NovelToon NovelToon

Mommy Untuk Baby Arsha

Bab 1. Kecelakaan.

"Nisa....awas!"

Brugh

Brak

"Aaaa...."

Nisa merasakan tubuhnya di dorong seseorang dan jatuh tersungkur di atas aspal.

"Kakak....", pekik Nisa saat melihat dengan mata kepalanya sendiri sang Kakak ditabrak sebuah mobil dengan kecepatan tinggi.

Nisa segera bangkit dan berjalan tertatih menghampiri sang Kakak yang sudah bersimbah darah.Beberapa orang mulai berkerumun mengelilingi korban.Nisa menyibak kerumunan orang orang agar bisa menghampiri sang Kakak.

"Kak Via...", pekik Nisa segera menghampiri sang Kakak yang sudah tak sadarkan diri dan memeluk kepala sang Kakak.

"Siapapun tolong Kakak saya.Selamatkan dia!", teriak Nisa histeris dengan bersimbah air mata saat melihat darah mengalir di kedua sela laki sang Kakak.

"Sabar dek,saya sudah menelepon ambulans",ujar salah satu diantara manusia yang melihat kejadian itu.

"Kak....bangun Kak",isak Nisa yang memangku kepala Kakaknya diatas pangkuannya sementara di sela kedua paha sang Kakak terus mengalir darah segar.

"Kak bertahanlah!",isak Nisa terus menepuk pipi sang Kakak berharap Kakaknya itu membuka mata.

Samar samar Nisa mendengar orang-orang mengatakan jika Kakaknya menjadi tameng untuk dirinya yang hampir di tabrak sebuah mobil berkecepatan tinggi.

Nisa tak bisa berpikir jernih.Gadis yang memiliki nama lengkap Khairunnisa Silviana itu lebih fokus pada Kakaknya yang nyawanya harus diselamatkan.

Tak lama sirine mobil ambulance terdengar, semua orang menyingkir saat tim medis datang dan mengangkat tubuh Via.

Nisa ikut masuk kedalam mobil ambulance setelah Via di masukan dan di pasang oksigen.Nisa terus menggenggam tangan sang Kakak yang ia rasa semakin dingin.

Sepuluh menit, mobil ambulance sampai di sebuah rumah sakit.Nisa ikut turun setelah Via diturunkan dari ambulance dan langsung di bawa ke ruang UGD.

"Kak.... bertahanlah",isak Nisa.

"Dek...mohon tunggu di luar ya dan urus administrasinya",ujar perawat yang menghadang langkah Nisa.

"Tolong selamatkan Kakak saya Sus!",jawab Nisa terisak lirih.

Suster itu mengangguk setelah beberapa orang Dokter ikut masuk kedalam ruangan UGD dan pintu tertutup rapat.

Nisa meraih ponselnya menghubungi kedua orangtuanya tentang apa yang terjadi dengan Kakaknya.

Setelah Nisa mengakhiri panggilannya tiba-tiba pintu ruangan UGD kembali terbuka.Seorang Dokter perempuan keluar dari raut wajah yang tak terbaca.

"Dengan suami pasien?",tanya Dokter itu.

"Saya adiknya Dokter,Kakak ipar saya dalam perjalanan bisnis",jawab Nisa yang dengan kedua mata yang terlihat sudah membengkak karena menangis.

"Pasien harus menjalani operasi untuk menyelamatkan bayi yang ada di dalam kandungannya.Apakah ada keluarga lain yang bisa di hubungi?",tanya Dokter itu.

"Kedua orangtua saya dalam perjalanan ke sini Dokter",jawab Nisa dengan suara serak.

"Baiklah saya akan membuatkan surat persetujuanya sembari menunggu keluarga adik datang",ujar Dokter itu membalikkan badan melangkah menuju ruangannya.

"Kakak saya baik baik saja kan Dokter?",tanya Nisa dengan suara serak.

Dokter menghentikan langkahnya dan tersenyum samar lalu menggeleng lemah."Doakan saja yang terbaik",ucap sang Dokter.

Nisa menangis meraung menyerukan nama sang Kakak.Ia merasa bersalah,gara gara menyelamatkan dirinya kini Kakaknya berjuang antara hidup dan mati.

"Nisa...."

"Bunda....",Nisa berhamburan memeluk sang ibu yang datang bersama sang ayah dan juga Kakak laki-lakinya.

"Apa yang terjadi Nak?",tanya Arumi Bunda dari Nisa dan Via.

Tangisan Nisa semakin pecah dan dengan terbata-bata ia menjelaskan apa ya terjadi.Gadis berhijab itu terus menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa sang kakak.

Hasbi,Ayah dari Nisa tampak terlihat gusar mendengar cerita sang putri sementara sang Kakak,Aldo menghubungi suami Via yang kini berada diluar negeri dan tak bisa di hubungi.

"Bagaimana Al?",tanya Hasbi pada putra sulungnya itu.

Aldo menggeleng lemah."Dion masih belum bisa di hubungi Yah",jawab Aldo.

"Coba hubungi sekertarisnya,Al", timpal Arumi yang masih mendekap erat Nisa di dalam pelukannya.

"Ya Bunda",jawab Aldo patuh.

"Dengan keluarga pasien?",tanya Dokter perempuan tadi.

"Saya Ayahnya Dok, bagaimana keadaan putri saya?",Hasbi maju berdiri dihadapan Dokter itu.

"Apakah suami dari pasien belum datang?",tanya Dokter itu.

"Belum Dokter--maksud saya belum bisa dihubungi",jawab Hasbi.

"Bisa ikut saya sebentar Pak,saya akan menjelaskan keadaan pasien dan juga tindakan selanjutnya",ujar Dokter itu.

"Ya...", angguk Hasbi lemah mengikuti langkah sang Dokter.

Sementara itu Aldo terus menghubungi asisten Dion dan akhirnya di panggilan ke empat baru bisa terhubung.

"******Hallo....Pak Yudi,maaf menganggu waktu bapak.Apakah saya bisa bicara dengan Dion?.Ini penting tentang adik saya, istri dari Dion",ujar Aldo.******

******"Tuan Dion sedang melakukan meeting penting.Bisa tinggalkan pesan saja?",jawab Yudi.******

******"Hufffhh.... tolong katakan padanya jika Via, istrinya mengalami kecelakaan dan sekarang berada di rumah sakit dalam keadaan luka parah",ujar Aldo.******

******"A-apa?. Baiklah akan saya sampaikan",jawab Yudi.******

******Klik******

"Bagaimana Yah?",tanya Aldo saat sang ayah kembali dengan wajah tak terbaca.

Hasbi menggeleng."Via kritis dan harus menjalani operasi untuk menyelamatkan anak dalam kandungannya dan juga nyawa Via",jawab Hasbi.

"Astaghfirullah...Via",isak Arumi.

"Tapi kandungan Via masih 7 bulan Yah", gumam Aldo dengan mata berkaca-kaca membayangkan kondisi sang adik saat ini.

"Ya... terpaksa dilahirkan secara prematur.Bagaimana dengan Dion?", tanya Hasbi.

Tring

Dion is calling...

"Ini Dion menghubungiku Yah",ujar Aldo.

"Cepat angkat Nak!",jawab Hasbi diangguki Aldo.

"******Ya Dion..."******

******"Kak... bagaimana keadaan Via?",tanya Dion yang terdengar panik.******

******"Via kritis dan terpaksa dilakukan operasi Caesar untuk menyelamatkan anak kalian",jawab Aldo.******

******"Aku akan pulang segera Kak, tolong jaga Via untukku sebelum aku sampai disana",ujar Dion dengan suara serak.******

******"Ya ..",jawab Aldo.******

******klik******

"Nisa....",pekik Arumi saat sang putri kini tak sadarkan diri di dalam pelukannya.

"Ya Allah Nisa...",Aldo menghampiri adik bungsunya itu.

Sementara di sebuah negara, seorang pria tampan keluar dari ruang meeting dengan langkah panjangnya.Meeting di batalkan,ia harus pulang ke tanah air saat mendapat kabar dari Kakak iparnya jika sang istri yang tadi pagi pamit padanya untuk menemani sang adik berbelanja kini mengalami kecelakaan.

Dion Dirgantara,pria arogan yang berusia 33 tahun yang merupakan pengusaha berlian dan juga properti itu langsung memerintahkan asisten nya untuk menyiapkan penerbangan mereka ke tanah air saat ini juga.

"Yudi selidiki kecelakaan itu",ujar Dion berjalan masuk kedalam mobilnya dan duduk di bangku belakang.

"Baik Tuan...",jawab Yudi langsung masuk kedalam mobil dan duduk sebelah sopir lalu membuka I- padnya dengan mengirim pesan pada Kakak ipar Dion untuk menanyakan di mana kecelakaan itu terjadi agar ia bisa menyelidikinya.

Dengan cekatan Yudi menghubungi Kakak ipar dari atasannya menanyakan kronologis kecelakaan yang di alami isteri dari Tuannya.

Tak butuh waktu lama setelah menerima informasi dari Aldo, Yudi sudah menyelesaikan penyelidikannya dan siapa yang mendalanginya.

"Tuan... sepertinya kecelakaan ini direncanakan.Tujuannya Nisa adik ipar Tuan tapi Nyonya Via malah menjadi tameng untuk adiknya sendiri",ujar Yudi.

"Lalu siapa yang mendalanginya?",tanya Dion dengan raut wajah yang sudah menggelap.

Yudi menyampaikan semuanya apa yang ia dapat dari hasil penyelidikannya.Pria itu juga tak menyangka akan hasil penyelidikannya ini.Tapi ia akan menyelidiki lebih jauh lagi apa benar apa yang ia temukan ini.

"Aku akan membalas apa yang kau lakukan pada istriku,jalang kecil",gumam Dion.

...**********...

Silahkan mampir....dan semoga ada yang suka.

Bab.2 Meninggal

Nisa membuka kedua matanya dan memindai seluruh ruangan.Kepalanya terasa berdenyut nyeri dan ia mencoba untuk bangkit dari pembaringan.Tak ada satupun di ruangan ini menemaninya.

"Kak Via...", lirih Nisa saat teringat akan Kakaknya yang terakhir ia ketahui keadaannya harus menjalani operasi Caesar untuk menyelamatkan bayi yang ada di dalam kandungan Kakaknya.

Buru-buru gadis itu turun dari ranjang tempat tidur rumah sakit.Dua jam yang lalu ia jatuh pingsan dan Aldo meminta Dokter memeriksa keadaannya.

Dengan langkah tertatih ia keluar dari ruangan perawatannya.Ia harus memastikan keadaan Kakaknya saat ini.

"Dek...kamu sudah siuman?, kenapa--

"Abang...aku mau ke Kak Via,aku ingin tau keadaaannya", lirih Nisa dengan air mata membasahi kedua pipinya.

Tiba tiba raut wajah Aldo berubah sendu,air mata pun jatuh membasahi kedua pipinya dan segera ia hapus lalu tersenyum tipis pada Nisa.

"Via...dia--koma setelah melahirkan anaknya",cicit Aldo.

"Ya Allah Kak Via...", histeris Nisa terduduk lemas di lantai rumah sakit.

"Ini semua salah aku Bang,andai aku tidak meminta Kak Via menemani aku semua ia tidak akan terjadi",isak Nisa menangis tergugu.

"Nisa... sudah!.Jangan menyalahkan dirimu sendiri.Ini sudah takdir Allah",jawab Aldo mensejajarkan tubuhnya dengan sang adik.

"Hiks....hiks...hiiks... tapi-- ini memang salahku Bang",isak Nisa.

"Nis--

"Kak Via mengorbankan dirinya untuk menyelamatkanku Bang.Andai Kak Via tidak mengorbankan dirinya mungkin saat ini akulah yang terbaring koma Bang.Itu lebih baik dari pada aku melihat Kak Via seperti ini Bang", histeris Nisa.

"Nisa... cukup!.Abang gak mau kamu terus menerus menyalahkan takdir.Berdirilah dan kembali ke ruangan rawatmu!",ujar Aldo dengan tegas.

"Aku ingin melihat keadaan Kak Via,Bang",jawab Nisa kekeuh.

"Jangan ngeyel Nisa.Disana sudah ada Ayah, Bunda dan juga suami Via",tutur Aldo.

"Tapi--

"Kamu masih terlihat pucat Nisa, istirahatlah!",ujar Aldo lalu melangkah meninggalkan Nisa yang melihat kepergiannya.

Dia ingin Abangnya memeluknya sekali saja untuk menenangkannya tapi itu tak pernah ia dapatkan dari sejak ia kecil.Aldo selalu menjaga jarak padanya padahal sebagai anak bungsu ia ingin di manja oleh Kakak laki-lakinya.

Nisa kembali tergugu dan diam diam melangkah mengikuti Aldo dari belakang.Ia ingin tau keadaaan Via yang sebenarnya.Ia ingin memastikan sendiri keadaan Kakaknya itu.

Nisa menghentikan langkahnya saat dari kejauhan, Bundanya meraung menyalahkan dirinya atas apa yang menimpa Kakaknya dan ia tak mempermasalahkannya memang semua ini gara gara dirinya.

Di depan ICU sana semuanya orang tampak berkumpul kecuali suami dari Via,Nisa tak melihatnya.Disana juga terlihat kedua mertua Kakaknya yang duduk di bangku tunggu.

Nisa tak ingin mendekat karena takut membuat suasana semakin memanas.Ia masih mendengar wanita yang melahirkannya menyalahkan dirinya meski ayahnya sudah mengatakan jika ini takdir.

Nisa memilih untuk duduk sedikit menjauhi dari semua orang.Namun tiba tiba saja beberapa dokter tampak berjalan tergesa-gesa menuju ruangan ICU dimana saat ini Kakaknya dirawat.Dan tak lama terlihat Kakak iparnya keluar dari wajah lusuh dan raut wajah sedihnya.

Kondisi Kakaknya semakin parah,itu yang ia dengar dari ucapan Kakak iparnya.Nisa tak bisa menahan tangisannya.Takut terjadi hal buruk pada sang Kakak yang selama ini begitu menyayanginya.

Tak lama salah satu Dokter tampak keluar memberikan kabar yang membuta langit Nisa seketika runtuh dan gelap.Kakaknya meninggalkannya untuk selamanya setelah berjuang selama satu setengah jam untuk hidup setelah melahirkan anaknya.

Rasanya saat ini Nisa seakan melayang dan merasa ini hanya mimpi belaka.Tapi kenyataan tidak seperti itu.Semua ini nyata dan dia melihat sendiri dengan mata kepalanya Bundanya menangis tergugu dan suami dari Kakaknya masuk kembali kedalam ruangan ICU itu bersama kedua orangtuanya.

Nisa perlahan berjalan menghampiri kedua orangtuanya dengan langkah beratnya dan kepala yang semakin berdenyut nyerinya.Air mata terus mengalir di pipi mulusnya dan tatapan mata yang kosong.

"Bun--da....", lirih Nisa berdiri tak jauh dari wanita yang terlihat histeris itu.

Ayah,Bunda dan Abangnya menoleh menatap kearahnya dengan tatapan berbeda.Nisa melihat aura kebencian dimata Bundanya dan itu membuatnya semakin sakit dan bersalah.

"Puas kamu membuat putriku meninggal,hah?",racau sang Bunda padanya.

"Dek...jaga emosi kamu", bisik Hasbi Ayah dari Nisa pada sang istri.

"Gara-gara dia putri kita meninggal,Mas", lirihnya menunjuk Nisa yang berdiri mematung.

"Nis...ayo pergi dari sini.Kasihan Bunda histeris melihat kamu ada disini!",ujar Aldo.

"Tapi Bang aku ingin melihat Kak Via untuk terakhir kalinya",jawab Nisa.

"Jangan ngeyel Dek,semua orang disini menyalahkan kamu", bisik Aldo pelan.

"Bang... a-aku...

"Pulanglah!",ujar Aldo dengan wajah dinginnya.

Nisa menggeleng pelan."Aku ingin melihat Kak Via untuk terakhir kalinya, Bang.Aku mohon?", lirih Nisa.

"Mengertilah Nis.Abang tidak mau melihat kamu disalahkan oleh mereka",ujar Aldo dan kini dengan tatapan memohon pada Nisa agar gadis itu pergi.

Nisa mengangguk pelan dan mundur ke belakang lalu pergi dari sana dengan hati dan langkah yang tidak sinkron.

Sementara itu di dalam di ruangan ICU,Dion tampak menundukkan kepalanya dengan kedua bahu bergetar menandakan pria itu menangis.Ia terus memegangi jemari Via yang sudah terasa dingin.

"Dion... ikhlaskan Via,Nak.Ingat kamu masih punya tanggungjawab yaitu anak kalian yang saat ini ada di ruang NICU",ucap sang Mama mengusap bahu sang putra sulung.

Dion menegakkan kepalanya, terlihat kedua matanya memerah karena menangis.Ia tak menyangka jika tiga jam yang lalu adalah waktu terakhir ia mendengar suara manja sang istri yang menghubunginya meminta izin untuk pergi bersama adiknya.

"Ya Ma...", angguk Dion.

***

Langit mendung seakan tau isi hati orang-orang yang ditinggalkan.Hanya isak tangis mengiringi pemakaman pagi ini dari orang-orang yang ditinggalkan.

Tak jauh dari sana seorang gadis berkerudung hitam berdiri di bawah pohon menatap kerumunan orang yang mengiringi pemakaman sang Kakak.

Ya Nisa,dia tak berani mendekat karena semalam Bundanya memintanya untuk tidak hadir dan menampakkan diri di pemakaman Kakaknya.Ya dia memang tak menghadiri tapi melihat dari jauh itu sudah cukup baginya.

"Kak..maafkan Nisa",gumam Nisa menghapus dengan kasar jejak air matanya.

Setelah semua orang membubarkan diri,Nisa melangkah menuju makam sang Kakak dengan mengenggam buket bunga mawar putih yang merupakan bunga kesukaan sang Kakak.

"Kak....", lirih Nisa mengusap nisan yang bertuliskan SOVIA MUSTIKA Binti Hasbi Abdullah lalu meletakkan buket bunga itu diatas pemakaman sang Kakak.

"Maafkan aku Kak", lirih Nisa dengan kepala tertunduk.

"Harusnya kamu yang mati tapi Via malah mengorbankan dirinya",ucap seseorang di belakang Nisa.

Deg

...****************...

Bab.3 Semua karena Nisa

Nisa menoleh ke belakang, seorang pria berpakaian rapi tersenyum miring padanya.Nisa mengusap sisa air matanya dengan kasar menggunakan punggung tangannya lalu kembali berdiri menatap pria itu.

"Apa maksudmu Mas?",tanya Nisa.

"Kau sudah tau maksudku kan?",jawab pria itu menatap tajam Nisa.

"Jangan bilang kamu dalang dari balik semua ini Mas",ujar Nisa menatap nyalang pria yang memiliki tinggi 180 cm itu.

"Hahaha...aku sudah memperingatkan sebelumnya Nisa tapi kalau melanggarnya",jawab pria itu tertawa dengan cukup keras.

"Aku sudah tutup mulut Mas sesuai keinginanmu.Tapi kenapa kamu--

"Aku melanggarnya Nisa.Aku juga melarangmu untuk berdekatan dengan Via.Tapi kalian kemarin malah terlihat bersama,jadi jangan salahkan aku",jawab pria itu acuh.

"Biadap kamu Mas.Kak Via adalah Kakakku jadi wajar jika kami dekat.Dimana salahnya?",tanya Nisa menatap penuh kebencian pada pria itu.

"Salah Nisa.Aku meminta kamu untuk pergi dari keluarga itu.Tapi kamu malah--

"Kamu takut rahasiamu terbongkar,iya kan Mas?. Mungkin aku akan tutup mulut tapi ingat,tidak selamanya bau busuk itu akan tersimpan rapi",jawab Nisa.

"Berani kamu sekarang,hm?",desis pria itu mencengkeram kuat dagu Nisa.

"Sa--kkiit...Mas.Lepaskan!",lirih Nisa.

"Jangan pernah menentangku Nisa jika kamu tidak ingin hidupmu akan berakhir seperti Kakakmu.Gadis pembunuh sepertimu tidak layak hidup",ujar pria itu.

"Lepas Mas Arlan...", pekik Nisa tertahan.

"Aku bukan pembunuh tapi kamu Mas yang sudah membunuh Kakakku",jawab Nisa.

"Hahaha...mungkin iya aku yang membunuhnya dengan ketidaksengajaanku karena target awalku adalah kamu.Tapi Via malah mengorbankan nyawanya demi gadis sepertimu",ujar pria itu melepaskan cengkeramannya dengan kasar.

"Ingat,Nisa.Jika kamu tetap dirumah itu mungkin besok kamu akan melihat pemakaman orangtuamu", ancam pria itu lalu pergi dari sana meninggalkan Nisa yang tampak tak berdaya.

"Apa yang harus aku lakukan Kak", lirih Nisa di depan pemakaman Kakaknya.

Setelah matahari meninggi,Nisa pergi dari pemakaman itu dengan langkah gontainya.Ia harus kembali sebelum orang dirumah menyadari jika tidak berada dikamarnya.

Aldo melarangnya datang ke pemakaman karena Bundanya terus menyalahkannya atas apa yang terjadi pada Via.Sakit,itu yang ia rasakan saat wanita yang melahirkannya menuduhnya seperti itu.Bukan inginnya di selamatkan dari kejadian naas itu.

Via menelusuri jalan setapak menuju rumahnya yang letaknya memang tak jauh dari pemakaman.Ia sengaja lewat sana karena ujung jalan setapak itu berada tepat dibelakang rumahnya.

Sesampainya di belakang rumah,Nisa tertegun saat melihat sang Bunda menatapnya tajam.Gadis berhijab itu tertunduk karena takut akan kemarahan sang Bunda.

"Dari mana kamu?",tanya Arumi degan suara dingin.

"A-aku-- da-ri pemakaman Bun--da",jawab Nisa dengan kepala tertunduk dan kedua tangannya meremas ujung hijab yang ia kenakan.

"Bukankah aku sudah memintamu untuk tidak datang kesana", ucap Arumi menaikan nada suaranya sehingga Nisa tampak tersentak kaget.

Nisa makin tertunduk.Untuk pertama kalinya dalam hidupnya Arumi membentaknya dan itu membuat hatinya terluka.

"Maaf Bunda...", cicit Nisa.

"Kamu memang anak pembawa sial,kamu membunuh putriku Nisa.Kamu pembunuh", pekik Arumi histeris membuat Hasbi yang kebetulan berada di dapur berhamburan keluar melihat apa yang terjadi.

"Tidak Bunda...Nisa bukan pembunuh", geleng Nisa bersimbah air mata.

"Harusnya kamu, tapi kenapa malah putriku yang--

"Dek...cukup,tahan emosi kamu",Hasbi memeluk sang istri untuk menenangkannya.

"Mas...dia membunuh anak kita",isak Arumi.

"Dek Rumi, ini takdir.Jangan lagi menyalahkan Nisa",ujar Hasbi dengan lembut.

"Tidak Mas... aku--

"Bunda...maafkan Nisa.Tapi Nisa mohon jangan membenci Nisa Bunda.Nisa juga terpukul dengan kepergian Kak Via",ujar Nisa yang sudah bersimpuh di kedua kaki Arumi.

"Jangan lagi memanggilku Bunda,aku--

"Jangan bicara seperti itu Bunda.Aku juga putrimu sama seperti Kak Via",isak Nisa memeluk kedua kaki Arumi.

"Jangan menyentuh kakiku", Arumi melangkah masuk kedalam rumah meninggalkan Nisa yang terduduk di atas tanah.

"Nisa...maafkan Bunda,dia butuh waktu untuk menerima keadaan ini", ucap Hasbi membantu Nisa berdiri.

"Iya Ayah.Bagaimana dengan anak yang di lahirkan Kak Via?",tanya Nisa.

"Bayinya laki-laki, masih di rumah sakit karena lahir prematur",jawab Hasbi.

"Masuklah ke kamarmu Nak!",ujar Hasbi menepuk pelan pundak Nisa.

"Iya Yah...", angguk Nisa.

***

Dion menatap foto pernikahannya dengan Via, pria itu mengusap foto dimana Via tersenyum begitu sangat manisnya.Meski pernikahan mereka awalnya karena kesalahan satu malam dan harus membuat Dion bertanggungjawab atas semua nya, tapi ia sudah mulai menerima Via dan belajar mencintai wanita itu.

Ceklek

"Dion... boleh Mama masuk?",tanya Raisa sang Mama.

Tak ada sahutan dari Dion, pria itu tampak larut dalam lamunannya membuat Raisa menggeleng pelan.

"Dion...ayo makan dulu Nak,kamu belum memakan apapun dari tadi pagi. Sedih boleh tapi ingat anak kamu membutuhkan kamu juga setelah ini",ujar Raisa dengan lembut.

"Ma...Dion akan membalas orang yang sudah membuat Via meninggal",jawab Dion tatapan penuh dendam.

"Siapa yang kamu maksud Dion?", tanya Raisa.

"Nisa.Dia yang menyebabkan semua ini terjadi.Ini rencana gadis itu Ma",jawab Dion.

"Tidak.Mana mungkin gadis lugu seperti Nisa melakukan semua ini Dion.Kamu harus memastikannya, jangan sampai kamu salah orang dan menyesalinya Nak",ujar Raisa.

"Semuanya sudah aku selidiki Ma",jawab Dion.

"Mama hanya mengingatkan kamu.Jangan sampai karena dendam kamu hancur Dion.Ingat,memaafkan jauh lebih baik Nak,ini takdir.Via yang mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Nisa",ujar Raisa.

"Mama turun dulu, ingat kamu harus makan.Mama sudah memasakkan makanan kesukaan kamu", sambung Raisa lalu melangkah pergi dari kamar anak putra.

Dion akhirnya keluar kamar dan melangkah menuju meja makan.Disana sudah tersedia menu kesukaannya.Pria itu mengambil makanan dan langsung menyuapnya meski rasanya begitu hambar.Rencananya setelah ini ia akan ke rumah sakit untuk melihat putranya.

"Aku turut berdukacita Bang", seorang pria yang merupakan adik Dion datang menghampiri nya membuat Dion menghentikan suapannya.

"Arlan...kamu darimana saja?.Kenapa kamu tidak hadir di pemakaman Kakak iparmu", cecar Raisa saat memasuki ruang makan.

"Aku ketiduran Ma,maaf",jawab Arlan sekenanya.

"Selalu saja begitu", sungut Raisa.

Dion mengabaikan pembicaraan keduanya,ia memilih menyudahi makannya, selera makannya sudah hilang karena kedatangan Arlan.Pria itu bangkit dari duduknya meninggalkan Arlan yang tersenyum sinis.

Hubungannya dengan Arlan tidak pernah akur sejak dulu.Mereka seringkali berseteru dalam hal apapun.Meski mereka Kakak adik tapi Dion jauh lebih tampan dari pada Arlan yang memiliki warna kulit coklat mewarisi warna kulit Papanya.Sedangkan Dion memiliki warna kulit putih bersih dan juga tubuh jauh lebih tinggi dari Arlan yaitu hampir 190cm mewarisi kulit sang Mama.Juga dalam prestasi dan bisnis Dion juga jauh lebih unggul.

Dion mengendarai mobilnya menuju rumah sakit untuk melihat putranya yang kini masih berada di rumah sakit.Ia ingin melihat rupa wajah sang putra yang semalaman belum sempat ia lihat karena harus mengurus kepulangan jenazah sang istri.Untuk tahlilan biarlah menjadi urusan Mamanya.

...****************...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!