup panggilannya. Lelaki rupawan berparas tegas itu membuang nafas kasar. Tinggal selangkah lagi dirinya dapat meraih apa yang diimpikannya selama ini.
Yah, Daniel merupakan tipe lelaki gila kerja dan berambisi. Dia begitu mengidolakan sang kakek, Stevan Alexander. Sama seperti kakeknya, saat ini Daniel juga menekuni profesinya sebagai dokter Obgyn sekaligus membantu menjalankan perusahaan keluarganya.
Bukan tanpa sebab dirinya memilih profesi sebagai dokter Obgyn. Pengalaman buruk saat sang ibu harus meregang nyawa ketika melahirkan sang adik perempuan membuat pria itu bertekad untuk bisa menjadi ahli kandungan.
Daniel teringat permintaan sang kakek. Stevan berjanji akan mengalihkan kepemimpinanya kepada Daniel dengan syarat cucunya harus mau menikah dengan cucu sahabatnya.
Ingin sekali Daniel menolak, tetapi ia tahu betapa keras watak kakeknya itu. Jadi, diapun terpaksa menyetujui keinginan sang kakek demi ambisinya.
Menikah? Hal yang sama sekali belum pernah terlintas di otak Daniel. Sampai saat ini bahkan pria itu selalu mengabaikan makhluk Tuhan yang bernama perempuan, meskipun tentu saja banyak sekali perempuan yang mengidolakan lelaki tampan itu.
Daniel segera meninggalkan ruang kerja setelah tugasnya hari ini selesai. Baru satu minggu ini ia bertugas di rumah sakit milik keluarganya di Indonesia.
Butuh waktu baginya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Terutama dengan mata-mata wanita yang menatap dirinya dengan tatapan memuja. Siapa yang tak akan tergoda oleh pesona lelaki blasteran itu? Tampang rupawan dengan tubuh proporsional, cerdas dan yang terpenting dia merupakan cucu pemilik rumah sakit internasional tersebut.
***
" Huuu...aaa.. "
Milea semakin memperkeras suara tangisnya saat menyadari ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ia yakin itu pasti mama dan papanya.
" Milea sayang. Buka pintunya, Nak. Mama dan papa akan menjelaskan semuanya. " Bu Sandra tampak khawatir mendengar tangis putrinya yang meraung-raung.
" Huuuaaa...Mama dan Papa jahat banget. Tega sekali jodohin Milea. Pokoknya Milea nggak mau dijodohin! " teriak Milea sambil meraung-raung.
Gadis itu sengaja memberantakkan kamarnya, menurunkan beberapa kosmetik, vas bunga dan barang-barang di kamarnya ke lantai. Perlu ditandai ya? Menurunkan bukan sengaja menjatuhkan, dia tak mau kalau sampai barang-barang berharga mahal miliknya sampai rusak. Ini hanya pelengkap aktingnya saja, mungkin dia bisa direkomendasikan sebagai pemeran sinetron terbaik setelah ini.
DUG..
BRUUKK..
Sepasang sepatu terlempar ke arah pintu hingga membuat yang diluar sana semakin gelagapan. Maklum anak mama nan manja itu selalu dituruti kemauannya. Milea semakin mengencangkan tangisnya.
" Nak, Mama mohon buka pintunya. Dengarkan penjelasan kami dulu. Jangan bikin kami khawatir Milea! " Bu Sandra semakin dilanda kecemasan.
Milea bersorak tanpa suara, kali ini sepertinya actingnya hampir berhasil. Dia meneteskan obat mata di kedua pipinya sebelum membuka pintu kamar.
Ceklek..
Milea menuju ke arah ranjang setelah membuka pintu, ia kembali menangis sesenggukan.
Pak Hilman dan Bu Sandra tak tega melihat keadaan putri mereka satu-satunya. Menyaksikan kamar Milea yang berantakan keduanya yakin pasti putri mereka sangat terguncang mendengar rencana perjodohannya.
" Ma, Pa. Milea belum mau menikah. Milea masih pengen kuliah, masih pengen senang-senang sama temen-temen. Ini bukan zaman Siti Nurbaya, Milea berhak menentukan pasangan Milea sendiri!" protesnya di sela-sela tangis.
Pak Hilman dan Bu Sandra saling berpandangan, mereka kompak ingin menjelaskan duduk perkaranya terlebih dahulu.
" Papa dan Mama juga kaget sebenarnya, Nak. Kami pikir keluarga dari kakek Stevan sudah melupakan perjodohan itu sebab sudah puluhan tahun mereka menetap di luar negeri. Papa tidak bisa berbuat apa-apa. Papa sudah berjanji untuk menjalankan wasiat terakhir almarhum kakekmu." terang Pak Hilman sehalus mungkin. Iapun menjelaskan hubungan almarhum Papanya dengan Stevan serta awal mula perjodohan itu bisa terjadi kepada Milea.
" Tapi Pa? Itukan udah lama banget. Papa juga nggak tahu kan gimana lelaki yang akan dijodohkan dengan Milea. Gimana kalo orangnya gendut, item, galak, idup lagi." celetuk gadis itu sebal.
Sumpah, Pak Hilman dan Bu Sandra ingin sekali tertawa melihat wajah sebal putrinya saat memaki calon suaminya. Tapi mereka tak ingin membuat sang putri bertambah kesal. Tapi bodoh juga mereka, kenapa tadi nggak nanya dulu sama Pak Albert gimana tampang calon mantunya? Mereka hanya iya-iya saja mendengar penuturan pria yang terlihat memiliki intelegensi yang tinggi tadi.
" Papa yakin calon suamimu itu pasti sangat tampan. Papa punya foto kakekmu dan Kakek Stevan waktu masih muda dulu. Kakek Stevan sangat tampan, pasti cucunya nggak jauh beda. " bujuk Pak Hilman. Mau tidak mau perjodohan ini harus tetap terjadi. Bagaimanapun ini adalah amanah terakhir bapaknya.
" Nggak. Pokoknya Milea nggak mau dijodohin titik! " gadis itu ngotot.
" Milea cukup! Papa tidak ingin mendengar penolakan lagi. Ini wasiat terakhir kakek kamu. Mau tidak mau, suka tidak suka kamu akan tetap menikah dengan cucu kakek Stevan. " tegas Pak Hilman. Ia segera mengajak Bu Sandra keluar dari sana.
Sia-sia sudah akting Milea saat ini. Padahal biasanya Pak Hilman dan Bu Sandra selalu menuruti keinginan putri mereka satu-satunya. Hati Milea seakan tercubit, jarang sekali sang ayah berbicara dengan nada tinggi padanya. Ia menatap nanar kepergian kedua orang tuanya.
" Nggak, aku nggak mau. Aku aku harus cari cara supaya perjodohan ini dibatalkan." gadis itu menyeringai, sepertinya dia memiliki ide yang lebih baik dari ini.
" Tuan, hari ini anda diminta untuk makan malam di rumah utama."
Albert melirik sang atasan yang duduk dikursi belakang melalui spion. Sang Tuan muda tampak menghela nafas, ia tahu lelaki itu selalu enggan jika harus bertemu dengan keluarganya, lebih tepatnya keluarga baru sang ayah.
Setahun setelah ibu Daniel meninggal, ayah Daniel kembali menikah dengan wanita yang diketahui merupakan sekertarisnya di kantor.
Waktu itu Daniel kecil yang masih berusia lima tahun tanpa sengaja melihat pertengkaran sang kakek dengan papanya. Papanya pulang bersama seorang wanita dengan perut yang sudah besar. Padahal saat itu hanya berselang tiga bulan dari kematian ibunya.
Kakeknya begitu marah lantaran sang ayah telah berselingkuh dengan sekertarisnya hingga wanita itu hamil. Bahkan usia kehamilannya hanya beda beberapa bulan dari sang ibu. Mungkin hal itu pula yang membuat ibunya mengalami stres selama kehamilan sebab mengetahui perselingkuhan suaminya. Mama Daniel meninggal saat melahirkan anak keduanya akibat tekanan darahnya yang tinggi.
Sejak ayahnya menikah lagi, Daniel dan adiknya merasa tersisihkan. Kakek Stevan memutuskan untuk membawa kedua cucunya ke Amerika waktu itu, sedangkan ayah Daniel tetap tinggal di Indonesia.
" Ada yang Tuan Besar ingin sampaikan kepada anda." tambah Albert untuk membujuk Tuannya.
" Baiklah. Aku tahu kakek pasti akan menanyakan sejauh mana usahaku untuk bisa menikahi gadis itu." Daniel ingat tantangan dari kakeknya, lelaki tua itu menantangnya untuk bisa menikahi Milea dalam waktu satu bulan. Kakek dan cucu tersebut memang sama-sama ambisius.
Daniel tersenyum smrik, ia membuka gawai dan membaca data mengenai Milea yang telah dikirimkan oleh asistennya.
" Semua hanya berisi kekurangannya. Apa yang menonjol dari gadis itu selain wajahnya? " gumam Daniel sampai geleng-geleng kepala. Sangat jauh dari tipe wanita yang diimpikannya selama ini.
***
Daniel telah tiba dikediaman keluarga besar Alexander, mansion mewah yang baru pertama ia kunjungi setelah lebih dari seminggu ia pindah ke Indonesia. Ia memilih membeli apartemen daripada harus tinggal bersama keluarga ayahnya.
Pintu mansion terbuka lebar, seorang pemuda tampan membukakan pintu dan tersenyum ramah kearahnya.
" Selamat datang kembali ke rumah ini, Kak Daniel."
Pemuda itu berjalan mendekat dan hendak memeluk Daniel, tetapi Daniel hanya menatap datar tanpa mau membalasnya.
" Oucchhhh."
Pemuda itu bernama Theo, dia merupakan anak dari istri kedua ayahnya. Theo mengaduh saat ada seseorang yang menginjak kaki serta menyikut tangannya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Joana, adik perempuan Daniel.
Joana menyeringai licik, tanpa rasa bersalah ia justru memeluk lengan Daniel.
" Kakak kenapa baru kesini? Harusnya kakak ngajak aku kalau nggak betah tinggal dirumah ini. " seru Joana sebal.
" Lebih baik kau disini bersama kakek. Kau hanya akan mengganggu jika tinggal bersamaku. " balas Daniel sembari mengacak rambut adiknya dengan gemas. Keduanya berjalan memasuki rumah tanpa menghiraukan pemuda dibelakangnya.
Theo mendesah pasrah, hal seperti ini sudah sering terjadi. Kedua saudaranya itu seakan tidak mau menerima kehadirannya. Dia hanya berharap suatu saat mereka bisa saling menyayangi seperti saudara pada umumnya.
***
Suasana ruang makan tampak hening, semua orang fokus menikmati makanan masing-masing. James memperhatikan ketiga anaknya, terutama Daniel si anak sulung. Dia sudah mendengar jika ayahnya ingin menjodohkan Daniel dengan cucu sahabatnya. Sebenarnya dia kurang setuju akan hal itu.
" Pa? Aku sudah dengar jika papa ingin menjodohkan Daniel dengan cucu sahabat papa. Aku rasanya kurang setuju, kita tidak tahu bagaimana gadis yang dijodohkan dengan Daniel. Aku ingin putraku menikah dengan wanita yang jelas kita tahu asal usul serta perilakunya." protes lelaki itu.
Daniel tersenyum sinis, ia tahu papanya berkata seperti itu bukan untuk membelanya, tapi papanya bermaksud mendekatkan dirinya dengan anak rekan bisnisnya. Daniel sampai heran, selama ini ayahnya seakan tak peduli dengan dirinya. Namun, saat ia dewasa justru pria itu seakan ingin mengatur hidupnya.
" Daddy tidak perlu mempermasalahkan hal itu. Aku sudah menyanggupi keinginan kakek. Lagi pula, selama ini belum ada perempuan yang cocok denganku. Siapa perempuan yang Daddy maksud? Wanita yang kau kirim untuk mendekatiku?" sindir Daniel tertawa sinis.
James mengeratkan rahangnya kesal, tak disangka Daniel mengetahui rencananya selama ini. Namun, ia berusaha menahan diri, ini kali pertama mereka berkumpul disini setelah sekian lama.
Suasana ruang makan sedikit tegang, kini James beralih menatap putrinya.
" Jo, bukankah kau akan mulai kuliah disini besok? Kau bisa berangkat bersama Theo, Daddy sengaja menempatkan kalian satu kampus supaya ada yang menjagamu."
Joana mendelik kesal, ia menatap Theo dengan tatapan permusuhan.
" Nggak, nggak, nggak! Joana lebih baik berangkat sendiri dari pada harus bersamanya. Lagian aku sudah besar Dad, aku bisa menjaga diriku sendiri! " tolak Joana.
" Joana benar. Jika memang Joana perlu, aku bisa menyuruh supir pribadiku untuk mengantarnya. " Daniel mendukung adik perempuannya, ia tahu Joana sangat membenci Theo.
Arumi sungguh tak tega melihat Theo putranya dirundung terus oleh kedua bersaudara itu. Ia kesal untuk apa kedua anak itu harus kembali kesini jika hanya untuk membuat keributan, apalagi saat mendengar kakek Stevan akan menyerahkan kepemimpinan perusahaan serta rumah sakit kepada Daniel nanti. Apa lelaki tua itu lupa jika masih ada Theo yang perlu diperhitungkan?
" Kalian, tidak bisakah kalian menghargai putraku sedikit saja! Selama ini dia selalu bersikap baik pada kalian, kenapa kalian selalu saja memusuhinya. Apa kalian tidak pernah dididik mengenai sopan santun! " keluh Arumi kesal.
Joana menatap tajam wanita itu, " Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menganggapmu sebagai mommyku dan dia sebagai adikku. Kalian berdua duri dalam daging di keluarga ini! " balas Joana tak mau kalah.
" Kau! Dasar bocah tak tau diri!" Arumi ikut tersulut emosi.
" Sudah cukup! "
BRAKK
Kakek Stevan sampai menggebrak meja karena kesal.
" Rumah ini sudah seperti neraka sekarang. Tidak bisakah kalian menghargai kakek tua ini, hah! Sampai kapan kalian akan terus seperti ini! Aku sudah tua, aku ingin hidup tenang, aku ingin menghabiskan masa tuaku dengan penuh kebahagiaan. Bukan pertengkaran tak ada ujungnya seperti ini! "
Kakek Stevan memegangi dadanya yang terasa begitu nyeri, ia sangat berharap keluarga putranya bisa rukun dan melupakan apa yang telah terjadi di masa lalu. Dengan langkah berat, ia berjalan meninggalkan ruang makan menuju kamarnya.
Daniel segera menyusul dan menuntunnya, ia benar-benar khawatir dengan kondisi pria tua itu. Daniel sangat menyayanginya sebab ia tahu hanya pria itu yang tulus kepadanya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!